• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PERINGATAN DINI TINGKAT KEKERINGAN DAN PENYUSUNAN POLA TANAM KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI WILAYAH JAWA TIMUR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PERINGATAN DINI TINGKAT KEKERINGAN DAN PENYUSUNAN POLA TANAM KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI WILAYAH JAWA TIMUR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

DI WILAYAH J AWA TIMUR

BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE

TUGAS AKHIR

Oleh :

ANDRI ISTIFARIYANTO

0834010205

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

DI WILAYAH J AWA TIMUR

BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh :

ANDRI ISTIFARIYANTO

0834010205

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

TINGKAT KEKERINGAN DAN PENYUSUNAN POLA TANAM

KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

DI WILAYAH J AWA TIMUR

BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE

Disusun oleh :

ANDRI ISTIFARIYANTO

0834010205

Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan Periode III Tahun Akademik 2011/2012

Pembimbing I

I Gede Susrama Mas Diyasa, ST. MT. NPT. 3 7006 06 0210 1

Pembimbing II

Chrystia Aji Putra, S.Kom NPT. 3 8610 10 0296 1

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(4)

TINGKAT KEKERINGAN DAN PENYUSUNAN POLA TANAM

KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

DI WILAYAH J AWA TIMUR

BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE

Disusun Oleh :

ANDRI ISTIFARIYANTO

0834010205

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 9 Desember 2011

Pembimbing : 1.

I Gede Susrama Mas Diyasa, ST., MT. NPT. 3 7006 06 0210 1

Tim Penguji : 1.

Ir. Kartini, MT.

NIP. 19611110 199103 2 001

2.

Dian Puspita Hapsari, S.Kom., M.Kom. NIDN. 0729057801

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(5)

KETERANGAN REVISI

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa berikut :

Nama : ANDRI ISTIFARIYANTO

NPM : 0834010205

Jurusan : Teknik Informatika

Telah mengerjakan revisi / tidak ada revisi*) pra rencana (design) / skripsi ujian lisan gelombang III , TA 2011/2012 dengan judul:

“SISTEM PERINGATAN DINI TINGKAT KEKERINGAN DAN PENYUSUNAN POLA TANAM KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI WILAYAH J AWA TIMUR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE”

Surabaya, 12 Desember 2011 Dosen Penguji yang memeriksa revisi

1) Ir. Kartini, MT. NIP. 19611110 199103 2 001

{ }

2) Dr. Ronny, S.Kom., M.Kom., MH. NIDN. 0930097101

{ }

3) Dian Puspita Hapsari, S.Kom., M.Kom. NIDN. 0729057801

{ }

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I

I Gede Susr ama Mas Diyasa, ST. MT. NPT. 3 7006 06 0210 1

Pembimbing II

(6)
(7)

DOSEN PEMBIMBING II : CHRYSTIA AJI PUTRA, S.Kom. PENYUSUN : ANDRI ISTIFARIYANTO

ABSTRAK

Perubahan Iklim Global akibat El-nino merupakan fenomena alam tentang perubahan iklim yang sifatnya tidak teratur yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan samudra Pasifik garis equator. Meningkatnya suhu permukaan laut ini mengakibatkan kekeringan di beberapa wilayah Indonesia bagian Timur termasuk beberapa wilayah Jawa Timur. Selama periode El-Nino, musim hujan yang terjadi dibawah normal dan musim kemaraun lebih panjang daripada keadaan normal. Kondisi yang demikian berakibat buruk terhadap produksi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan serta sektor lainnya. Tahun 2002 merupakan teka-teki yang harus diwaspadai peluang terjadinya El-Nino dan perlu diantisipasi agar dampaknya terhadap kerawanan pangan dapat ditekan sekecil mungkin yaitu dengan membuat suatu sistem peringatan dini. Jadi pada penelitian ini permasalahan yang muncul adalah 1) Perubahan iklim global akan berpengaruh terhadap perilaku unsur-unsur iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi, dan evapotranspirasi. 2) Cakupan lokasi pengkajian adalah lahan kering di Provinsi Jawa Timur, dan 3) Pengelolaan pola tanam merupakan salah satu kunci keberhasilan usahatani tanaman pangan di lahan kering.

Sistem Peringatan Dini yang dimaksud disini adalah membuat suatu informasi kepada para pengguna Petani, Pengusaha dan Pengambil Kebijakan dengan menerapkan sistem informasi geografis secara on-line, dengan informasi tentang perubahan iklim, informasi kekeringan dan informasi pola tanam. Penelitian ini bertujuan untuk : menganalisis perubahan spasio temporal karakteristik iklim klasifikasi oldeman di lahan kering terutama curah hujan pada era setelah tahun 1980-an, menganalisis kerawanan wilayah lahan kering terhadap kekeringan, dan menyusun zonasi wilayah sesuai dengan tingkat kekeringannya, menentukan pengelolaan pola tanam di lahan kering dengan memperhatikan kondisi curah hujan, lengas tanah dan tanaman (crop water balance), dan perilaku petani dalam mengatasi kekeringan berbasis teknologi informasi (sistem informasi geografis on line).

Luaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah : Berupa kebijakan strategis untuk menentukan : Pengelolaan pola tanam di lahan kering, Pengurangan kehilangan hasil, Antisipasi mengatasi kekeringan, Berupa Perangkat Lunak Berbasi Mobile dengan bahasa pemrograman WML dan Sms Gateway untuk memberikan informasi : Sistem Peringatan Dini, Informasi Peruban Iklim, Informasi Tingkat kekeringan daerah, khususnya Jawa Timur, Informasi Perubahan Pola Tanam

(8)

Syukur Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin terucap ke hadirat Allah SWT atas

segala limpahan Kekuatan-Nya sehingga dengan segala keterbatasan waktu,

tenaga, pikiran dan keberuntungan yang dimiliki penyusun, akhirnya penyusun

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Sistem Peringatan Dini Tingkat

Keker ingan Dan Penyusunan Pola Tanam Kaitannya Dengan Perubahan

Iklim Global Di Wilayah J awa Timur Ber basis Teknologi Mobile” tepat

waktu.

Skripsi dengan beban 4 SKS ini disusun guna diajukan sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada jurusan Teknik

Informatika, Fakultas Teknologi Industri, UPN ”VETERAN” Jawa Timur.

Melalui Skripsi ini penyusun merasa mendapatkan kesempatan emas untuk

memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku perkuliahan,

terutama berkenaan tentang penerapan teknologi perangkat bergerak. Namun,

penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk

pengembangan aplikasi lebih lanjut.

Surabaya, Desember 2011

(9)

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan ... 12

1.4. Batasan Masalah ... 13

1.5. Manfaat ... 13

1.6. Metodologi Penulisan ... 13

1.7.Sistematika Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Iklim Di Indonesia ... 18

2.2.Provinsi Jawa Timur ... 21

2.2.1 Geografi Jawa Timur ... 22

2.2.2 Relief Jawa Timur ... 22

2.2.3 Hidrogafi Jawa Timur ... 23

2.2.4 Iklim Jawa Timur ... 24

2.2.5 Pembagian Administratif ... 24

(10)

2.4.Konsep Dasar Sistem dan Informasi ... 45

2.4.1 Karakteristik Sistem ... 46

2.4.2 Pengertian Informasi ... 48

2.4.3 Komponen Sistem Informasi ... 49

2.4.4 Pengertian Sistem Informasi ... 49

2.4.5 Teknik Memperoleh Informasi ... 49

2.5Desain Sistem dan Database ... 50

2.5.1 Unified Modelling Language (UML) ... 50

2.5.2 Power Designer 12 ... 68

2.5.3 My SQL ... 69

2.6.Pemrograman Mobile (WAP) ... 71

2.6.1 Wireless Application Protocol (WAP) ... 71

2.6.2 PHP ... 79

2.7. Interaksi Manusia dan Komputer ... 81

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ... 86

3.1 Analisa Data ... 86

3.4 Perancangan Perangkat Lunak ... 104

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 107

4.1 Kebutuhan Sistem ... 107

4.2 Implementasi Mobile ... 107

(11)

4.3 Implementasi WEB Admin ... 110

BAB V UJI COBA SISTEM ... 117

5.1. Pengujian Aplikasi Mobile ... 117

5.2. Uji Coba Web Admin ... 120

5.2.1 Input Data ... 121

5.2.2 Tampilan Data ... 122

5.2.3 Hapus Data ... 123

5.2.4 Edit Data ... 125

BAB VI PENUTUP ... 127

6.1. Kesimpulan ... 127

6.2. Saran ... 128

(12)

1.1Latar Belakang

Salah satu kejadian alam yang sangat mempengaruhi kondisi tanaman

adalah kekeringan. Runtunuwu dan Nugroho (2007) mendefinisikan kekeringan

secara umum sebagai kondisi wilayah yang kekurangan air dalam waktu yang

relatif panjang. Hal ini dapat diindetifikasi melalui penyimpangan dari kondisi

normal beberapa variabel seperti curah hujan dan lengas tanah. Kekeringan

biasanya sering berulang dan merupakan fenomena global baik secara spasial

maupun temporal sangat signifikan berbeda antara satu daerah dengan daerah

yang lain.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam pencapaian target produksi

tanaman pangan adalah faktor iklim, terutama kondisi curah hujan yang sulit

diprediksi. Selain itu, saat ini secara gradual iklim mengalami perubahan seperti

yang dikhawatirkan oleh banyak meteorologis dunia sejak tahun 1980.

