• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap perempuan dalam keluarga, dalam hal ini tindakan kekerasan suami kepada istri ditemui di Kecamatan Medan Selayang tahun 2013.

1. Secara keseluruhan dari tiga informan mengaku mengalami kekeresan secara fisik dalam bentuk perilaku dipukul, ditendang, Bentuk kekerasan yang ke dua yaitu secara psikologis (emosional), seperti dimarahi, dibentak dengan kata kata kasar dan dihina. Kekerasan secara ekonomi dalam bentuk tidak diberi uang belanja dan menghabiskan uang istri, sedangkan bentuk kekerasan yang terakhir adalah melakukan hubungan suami istri tanpa persetujuan istri dan tanpa memperhatikan kepuasan pihak perempuan. Meski demikian, mereka hanya bersikap pasrah tanpa perlawanan.

2. Kekerasan dapat membawa efek secara fisik, yaitu : mereka mengalami hilangnya selera makan, berat badan tidak bertambah secara signifikan sesuai dengan sepatutnya pada setiap trimester, sering merasa pusing, lemas, tidak bergairah. Kemudian efek secara psikologis, yaitu : menolak anak dalam kandungan dengan cara berusaha menggugurkan, keinginan member ke orang lain bila janin lahir, sering melamun, tatapan kosong, menangis dan tertawa.

Keadaan fisik dan psikologis mereka mempengaruhi janin yang ada dalam kandungannya serta kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan perempuan membuatnya diam saja ketika suami memaksa hubungan seks dan mereka tidak memakai pelindung seperti alat KB.

3. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya tindakan kekerasan terhadap perempuan secara umum ditemui bervariasi. Mulai dari karena emosional atau kesal terhadap perilaku istri, tidak patuh kepada suami dan pertengkaran karena masalah ekonomi.

4. Hubungan seks sebelum menikah menimbulkan kekerasan berikutnya dalam kehidupan berkeluarga.

5. Pendidikan yang rendah dari pasangan dan juga pekerjaan sebagai buruh kasar akan mempengaruhi sikap dan perlakuannya pada istri dan menjadi terbiasa berlaku kasar. Kehidupan suami atau pasangan dari informan memiliki wanita lain dalam kehidupannya dan hal tersebut membuatnya mudah untuk melakukan tindak kekerasan, pelecehan dan kekerasan dalam rumah tangga. 6. Ada prinsip bahwa mereka cenderung cepat menikah adalah karena ingin bebas

dari orangtua yang memiliki latar belakang kehidupan keluarga yang tidak harmonis dan mengalami kekerasan juga.

6.2 Saran

Pada kesempatan ini terdapat beberapa point yang menjadi saran dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut;

1. Perempuan agar tidak mengalami pelecehan atau tindak kekerasan dari pasangan atau suami sendiri sebaiknya meningkatkan diri dalam pendidikan sehingga dapat bertindak tegas terhadap pasangannya dan berani berkata “tidak” serta perempuan sendiri harus meningkatkan martabat hidupnya dengan cara selalu memperbaiki diri baik dalam segi fisik, emosi dan sosial ekonomi. Kemudian menambah keterampilan-keterampilan diri sehingga perempuan juga dapat berhasil guna di keluarganya.

2. Dalam menghindari pelecehan atau tindak kekerasan dari laki-laki, sebaiknya perempuan juga menjaga perilaku seksualnya untuk tidak bebas melakukan hubungan seks sebelum menikah dan agar tidak mudah tergoda dengan rayuan laki-laki. Meningkatkan kehidupan beragamanya dengan baik.

3. Diharapkan kepada perempuan untuk menambah pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.

4. Pemerintah sebaiknya semakin serius untuk melakukan sosialisasi mengenai KUHP dan Undang-undang Kekerasan dalam Rumah Tangga melalui instansi terkait yang berkompeten dalam penanganan hal tersebut di atas, misalnya : pada ibu-ibu Dharma Wanita di Kantor-kantor Pemerintah dan Swasta, ibu-ibu PKK, ibu-ibu perwiritan, Gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya.

