• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. STUDI KELAKUAN FASA CAMPURAN MINYAK-

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Faktor suhu pemanasan dan konsentrasi asam HCl memberikan pengaruh terhadap efektifitas surfaktan MES sebagai agent pada proses stimulasi surfaktan dan sebagai acid additive pada proses stimulasi asam (acidizing) dalam menurunkan tegangan antar muka minyak-air. Faktor lama pemanasan tidak berpengaruh terhadap efektifitas surfaktan MES sebagai stimulation agent dalam menurunkan tegangan antar permukaan minyak-air.

Nilai tegangan antar muka (1FT) sebagai parameter keefektifan surfaktan MES dalam menurunkan tegangan antar muka minyak-air semakin meningkat seiring dengan naiknya suhu pemanasan, begitu pula dengan semakin besarnya konsentrasi asam HCl yang ditambahkan. Nilai tegangan antar muka tertinggi yang dihasilkan akibat suhu pemanasan adalah sebesar 2 x 10-2 dyne/cm, sedangkan nilai IFT tertinggi akibat pengaruh suhu pemanasan yang dikombinasikan dengan beberapa tingkat konsentrasi HCl adalah sebesar 3,57 x 10-2 dyne/cm. Peningkatan nilai IFT ini masih dapat diterima karena peningkatannya masih berkisar pada nilai 10-2 dyne/cm.

Pada uji kelakuan fasa, pengaruh suhu dan lama pemanasan menghasilkan kelakuan fasa tipe fasa atas, sedangkan kelakuan fasa yang dihasilkan akibat perlakuan suhu pemanasan dan konsentrasi HCl adalah kelakuan fasa makroemulsi. Kelakuan fasa makroemulsi menunjukkan bahwa surfaktan MES tidak kompatibel dengan minyak yang diuji coba sehingga kurang efektif jika diaplikasikan sebagai acid additive untuk stimulasi asam.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi surfaktan metil ester sulfonat sebagai oil well stimulation agent dengan sumber bahan baku yang berasal dari jenis minyak nabati lainnya untuk menambah keberagaman surfaktan MES yang dipakai dalam proses EOR.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Allen TO, AP Roberts. 1993. Production Operations 2 : Well Completions,

Workover, and Stimulation. USA: Oil & Gas Consultants International

(OGCI) Inc.

Ashrawi SS. 1984. A Study of The Relationship Between Surfactant/Oil/Brine System Phase Behavior and Chemical Flood Recovery in Short Core.

SPE/DOE. 1272 : 311-320

BPS. 2005. Statistik Indonesia 1996-2004. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Dogra SK, S Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta:UI Press.

Economides MJ, KG Nolte. 1989. Reservoir Stimulation. Ed ke-2. Schlumberger Educational Services.

Gardener JE, ME Hayes. 1983. Spinning Drop Interfacial Tensiometer Instruction

Manual. Austin: The University of Texas,.

Gomaa EE. 1997. Enhanced Oil Recovey : Modern Management Aproach.

IATMI-IWPL/MIGAS Conference, Surakarta, 28 Juli-1 Agustus 1997.

Hendrickson AR. 1960. Acid Stimulation on Carbonate Reservoir. Trans., AIME. 219: 16-23

Hu PC, ME Tuvell. 1998. A Mechanistic Approach to the Thermal Degradation of Alfa Olefin Sulfonates. JAOAC 65 (6 ): 1007

Kawauchi A. 1997. Non Solvent Quantitation of Anionic Surfactant and Inorganic Ingridients in Laundry Detergent Product. JAOAC 74(7)

Keenan CW, DC Kleinfelter, JH Wood. 1980. General College Chemistry. Ed ke-6. Harper & Row, Publishers, Inc.

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Lemak. Jakarta:UI-Press

Koesoemadinata RP. 1980. Geologi minyak dan Gas Bumi. Ed ke-3, Jilid 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Mahargiani T. 2002. Pengaruh Penambahan NaCl pada Proses Hidrolisis Minyak Sawit Dengan Katalisator HCl. Jurnal Iptek Material : 1( 2).

Matheson KL. 1996. Surfactant Raw Materials : Classification, Synthesis, and Uses. Di dalam : Spitz, L, Editor. Soap and Detergents : A Theoretical and

Practical Review. Champaign: AOCS Press. .

