• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pelaksanaan tugas akhir dan sistem yang dibuat serta saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perbaikan dan perencanaan sistem yang lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

2.1.Iklim Di Indonesia

Pada tahun-tahun belakangan ini, umat manusia dihadapkan pada suatu ancaman global yang belum pernah dihadapi oleh generasi terdahulu. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim bumi telah menyebabkan perubahan-perubahan terhadap sistem fisik dan biologis bumi kita. Kenaikan temperatur bumi telah menyebabkan melelehnya bongkahan-bongkahan es di Kutub Utara dan Selatan bumi. Hal tersebut menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang mengancam kawasan pantai serta makhluk hidup yang mendiaminya. Di beberapa lokasi di Indonesia telah tercatat kenaikan permukaan air laut sebesar 8 mm per-tahun. Pemanasan Global juga menyebabkan Perubahan iklim yang telah merubah pola musim panas menjadi semakin panjang, semakin panas dan kering sebagian akibat pengaruh el nino.

Dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan dan kehidupan, dapat dibedakan menurut tingkat kenaikan suhu dan rentang waktu. Bila suhu bumi meningkat hingga 3oC diramalkan sebagian belahan bumi akan tenggelam, karena meningkatnya muka air laut akibat melelehnya es di daerah kutub, misalnya Bangladesh akan tenggelam. Bencana tzunami akan terjadi lagi di beberapa tempat, kekeringan dan berkurangnya beberapa mata air, kelaparan dimana-mana. Akibatnya banyak penduduk dari daerah-daerah yang terkena bencana akan mengungsi ke tempat lain. Peningkatan jumlah pengungsi di suatu tempat akan

berdampak terhadap stabilitas sosial dan ekonomi, kejadian tersebut sudah sering kita dengar terjadi di Indonesia paska bencana.

Perubahan yang lain adalah meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Perubahan-perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap hasil pertanian, berkurangnya salju di puncak gunung, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis flora dan fauna. Akibat perubahan global tersebut akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam perencanaan dan pengembangan wilayah, pengembangan pendidikan dan sebagainya. Guna menghindari terjadinya bencana besar yang memakan banyak korban, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global.

Saat ini iklim yang berubah tersebut banyak dirasakan oleh petani dengan banyaknya kesalahan dalam menerapkan kebiasaan musim tanam, terutama dalam menerapkan waktu tanam sehingga terjadi pengurangan/ kegagalan produksi tanaman pangan. Di Kabupaten Pacitan, gangguan kekeringan yang dirasakan petani selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan semakin meningkat. Dari hasil survei yang dilakukan di Kecamatan Pringkuku-Pacitan pada tahun 2007 semua responden (30 petani lahan kering) mengalami kekeringan dalam melakukan usahatani. Petani yang selalu mengalami kekeringan sebanyak 29 %, sering mengalami kekeringan sejumlah 33 % dan petani yang mengalami kekeringan dengan secara berkala (kadang-kadang) sejumlah 38 % (Wahab et al., 2007). Dengan kata lain, petani sering menyatakan saat ini ”mangsa” sudah berubah, sehingga acuan pranata mangsa yang menjadi acuan petani seringkali meleset/tidak tepat lagi.

Perubahan karakteristik iklim yang terjadi secara spasial dan temporal menyebabkan penyediaan air tanah (ground water) relatif terbatas. Ketersedian air tanah selain dipengaruhi curah hujan, evaporasi, jenis tanah, juga dipengaruhi oleh penutupam vegetasi di atasnya. Meningkatnya degradasi lahan hutan tangkapan hujan karena ulah manusia mengakibatkan penyediaan air pada sumber mata air dari tahun ke tahun semakin menurun (Suwardji et al., 2002). Perubahan pola curah hujan berdampak terhadap ketersediaan air di masa datang terutama pada wilayah lahan kering, sehingga ketersediaan sistem pengelolaan air yang efisien dan efektif akan semakin diperlukan (Boer et al., 2005).