5. Pemerintah atau instansi terkait sebaiknya lebih peduli dengan masalah perempuan dan pengaduan-pengaduan mereka akibat perlakuan pasangan atau suami mereka. Kemudian mengeluarkan suatu peraturan untuk setiap instansi baik Pemerintah ataupun Swasta bahwa setiap mereka atau laki-laki atau para suami apabila melakukan kekerasan dalam bentuk apapun terhadap pasangannya maka akan mendapat disiplin yang keras.

6. Perempuan yang mengalami tindak kekerasan sebaiknya melaporkan diri ke pihak yang berwewenang dan berwajib.

7. Kepada peneliti selanjutnya, sebaiknya meneliti ibu hamil yang mengalami kekerasan dimulai dari awal kehamilan sampai ia melahirkan agar diperoleh hasil yang lebih lengkap apa saja yang dialami oleh ibu hamil yang mengalami kekerasan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adelaar, Shinto, 2011. Tindak Kekerasan pada Wanita Hamil. Stikes Sumbawa Ayu, Nilawaty, 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

diakses tanggal 13 Agustus 2012.

Bacchus, Loraine, et al, 2003. Domestic Violence : Prevalence in Pregnant Woman and Associations With Physical and Psychological Health. Europhian Journal of Obstetrics and Gynaecology and Reproductive Biology.

Bartini, Istri, 2012. ANC. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal. Penerbit Nuha Medika.

Bobak, et all, 2005. Keperawatan Maternitas. Bahan Ajar. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran . EGC

Crampein, Carla, et al, 2010. Domestic Violence During Pregnancy and Mental Health : Exploratory Study in Primary Health Centers in Penalolen. Research Article.

Creswell, 2008. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. United States of America : Jossey Bass A Wiley Print.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cetakan VIII, Jakarta : Balai Pustaka, 1996) h.425.

.

Depart of Health, Goverment of Western Australia. National Library of Australia Catalouging, 2007. Guidelines for Responding to Family and Domestic Violence.

Faiz, Mohamad, 2007. Penelitian Hukum : Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Perlindungan terhadap Perempuan melalui Undang-undang KDRT : Analisa Perbandingan Antara Indonesia dan India, diakses tanggal 8 Mei 2012. Hasbianto, Elli (1996). Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Potret Buram Kehidupan. Herdy, Tubagus (2013). Pemicu Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Herse, L, et al, 1994. Violence Against Woman. The Hidden Health Burden World Bank, Washington.

DAFTAR PUSTAKA

Adelaar, Shinto, 2011. Tindak Kekerasan pada Wanita Hamil. Stikes Sumbawa Ayu, Nilawaty, 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

diakses tanggal 13 Agustus 2012.

Bacchus, Loraine, et al, 2003. Domestic Violence : Prevalence in Pregnant Woman and Associations With Physical and Psychological Health. Europhian Journal of Obstetrics and Gynaecology and Reproductive Biology.

Bartini, Istri, 2012. ANC. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal. Penerbit Nuha Medika.

Bobak, et all, 2005. Keperawatan Maternitas. Bahan Ajar. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran . EGC

Crampein, Carla, et al, 2010. Domestic Violence During Pregnancy and Mental Health : Exploratory Study in Primary Health Centers in Penalolen. Research Article.

Creswell, 2008. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. United States of America : Jossey Bass A Wiley Print.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cetakan VIII, Jakarta : Balai Pustaka, 1996) h.425.

.

Depart of Health, Goverment of Western Australia. National Library of Australia Catalouging, 2007. Guidelines for Responding to Family and Domestic Violence.

Faiz, Mohamad, 2007. Penelitian Hukum : Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Perlindungan terhadap Perempuan melalui Undang-undang KDRT : Analisa Perbandingan Antara Indonesia dan India, diakses tanggal 8 Mei 2012. Hasbianto, Elli (1996). Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Potret Buram Kehidupan. Herdy, Tubagus (2013). Pemicu Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Herse, L, et al, 1994. Violence Against Woman. The Hidden Health Burden World Bank, Washington.