Mac Arthur, W Brian, WB Sheats. 2002. Methyl Ester Sulfonate Products. WWW

The Chemithon Corporation. [terhubung berkala].[5 September 2002].

McCune CC. 1976. Matrix Acidizing Model and Its Application to Different Sandstones. COFRC.

Milikan CV. 1980. Temperature in Well. Trans. AIME 142: 15.

Mulyadi. 2000. Surfactant For Oil Well Stimulation Agent. Jakarta: PT Mulino Ciptanusa.

Pore J. 1976. Sulfated and Sulfonated Oil. Di dalam : Karlenskind A, Editor. Oil and Fats. Manual Intercept Ltd., New York.

Rieger MM. (Ed). 1985. Surfactant in Cosmetics. Surfactant science series, New York: Marcel Dekker, Inc. hlm.488 .

Rivai M. 2004. Kajian Pengaruh Nisbah Reaktan H2SO4 dan Lama Reaksi Sulfonasi Terhadap Kinerja Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) yang di hasilkan.

[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rosen JM. 2004. Surfactant and Interfacial Phenomena. Ed ke-3. New York. John Wiley & Sons, Inc.

Rosen MJ, dan Goldsmith. 1981. Systematic Analysis of Surface Active Agent. Second Edition. Di dalam: Elving PJ, IM Kotthoff, editor. Chemical

Analysis. New York. John Wiley & Sons, Inc.

Slabaugh H, W Parsons, D Theran. 1976. General Chemistry. Ed ke-3. New York. John Wiley & Sons, Inc.

Speight JG. 1980. The Chemistry and Technology of Petroleum. New York: Marcel Dekker, Inc.

Sugihardjo. 2002. Formulasi Optimum Campuran Surfaktan, Air, dan Minyak.

Lemigas : 36(3).

Sumatarto U. 1997. Peningkatan Perolehan (Recovery) Minyak Bumi Paska Primer. Prosiding Konferensi Energi sumberdaya Alam dan Lingkungan, BPP, Jakarta, 11-12 Maret 1997.

Suryani A, I Sailah, E Hambali. 2002. Pengantar Teknologi Emulsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB, Bogor.

Swern D. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Vol. I, Ed ke-4. New York. John Willey and Son, New York.

Taber JJ, FD Martin, RS Seright. 1997. EOR Screening Criteria Revisited-Part 1 : Introduction to Screening Criteria and Enhanced Recovery Field Project.

SPE/DOE improved Oil Recovery Symposium, Tulsa, Oklohoma, 21-24

April 1997.

Talley LD, Exxon Research & Engineering Co.1996. Hidrolytic Stability of

Alkylethoxy Sulfate. Paper for SPE/DOE Fifth Symposium on EOR, Tulsa,

Oklohoma, 20-23 April 1996.

Thamrin MK, R Sudibjo. 1992. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi

Pendesakan Surfaktan. Proceeding Diskusi Ilmiah VII Hasil Penelitian

Lemigas, Jakarta, 11-13 Februari 1992.

Tim Lemigas. 2002. Studi Awal Inplementasi Injeksi Kimia di Formasi Talang kar Struktur Talang Akar Pendopo Lapangan Prabumulih: Penentuan Parameter Batuan, Fluida reservoir dan rancangan Fluida Injeksi. Lemigas.

Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Surfaktan Metil Ester

Sulfonat (MES)

Metil Ester PKO

NaHSO3

Sulfonasi

Rasio mol metil ester : NaHSO3 = 1 : 1,5 1000C, 4 jam Metanol 30 %(v/v) Pemurnian 500C, 1,5 jam Sentrifugasi 1500 rpm, 30 menit NaHSO3

Metil Ester Sulfonat (MES)

NaOH 20% Penguapan Metanol 70 – 80 0C, 10 menit Penetralan pH 7, 550C, 30 menit Metanol

Lampiran 2. Prosedur Karakterisasi Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) 1. Uji Timol Biru (Rosen dan Goldsmith, 1981)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan atau larutan merupakan surfaktan anionik atau bukan. Cara pengujian sederhana, yaitu dengan menambahkan reagen yang terdiri dari 5 ml HCl 0,005 N yang ditambahkan 3 tetes timol biru 1% kedalam 5 ml (0,01 – 0,1%) larutan yang akan diuji (surfaktan). Terbentuknya warna ungu-kemerahan mengindikasikan keberadaan surfaktan anionik dalam larutan.