Pengamatan menunjukkan bahwa peningkatan suhu global sejak akhir abad 19

sampai saat ini berkisar antara 0.3 sampai 0.6 oC, dan peningkatan sebesar 0.2

sampai 0.3 terjadi dalam periode 40 tahun yaitu antara dalam periode 1954-1994

(IPCC, 1996). Faktor utama penyebab meningkatnya suhu global ialah

meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (khususnya CO2) di atmosfer akibat

meningkatnya laju emisi gas tersebut dari kegiatan pembakaran fosil dan industri

(13)

Hasil penelitian di 13 stasiun Klimatologi, Litbang Deptan oleh Syahbuddin

et al. (2004) makin menegaskan terjadinya perubahan iklim global itu di Indonesia, dimana terdapat tendensi terjadinya peningkatan jumlah curah hujan

tahunan di wilayah timur Indonesia, berkisar antara 490 mm/tahun (Sulawesi

Selatan) hingga 1400 mm/tahun (Jawa Timur) yang diikuti oleh peningkatan suhu

siang dan malam hari berturut-turut antara 0.5-1.1 oC dan 0.6-2.3 oC. Di wilayah

barat Indonesia terjadi sebaliknya, tendensi penurunan curah hujan tahunan sekitar

135 hingga 860 mm/tahun, dengan peningkatan suhu siang dan malam hari

berturut-turut antara 0.2-0.4 oC dan 0.2-0.7 oC. Penurunan jumlah hujan di suatu

wilayah, akan sangat berdampak pada kondisi kekeringan pada wilayah tersebut.

Fenomena alam El-Nino akan lebih memperparah kondisi kekeringan suatu

wilayah. Pada kejadian ini sering diikuti dengan penurunan jumlah curah hujan

dari rata-rata curah hujan bulanan/tahunan normalnya. Penurunan ini dapat

mencapai 80 mm dari kondisi normalnya (IRI, Boer 2002).

Perubahan karakteristik iklim yang terjadi secara spasial dan temporal

menyebabkan penyediaan air tanah (ground water) relatif terbatas. Ketersedian air

tanah selain dipengaruhi curah hujan, evaporasi, jenis tanah, juga dipengaruhi oleh

penutupam vegetasi di atasnya. Meningkatnya degradasi lahan hutan tangkapan

hujan karena ulah manusia mengakibatkan penyediaan air pada sumber mata air

dari tahun ke tahun semakin menurun (Suwardji et al., 2002). Perubahan pola curah hujan berdampak terhadap ketersediaan air di masa datang terutama pada

wilayah lahan kering, sehingga ketersediaan sistem pengelolaan air yang efisien

(14)

Untuk mengatasi kejadian kekeringan pada pertanaman di lahan kering

apabila curah hujan sudah mulai berkurang atau musim hujan lebih pendek, usaha

yang dilakukan petani adalah mencari tanaman yang sesuai, membuat parit, dan

mengairi tanaman dengan menyewa pompa (Wahab et al., 2007).

Disisi lain, Disaat batasan mulai memudar dan mobilitas manusia kian

meningkat, pengertian mobilitas secara mendasar mulai berubah. Industri nirkabel

juga tidak dapat menghindari perubahan ini. Konektifitas nirkabel tidak lagi

terbatas pada perangkat telepon seluler tapi telah berevolusi menjadi

teknologi broadband dengan jangkauan global, berkembang menjadi segmen

perangkat baru dan meluas kepada pangsa pasar baru yang sebelumnya tidak ada

ataupun belum tersentuh dengan teknologi tersebut. Konektifitas yang mobile

telah menjadi suatu kebutuhan, perangkat mobile menjadi semakin personalized

dan fungsional, sehingga membuat kabur segmentasi pasar.

Gambar 1.1 Perangkat mobile

Perubahan ini terutama didorong oleh pergeseran ekpektasi konsumen.

(15)

oleh para eksekutif yang bergerak dinamis; keinginan untuk selalu terkoneksi

telah menjadi kebutuhan manusia dari berbagai kelas dan bermacam generasi.

Redefinisi mobilitas terutama membutuhkan teknologi yang dapat

memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Evolusi teknologi jaringan terus

berlangsung dan kemampua]xn nirkabel senantiasa meningkat. Perangkat mobile

saat ini sudah dapat menggunakan kemampuan penyampaian data yang semakin

cepat untuk memberikan pengalaman yang diharapkan oleh konsumen. Setiap

peningkatan jaringan nirkabel contohnya, dari WCDMA menjadi HSDPA,

HSUPA serta HSPA+, memiliki kemampuan untuk mendukung aplikasi yang

lebih beragam dan layanan yang lebih canggih yang memberikan pengalaman

mobilitas generasi berikut.

Para operator yang perlu memenuhi kebutuhan pertumbuhan pelanggan

dasar dan ingin membedakan layanan yang mereka tawarkan perlu mencari

teknologi jaringan terdepan dan peningkatan, seperti HSPA+ yang hanya

memerlukan investasi jaringan yang minimal dan tidak memerlukan tambahan

spektrum, serta LTE yang mendukung jaringan 3G yang sudah ada dan

merupakan jalur pertumbuhan logis untuk para operator mempunyai akses

terhadap spektrum baru. Qualcomm bekerjasama dengan para operator dan

seluruh entitas di sekitarnya seperti penyedia infrakstruktur jaringan dan

pengembang aplikasi untuk memberikan solusi yang mendukung pengalaman

pengguna yang menyeluruh melalui teknologi terdepan ini. Sebagai penyedia

(16)

menawarkan 3G untuk solusi multi-mode yang dapat beroperasi secara mulus

untuk pengguna standar 2G dan 3G maupun LTE.

Evolusi dalam kemampuan mobilitas tidak hanya terbatas pada kecepatan

dan asupan perangkat sekarang memiliki fungsi yang lebih banyak dibanding dan

jauh lebih canggih dari sebelumnya. Fitur-fitur seperti; kemampuan prosesor yang

dapat menjalankan aplikasi terdepan, integrasi tingkat tinggi, penggabungan

sempurna dari beberapa kemampuan dari GPS dan surround-sound audio sampai

pada grafik tiga dimensi dan pemutaran video definisi tinggi, dll, membuktikan

telepon seluler dapat melakukan jauh lebih banyak dari sekadar melakukan

panggilan. Penggabungan teknologi lengkap multimedia dengan kemampuan

multi-mode Qualcomm mendukung evolusi dramatis dari pengalaman mobile

(bergerak) dan apa yang memungkinkan pada perangkat nirkabel.

Tetapi konsumen tidak membatasi penggunaan konektifitas mobile pada

telepon semata. Teknologi nirkabel yang telah mengubah pengalaman konsumen

telepon seluler telah merambah beberapa pangsa pasar baru. Modul 3G tertanam

seperti solusi dari Qualcomm memungkinkan akses internet bagi komputer jinjing

yang tidak dibatasi hotspot Wi-Fi , yang sampai saat ini membutuhkan USB

dongles atau data card nirkabel yang terkoneksi ke jaringan 3G. Dengan semakin

meningkatnya penggunaan komputer jinjing yang dilengkapi teknologi 3G, para

pengguna makin menyadari kebebasan yang mereka peroleh, dari teknologi yang

telah merambah ke hampir seluruh produk mobile PC OEM. Komputer jinjing

(17)

menjadi benar-benar mobile, dapat tetap terhubung dengan internet dimana saja

melalui koneksi 3G.

