• Tidak ada hasil yang ditemukan

Didalamnya merupakan penutup dari penelitian yang dilakukan.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Analisis Biaya Volume Laba

Dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis, manajemen menaruh perhatian besar pada peluang-peluang laba dari serangkaian alternatif tindakan yang dihadapinya. Sungguhpun demikian, menyangkut alternatif tindakan yang melibatkan perubahan tingkat kegiatan usaha, laba tidaklah selalu berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan usaha. Manajer perlu menyadari bahwa evaluasi-evaluasi yang lebih cermat dapat dilakukan terhadap peluang-peluang laba dengan cara mempelajari hubungan diantara biaya volume dan laba (cost volume profit). Analisis Biaya Volume Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian yang mengacu kepada biaya aktivitas seperti unit penjualan yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya dan laba. Analisis Biaya Volume dan Laba (cost volume profit) merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang pengertian Analisis Biaya Volume Laba (cost volume profit), maka akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli sebagai berikut :

Menurut Hansen & Mowen (2000:423) yaitu “analisis cost-volume-profit merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena

8

9

analisis CVP menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga, analisis ini menggabungkan semua informasi keuangan perusahaan”.

Menurut Garrison/Noreen (2006:322) yaitu “analisis cost-volume-profit adalah salah satu dari beberapa alat yang sangat berguna bagi manajer dalam memberikan perintah. Alat ini membantu manajer untuk memahami hubungan timbal balik antara biaya,volume, dan laba”.

Menurut Blocher/Chen/Cokins/Lin (2009:387) yaitu “analisis cost-volume-profit merupakan metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, harga jual per unit, dan tingkat output”.

Menurut Bustami (2006:208), analisis cost-volume-profit dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu.

3. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

4. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan.

10

5. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan.

Henry Simamora (2005 : 405) mengemukakan bahwa : “analisis biaya volume laba (cost-volume-profi-analysis) adalah pemeriksaan sistematik terhadap hubungan diantara harga jual, volume penjualan dan produksi, biaya, beban, dan laba.

Dari berbagai definisi tentang pengertian Analisis Biaya Volume Laba di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa yang menjadi fokus utama dalam analisis Biaya Volume Laba adalah harga produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel perunit, biaya tetap, komposisi dari kombinasi produk terjual. Analisis Biaya Volume Laba memberikan bantuan yang sangat penting untuk pengambilan keputusan manajemen, memberikan pandangan yang menyeluruh mengenai perencanaan laba serta memberikan petunjuk tentang kemungkinan perubahan dalam strategi manajemen.

b. Unsur-Unsur Analisis Biaya Volume Laba

1. Biaya

Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses input untuk menghasilkan output. Perusahaan mengolah input berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan output berupa sumber ekonomi lain yang nilainya lebih tinggi. Input yang dimaksud berupa biaya-biaya yang dipergunakan untuk menghasilkan output tadi, dalam artian bahwa kegiatan tersebut menghasilkan keuntungan atau profit bagi perusahaan. Bagi manajemen,

11

informasi biaya sangat penting untuk mengetahui apakah input yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dari nilai outputnya.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian biaya (cost) maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan beberapa pengertian dari biaya (cost) antara lain sebagai berikut :

Mursyidi (2008 : 14) mengemukakan bahwa “biaya adalah pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun yang akan datang”

Pengertian lain tentang biaya dikemukakan oleh Kuswadi (2005 : 19)

“mengatakan bahwa biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga. Barang atau jasa dapat dijual kembali, baik yang berkaitan dengan usaha pokok perusahaan maupun tidak”.

Dari berbagai pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa biaya (cost) merupakan suatu pengorbananyang diukur dengan harga untuk mendapatkan atau menghasilkan barang atau jasa sebagai output, dimana output tersebut mempunyai nilai yang lebih besar dari apa yang dikorbankan sebelumnya, atau dengan kata lain nilai input dari suatu kegiatan lebih kecil dari nilai outputnya.

2. Klasifikasi Biaya

Salah satu aktivitas yang penting dari manajemen adalah pengendalian jumlah dan banyaknya biaya-biaya yang terjadi dari aktivitas suatu perusahaan, olehnya itu manajemen harus memiliki teknik dan kemampuan dalam hal pengklasifikasian

12

biaya. Biaya perlu diklasifikasikan dengan maksud untuk membantu pihak manajemen mengetahui hubungan diantara data dan biaya sebagai bahan masukan dalam perencanaan dan pengendalian. Selain itu klasifikasi biaya dimaksudkan agar manajemen dapat menggunakan informasi biaya yang ada dengan seefektif dan seefisien mungkin. Pada umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai yang dalam akuntansi biaya dikenal dengan konsep “different cost for different purpose”.