2. Bilangan Iod (AOAC, 1995)

Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,5 gram didalam labu erlenmeyer 250 ml, lalu dilarutkan dengan 10 ml kloroform atau tetraklorida dan ditambahkan dengan 25 ml pereaksi Hanus. Semua bahan diatas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam. Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15%. Iod yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat. Selanjutnya ditambahkan larutan kanji satu persen dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak.

Keterangan : B = ml Na2S2O3 blanko S = ml Na2S2O3 contoh N = normalitas Na2S2O3 G = berat contoh 12,69 = berat atom iod/10

3. Bilangan Asam (AOAC, 1995)

G 69 , 12 x N x ) S B ( Iod Bilangan =

Minyak yang akan diuji ditimbang sebanyak 5 gram dalam labu erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml alkohol netral 95%, lalu dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Setelah ditambahkan 2 tetes indicator penolphtalein 1%, larutan dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu yang tidak hilang dalam beberapa detik. Selanjutnya dihitung jumlah milligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam dalam satu gram minyak atau lemak.

Keterangan : A = ml KOH untuk titrasi N = normalitas larutan KOH G = berat contoh (gram) 4. pH (BSI, 1996)

Nilai pH dari larutan contoh ditentukan dengan pengukuran potensiometrik menggunakan elektroda gelas dan meter komersial. Alat pH-meter disiapkan dan dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan buffer pH 4,0 dan 9,0. Elektroda kemudian dibilas dengan air bebas CO2 yang memiliki pH antara 6,5 sampai 7,0. Selanjutnya elektroda dicelupkan kedalam larutan yang akan diukur. Nilai pH dibaca pada pH meter, pembacaan dilakukan setelah angka stabil. Elektroda kemudian dibilas kembali dengan air bebas CO2. Pengukuran minimal dilakukan dua kali.

5. Bilangan Peroksida (AOAC, 1995)

Contoh minyak ditimbang seberat 5 gram didalam labu erlenmeyer, kemudian dimasukkan 30 ml campuran pelarut yang terdiri dari 60 persen asam asetat glacial dan 40 persen kloroform. Setelah minyak larut, ditambahkan 0,5 ml larutan kalium iodida jenuh sambil dikocok. Setelah dua menit sejak penambahan kalium iodida, ditambahkan 30 ml air. Kelebihan iod dititar dengan larutan natrium thiosulfat 0,1 N atau 0,01 N, tergantung dari banyaknya iod bebas. Dengan cara yang sama dibuat juga penentuan blanko. Titrasi blanko

G 1 , 56 x N x A Asam Bilangan =

tidak boleh lebih dari 0,1 ml larutan natrium thiosulfat. Hasilnya dinyatakan miliekuivalen per 1000 gram minyak, milimol per 1000 gram, atau milligram oksigen per 100 gram minyak atau lemak.

Keterangan : A = jumlah ml larutan Na2S2O3 (natrium thiosulfat) N = normalitas larutan Na2S2O3

G = berat contoh minyak (gram)

6. Tegangan Permukaan (Metode DuNuoy)

Metode pengujian ini dilakukan untuk menentukan tegangan permukaan larutan surfaktan dengan alat Tensiometer du Nuoy. Peralatan dan wadah contoh yang akan digunakan biasanya terbuat dari bahan gelas dengan diameter lebih besar dari 6 cm. Wadah gelas dicuci dengan larutan chromic-sulfuric acid, kemudian dibilas dengan air destilata. Cincin platinum merupakan bagian dari alat Tensiometer, memiliki diameter 4 atau 6 cm. Sebelum digunakan, cincin dicuci terlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai dan dibilas dengan air destilata, lalu dikeringkan.