Mobilitas dalam penggunaan komputer telah membuka segmen pasar baru

yang dipenuhi dengan berbagai peluang bagi industri nirkabel. Kemampuan yang

mutakhir, yang khususnya dipelopori oleh Qualcomm dengan platform

Snapdragon, memperkenalkan perangkat kelas baru yang menggabungkan

smartphones dan komputer jinjing yang menawarkan komputer dengan fitur

lengkap yang selalu stand-by, dan selalu terkoneksi dengan kemampuan baterai

yang tahan lama. Basis yang paling mendasar dari perangkat komputer mobile ini

adalah konektivitas lagi pula, apa gunanya perangkat komputer mobile apabila

tidak terkoneksi? Konektifitas internet Kapan saja, dimana saja adalah suatu

keharusan bagi perangkat komunikasi mobile terutama apabila pengguna

menginginkan informasi secara real-time seperti: berita, e-mail, berita lalu lintas,

konten hiburan, atau bahkan lokasi teman mereka.

Konsumen menuntut lebih banyak dari perangkat mobile mereka. Teknologi

jaringan nirkabel inti terus berkembang dalam kapasitas maupun fiturnya,

menembus pasar baru dan meningkatkan kemampuan konektifitas

perangkat-perangkat baru. Perangkat mobile ini memberikan pengalaman yang semakin

maju dan menggunakan perkembangan terkini jaringan nirkabel di seluruh dunia

untuk semakin mempermudah komunikasi dan akses informasi. Sangat jelas

bahwa industi berada di tahap tinggal landas dan berada pada titik awal yang akan

(18)

1.2Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,

maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi dasar penelitian adalah sebagai

berikut.

1. Perubahan iklim global akan berpengaruh terhadap perilaku unsur-unsur iklim

seperti curah hujan, suhu, radiasi, dan evapotranspirasi. Hasil penelitian

Kaimuddin (2000) yang membagi data hujan bulanan historis (1931-1990)

menjadi dua periode yaitu tahun 1931-1960 dan 1961-1990, diperoleh

kecendrungan bahwa hujan di musim hujan di wilayah Selatan Indonesia,

khususnya Lampung, Jawa, dan sebagian kawasan Indonesia Timur akan

semakin basah, sebaliknya hujan musim kemarau akan semakin kering.

Sebaliknya untuk Indonesia bagian Utara (Sulawesi Utara, Kalimantan Utara

dan Sumatera bagian Utara), curah hujan musim hujan akan semakin

berkurang sedangkan curah hujan musim kemarau akan cenderung semakin

tinggi. Permasalahan yang menjadi bahan kajian adalah : Oldeman (1975)

membuat klasifikasi iklim berdasarkan data iklim di bawah tahun 1980-an.

Pada kondisi setelah tahun 1980, apakah terjadi perubahan karakteristik iklim

secara spasial dan temporal terutama pada periode bulan basah dan bulan

kering yang menjadi dasar klasifikasi iklim Oldeman di Provinsi Jawa Timur.

2. Cakupan lokasi pengkajian adalah lahan kering di Provinsi Jawa Timur. Lahan

kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha petanian dengan

menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapakan dari

(19)

Lahan kering dalam penelitian ini dibatasi pada lahan tegal/ladang yang

sumber air untuk pengelolaan tanamannya hanya bersumber dari curah hujan

dan berada pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut (dpl). Sebaran

lahan kering yang dimaksud tersebut di Jawa Timur berada pada zona II

(wilayah dengan lereng 16-40 %), zona III (wilayah dengan lereng 8 – < 16

%), dan zona IV (wilayah dengan lereng 0 – < 8 %) pada peta zona

Agroekologi yang telah dibuat BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)

Jawa Timur tahun 2003. Tipe pemanfaatan lahan dan luas penyebarannya

adalah sebagai berikut (PSE, 2003):

a. Zona I.1 tipe pemanfaatan lahan adalah Kehutanan (Hutan lindung)

dengan luas penyebaran 22.320 ha atau 0,47%.

b. Zona I.2 tipe pemanfaatan lahan adalah Kehutanan (Hutan Produksi)

dengan luas penyebaran 1.074.410 ha atau 22,42%

c. Zona II tipe pemanfaatan lahan adalah Perkebunan (Budidaya Tanaman

Tahunan) dengan komoditas perkebunan dataran > 700 m dpl seluas

137.110 ha atau 2.8%, dan komoditas perkebunan dataran 0-700 m dpl

seluas 831.265 ha atau 17,35%.

d. Zona III tipe pemanfaatan lahan adalah Wana Tani (Agro Forestry)

dengan komoditas wana tani dataran > 700 m dpl seluas 6.200 ha atau

0,13%, dan komoditas wanatani dataran 0-700 m dpl seluas 583.060 ha

(20)

e. Zona IV tipe pemanfaatan lahan adalah pertanian tanaman pangan lahan

basah (sawah) seluas 1.731.000 ha atau 36,12%, pertanian tanaman

pangan tadah hujan lahan kering seluas 281.668 ha atau 5,87%.

f. Zona VI tipe pemanfaatan lahan adalah kehutanan (hutan pantai) dengan

luas penyebaran 75.640 ha atau 1,58%.

Masalah utama di lahan kering adalah terbatasnya air yang hanya dapat

diperoleh dari curah hujan. Keterbatasan air di lahan kering akan meningkat

dengan terjadinya kekeringan yang saat ini intensitasnya meningkat.

Kerentanan lahan kering terhadap kekeringan bervariasi antar wilayah dan

waktu. Kattenberg et al.(1996) menyatakan bahwa tingkat kerusakan akibat kekeringan pada tahun-tahun ENSO (El-Nino Southern Oscillation) semakin

meluas dan semakin berat.

3. Pengelolaan pola tanam merupakan salah satu kunci keberhasilan usahatani

tanaman pangan di lahan kering. Wahab et al. (2007) menunjukkan bahwa petani lahan kering di Kabupaten Pacitan dalam menanam padi belum

memperhatikan kondisi iklim yang terjadi. Pada bulan November 2002 terjadi

peningkatan anomali SML yang signifikan (sekitar 2 oC) yang diikuti oleh

curah hujan di bawah rata-ratanya, tetapi petani masih tetap menanam padi

gogo di lahan kering. Akibatnya banyak terjadi gagal panen tahun 2003 seperti

yang dilaporkan Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan. Luas areal yang terkena

kekeringan pada tahun 2003 adalah 2.074,67 ha. Bila rata-rata produktivitas

padi gogo di Kabupaten Pacitan adalah 38,5 kw/ha GKG, maka terjadi

(21)

seringkali harus menanam lebih dari satu kali akibat seringnya terjadi hujan

tipuan (false rain). Hujan tipuan ialah hujan yang hanya terjadi satu atau dua

hari saja kemudian diikuti oleh hari tidak hujan selama beberapa hari yang

terjadi pada awal-awal masuknya musim hujan. Petani biasanya menyangka

bahwa dengan sudah ada hujan 1-2 hari di bulan November awal musim hujan

sudah masuk, padahal sebenarnya belum masuk musim hujan sehingga petani

tertipu dengan false rain (Wahab et al., 2007). Pola tanam adalah suatu pola bercocok tanam selama kurang lebih satu tahun yang terdiri dari satu atau

beberapa jenis tanaman secara bergiliran dan bersisipan atau bertumpangan

dengan maksud untuk meningkatkan produksi usahatani pada setiap satuan

luas per satuan waktu . Pengaturan pola tanam berkaitan dengan periode masa

tanam (growing period). Periode masa tanam adalah suatu masa yang

ditentukan oleh lamanya air pengairan tersedia, lama hujan efektif, dan waktu

mulai dan berakhirnya penyediaan air pengairan dihubungkan dengan waktu

mulai dan berakhirnya musim hujan (Reddy, 1983). Dengan demikian,

pengelolaan pola tanam sangat berkaitan erat dengan ketersedian air bagi

tanaman. Penyediaan air bagi tanaman di lahan kering bersumber dari curah

hujan. Adanya perubahan iklim global yang mempengaruhi karakteristik curah

hujan dan fenomena ENSO/ kekeringan, akan berpengaruh terhadap

pengelolaan pola tanam. Pertanyaan permasalahan penelitian adalah :

bagaimana pengelolaan pola tanam yang harus dilakukan agar kerugian hasil

usahatani tanaman pangan dapat dikurangi dengan mempertimbangkan

(22)

4. Saat ini di Indonesia Teknologi di bidang pertanian bersaing sangat ketat, dari

persaingan tersebut diharapkan dapat menbantu mensejahterakan pelaku

pertanian dan mengurangi kerugian yang tejadi akibat perubahan iklim global

yang akan berpengaruh terhadap perilaku unsur-unsur iklim seperti curah

hujan, suhu, radiasi, dan evapotranspirasi. Oleh karena itu dengan adanya

sistem peringatan dini akan membantu mengoptimalkan hasil pertanian.