Untuk mengatasi kejadian kekeringan pada pertanaman di lahan kering apabila curah hujan sudah mulai berkurang atau musim hujan lebih pendek, usaha yang dilakukan petani adalah mencari tanaman yang sesuai, membuat parit, dan mengairi tanaman dengan menyewa pompa (Wahab et al., 2007). Dari hasil wawancara dengan sejumlah petani lahan kering di Kecamatan Pringkuku-Kabupaten Pacitan (30 responden) menunjukkan bahwa petani yang mengganti jenis tanaman dari kebiasaan musim yang lalu sejumlah 42 %, memanfaatkan sisa-sisa air dengan membuat parit untuk mengalirkan air ke tanaman sejumlah 37,5 %, menyewa pompa air untuk mengairi tanaman sebesar 16,5 %, dan membiarkan saja sebanyak 4 %. Umumnya hal ini dilakukan petani pada saat MT-2 yang berlangsung pada bulan April hingga Mei. Pada pertanaman musim berikutnya (MT-3/MK-2) yang umumnya bulan-bulan kering, usaha yang dilakukan petani untuk mengatasi musim kering pada pertanamannya adalah membiarkan tanaman begitu saja sejumlah 62,5 %, mengairi tanaman dengan mencari sumber air sebanyak 29%, mencabut/mengganti tanaman sebanyak 5%

dan membumbun tanaman 3,5 %. Pengairan pada pertanaman MT-1 dan MT-2 hanya dapat dilakukan apabila terdapat sumur di sekitar lahannya dan sumur buatan tersebut masih terdapat air di dalamnya.

Tindakan konservasi air yang biasa dilakukan petani di lahan kering dalam upaya mengurangi resiko kekeringan menurut Arifin et al. (2001) adalah : 1) petani menggunakan varietas genjah, dan toleran terhadap kekeringan, 2) persiapan lahan (tanpa olah tanah atau minimum tillage, olah tanah segera setelah panen dan penggunaan pupuk organik), 3) pompanisasi air tanah dangkal dan air sungai/waduk, dan 4) pembuatan tandon/embung untuk menyimpan air pada saat musim hujan.

2.2.Pr ovinsi Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukotanya adalah Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta ProvinsiJawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawadan Samudera Hindia(Pulau Sempu dan Nusa Barung).

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional.

Jawa Timur telah dihuni manusia sejak zaman prasejarah. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya sisa-sisa dari fosil Pithecantrhropus mojokertensis di Kepuhlagen-Mojokerto, Pithecanthropus erectus di Trinil-Ngawi, dan Homo wajakensis di Wajak-Tulungagung.

2.2.1. Geogr afi J awa Timur

Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur,Samudera Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Panjang bentangan barat-timur sekitar 400 km. Lebar bentangan utara-selatan di bagian barat sekitar 200 km, namun di bagian timur lebih sempit hingga sekitar 60 km.Madura adalah pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan Jawa oleh Selat Madura. Pulau Bawean berada sekitar 150 km sebelah utara Jawa. Di sebelah timur Madura terdapat gugusan pulau-pulau, yang paling timur adalah Kepulauan Kangean dan yang paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan terdapat dua pulau kecil yakni Nusa Barung danPulau Sempu. 2.2.2. Relief J awa Timur

Secara fisiografis, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam tiga zona: zona selatan (plato), zona tengah (gunung berapi), dan zona utara (lipatan). Dataran rendah dan dataran tinggi pada bagian tengah (dari Ngawi, Blitar, Malang, hingga Bondowoso) memiliki tanah yang cukup subur. Pada bagian utara (dari Bojonegoro, Tuban, Gresik, hingga Pulau Madura) terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng yang relatif tandus.