Pengklasifikasian biaya menurut Mursyidi (2008 : 15) adalah :

1. Biaya dalam hubungannya dengan produk

2. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi 3. Biaya dalam hubungannya dengan obyek yang dibiayai

4. Biaya dalam hubungannya dengan aktivitas

Lebih lanjut Ahmad (2005 : 16) mengklasifikasikan biaya dalam hubungannya dengan pengendalian sebagai berikut :

1. Biaya yang terkendali (Controllable Cost)

2. Biaya yang tidak dapat dikendalikan (Uncontrollable Cost) 3. Discretionary atau Managed Cost atau Proggrammed Cost 4. Commited Cost atau Capacity Cost

5. Avoidable dan Unavoidable Cost 6. Imputed dan Sunk Cost

13

7. Oppurtunity Cost (biaya kesempatan)

Berdasarkan klasifikasi biaya yang telah dijelaskan di atas maka klasifikasi biaya yang tepat dengan Analisis Biaya Volume Laba adalah klasifikasi biaya berdasarkan perilaku biaya (cost behaviour). Berdasarkan perilakunya, para ahli mengelompokkannya dalam tiga bagan yaitu biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel atau biaya semi tetap. Berikut akan dijelaskan ketiga perilaku biaya tersebut berdasarkan pendapat beberapa ahli.

a. Biaya Variabel

Pengertian biaya variabel menurut Garrison (2006:257): “Biaya variable (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas”. Sedangkan pengertian biaya menurut Polimeni (1991:18): “variable cost are those in which total cost changes in direct proportion to changes in volume, or output, within the relevant range, while the unit cost remain constant”.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya variable merupakan biaya yang berubah-ubah sebanding dengan volume kegiatan atau output, contohnya: biaya bahan baku, komisi penjualan, dan biaya tenaga kerja langsung.

Jika tingkat aktivitasnya dilipatduakan, total biaya variabel juga akan berlipat dua.

Jika aktivitas naik 10%, maka total biaya variabel akan naik sebesar 10% juga. Jadi semakin besar volume kegiatan, maka semakin besar pula total biaya variabel.

Sedangkan biaya variabel per unit konstan dengan adanya perubahan volume

14

kegiatan. Besarnya volume kegiatan tidak akan berpengaruh terhadap biaya variabel per unit.

b. Biaya Tetap

Pengertian biaya tetap menurut Mulyadi (2000:507) yaitu “biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume tertentu. Biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan”

Karakteristik biaya tetap menurut Kamaruddin (1996:85):

a. Biaya total yang tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh periode yang ditentukan atau kegiatan tertentu.

b. Biaya per unitnya berbanding terbalik dengan perubahan volume, pada

volume rendah fixed cost unitnya tinggi, sebaliknya pada volume tinggi fixed cost per unitnya rendah.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa total biaya tetap tidak berubah karena adanya perubahan volume aktivitas dalam rentang kegiatan tertentu (relevant range), sedangkan biaya tetap per unit akan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Relevant range adalah suatu kisaran tingkat aktivitas dalam mana relatif perilaku biaya variabel dan biaya tetap dianggap valid. Perubahan biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan perubahan volume aktivitas. Semakin tinggi volume aktivitas maka semakin rendah biaya tetap per unit, sebaliknya semakin rendah volume aktivitas, semakin tinggi biaya per unit. Jadi adanya perubahan biaya tetap

15

per unit akibat perubahan aktivitas tidak berarti bahwa biaya tetap per unit harus diberlakukan sebagai biaya variabel, karena peningkatan volume aktivitas dalam rentang relevan akan menurunkan biaya total per unit tetapi total biaya tetap tidak akan berubah. Biaya tetap selanjutnya dapat dikelompokkan sebagai committed fixed cost dan discretionary fixed cost. Committed fixed cost berkaitan dengan investasi fasilitas, peralatan, dan struktur organisasi pokok dalam suatu perusahaan. Contoh biaya ini meliputi penyusutan gedung dan peralatan, pajak bangunan, asuransi, dan gaji manajemen puncak dan karyawan operasional. Discretionary fixed cost merupakan biaya yang disebabkan oleh keputusan tahunan yang dibuat oleh manajemen untuk membelanjakan biaya tetap tertentu.