Adapun skema sistem adalah sebagai berikut :

Gambar 1.2 Skema Sistem

Suhu, Curah hujan, Kelembapan merupakan unsur dari iklim yang

mempengaruhi hasil pertanian di setiap daerah, sedangkan jenis tanah dan kadar Suhu Curah Hujan Kelembapan Jenis Tanah Kadar Air

Data tahun – tahun sebelumnya

PERHITUNGAN PREDIKSI

SISTEM INFORMASI

Suhu Curah Hujan Kelembapan Jenis Tanah Kadar Air

Data Pr ediksi Beber apa Bulan ke Depan

(23)

air merupakan unsur tanah yang memberikan kehidupan pada setiap tanaman. Jadi

data lama dari unsur iklim dan unsur tanah, yaitu data sekitar 2-3 tahun yang telah

silam merupakan data acuan untuk menghasilkan sebuah peringantan kekeringan

dan pola tanam.

Setelah data beberapa tahun yang lalu di dapat sistem akan melakukan

perhitungan yang kemudian menghasilkan data baru, yaitu data unsur iklim dan

unsur tanah, kemudian data ini menjadi sebuah indeks yang menentukan tingkat

kekeringan dan pola tanam di masa datang

1.3Tujuan

Tujuan dari perencanaan dan pembuatan sistem informasi ini adalah:

1. Menganalisis perubahan karakteristik iklim berdasarkan spasio dan

temporal dengan teknologi mobile.

2. Menentukan pengelolaan pola tanam di lahan kering dengan

memperhatikan kondisi curah hujan, lengas tanah dan tanaman (crop

water balance), dan perilaku petani dalam mengatasi kekeringan berbasis teknologi mobile .

3. Membuat Sistem informasi berbasis WEB untuk menyebar luaskan informasi tentang kekeringan dan pola tanam kepada masyarakat luas

terutama petani.

4. Memberikan informasi kekeringan dengan menggunakan teknologi

(24)

1.4Batasan Masalah

Dalam pembuatan skripsi yang akan saya susun ini diambil beberapa

batasan masalah sebagai berikut:

1. Merancang sistem informasi berbasis teknologi mobile yang hanya sebatas

memberikan informasi kepada pengguna / petani tentang kondisi lapangan

/ lahan tanam dan bagaimana memperoleh hasil produksi yang meningkat

dengan kondisi iklim yang tidak menentu / iklim global.

2. Batasan masalah pada sistem ini jangkauannya hanya khusus di daerah /

wilayah yang sudah ditentukan di Jawa Timur.

1.5Manfaat

Manfaat dari perencanaan dan pembuatan sistem informasi ini adalah:

1. Menghasilkan Sistem Informasi Geografis berbasis web yang menitik beratkan pada informasi tingkat kekeringan dan pola tanam.

2. Pengguna dapat mengakses Informasi Tingkat Kekeringan dan Pola

Tanam menggunakan teknologi mobile.

3. Membantu pemerintah dalam sektor pertanian.

1.6Metodologi Penulisan

Penelitian analisis tingkat kekeringan sebagai dasar pengelolaan pola

tanam di lahan kering pada prinsipnya mengkaji karakteristik kerentanan lahan

kering di Jawa Timur terhadap kekeringan. Kekeringan yang dimaksudkan dalam

(25)

tanah. Sebelum menganalisis lebih jauh terhadap tingkat kekeringan, penelitian ini

juga mengkaji bagaimana peubah iklim tersebut dipengaruhi oleh kondisi

perubahan iklim global. Beberapa tahun terakhir ini masyarakat petani merasakan

adanya suatu perubahan musim dalam pengelolaan usaha taninya.

Analisis dilakukan terhadap seluruh stasiun yang menyebar di seluruh

kabupaten di Jawa Timur. Hasil analisis selanjutnya dipetakan secara spasial dan

temporal bulanan, sehingga dapat dijelaskan bagaimana pola spasio temporal

tingkat kekeringan dan pola tanam yang terjadi di lokasi penelitian.

1. Pengembangan Konsep Sistem

Pada tahap ini, proses dominan yang dilakukan adalah studi literatur.

Beberapa hal yang dipelajari antara lain, definisi dan konsep sistem, sejarah

pengembangan, posisi penelitian ilmiah, dan aspek teknis. Disamping itu pada

tahap ini dilakukan survey pada kondisi nyata beberapa wilayah di Jawa

Timur, survey ini dilakukan di Lamongan, Lumajang, dan Tuban.

2. Penentuan Spesifikasi Sistem

Pada tahap ini, selain studi literatur dan survey lanjutan yang lebih spesifik,

dilakukan pula penentuan spesifikasi mulai dari spesifikasi sistem secara

keseluruhan, sistem flow, rancangan sistem, pemrograman dan database.

3. Perancangan, Simulasi dan Pembuatan Sistem

Pada penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Merancang dan membuat arsitektur peta.

Merancang dan membuat perangkat lunak sistem peringatan dini.

(26)

Merancang dan membuat arsitektur database.

Menganalisa dengan simulator

4. Pengujian dan Analisis

Pada tahap ini akan dilakukan perbandingan desain yang dibuat dengan desain

yang sudah dikembangkan dalam simulator dan modul tersebut. Pengujian

dilakukan adalah :

a. Pengujian Laboratorium

o Proses Pengujian Sub sistem, dilakukan untuk mengetahui tiap-tiap

modul / sub sistem berjalan dengan baik, selanjutnya adalah pengujian

secara keseluruhan

o Proses pengujian sistem di laboratorium meliputi uji fungsionalitas

sistem dan optimasi desain

o Uji fungsionalitas dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja sistem

dalam menjalankan protokol yang digunakan.

o Uji Optimasi Desain dilakukan untuk menentukan uji konsumsi energi

pada sistem, peralatan penghubung termasuk jaringan nirkabel-nya

b. Pengujian Lapangan

o Pengujian Lapangan akan langsung di uji oleh pihak-pihak terkait.

o Pengujian server sebagai pengolah data

o Pengujian Jaringan Nirkabel, dengan konsep localhost maupun internet

o Pengujian data hasil perhitungan dengan peralatan mobile

(27)

5. Dokumentasi

Dokumentasi berupa penulisan laporan penelitian sudah dilakukan sejak awal

penelitian. Hasil laporan tiap bab penyusun merupakan keluaran (deliverables)

tertulis dari setiap tahapan penelitian.

1.7Sistematika Penulisan

Maksud dari sistematika penulisan adalah untuk memperoleh suatu

penyusunan masalah yang berkaitan langsung dengan yang lainnya dengan

menggunakan metoda penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang pendahuluan, latar belakang,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan pembuatan

tugas akhir dan sistimatika penulisan laporan ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang dasar teori, yakni dasar teori system

informasi dan perancangan pembuatan sistem informasi ini yang

diambil dari beberapa literatur antara lain database power

designer, mysql.

BAB III : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini membahas tentang Tempat dan Waktu Penelitian

serta Diagram Alur Tugas akhir.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang perancangan sistem,

(28)

fungsional sistem, spesifikasi kebutuhan sistem, level pengguna

dan hak akses, perancangan antar muka dan implementasi.

BAB V : UJI COBA DAN EVALUASI

Bab ini berisi tentang uji coba yang akan dilakukan pada sistem

untuk mengetahui kesalahan atau error yang terjadi.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pelaksanaan tugas akhir

dan sistem yang dibuat serta saran yang mungkin dapat

bermanfaat bagi perbaikan dan perencanaan sistem yang lebih

lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

(29)

2.1.Iklim Di Indonesia

Pada tahun-tahun belakangan ini, umat manusia dihadapkan pada suatu

ancaman global yang belum pernah dihadapi oleh generasi terdahulu. Pemanasan

global yang memicu terjadinya perubahan iklim bumi telah menyebabkan

perubahan-perubahan terhadap sistem fisik dan biologis bumi kita. Kenaikan

temperatur bumi telah menyebabkan melelehnya bongkahan-bongkahan es di

Kutub Utara dan Selatan bumi. Hal tersebut menyebabkan kenaikan permukaan

air laut yang mengancam kawasan pantai serta makhluk hidup yang mendiaminya.