Posisi alat diatur supaya horizontal water pas dan diletakkan pada tempat yang bebas dari gangguan, seperti getaran, angin, sinar matahari dan panas. Larutan contoh dimasukkan kedalam gelas dan diletakkan diatas dudukan (platform) pada Tensiometer. Suhu cairan sampel diukur dan dicatat. Selanjutnya cincin platinum dicelupkan ke dalam sampel tersebut (lingkaran logam tercelup 3-5 mm dibawah permukaan cairan), dengan cara menaikkan dudukan (platform). Skala vernier Tensiometer di set pada posisi nol dan jarum penunjuk harus berada pada posisi berimpit dengan garis pada kaca. Selanjutnya platform diturunkan perlahan, dan pada saat yang bersamaan skrup kanan diputar sedimikian rupa sehingga jarum penunjuk tetap berimpit dengan garis pada kaca. Proses ini diteruskan sampai film cairan tepat putus. Pada saat cairan putus skala

G 000 1 x N x A x 5 , 0 gram 1000 per mol Mili =

dibaca dan dicatat sebagai nilai tegangan permukaan. Pengukuran dilakukan paling sedikit dua kali. Kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan dapat dilakukan dengan menambahkan konsentrasi surfaktan sebanyak 10 persen (dalam air). Nilai tegangan permukaan setelah ditambahkan surfaktan diukur kembali. Kemudian dibandingkan nilai tegangan permukaan air sebelum dan sesudah ditambahkan surfaktan.

7. Tegangan Antar Permukaan Metode Spinning Drop (Gardener and Hayes, 1983)

Langkah awal surfaktan ditimbang sebanyak x gram dan dilarutkan ke dalam y gram pelarut, hingga dihasilkan larutan surfaktan MES dengan konsentrasi 1 % (b/b). Setelah itu larutan surfaktan diaduk menggunakan magnetic strirrer sampai homogen. Selanjutnya larutan surfaktan tersebut diukur tegangan antar permukaan minyak-air dengan menggunakan alat

Spinning Drop Interfacial Tensiometer.

Cara kerja Spinning Drop sebagai berikut : panaskan alat spinning drop, kemudian set pada suhu 40oC (kondisi percobaan) dan periode pada 10,10 msec/rev. Setelah kondisi tersebut stabil, ke dalam glass tube diisikan larutan surfaktan dengan konsentrasi yang telah dibuat. Ke dalam glass tube yang telah berisi larutan surfaktan, diberi tetesan minyak (crude oil). Dalam glass tube tidak boleh ada gelembung udara. Masukkan glass tube ke dalam alat spinning drop, dengan permukaan glass tube menghadap kea rah luar. Hidupkan power dan tombol lampu. Setiap setengah jam, catat data lebar tetesan dalam tabung dengan memutar drum. Ulangi pembacaan ini sampai didapatkan harga yang konstan dari pembacaan lebar tetesan. Bila pembacaan kurang jelas, fokus lensa dapat diatur. Nilai tegangan antar muka dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini.

Keterangan :

IFT = nilai tegangan antar muka (dyne/cm)

∆ρ = perbedaan densitas fluida minyak dan larutan surfaktan (g/cm) d = lebar drop (cm)

n = indeks bias larutan surfaktan P = kecepatan putar (msec)

8. Stabilitas Emulsi (modifikasi ASTM D 1436, 2000)

Stabilitas emulsi diukur antara air dan xylene. Xylene dan air dicampur dengan perbandingan 6 : 4. Campuran tersebut dikocok selama 5 menit menggunakan vortex-mixer. Pemisahan emulsi antar xylene dan air diukur berdasarkan lamanya pemisahan antar fasa. Konsentrasi surfaktan yang ditambahkan adalah 10 persen (dalam campuran xylene-air). Lamanya pemisahan antar fasa sebelum ditambahkan surfaktan dibandingkan dengan sesudah ditambahkan surfaktan. Penetapan stabilitas emulsi dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan cara pengukuran berdasarkan persen pemisahan, dengan asumsi bahwa sistem emulsi yang sempurna bernilai 100.

2 3 3 2 6 P n 8 d ρ π 10 IFT= Δ

( )

x100 n keseluruha volume pemisahan volume n keseluruha volume stabilitas % =

9. Uji Kelakuan Fasa Campuran Surfaktan-Minyak-Air (Tim Lemigas, 2002) Pada tahap awal buat larutan surfaktan MES 1 % dengan melarutkan x gram surfaktan didalam y gram pelarut. Pelarut yang digunakan adalah air aquades, larutan asam HCl pada tingkat konsentrasi 5 %, 10 %, 15 %, dan 20% (v/v). Larutan surfaktan yang telah dibuat, kemudian di tuang kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian tambahkan 5 ml minyak ke dalam tabung reaksi tersebut. Tahap selanjutnya, campuran minyak-surfaktan-air pelarut dikocok dengan vortex mixer selama 3 menit sampai larutan tercampur merata. Masukkan ke dalam oven dengan suhu 69 0C selama 2 jam. Amati terjadinya mikroemulsi atau sistem fasa yang terbentuk.