Huriyani, Yeni, 2008. Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Persoalan Privat yang Jadi Persoalan Publik. Journal Legislasi Indonsesia. Vol 5 no. 3

Jannah, Nurul, 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan : Kehamilan, Penerbit Andi Offset.

Kalibonso, Rita, 2010. Penegakan Hukum – Kejahatan - Kekerasan. 25 Juli 2012.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, 2008. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI.

Keumalahayati, (2010). Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada Kesehatan Reproduksi.

Kisinku, Nathasya (2013). Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perempuan yang Menikah Muda.

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, 2012. Catatan Tahunan

Tentang Kekerasan terhadap Perempuan, Jakarta : Komnas Peremepuan, 7 Maret 2012.

Lamber, Missa, 2010. Tesis. Studi Kriminologi Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Wilayah Kota Kupang Propinsi Nusatenggara Timur. Prog. Magister Ilmu Hukum Undip.

Mezey, Gillian, et al, 2004. Domestic Violence, Lifetime Trauma and Psyhological Health of Childbearing Women. BJOG : an International Journal of Obstetrics and Gynaecology 112, pp.197-204.

Mitra Perempuan, 2012. Catatan Kekerasan terhadap Perempuan dan Layanan Womens Crisis Centre : Laporan. Jakarta.

Murti, Bhisma, 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuntitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan , Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Moeleong, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi, Cetakan Kedua

Puluh Dua. Bandung. Penerbit : PT. Remaja Resdakarya.

Nurrachmawati, Annisa, 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Hegemoni Patriarki atas Perempuan tanggal 12 Agustus 2012.

Panani, Sri Yulita (2013). Menguak Laki-laki Melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Pangkahila, Wimpie, 2011. Anti-Aging. Tetap Muda dan Sehat. Penerbit : PT. Kompas Media Nusantara.

Senanayake, Lakshmen, 2011. Domestic Violence : an Energizing Conceren in Maternity Care. Srilanka Jounal of Obstetrics and Gynaecology.

Santoso, Guratnaningsih, dkk, 2009. Teknik Penulisan Laporan Penelitian Kualitatif. Jakarta. LPSP3 Universitas Indonesia.

Sarwendah, Indrarani, 2012. Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Sutrisminah, Emi (2013). Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada Istri Terhadap Kesehatan Reproduksi.

Thahar, Erlinus. Blakasuta, Edisi 15, 2009. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Banyak Terjadi di Sekitar Kita 15 Agustus 2012.

Undang-undang No, 23 tahun 2004. Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Wahyu, Raharjo (2009). Penganiayaan Emosional dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Sebuah Potret Buram Kehidupan Berkeluarga.

Widyastuti, dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi. Penerbit : Fitramaya.

World Health Organisation, 2009. Violence Against Women Fact. Sheet No. 239. 2012.

Tangga bagi Kesehatan Masyarakat, diakses tanggal 2 Juni 2012.

Zuhriah, Erfania (2010). Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perpspektif Kitab Uqud Al-Lujjainyn dan Hak Azasi Manusia. Jurnal UIN Malang

LAMPIRAN

Informan 1 (S, 26 Tahun)

Hasil Wawancara Mendalam dan Observasi

Wawancara : 27 Januari 2013 - 06 Februari 2013 di Rumah M (Sepasang Suami Istri yang menampung S)

__________________________________________________________________ Saya mendatangi rumah tempat S, kebetulan tempat tinggalnya beberapa bulan ini adalah di rumah teman saya sendiri yaitu M dan suaminya J. M adalah sepupu S yang tinggal di Medan, yang begitu baik hati menerima S di rumahnya. Ibu mereka bersaudara.