Di beberapa lokasi di Indonesia telah tercatat kenaikan permukaan air laut sebesar

8 mm per-tahun. Pemanasan Global juga menyebabkan Perubahan iklim yang

telah merubah pola musim panas menjadi semakin panjang, semakin panas dan

kering sebagian akibat pengaruh el nino.

Dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan dan kehidupan, dapat

dibedakan menurut tingkat kenaikan suhu dan rentang waktu. Bila suhu bumi

meningkat hingga 3oC diramalkan sebagian belahan bumi akan tenggelam, karena

meningkatnya muka air laut akibat melelehnya es di daerah kutub, misalnya

Bangladesh akan tenggelam. Bencana tzunami akan terjadi lagi di beberapa

tempat, kekeringan dan berkurangnya beberapa mata air, kelaparan dimana-mana.

Akibatnya banyak penduduk dari daerah-daerah yang terkena bencana akan

(30)

berdampak terhadap stabilitas sosial dan ekonomi, kejadian tersebut sudah sering

kita dengar terjadi di Indonesia paska bencana.

Perubahan yang lain adalah meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang

ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Perubahan-perubahan

tersebut akan berpengaruh terhadap hasil pertanian, berkurangnya salju di puncak

gunung, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis flora dan fauna. Akibat

perubahan global tersebut akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam

perencanaan dan pengembangan wilayah, pengembangan pendidikan dan

sebagainya. Guna menghindari terjadinya bencana besar yang memakan banyak

korban, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak

pemanasan global.

Saat ini iklim yang berubah tersebut banyak dirasakan oleh petani dengan

banyaknya kesalahan dalam menerapkan kebiasaan musim tanam, terutama dalam

menerapkan waktu tanam sehingga terjadi pengurangan/ kegagalan produksi

tanaman pangan. Di Kabupaten Pacitan, gangguan kekeringan yang dirasakan

petani selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan semakin meningkat. Dari hasil

survei yang dilakukan di Kecamatan Pringkuku-Pacitan pada tahun 2007 semua

responden (30 petani lahan kering) mengalami kekeringan dalam melakukan

usahatani. Petani yang selalu mengalami kekeringan sebanyak 29 %, sering

mengalami kekeringan sejumlah 33 % dan petani yang mengalami kekeringan

dengan secara berkala (kadang-kadang) sejumlah 38 % (Wahab et al., 2007).

Dengan kata lain, petani sering menyatakan saat ini ”mangsa” sudah berubah,

sehingga acuan pranata mangsa yang menjadi acuan petani seringkali

(31)

Perubahan karakteristik iklim yang terjadi secara spasial dan temporal

menyebabkan penyediaan air tanah (ground water) relatif terbatas. Ketersedian air

tanah selain dipengaruhi curah hujan, evaporasi, jenis tanah, juga dipengaruhi oleh

penutupam vegetasi di atasnya. Meningkatnya degradasi lahan hutan tangkapan

hujan karena ulah manusia mengakibatkan penyediaan air pada sumber mata air

dari tahun ke tahun semakin menurun (Suwardji et al., 2002). Perubahan pola

curah hujan berdampak terhadap ketersediaan air di masa datang terutama pada

wilayah lahan kering, sehingga ketersediaan sistem pengelolaan air yang efisien

dan efektif akan semakin diperlukan (Boer et al., 2005).

Untuk mengatasi kejadian kekeringan pada pertanaman di lahan kering

apabila curah hujan sudah mulai berkurang atau musim hujan lebih pendek, usaha

yang dilakukan petani adalah mencari tanaman yang sesuai, membuat parit, dan

mengairi tanaman dengan menyewa pompa (Wahab et al., 2007). Dari hasil

wawancara dengan sejumlah petani lahan kering di Kecamatan

Pringkuku-Kabupaten Pacitan (30 responden) menunjukkan bahwa petani yang mengganti

jenis tanaman dari kebiasaan musim yang lalu sejumlah 42 %, memanfaatkan

sisa-sisa air dengan membuat parit untuk mengalirkan air ke tanaman sejumlah

37,5 %, menyewa pompa air untuk mengairi tanaman sebesar 16,5 %, dan

membiarkan saja sebanyak 4 %. Umumnya hal ini dilakukan petani pada saat

MT-2 yang berlangsung pada bulan April hingga Mei. Pada pertanaman musim

berikutnya (MT-3/MK-2) yang umumnya bulan-bulan kering, usaha yang

dilakukan petani untuk mengatasi musim kering pada pertanamannya adalah

membiarkan tanaman begitu saja sejumlah 62,5 %, mengairi tanaman dengan

(32)

dan membumbun tanaman 3,5 %. Pengairan pada pertanaman MT-1 dan MT-2

hanya dapat dilakukan apabila terdapat sumur di sekitar lahannya dan sumur

buatan tersebut masih terdapat air di dalamnya.

Tindakan konservasi air yang biasa dilakukan petani di lahan kering dalam

upaya mengurangi resiko kekeringan menurut Arifin et al. (2001) adalah : 1)

petani menggunakan varietas genjah, dan toleran terhadap kekeringan, 2)

persiapan lahan (tanpa olah tanah atau minimum tillage, olah tanah segera setelah

panen dan penggunaan pupuk organik), 3) pompanisasi air tanah dangkal dan air

sungai/waduk, dan 4) pembuatan tandon/embung untuk menyimpan air pada saat

musim hujan.

2.2.Pr ovinsi Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia.

Ibukotanya adalah Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah

penduduknya 37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di

antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua

di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di

utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta ProvinsiJawa

Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau

Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut

Jawadan Samudera Hindia(Pulau Sempu dan Nusa Barung).

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85%

(33)

Jawa Timur telah dihuni manusia sejak zaman prasejarah. Hal ini dapat

dibuktikan dengan ditemukannya sisa-sisa dari fosil Pithecantrhropus

mojokertensis di Kepuhlagen-Mojokerto, Pithecanthropus erectus di

Trinil-Ngawi, dan Homo wajakensis di Wajak-Tulungagung.

2.2.1. Geogr afi J awa Timur

Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di

timur,Samudera Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Panjang

bentangan barat-timur sekitar 400 km. Lebar bentangan utara-selatan di bagian

barat sekitar 200 km, namun di bagian timur lebih sempit hingga sekitar

60 km.Madura adalah pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan

Jawa oleh Selat Madura. Pulau Bawean berada sekitar 150 km sebelah utara Jawa.

Di sebelah timur Madura terdapat gugusan pulau-pulau, yang paling timur

adalah Kepulauan Kangean dan yang paling utara adalah Kepulauan Masalembu.

Di bagian selatan terdapat dua pulau kecil yakni Nusa Barung danPulau Sempu.

2.2.2. Relief J awa Timur

Secara fisiografis, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam

tiga zona: zona selatan (plato), zona tengah (gunung berapi), dan zona utara

(lipatan). Dataran rendah dan dataran tinggi pada bagian tengah (dari Ngawi,

Blitar, Malang, hingga Bondowoso) memiliki tanah yang cukup subur. Pada

bagian utara (dari Bojonegoro, Tuban, Gresik, hingga Pulau Madura)

terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng yang relatif tandus.

Pada bagian tengah terbentang rangkaian pegunungan berapi: Di perbatasan

(34)

Madiun tedapat Gunung Wilis (2.169 meter) dan Gunung Liman(2.563 meter).

Pada koridor tengah terdapat kelompok Anjasmoro dengan

puncak-puncaknya Gunung Arjuno (3.239 meter), Gunung Welirang (3.156

meter), Gunung Anjasmoro (2.277 meter), Gunung Wayang (2.198

meter),Gunung Kawi (2.681 meter), dan Gunung Kelud (1.731 meter);

pegunungan tersebut terletak di sebagian Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar,

KabupatenMalang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, dan

Kabupaten Jombang. Kelompok Tengger memiliki puncak Gunung Bromo (2.192

meter) dan Gunung Semeru (3.676 meter). Semeru, dengan puncaknya yang

disebut Mahameruadalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Di daerah Tapal

Kuda terdapat dua kelompok pegunungan: Pegunungan Iyang dengan

puncaknya Gunung Argopuro (3.088 meter) dan Pegunungan Ijen dengan

puncaknya Gunung Raung (3.332 meter).