Pada bagian tengah terbentang rangkaian pegunungan berapi: Di perbatasan dengan Jawa Tengah terdapat Gunung Lawu (3.265 meter). Di sebelah Tenggara

Madiun tedapat Gunung Wilis (2.169 meter) dan Gunung Liman(2.563 meter). Pada koridor tengah terdapat kelompok Anjasmoro dengan puncak-puncaknya Gunung Arjuno (3.239 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), Gunung Anjasmoro (2.277 meter), Gunung Wayang (2.198 meter),Gunung Kawi (2.681 meter), dan Gunung Kelud (1.731 meter); pegunungan tersebut terletak di sebagian Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, KabupatenMalang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Jombang. Kelompok Tengger memiliki puncak Gunung Bromo (2.192 meter) dan Gunung Semeru (3.676 meter). Semeru, dengan puncaknya yang disebut Mahameruadalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Di daerah Tapal Kuda terdapat dua kelompok pegunungan: Pegunungan Iyang dengan puncaknya Gunung Argopuro (3.088 meter) dan Pegunungan Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.332 meter).

Pada bagian selatan terdapat rangkaian perbukitan, yakni dari pesisir pantai selatan Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, hingga Malang. Pegunungan Kapur Selatan merupakan kelanjutan dari rangkaian Pegunungan Sewu diYogyakarta.

2.2.3. Hidr ografi J awa Timur

Dua sungai terpenting di Jawa Timur adalah Sungai Brantas (290 km) danBengawan Solo. Sungai Brantas memiiki mata air di daerah Malang. Sesampai di Mojokerto, Sungai Brantas pecah menjadi dua: Kali Mas dan Kali Porong; keduanya bermuara di Selat Madura. Bengawan Solo berasal dari Jawa Tengah, akhirnya bermuara di Gresik. Kedua sungai tersebut dikelola oleh PT Jasa Tirta.

Di lereng Gunung Lawu di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah terdapatTelaga Sarangan, sebuah danau alami. Bendungan utama di Jawa Timur antara lain Bendungan Sutami dan Bendungan Selorejo, yang digunakan untuk irigasi, pemeliharaan ikan, dan pariwisata.

2.2.4. Iklim J awa Timur

Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan dengan wilayah Pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang lebih sedikit. Curah hujan rata-rata 1.900 mm per tahun, dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34 °C. Suhu di daerah pegunungan lebih rendah, dan bahkan di daerah Ranu Pani (lereng Gunung Semeru), suhu bisa mencapai minus 4 °C,yang menyebabkan turunnya salju lembut.

2.2.5. Pembagian Administratif

Secara administratif, Jawa Timur terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota, menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota terbanyak di Indonesia.

No. Kabupaten/Kota Ibu kota

1 Kabupaten Bangkalan Bangkalan 2 Kabupaten Banyuwangi Banyuwangi 3 Kabupaten Blitar Kanigoro [4] 4 Kabupaten Bojonegoro Bojonegoro 5 Kabupaten Bondowoso Bondowoso 6 Kabupaten Gresik Gresik 7 Kabupaten Jember Jember 8 Kabupaten Jombang Jombang 9 Kabupaten Kediri Kediri [5] 10 Kabupaten Lamongan Lamongan

11 Kabupaten Lumajang Lumajang 12 Kabupaten Madiun Madiun [6] 13 Kabupaten Magetan Magetan 14 Kabupaten Malang Kepanjen[7] 15 Kabupaten Mojokerto Mojokerto[8] 16 Kabupaten Nganjuk Nganjuk 17 Kabupaten Ngawi Ngawi 18 Kabupaten Pacitan Pacitan 19 Kabupaten Pamekasan Pamekasan 20 Kabupaten Pasuruan Pasuruan 21 Kabupaten Ponorogo Ponorogo 22 Kabupaten Probolinggo Kraksaan[9] 23 Kabupaten Sampang Sampang 24 Kabupaten Sidoarjo Sidoarjo 25 Kabupaten Situbondo Situbondo[10] 26 Kabupaten Sumenep Sumenep 27 Kabupaten Trenggalek Trenggalek 28 Kabupaten Tuban Tuban 29 Kabupaten Tulungagung Tulungagung

30 Kota Batu[11] - 31 Kota Blitar - 32 Kota Kediri - 33 Kota Madiun - 34 Kota Malang - 35 Kota Mojokerto - 36 Kota Pasuruan - 37 Kota Probolinggo - 38 Kota Surabaya -

Tabel 2.1 Nama Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Dalam penelitian kali ini penulis akan sedikit menjelaskan tentang beberapa kabupaten yang menjadi tempat penelitian utama.