Contoh biaya tetap kebijakan termasuk iklan, riset, hubungan masyarakat, program pengembangan manajemen, dan magang untuk para mahasiswa.

c. Biaya Semi Variabel

Pengertian biaya semivariabel menurut Mulyadi (2000:512): “biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa sedangkan unsur biaya variabel merupakan bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan”.Sedangkan menurut Garrison (2006:270) yaitu “biaya semivariabel (mixed cost) adalah biaya yang terdiri atas elemen biaya variabel maupun biaya tetap”. Mixed cost atau semivariable cost merupakan biaya yang di dalamnyaterdiri dari elemen- elemen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini mencakup suatu jumlah yang

16

sebagian tetap dalam rentang kegiatan yang relevan dan sebagian lagi berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.

Contoh jenis biaya semivariabel yaitu biaya listrik dan air.

Agar dapat dimanfaatkan dengan cara yang lebih baik, informasi biaya semi variabel sebaiknya dipisahkan lebih dahulu dari unsur-unsur biaya variable dan unsur-unsur biaya tetapnya. Apabila pemisahan ini tidak dilakukan maka alternatif keputusan yang dihasilkan juga kurang memuaskan akurasinya.

3. Volume

Manajemen harus berusaha agar mencapai kombinasi atau komposisi penjualan yang dapat menghasilkan laba yang paling besar. Jumlah laba yang besar dapat dicapai jika sebagian besar komposisi produk yang dijual mempunyai margin kontribusi yang tinggi.

Menurut Sudarsono (2006 : 253) bahwa volume merupakan tingkat kegiatan suatu perusahaan dalam bidang produksi serta penjulaan berapa banyaknya satuan.

Dari definisi tentang volume atau penjualan di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa volume merupakan tingkat aktivitas perusahaan baik produksi maupun penjualan yang dinyatakan dalam satuan uang. Sebagian biaya atau ongkos berubah bersama dengan berubahnya volume produksi atau penjualan. Volume penjualan kemungkinan akan naik jika harga jual mengalami penurunan dari harga sebelumnya, namun akan berdampak terhadap naiknya anggaran biaya di masa yang

17

akan datang, oleh karena itu manajemen memerlukan informasi dampak perubahan harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba perusahaan.

Perubahan komposisi penjualan dapat mengakibatkan variasi-variasi komponen biaya volume laba. Dengan adanya kemungkinan variasi untuk memperoleh keuntungan, maka satu ukuran efektifitas kekuatan penjualan perusahaan adalah komposisi penjualan yang mampu dihasilkan untuk mencapai tingkat volume penjualan tertentu.

4. Laba

Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba.

Salah satu ukuran keberhasilan manajemen dalam jangka pendek dapat dilihat apakah laba yang diperoleh lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan rencana laba yang semula akan dicapai. Besarnya laba yang akan dicapai perusahaan dihitung dengan mempertemukan secara layak semua penghasilan dengan semua biaya (proper matching of revenues with expense). Pencapaian laba dalam sebuah perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dan berkembang.

Dari berbagai pengertian tentang laba diatas maka dapat disimpulkan bahwa laba merupakan nilai akhir yang merupakan selisih antara totalitas penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang telah terjadi dalam sebuah perusahaan untuk satu periode akuntansi. Laba merupakan salah satu ukuran keberhasilan manajemen suatu perusahaan.

18

c. Asumsi-Asumsi Yang Mendasari Penggunaan Analisis Biaya Volume Laba

Analisis Biaya Volume Laba merupakan suatu model statik, hal ini dimaksudkan bahwa penerapan dari analisis ini sifatnya tetap dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi dari kondisi bisnis kendatipun kondisi-kondisi yang sama di dunia nyata sangat dinamik. Adapun asumsi-asumsi yang membatasi Analisis Biaya Volume Laba dalam sebuah organisasi bisnis dikemukakan oleh :

Ahmad (2005 : 35) mengatakan bahwa batasan-batasan dalam Anlisis Biaya Volume Laba adalah sebagai berikut :

1. Konsep tentang variabilitas cost dapat diterima, karena itu biaya harus realistis diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan biaya tetap.

2. Range yang relevan pada semua tahap analisis harus ditentukan 3. Harga jual perunit tidak berubah jika terjadi perubahan volume.

4. Harga dijual satu unit produk (single product).

5. Jika analisis digunakan untuk berbagai produk atau kombinasi produk (product mix),sales mixnya harus tetap atau konstan.