Pada bagian selatan terdapat rangkaian perbukitan, yakni dari pesisir pantai

selatan Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, hingga Malang. Pegunungan

Kapur Selatan merupakan kelanjutan dari rangkaian Pegunungan

Sewu diYogyakarta.

2.2.3. Hidr ografi J awa Timur

Dua sungai terpenting di Jawa Timur adalah Sungai Brantas (290 km)

danBengawan Solo. Sungai Brantas memiiki mata air di daerah Malang. Sesampai

di Mojokerto, Sungai Brantas pecah menjadi dua: Kali Mas dan Kali Porong;

keduanya bermuara di Selat Madura. Bengawan Solo berasal dari Jawa Tengah,

(35)

Di lereng Gunung Lawu di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah

terdapatTelaga Sarangan, sebuah danau alami. Bendungan utama di Jawa Timur

antara lain Bendungan Sutami dan Bendungan Selorejo, yang digunakan untuk

irigasi, pemeliharaan ikan, dan pariwisata.

2.2.4. Iklim J awa Timur

Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan dengan wilayah Pulau

Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang lebih

sedikit. Curah hujan rata-rata 1.900 mm per tahun, dengan musim hujan selama

100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34 °C. Suhu di daerah pegunungan

lebih rendah, dan bahkan di daerah Ranu Pani (lereng Gunung Semeru), suhu bisa

mencapai minus 4 °C,yang menyebabkan turunnya salju lembut.

2.2.5. Pembagian Administratif

Secara administratif, Jawa Timur terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota,

menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota

terbanyak di Indonesia.

No. Kabupaten/Kota Ibu kota

1 Kabupaten Bangkalan Bangkalan

2 Kabupaten Banyuwangi Banyuwangi

3 Kabupaten Blitar Kanigoro [4]

4 Kabupaten Bojonegoro Bojonegoro

5 Kabupaten Bondowoso Bondowoso

6 Kabupaten Gresik Gresik

7 Kabupaten Jember Jember

8 Kabupaten Jombang Jombang

9 Kabupaten Kediri Kediri [5]

(36)

11 Kabupaten Lumajang Lumajang

12 Kabupaten Madiun Madiun [6]

13 Kabupaten Magetan Magetan

14 Kabupaten Malang Kepanjen[7]

15 Kabupaten Mojokerto Mojokerto[8]

16 Kabupaten Nganjuk Nganjuk

17 Kabupaten Ngawi Ngawi

18 Kabupaten Pacitan Pacitan

19 Kabupaten Pamekasan Pamekasan

20 Kabupaten Pasuruan Pasuruan

21 Kabupaten Ponorogo Ponorogo

22 Kabupaten Probolinggo Kraksaan[9]

23 Kabupaten Sampang Sampang

24 Kabupaten Sidoarjo Sidoarjo

25 Kabupaten Situbondo Situbondo[10]

26 Kabupaten Sumenep Sumenep

27 Kabupaten Trenggalek Trenggalek

28 Kabupaten Tuban Tuban

29 Kabupaten Tulungagung Tulungagung

30 Kota Batu[11] -

Tabel 2.1 Nama Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Dalam penelitian kali ini penulis akan sedikit menjelaskan tentang beberapa

(37)

1. Kabupaten Lamongan

Kabupaten Lamongan, adalah sebuah kabupaten diProvinsi Jawa

Timur,Indonesia. Ibukotanya adalah Lamongan. Kabupaten ini berbatasan

denganLaut Jawa di utara,Kabupaten Gresik di timur, Kabupaten

Mojokerto danKabupaten Jombang di selatan, serta Kabupaten Bojonegoro

dan Kabupaten Tubandi barat.

A. Gambar an Umum Daerah

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6'51'54" sampai denga

7'23'06" Lintang Selatan dan 112'33'45" Sampai dengan 112'33'45" Bujur Timur

Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8km² atau

+3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai

sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas

902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari permukaan laut.

Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan

secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:

1. Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendah yang relatif

agak subur

yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi,

Pucuk,

Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo dan

Kembangbahu.

2. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur

berbatu-batu dengan

kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup,

Sambeng,

Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan

Solokuro.

3. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan

(38)

Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng,

Kalitengah,

Turi, Karangbinagun, Glagah.

Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah: Sebelah Utara

perbatasan dengan laut jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Gresik,Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten

Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan Kabupaten

Tuban.

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian

wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan

terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter

seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya

4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut.

Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan

merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya adalah datar

atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di kecamatan Lamongan,

Deket, Turi,Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah,

Karanggeneng,Glagah, Karangbinagun,Mantup, Sugio, Kedongpring, Sebagian

Bluluk, Modo, dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya

adalah sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat

kemirimgan lahan 40% lebih.

Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: baku

sawah (PU) 44.08 Hektar, Baku sawah tidak resmi (Non PU) 8.168,56 Hektar,

(39)

12.418,89 Hektar, Tambak / kolam / waduk 3.497,72 Hektar, kawasan hutan

32.224,00 Hektar, kebun Campuran 212,00 Hektar, Rawa 1.340,00 Hektar, Tanah

tandus / kritis 889,00 Hektar dan lain-lain 15.092,51 Hektar.

B.Kondisi Ekonomi

1. Potensi Unggulan Daerah

Hasil analisa komparatif dan sektor unggulan berdasarkan data produk

Domestik regional Bruto (PDRB) melalui indeks Dominasi antar daerah di

propinsi Jawa Timur (38 kabupaten/ kota) dengan menggunakan 2(dua)

indikator utama yaitu statis location Quotion (SLQ) dan Dynamic Location

Quotion (DLQ), maka dapat diketahui sektor-sektor unggulan daerah di

Kabupataen Lamongan. Adapun sektor unggulan Kabupaten Lamongan

tersebut antara lain :

1. Sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan

perikanan,

2. Sektor industri pengolahan (khususnya sub sektor industri tanpa

migas: industri tekstil, barang kulit, barang kayu, kertas dan barang

cetakan),

3. Sektor bangunan / kontruksi,

4. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (khususnya sub sektor

perdagangan besar dan eceran dan sub sektor hotel),

5. Sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta

6. Sektor jasa (khususnya sub sektor sosial dan kemasyarakatan, hiburan,

(40)

Selain berdasarkan hasil analisa diatas, potensi unggulan suatu daerah

juga dapat dilihat dari kondisi sumberdaya yang dimiliki. Berdasarkan

kondisi sumber daya alam yang ada, potensi unggulan daerah Kabupaten

Lamongan di sektor pertanian khususnya nampak pada sub sektor tanaman

pangan dan sub sektor perikanan. Dengan total baku lahan sawah seluas

83.213 hektare(sekitar 7,23% dari total Jawa Timur Kabupaten Lamongan

pada tahun 2006 mampu memberikan kontribusi produksi gabah sebanyak

776.085 ton GKG (7,14% dari total produksi gabah di Jawa Timur atau

terbesar ke-2 di Jawa Timur). Kabupaten Lamongan juga merupakan

penghasil nomor 5 (lima) terbesar di Jawa Timur untuk komoditi jagung,

yaitu sebesar 5,61% dari total Jawa Timur.

Sedangkan untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan mampu

memberikan kontribusi sebesar 15,25% dari total produksi ikan di Jawa

Timur atau merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar

65.874,984 ton senilai kurang lebih Rp.446 milyard. Kontribusi terbesar

produksi ikan di Kabupaten Lamongan disumbangakan oleh produksi ikan air

tawar (sawah tambak) dan produksi perikanan laut. Perikana sawah tambak

yang didukung areal 22.422,49 hektare mampu memberikan produksi ikan air

tawar sebesar di Jawa Timur, sedangkan perikanan laut yang didukung

19.994 nelayan dan 5.385 armada kapal penangkap ikan mampu

menghasilkan produksi ikan terbesar nomor 3 (tiga) di Jawa Timur setelah

Kabupaten Sumenep dan Probolinggo.

Sedangkakan pada sektor indusri pengolahan, keunggulan potensi sektor

(41)

dan Usaha Mikro kecil Menengah (UMKM) yang ada. Berdasarkan data

tahun 2006,di Kabupaten Lamongan berkembang 13.676 unit industri non

formal dan 445 unit industri formal yang kesemuanya memberikan kontribusi

yang tidak sedikit terhadap perekonomian daerah dan penyerapan tenaga

kerja di Kabupaten Lamongan.