10. Berat Jenis (Ketaren, 1986)

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang (g). Piknometer diisi air sehingga volumenya diketahui. Piknometer dengan volume tertentu (ml) diisi sampai meluap dan tidak terbentuk udara, kemudian ditimbang beserta isinya (g). Berat jenis sampel ditimbang dengan rumus berikut :

( ) ( )

( )

ml air Volume kosong pikno Bobot sampel dan meter pikno Bobot jenis Berat =

Lampiran 3. Hasil Analisa Nilai Tegangan Antar Muka (IFT) Akibat Pengaruh Suhu Pemanasan dan Lama Pemanasan

Lampiran 3a. Rekapitulasi Data Nilai Tegangan Antar Muka Minyak-Air (IFT) Akibat Faktor Suhu dan Lama Pemanasan

Perlakuan Nilai Tegangan Antar Muka (IFT) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata± SD

T1P1 0,014467 0,017344 0,015906 ± 0,00203 T1P2 0,016518 0,017438 0,016978 ± 0,00065 T1P3 0,015846 0,016630 0,016238 ± 0,00055 T1P4 0,014985 0,017195 0,016090 ± 0,00156 T1P5 0,016073 0,017888 0,016980 ± 0,00128 T1P6 0,014908 0,018908 0,016908 ± 0,00283 T1P7 0,016769 0,018462 0,017616 ± 0,00197 T2P1 0,015631 0,016589 0,016110 ± 0,00068 T2P2 0,015644 0,016731 0,016188 ± 0,00077 T2P3 0,016842 0,017375 0,017109 ± 0,00038 T2P4 0,015423 0,016032 0,015728 ± 0,00043 T2P5 0,018318 0,016821 0,017569 ± 0,00106 T2P6 0,020018 0,021199 0,020609 ± 0,00083 T2P7 0,016753 0,018736 0,017744 ± 0,00140 T3P1 0,019925 0,018644 0,019285 ± 0,00090 T3P2 0,019620 0,018391 0,019006 ± 0,00087 T3P3 0,018663 0,017088 0,017875 ± 0,00111 T3P4 0,018396 0,019137 0,018766 ± 0,00052 T3P5 0,018388 0,018185 0,018287 ± 0,00014 T3P6 0,021360 0,017767 0,019564 ± 0,00254 T3P7 0,018647 0,019912 0,019280 ± 0,00089 Keterangan : T1 : Suhu 120oC T2 : Suhu 150oC T3 : Suhu 180oC

P1 : Lama Pemanasan 8 jam P2 : Lama Pemanasan 16 jam P3 : Lama Pemanasan 24 jam P4 : Lama Pemanasan 32 jam P5 : Lama Pemanasan 40 jam P6 : Lama Pemanasan 48 jam P7 : Lama Pemanasan 56 jam

Lampiran 3b. Analisa Sidik Ragam Nilai Tegangan Antar Muka Minyak-Air (IFT) Akibat Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan

DAFTAR ANALISA SIDIK RAGAM

Sumber Variasi db JK KT F F-Tabel

Rata-rata 1 1,303E-02 1,303E-02 8064,954 α = 0,01 α = 0,05 Perlakuan :

SUHU (Ti) 2 3,576E-05 1,788E-05 11,070** 6,93 3,473

Lama

Pemanasan (Pj) 6 2,116E-05 3,527E-06 2,183 5,95 2,575

Interaksi (TPij) 12 2,045E-05 1,705E-06 1,055 4,82 2,25

Kekeliruan 21 3,392E-05 1,615E-06

Jumlah 42 1,314E-02

Keterangan : * Berpengaruh nyata

** Berpengaruh sangat nyata

Lampiran 3c. Hasil Uji Duncan Nilai Tegangan Antar Muka Minyak-Air (IFT) Akibat Pengaruh Suhu pada Perlakuan Suhu dan Lama Pemanasan

Suhu (oC)

Jumlah Data Rataan

Kelompok

120 14 1,667E-02 A

150 14 1,729E-02 A

180 14 1,887E-02 B

Keterangan :Kelompok Duncan dengan huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata antar taraf perlakuan. Sedangkan kelompok Duncan dengan huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda.