1. Kabupaten Lamongan

Kabupaten Lamongan, adalah sebuah kabupaten diProvinsi Jawa Timur,Indonesia. Ibukotanya adalah Lamongan. Kabupaten ini berbatasan denganLaut Jawa di utara,Kabupaten Gresik di timur, Kabupaten Mojokerto danKabupaten Jombang di selatan, serta Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tubandi barat.

A. Gambar an Umum Daerah

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6'51'54" sampai denga 7'23'06" Lintang Selatan dan 112'33'45" Sampai dengan 112'33'45" Bujur Timur Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8km² atau +3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari permukaan laut.

Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:

1. Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendah yang relatif agak subur

yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk,

Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu.

2. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu dengan

kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng,

Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro.

3. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir.

Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah,

Turi, Karangbinagun, Glagah.

Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah: Sebelah Utara perbatasan dengan laut jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik,Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut.

Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di kecamatan Lamongan, Deket, Turi,Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng,Glagah, Karangbinagun,Mantup, Sugio, Kedongpring, Sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adalah sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemirimgan lahan 40% lebih.

Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: baku sawah (PU) 44.08 Hektar, Baku sawah tidak resmi (Non PU) 8.168,56 Hektar, sawah tadah hujan 25.407,80 Hektar, Tegalan 32.844,33 Hektar, pemukiman

12.418,89 Hektar, Tambak / kolam / waduk 3.497,72 Hektar, kawasan hutan 32.224,00 Hektar, kebun Campuran 212,00 Hektar, Rawa 1.340,00 Hektar, Tanah tandus / kritis 889,00 Hektar dan lain-lain 15.092,51 Hektar.

B.Kondisi Ekonomi 1. Potensi Unggulan Daerah

Hasil analisa komparatif dan sektor unggulan berdasarkan data produk Domestik regional Bruto (PDRB) melalui indeks Dominasi antar daerah di propinsi Jawa Timur (38 kabupaten/ kota) dengan menggunakan 2(dua) indikator utama yaitu statis location Quotion (SLQ) dan Dynamic Location Quotion (DLQ), maka dapat diketahui sektor-sektor unggulan daerah di Kabupataen Lamongan. Adapun sektor unggulan Kabupaten Lamongan tersebut antara lain :

1. Sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan perikanan,

2. Sektor industri pengolahan (khususnya sub sektor industri tanpa migas: industri tekstil, barang kulit, barang kayu, kertas dan barang cetakan),

3. Sektor bangunan / kontruksi,

4. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (khususnya sub sektor perdagangan besar dan eceran dan sub sektor hotel),

5. Sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta

6. Sektor jasa (khususnya sub sektor sosial dan kemasyarakatan, hiburan, rekreasi, dan perorangan dan rumah tangga).

Selain berdasarkan hasil analisa diatas, potensi unggulan suatu daerah juga dapat dilihat dari kondisi sumberdaya yang dimiliki. Berdasarkan kondisi sumber daya alam yang ada, potensi unggulan daerah Kabupaten Lamongan di sektor pertanian khususnya nampak pada sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan. Dengan total baku lahan sawah seluas 83.213 hektare(sekitar 7,23% dari total Jawa Timur Kabupaten Lamongan pada tahun 2006 mampu memberikan kontribusi produksi gabah sebanyak 776.085 ton GKG (7,14% dari total produksi gabah di Jawa Timur atau terbesar ke-2 di Jawa Timur). Kabupaten Lamongan juga merupakan penghasil nomor 5 (lima) terbesar di Jawa Timur untuk komoditi jagung, yaitu sebesar 5,61% dari total Jawa Timur.