Besarnya volume perdagangan di Kabupaten Lamongan khususnya

komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian dan industri hasil produk

lamongan merupakan suatu potensi unggulan daerah yang perlu didukung

dengan system pemasaran yang efisien dan dukungan sarana prasarana

(infrastruktur) yang baik. Surplus beras pada tahun 2006 yang kurang lebih

mencapai 358.000 ton merupakan salah satu komodoti perdagangan unggulan

daerah, demikian juga komoditi perikanan air tawar (sawah tambak) dan

perikanan laut yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian

daerah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2006 memberikan

perumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 10,37%.

2. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB

Nilai total PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten

Lamongan pada tahun 2006 (yang masih merupakan angka estimasi/sangat

sementara) adalah sebesar Rp.4,082 triliun. Sedangkan berdasarkan atas dasar

berlaku (ADHB), PDRB Kabupaten Lamongan mencapai Rp.5,872 triliun

atau meningkat sebesar 10,24% dibandingkan tahun 2005 dimana sebesar

Rp.2,283 triliun disumbangkan oleh sektor pertanian .

Struktur perekonomian Kabupataen Lamongan yang masih besar

(42)

masih dibawah rata-rata Jawa Timur dan Nasional Persoalan struktural yang

dialami oleh sektor pertanian selama ini mengakibatkan rendahnya kontribusi

sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini dapat dilihat

dari nilai pertumbuhan ekonomi yang disumbangakan oleh sektor pertanian

selam kurun waktu 2002-2006 relatip stagnan, dimana pada tahun 2006 hanya

tumbuh sebesar 1,72%, paling rendah dibandingkan pertumbuhan

sektor-sektor lainnya. Berkaitan dengan kondisi tersebut, upaya peningakatan nilai

tambah produk-produk komoditi pertanian pada tahun-tahuin mendatang

melalui pengembangan kegiatan pengolahan hasil komoditi pertanian

(industri pengolahan berbasis komoditi pertanian) menjadi salah satu

pemecahannya.

Berdasarkan data perkembangan salama 5 (Lima) tahun terakhir (2002

s/d2006) struktur perekonomian Kabupaten Lamongan masih belum banyak

mengalami perubahan yaitu masih ditopang utamanya oleh sektor primer

(khususnya oleh sektor pertanian). Meski demikian peranan sektor primer

menunjukkan kecenderungan samakin menurun, sedangkan sektor tersier

(khususnya sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor jasa-jasa)

menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2006 sektor pertanian

masih memberikan kontribusi terbesar yaitu 43,22% terhadap total PDRB

ADHK Kabupaten Lamongan, kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor

perdagangan, hotel & restoran (29,58%) dan sektor jasa-jasa (11,48 %), dan

(43)

2. Kabupaten Lumajang

Kabupaten Lumajang, adalah sebuah kabupaten diProvinsi Jawa

Timur,Indonesia. Ibukotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan

denganKabupaten Probolinggodi utara, Kabupaten Jember di timur,Samudra

Hindia di selatan, sertaKabupaten Malang di barat.

A. Geogr afi

Kabupaten Lumajang terletak pada 112°53' - 113°23' Bujur Timur dan 7°54' -

8°23' Lintang Selatan. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Lumajang adalah

1790,90 km2. Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit

oleh tiga gunung berapi yaitu:

§ Gunung Semeru(3.676 m)

§ Gunung Bromo(2.392 m)

§ Gunung Lamongan (1.668 m)

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut:

§ Sebelah barat: Kabupaten Malang

§ Sebelah utara: Kabupaten Probolinggo

§ Sebelah timur: Kabupaten Jember

§ Sebelah selatan: Samudera Indonesia

B. Relief

Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan tapal

kuda Provinsi Jawa Timur. Di bagian barat laut, yakni di perbatasan dengan

Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo, terdapat rangkaian Pegunungan

(44)

dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau

Jawa.

Bagian timur laut adalah ujung barat Pegunungan Iyang. Bagian Timur yang

ber-relief rendah menjadikan Lumajang memiliki banyak wisata Pantai seperti

Pantai Bambang, Watu Pecak, Watu Godeg dan Watu Gedeg. Dilingkaran

pegunungan semeru terdapat daerah piket nol yang menjadi puncak tertinggi di

lintas perbukitan selatan berdekatan dengan Goa Tetes yang eksotis. Di Daerah

Sumber Mujur juga terdapat Kawasan Hutan Bambu di sekitar mata air Sumber

Deling yang merupakan kawasan pemuliaan dan pelestarian aneka jenis tanaman

bambu yang menjadi habibat bagi kawanan kera dan ribuan kelelawar (keloang).

Terdapat juga sebuah tempat wisata mata air suci dan pura watu klosot di

Pasrujambe yang menjadi kawasan tujuan wisata bagi peziarah hindu dari Bali.

Ketinggian daerah Kabupaten Lumajang bervariasi dari 0-3.676 m dengan daerah

yang terluas adalah pada ketinggian 100-500 m dari permukaan laut 63.405,50 Ha

(35,40 %) dan yang tersempit adalah pada ketinggian 0-25 m dpl yaitu 19.722,45

Ha atau 11,01 % dari luas keseluruhan Kabupaten.

C. Iklim

Kabupaten Lumajang beriklim tropis. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan

Ferguson termasuk iklim type C dan sebagian kecamatan lainnya beriklim D.

Jumlah curah hujan tahunan berkisar antara 1.500-2.500 mm. Temperatur

sebagian besar wilayah 24°C - 32°C, sedangkan di kawasan pegunungan dapat

mencapai 5°C, terutama di daerah lereng Gunung Semeru.

Iklim adalah keadaan cuaca pada suatu tempat pada periode yang panjang.

(45)

kegiatan sehari-hari. Unsur-unsur yang sifatnya tertentu seperti temperatur, hujan,

angin dan tekanan udara diamati sifatnya selama selang waktu yang panjang (30

tahun).

Di Kabupaten Lumajang penentuan iklim didasarkan sistem Shcmidt dan

Ferguson. Sistem ini hanya membandingkan jumlah bulan basah dan bulan kering.

Berdasarkan klasifikasi Shcmidt dan Ferguson terdapat tiga macam iklim di

Kabupaten Lumajang. Tipe pertama adalah iklim tipe C, yaitu iklim yang bersifat

agak basah. jumlah bulan kering rata-rata kurang dari tiga bulan dan buah-buahan

lainnya adalah bulan basah dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 100

mm.

Bulan-bulan kering tersebut rata-rata terjadi pada bulan Juli, Agustus dan

September, dan bulan-bulan lainnya adalah bulan basah.

D. Hidr ografi

Kabupaten Lumajang mempunyai 31 sungai dan 6 air terjun. Selain itu juga

terdapat danau (ranu) yakni Ranu Pakis, Ranu Klakah dan Ranu Bedali di

kecamatan Klakah serta Ranu Pane dan Ranu Gumbolo di kecamatan Senduro.

Sungai-sungai besar dengan daerah aliran di lumajang dan sekitarnya antara

lain Sungai Besuk Sat, Sungai Bondoyudo, Sungai Kaliasem, Sungai Kalimujur,

Sungai Kali Pancing dan Sungai Rejali yang hampir kesemuanya bermuara di

Pantai Laut Selatan.

Di daerah ini juga terdapat beberapa tempat wisata yang tidak kalah

menariknya dari daerah lain seperti piket nol, hutan bambu dan juga pantai

bambang dan pemandian selo kambang yang terletak di kec. sumbersuko dan

(46)

Keadaan hidrologi dan pengairan merupakan keadaan yang menggambarkan

fisik tanah yang berhungungan dengan adanya genangan air, saluran irigasi,

sungai dan danau. Dengan mengetahui keadaan tersebut akan dapat diketahui

pemanfaatan tanah dan bagaimana cara pemanfaatnnya, yakni pada daerah yang

banyak terdapat aliran sungai, penduduknya banyak memanfaatkan sungai sebagai

sarana kehidupan rumah tangga sehari-hari.

Pada daerah yang banyak terdapat saluran irigasi berarti daerah tersebut telah

memanfaatkan tanahnya untuk budidaya pertanian lahan basah. Pada daerah yang

banyak terdapat alur sungai berarti daerah tersebut telah memnfaatkan air tersebut

sebagai bahan baku air bersih.

3. Kabupaten Tuban

Kabupaten Tubanadalah sebuahkabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu

kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan

panjang pantaimencapai 65 km. Penduduknya berjumlah sekitar 1 juta

jiwa. Tuban disebut sebagai Kota Walikarena Tuban adalah salah satu kota

di Jawayang menjadi pusat penyebaran ajaranAgama Islam namun beberapa

kalangan ada yang memberikan julukan sebagai kota tuak karena daerah Tuban

sangat terkenal akan penghasil minuman (tuwak &legen) yang berasal dari sari

bunga siwalan (ental).