Lampiran 4. Hasil Analisa Nilai Tegangan Antar Muka (IFT) Akibat Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Asam

Lampiran 4a. Rekapitulasi Data Nilai Tegangan Antar Muka Minyak-Air (IFT) Akibat Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Asam

Perlakuan Nilai Tegangan Antar Muka (IFT)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD T1H0 0,002125 0,004733 0,003429 ± 0,00184 T1H1 0,002915 0,005748 0,004322 ± 0,00200 T1H2 0,004158 0,006500 0,005329 ± 0,00165 T1H3 0,009425 0,005814 0,007625 ± 0,00256 T1H4 0,025002 0,007192 0,016097 ± 0,01259 T2H0 0,010046 0,012504 0,011275 ± 0,00173 T2H1 0,017043 0,007437 0,012240 ± 0,00679 T2H2 0,018320 0,008595 0,013457 ± 0,00697 T2H3 0,022912 0,008534 0,015624 ± 0,01031 T2H4 0,020634 0,016564 0,018599 ± 0,00288 T3H0 0,005202 0,004917 0,005060 ± 0,00020 T3H1 0,022324 0,006524 0,014424 ± 0,01117 T3H2 0,012749 0,012892 0,012821 ± 0,00010 T3H3 0,020463 0,020907 0,020685 ± 0,00031 T3H4 0,022354 0,049122 0,035738 ± 0,01893 Keterangan : T1 : Suhu ruang ( 25±2 oC) T2 : Suhu 60oC T3 : Suhu 110oC H1 : Konsentrasi HCl 5% H2 : Konsentrasi HCl 10% H3 : Konsentrasi HCl 15% H4 : Konsentrasi HCl 20%

Lampiran 4b. Analisa Sidik Ragam Nilai Tegangan Antar Muka Minyak-Air (IFT) Akibat Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Asam

Daftar Analisa Sidik Ragam

Sumber Variasi db JK KT F F-Tabel

Rata-rata 1 5,161E-03 5,161E-03 89,026 α = 0,01 α = 0,05 Perlakuan :

SUHU (Ti) 2 5,580E-04 2,790E-04 4,813* 6,36 3,68

Konsentrasi

HCl(Hj) 4 1,000E-03 2,501E-04 4,315* 4,89 3,06

Interaksi (THij) 8 3,357E-04 4,197E-05 ,724 4,00 2,64

Kekeliruan 15 8,695E-04 5,797E-05

Jumlah 30 7,924E-03

Keterangan :* * = Berpengaruh sangat nyata * = Berpengaruh nyata

Lampiran 4c. Hasil Uji Duncan Nilai Tegangan Antar Muka Minyak-Air (IFT) Akibat Pengaruh Suhu pada Perlakuan Suhu dan Konsentrasi Asam

Suhu

(oC) Jumlah Data Rataan Kelompok

Ruang 10 7,362 E-03 A

60 10 1,424 E-02 AB

110 10 1,775 E-02 B

Keterangan :Kelompok Duncan dengan huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata antar taraf perlakuan. Sedangkan kelompok Duncan dengan huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda. Lampiran 4d. Hasil Uji Duncan Nilai Tegangan Antar Muka Minyak-Air (IFT) Akibat Pengaruh Konsentrasi Asam pada Perlakuan Suhu dan

Konsentrasi Asam

Konsentrasi HCl (oC)

Jumlah Data Rataan Kelompok

0 6 6,588 E-03 A

5 6 1,033 E-02 A

10 6 1,054 E-02 A

15 6 1,464 E-02 AB

20 6 2,348 E-02 B

Keterangan :Kelompok Duncan dengan huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata antar taraf perlakuan. Sedangkan kelompok Duncan dengan huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda.

Lampiran 5. Foto Surfaktan MES setelah dipanaskan

Foto Surfaktan Metil Ester Sulfonat

Lampiran 6. Dokumentasi peralatan yang dipakai saat penelitian

a) Alat Spinning Drop Interfacial Intensiometer

b) Refraktometer Abbe c) Piknometer

Dokumen terkait