Sedangkan untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan mampu memberikan kontribusi sebesar 15,25% dari total produksi ikan di Jawa Timur atau merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar 65.874,984 ton senilai kurang lebih Rp.446 milyard. Kontribusi terbesar produksi ikan di Kabupaten Lamongan disumbangakan oleh produksi ikan air tawar (sawah tambak) dan produksi perikanan laut. Perikana sawah tambak yang didukung areal 22.422,49 hektare mampu memberikan produksi ikan air tawar sebesar di Jawa Timur, sedangkan perikanan laut yang didukung 19.994 nelayan dan 5.385 armada kapal penangkap ikan mampu menghasilkan produksi ikan terbesar nomor 3 (tiga) di Jawa Timur setelah Kabupaten Sumenep dan Probolinggo.

Sedangkakan pada sektor indusri pengolahan, keunggulan potensi sektor ini banyak ditopang oleh besarnya keberadaan industri rumah tangga (IRT)

dan Usaha Mikro kecil Menengah (UMKM) yang ada. Berdasarkan data tahun 2006,di Kabupaten Lamongan berkembang 13.676 unit industri non formal dan 445 unit industri formal yang kesemuanya memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perekonomian daerah dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Lamongan.

Besarnya volume perdagangan di Kabupaten Lamongan khususnya komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian dan industri hasil produk lamongan merupakan suatu potensi unggulan daerah yang perlu didukung dengan system pemasaran yang efisien dan dukungan sarana prasarana (infrastruktur) yang baik. Surplus beras pada tahun 2006 yang kurang lebih mencapai 358.000 ton merupakan salah satu komodoti perdagangan unggulan daerah, demikian juga komoditi perikanan air tawar (sawah tambak) dan perikanan laut yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian daerah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2006 memberikan perumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 10,37%.

2. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB

Nilai total PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Lamongan pada tahun 2006 (yang masih merupakan angka estimasi/sangat sementara) adalah sebesar Rp.4,082 triliun. Sedangkan berdasarkan atas dasar berlaku (ADHB), PDRB Kabupaten Lamongan mencapai Rp.5,872 triliun atau meningkat sebesar 10,24% dibandingkan tahun 2005 dimana sebesar Rp.2,283 triliun disumbangkan oleh sektor pertanian .

Struktur perekonomian Kabupataen Lamongan yang masih besar ditopang oleh sektor pertanian mengakibatkan laju pertumbuhan ekonominya

masih dibawah rata-rata Jawa Timur dan Nasional Persoalan struktural yang dialami oleh sektor pertanian selama ini mengakibatkan rendahnya kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai pertumbuhan ekonomi yang disumbangakan oleh sektor pertanian selam kurun waktu 2002-2006 relatip stagnan, dimana pada tahun 2006 hanya tumbuh sebesar 1,72%, paling rendah dibandingkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Berkaitan dengan kondisi tersebut, upaya peningakatan nilai tambah produk-produk komoditi pertanian pada tahun-tahuin mendatang melalui pengembangan kegiatan pengolahan hasil komoditi pertanian (industri pengolahan berbasis komoditi pertanian) menjadi salah satu pemecahannya.

Berdasarkan data perkembangan salama 5 (Lima) tahun terakhir (2002 s/d2006) struktur perekonomian Kabupaten Lamongan masih belum banyak mengalami perubahan yaitu masih ditopang utamanya oleh sektor primer (khususnya oleh sektor pertanian). Meski demikian peranan sektor primer menunjukkan kecenderungan samakin menurun, sedangkan sektor tersier (khususnya sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor jasa-jasa) menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2006 sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar yaitu 43,22% terhadap total PDRB ADHK Kabupaten Lamongan, kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor perdagangan, hotel & restoran (29,58%) dan sektor jasa-jasa (11,48 %), dan sektor industri pengaolahan sebesar 5,51 %.

2. Kabupaten Lumajang

Kabupaten Lumajang, adalah sebuah kabupaten diProvinsi Jawa Timur,Indonesia. Ibukotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan denganKabupaten Probolinggodi utara, Kabupaten Jember di timur,Samudra Hindia di selatan, sertaKabupaten Malang di barat.