Beberapa obyek wisata di Tuban yang banyak dikunjungi wisatawan

adalahMakam Wali, contohnya Sunan Bonang, Makam Syeh Maulana Ibrahim

Asmaraqandi (Palang), Sunan Bejagung dll. Selain sebagai kota

Wali, Tubandikenal sebagai Kota Seribu Goa karena letak Tuban yang berada

(47)

terdapatstalaktit dan Stalakmit. Goa yang terkenal di Tuban adalah Goa

Akbar, Goa Putri Asih, dll. Tuban terletak di tepi pantai pulau Jawa bagian utara,

dengan batas-batas wilayah: utara laut Jawa, sebelah timur Lamongan, sebelah

selatan Bojonegoro, dan barat Rembang dan Blora Jawa Tengah

A. Geogr afi

Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas

22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o

35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan

di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah

Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering

sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak

basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan

pada deretan pegunungan Kapur Utara.

Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan

Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai

Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara 5 Kecamatan,

yakni Kecamatan Bancar,Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan

Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung Utara dan

bagian Barat Jawa Timur yang berada langsung di Perbatasan Jawa

Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten

Rembang.Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur

Pantura dan titik tertinggi 500 myang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga

(48)

2.3.J ar ingan Komputer

Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan

peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Informasi dan data

bergerak melalui kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna

jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer

yang sama dan bersama-sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Setiap komputer, printer atau peripheral yang terhubung dengan

jaringan disebut node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan, ribuan atau bahkan jutaan node. (Tanenbaum, 2002)

1. Konsep Client-Server

Pada dasarnya, semua transaksi atau perpindahan data di jaringan komputer

tidak terlepas dari konsep client-server. Perpindahan data ini berlangsung karena adanya permintaan (request) dari salah satu komputer ke komputer lain

yang menyimpan data. Sebagai tanggapan permintaan data ini, maka komputer

penyimpan data akan memberikan tanggapan (response).

Tanggapan ini berupa pengiriman data yang ingin diakses oleh komputer yang

melakukan permintaan data. Dalam konsep client-server, komputer peminta data dinamakan sebagai client dan komputer pemilik data dinamakan sebagai

server. Datanya sendiri dapat berupa antara lain file, web, email dan lain-lain. Implementasi dari konsep client server ini adalah program yang memiliki

fungsi seperti dideskripsikan pada konsep tersebut. Contohnya sebuah

program web client berfungsi mengajukan request berupa data web, sementara

(49)

Sumber : www.ilmukomputer.com

Gambar 2.1. Konsep Client-server

2. Pr otokol J ar ingan

Protokol adalah Suatu kesepakatan mengenai bagaimana komunikasi akan

dilakukan (Tanenbaum, 2002). Dalam dunia komunikasi data komputer di

dalam suatu jaringan, protokol mengatur bagaimana sebuah komputer

berkomunikasi dengan komputer lain. Dalam jaringan komputer dapat

digunakan banyak macam protokol tetapi agar dua atau lebih komputer dapat

berkomunikasi, keduanya perlu menggunakan protokol yang sama. Protokol

berfungsi mirip dengan bahasa. Untuk mempermudah pengertian,

penggunaan, desain serta agar terjadi penyeragaman di antara perusahaan

pembuat peralatan jaringan komputer, Internasional Standard Organization (ISO) mengeluarkan suatu model lapisan jaringan yang disebut Open Systems

Interconnection (OSI). Di dalam model OSI ini, proses pengolahan data dibagi dalam tujuh lapisan (layer) dimana masing-masing lapisan mempunyai fungsi

sendiri-sendiri. Model OSI tidak membahas secara detail cara kerja dari

tiap-tiap lapisannya. Selain model OSI, ada juga model TCP/IP (Transmission

Control Protocol/Internet Protocol) yang dikeluarkan oleh Department of Defense America (DOD). Jika OSI terdiri dari tujuh lapisan maka TCP/IP hanya terdiri dari empat lapisan. Komputer-komputer yang terhubung ke

(50)

sama, yaitu protokol TCP/IP. Perbedaan jenis komputer dan sistem operasi

tidak menjadi masalah. Komputer dengan sistem operasi Windows dapat berkomunikasi dengan komputer Macintosh atau dengan Sun SPARC yang menjalankan Solaris.

3. HTTP (Hyper Text Transfer Protocol)

HTTP adalah suatu metode atau protokol untuk men-download file ke komputer. Protokol ini berbasis hyper text, sebuah format teks yang umum digunakan di Internet. (Maseleno, 2003).

Sebuah alamat internet akan berawalan protokol ini. Sebagai contoh untuk

mengakses situs yahoo, maka pada URL (uniform resource locator) atau alamat internet ditulis dengan http://www.yahoo.com Sedangkan halaman

situs yang dibuka umumnya akan berupa file HTML (Hyper Text Markup Language)

4. Inter net

Internet adalah kepanjangan dari Interconnection network, merupakan interkoneksi antara komputer-komputer (node) di seluruh dunia yang

membentuk sebuah jaringan komputer global. Internet adalah suatu istilah

umum yang dipakai untuk menunjuk jaringan (Network) tingkat dunia yang

terdiri dari komputer dan layanan atau servis untuk pemakai komputer, dan

(51)

Saat ini teknologi internet sudah merambah ke hampir seluruh kalangan

masyarakat. Internet digunakan untuk mencari dan menempatkan data dan

atau informasi, berkomunikasi dan juga bersosial secara elektronis.

5. Komunikasi Nirkabel(Wireless)

Komunikasi tanpa kabel diawali dengan adanya radio broadcasting tahun 1920, Motorola meluncurkan produk wireless communication yang komersial

yaitu berupa pager pada tahun 1974. Layanan seluler pertama adalah teknologi AMPS ( Advanced Mobile Phone Service) pada tahun 1992. Saat ini komunikasi tanpa kabel sudah sangat umum, dengan adanya telepon seluler

yang mampu melakukan komunikasi baik suara maupun data. Dengan

teknologi GSM, produk layanan komunikasi seluler ini mampu diterima

masyarakat luas dengan baik. Namun tingkat kebutuhan komunikasi data

menggunakan perangkat nirkabel terus meningkat.(Prasetyo, 2005). Berikut

adalah beberapa teknologi komunikasi tanpa kabel yang telah berkembang.

a. GSM (Global System for Mobile Communication)

GSM adalah teknologi seluler digital atau standar komunikasi yang

digunakan di seluruh dunia. GSM pertama kali diperkenalkan tahun 1991

dan pada tahun 1997 sudah dipakai secara luas di lebih dari 100 negara,

dan telah menjadi suatu standar telekomunikasi seluler bagi Asia dan

Eropa. GSM menggunakan frekuensi radio 900 MHz dan 1800 MHz di

Eropa, Asia dan Australia. Di Amerika Utara dan Amerika latin, frekuensi

yang digunakan adalah 1900 Mhz. Teknologi GSM memungkinkan

sampai dengan 8 (delapan) panggilan secara simultan pada frekuensi yang

Gambar

Gambar 2.2.
Gambar 2.3. Contoh Use Case
Gambar 2.5.
Gambar 2.8. Contoh Statechart Diagram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terima Kasih Yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Prof.. Fauzie Sahil, SpOG(K) dan

Perihal : Undangan Pelatihan Fasilitator Tahap II (Provinsi Jawa Tengah I) Program Pamsimas III TA 2016 Dalam rangka meningkatkan kapasitas Fasilitator Senior dan

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang di

Selain pengujian uji penetrasi, kinerja dari server virtual yang dikembangkan perlu diuji untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk melakukan perbadingan

Ulkus peptikum dapat disebabkan oleh (1) sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung, atau (2) berkurangnya kemampuan sawar mukosa gastroduodenalis untuk

Kesadaran akan relasi antara teks, konteks dan penafsir selalu mengalami dinamika dari waktu ke waktu. Sejak masa klasik hingga kontemporer, setiap penafsir selalu berusaha

Hubungan kesejarahan pada tanda gestur sksual tersebut adalah hubungan yang dikaitkan dengan mitos-mitos yang digunakan dalam budaya Barat , yakni tanda gestur seksual “ mano

PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA PADA KARYAWAN CV SEJAHTERA AUTO