6. Kebijakan manajemen terhadap operasi perusahaan tidak berubah secara material dalam jangka pendek.

7. Tingkat harga umum stabil dalam jangka pendek.

19

8. Sinkornisasi antara penjualan dan produksi,yang berarti tingkat inventori harus konstan atau kosong (nol).

9. Efisiensi dan produktivitas tidak mengalami perubahan-perubahan, khususnya dalam jangka pendek.

asumsi-asumsi yang mendasari penggunaan Analsis Biaya Volume Laba (CVP) adapun asumsi-asumsi tersebut meliputi :

1. Harga jual adalah konstan. Harga produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah

2. Biaya adalah linear dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variabel dan tetap. Elemen variabel adalah konstan per unit dan elemen tetap adalah konstan secara total dalam rentang yang relevan.

3. Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.

4. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan unit terjual.

Adapun keunggulan analisis biaya volume laba dibandingkan dengan alat analisis lain dalam perencanaan laba adalah:

1. Dengan analisis biaya volume laba dapat diketahui seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan,seberapa besar volume penjualan yang harus

20

dicapai dalam rangka rangka untuk mencapai tingkat laba yang telah ditentukan oleh perusahaan.

2. Dengan analisis biaya volume laba perusahaan dapat melakukan proyeksi perubahan biaya,volume penjualan dan harga jual dalam hubungan dalam target laba yang ditentukan.

3. Analisis biaya volume laba dapat dijadikan sebagai dasar atau landasan dalam usaha untuk mencapai laba tertentu.

4. Dengan analisis biaya volume tertentu laba dapat diketahui kapasitas atau volume produksi minimal yang harus dipertahankan agar tidak mengalami kerugian.

5. Dapat menyediakan informasi yang berguna bagi manajemen dalam hal pengambilan keputusan untuk perencanaan laba perusahaan.

6. Dapat diketahui sejauh mana pengaruh perubahan faktor-faktor pembentuk laba yaitu harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap target laba perusahaan.

d. Pengertian Break Even,Asumsi-asumsi dan Penentuan Break Even

Menurut Soehardi Sigit,(2002) di dalam menganalisa Break Even termasuk menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang dihitung itu, analisa Break Even menetapkan syarat-syarat tertentu.jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataan,maka harus diadakan atau dianggkap ada seperti dipersyaratkan. Jadi jika

21

syaratnya tidak ada, dapat dianggap ada. Inilah yang diebut asumsi,jadi asumsi-asumsi yang diperlukan agar dapat menganalisa Break Even ialah :

1. Bahwa biaya-biaya yang terjadi didalam perusahaan yang bersangkutan (yang dihitung Break Even-nya) dapat di identifikasikan sebagai biaya variabel, atau sebagai biaya tetap. Biaya-biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variabel di masukan kedalam biaya variabel,biaya resmi tetap dimasukan kedalam biaya tetap.

2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetapitu akan tetap koanstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiata berubah.

3. Bahwa yang di tetapkan sebagai biaya variabel itu akan tetap sama jika dihitung biaya per unit produksinya, berapapun kualitas unit yang di produksikan. Jika kegiatan produksiberubah, biaya variabel itu berubah proposional dalam jumlah seluruhnya,sehingga biaya per unitnya akan sama.

4. Bahwa harga jual per unit akan tetap saja, berapapun banyak unit produkyang dijual. Harga jual per unit tidak akan turun meskipun pembeli membeli banyak. Juga sebaliknya harga jualper unit tidak akan naik, meskipun langganan pembeli hanya sedikit. Sedikit ataupun banyak yang dibeli, harga peru nit tidak akan mengalami perubahan.

5. Bahwa ada singronisasi di dalam perusahaan yang bersangkutan menjual atau mempoduksi hanya satu jenis barang. Jika ternyata lebih dari satu jenis

22

produk, maka produk tersebut harus dianggap satu jenis produk dengan kombinasi yang selalu tetap.

e. Batas Keamanan (Margin Of Safety).

Dalam mengevaluasi resiko dalam mengoperasian suatu usaha,para manajer dapat memakai beberapa indicator.Salah satu indicator yang paling penting adalah margin pengamanan penjualan.Margin pengamanan penjualan adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan atau volume penjualan impas.Dengan ini maka perusahaan dapat menentukan seberapa banyak penjualan boleh diturunkan agar perusahaan tidak menderita kerugia.