A. Geogr afi

Kabupaten Lumajang terletak pada 112°53' - 113°23' Bujur Timur dan 7°54' - 8°23' Lintang Selatan. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Lumajang adalah 1790,90 km2. Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu:

§ Gunung Semeru(3.676 m)

§ Gunung Bromo(2.392 m)

§ Gunung Lamongan (1.668 m)

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut:

§ Sebelah barat: Kabupaten Malang

§ Sebelah utara: Kabupaten Probolinggo

§ Sebelah timur: Kabupaten Jember

§ Sebelah selatan: Samudera Indonesia

B. Relief

Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan tapal kuda Provinsi Jawa Timur. Di bagian barat laut, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo, terdapat rangkaian Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo(2.392 m)

dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Bagian timur laut adalah ujung barat Pegunungan Iyang. Bagian Timur yang ber-relief rendah menjadikan Lumajang memiliki banyak wisata Pantai seperti Pantai Bambang, Watu Pecak, Watu Godeg dan Watu Gedeg. Dilingkaran pegunungan semeru terdapat daerah piket nol yang menjadi puncak tertinggi di lintas perbukitan selatan berdekatan dengan Goa Tetes yang eksotis. Di Daerah Sumber Mujur juga terdapat Kawasan Hutan Bambu di sekitar mata air Sumber Deling yang merupakan kawasan pemuliaan dan pelestarian aneka jenis tanaman bambu yang menjadi habibat bagi kawanan kera dan ribuan kelelawar (keloang). Terdapat juga sebuah tempat wisata mata air suci dan pura watu klosot di Pasrujambe yang menjadi kawasan tujuan wisata bagi peziarah hindu dari Bali. Ketinggian daerah Kabupaten Lumajang bervariasi dari 0-3.676 m dengan daerah yang terluas adalah pada ketinggian 100-500 m dari permukaan laut 63.405,50 Ha (35,40 %) dan yang tersempit adalah pada ketinggian 0-25 m dpl yaitu 19.722,45 Ha atau 11,01 % dari luas keseluruhan Kabupaten.

C. Iklim

Kabupaten Lumajang beriklim tropis. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk iklim type C dan sebagian kecamatan lainnya beriklim D. Jumlah curah hujan tahunan berkisar antara 1.500-2.500 mm. Temperatur sebagian besar wilayah 24°C - 32°C, sedangkan di kawasan pegunungan dapat mencapai 5°C, terutama di daerah lereng Gunung Semeru.

Iklim adalah keadaan cuaca pada suatu tempat pada periode yang panjang. Iklim merupakan unsur yang memengaruhi manusia dalam melaksanakan

kegiatan sehari-hari. Unsur-unsur yang sifatnya tertentu seperti temperatur, hujan, angin dan tekanan udara diamati sifatnya selama selang waktu yang panjang (30 tahun).

Di Kabupaten Lumajang penentuan iklim didasarkan sistem Shcmidt dan Ferguson. Sistem ini hanya membandingkan jumlah bulan basah dan bulan kering. Berdasarkan klasifikasi Shcmidt dan Ferguson terdapat tiga macam iklim di Kabupaten Lumajang. Tipe pertama adalah iklim tipe C, yaitu iklim yang bersifat agak basah. jumlah bulan kering rata-rata kurang dari tiga bulan dan buah-buahan lainnya adalah bulan basah dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 100 mm.

Bulan-bulan kering tersebut rata-rata terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September, dan bulan-bulan lainnya adalah bulan basah.

D. Hidr ografi

Kabupaten Lumajang mempunyai 31 sungai dan 6 air terjun. Selain itu juga terdapat danau (ranu) yakni Ranu Pakis, Ranu Klakah dan Ranu Bedali di kecamatan Klakah serta Ranu Pane dan Ranu Gumbolo di kecamatan Senduro.

Sungai-sungai besar dengan daerah aliran di lumajang dan sekitarnya antara

Dokumen terkait