Rumus yang digunakan :

Margin Pengguanaan Penjualan = Total Penjualan – Penjualan Impas Dimana :

Total Penjualan : Jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu.

Penjualan impas : Jumlah Penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

Contoh :

Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp 600.000.,00 biaya variabel per unit Rp 80,00 harga jual per unit Rp 160,00 kapasitas produksi maksimal 16.000 unit dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20 % maka margin pengamana penjualan sebesar.

23

MOS = ( 160 X 16.000 ) ‒ ( Rp 1.200.000 ) = Rp 2.560.000 – Rp 1.200.000

Sedangkan jika dinyatakan dalam prosentase , maka :

Persentase Pengm. Penjl =

=

=

=

53,1 %

24

Gambar 2.1

Margin Pengamanan Penjualan Tahun 2012

Jumlah Prsentase

Penjualan = 160 x 16.16.000………...Rp 2.560.000 100 % Kurang : Biaya Variabel = ………...Rp 1.280.000 50 % Margin Kontribusi………...Rp 1.280.000 50 % Kurang : Biaya Tetap………..Rp 600.000

Laba Bersih……….Rp 6.80.000

Titik Impas :

Rp 600.000 : 0,50

Margin pengamanan penjualan dalam rupiah (jumlah penjualan ‒ penjualan impas)

Rp 2.560.000 ‒ Rp 1.200.000 Rp 1.360.000 Margin pengamanan penjualan dalam Presentase :

Rp 2.260.000 : Rp 2.560.000 53,1 %

25

f. Perencanaan Laba Jangka Pendek

Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunana anggaran perusahaan. Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek, Hubungan antara biaya, volume & laba memegang peranan penting karena merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan & biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Manajemen mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume penjualan, biaya variabel dan atau biaya tetap yang akhirnya akan berdampak terhadap laba bersih. Dampak terhadap laba bersih ini yang menjadi salah satu pertimbangan penting manajemen dalam memutuskan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.

Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan sebagai rencana kegiatan perusahaan dinyatakan dalam nilai uang yang ditunjukkan langsung pada tujuan akhir perusahaan sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan .

Perhitungan laba diperoleh dari pendapatan dikurangi semua biaya. Perusahaan harus selalu berusaha menghasilkan laba optimal untuk memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan (stake holder), yaitu manajemen, konsumen, karyawan, pemerintah, masyarakat, dan sebagainya. Dalam menetapkan besarnya volume, harga penjualan, dan laba, perlu diingat adanya keterbatasan, seperti kapasitas mesin, jumlah tenaga

26

kerja, penyediaan bahan baku, dan sebagainya. Laba akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (ketidakpastian) dan faktor-faktor-faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan.

Untuk mencapai laba yang besar (dalam rencana maupun realisasinya),manajemen dapat menempuh berbagai langkah, misalnya:

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.

2. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang diinginkan.

3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.

Rumus biaya-volume-laba dapat digunakan untuk menentukan volume

penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai target laba. Menurut Garrison (2006:336-337), ada dua cara untuk melakukan analisis target laba, yaitu:

1. Persamaan Biaya-Volume-Laba. Satu pendekatan yaitu dengan menggunakan metode persamaan. Rumus persamaannya:

Penjualan = Beban variabel + Beban tetap + Laba Pendekatan Margin Kontribusi. Pendekatan kedua yaitu dengan memperluas rumus margin kontribusi dengan memasukkan target laba:

Beban tetap + Target laba Unit penjualan untuk mencapai target=

Margin kontribusi per uni

27

Dari berbagai definisi tentang perencanaan laba seperti yang telah dijelaskan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perencanaan laba merupakan salah satu tugas pihak manajemen untuk memproyeksikan laba yang akan dicapai pada masa yang akan datang dengan berdasar pada pencapaian laba pada periode sebelumnya. Perencanaan laba merupakan sistem yang dapat membantu melaksanakan proses manajemen.

a. Mamfaat Perencanaan Laba

Perencanaan laba, atau anggaran, memiliki mamfaat dan keuntungan berikut ini : Perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin atas identifikasi dan penyelesaian masalah. Manajemen wajib mempelajari semua aspek bisnis dalam mengembangkan anggaran. Hal ini memungkinkan adanya kesempatan untuk menilai kembali setiap segi dari operasi dan memeriksa kembali kebijakan dan program.

1. Perencanaan laba menyediakan pengarahan kesemua tingkatan manajemen. Hal

1. Perencanaan laba menyediakan pengarahan kesemua tingkatan manajemen. Hal

Dokumen terkait