Saya sering berkunjung ke rumah M sebab dia teman saya satu gereja. Sejak saya tahu S adalah informan yang tepat untuk penelitian saya sekalian saya ingin mengetahui latar belakangnya karena katanya dia juga akan masuk menjadi anggota gereja saya. Akhirnya saya meminta izin kepada M agar beberapa waktu saya boleh tinggal di rumahnya. Rumah M tersebut berlantai dua dan memiliki empat kamar. Saya tidur satu kamar dengan S di lantai bawah.

Setiap pagi sebelum bangun tidur, saya memergoki S menangis sambil memegang perutnya sambil berkata pelan-pelan “nakku-nakku..”. Sesekali dia membelakangi saya, mungkin malu atau takut ketahuan kalau dia sedang menangis. Saya tidak berani mengganggunya karena saya takut dia akan tersinggung dan tidak mau lagi berteman dengan saya. Cukup lama S menangis sambil membelakangi saya, terdengar M memanggil nama S dan mengetuk pintu kamar kami. S cepat-cepat menghapus air matanya dan bergegas-gegas bangun. Sayapun pura-pura cepat bangun dan seolah-olah tidak ada apa-apa.

Setiap pagi S diberi tugas oleh M yaitu menyapu rumah dan menyiram tanaman. Sesekali S memasak, kalau S memasak saya ikut membantunya, mungkin dengan mencuci piring atau mengupas bawang (saya perhatikan kalau S mengerjakan apa saja, dia agak suka melamun dalam beberapa detik trus melanjutkan pekerjaannya).

Lagi memasak, saya membuka pembicaraan : “enak kali ya tidurnya tadi malam” kata saya

“iya kak..tapi entah kenapa susah kali kurasa tidur’ jawab S “eeh…knp ? tapi kayaknya km nyenyak kali tidur’ pancing saya.

“entah kenapa kak, tiba-tiba teringat aku sama bapak anakku ini” jawab S. “heeemmm..kamu rindu ya ?” tanya saya sambil tersenyum.

“bisa saja dia ingat, kalian ka nada kenangan trus ada anaknya di perutmu” ternyata ucapan saya membuatnya menangis..”eeehhh…sory ya dek, aq ga bermaksud bikin kau nangis”

“koq ginilah nasibku ya kak?” katanya

“gak papa dek..klw ada beban berat dan masalahmu cerita aja samaku, gak usah malu, aku sama M itu sama koq..kami sudah berteman 15 tahun.”

“iya kak,,,kakak baik kali ya, di Gereja pun kemaren kudengar dari orang kalo kakak itu baik dan ramah”..katanya

“aaaakkh..biasa aj koq..tp makasih ya aq dipuji (saya pun tersenyum lebar dan merasa senang dia sudah nyaman dengan saya).

Percakapan kami terhenti karena M datang ke dapur dan menanyakan apakah makanan sudah siap karena suaminya sudah mau berangkat kerja.

“kak..nanti kalo boleh aku mau masuk anggota gereja ya ?” katanya “boleh skali lho dek..” jawab saya dengan semangat.

Begitu pekerjaan selesai, saya menemani S duduk-duduk di kamar. Saya melihat S sedang memandangi sebuah foto. S langsung cepat-cepat menyembunyikan foto itu. Saya tanya foto siapa, perlahan-lahan S mengeluarkan foto itu dan berkata : “inilah bapak anakku di perut ini kak“ katanya sambil menahan tangis….”oooh…ya ampun,,,ganteng jg ya..” kata saya. Sayapun makin penasaran untuk mendengar ceritanya. Namun sepanjang hari ini saya tidak mau memaksa S untuk bercerita sebab saya lihat dia masih belum siap utk diajak bercerita banyak. Saya hanya memperhatikan tingkah lakunya. Dia banyak diam kalo tidak saya memulai untuk bertanya. Mungkin dia malu atau masih suntuk dengan persoalannya. Dia lebih suka banyak melamun…memang harus hati-hati untuk membuka pembicaraan dengan dia. Dia tahan berjam-jam duduk di lantai dengan alas tikar tanpa ada mau bicara banyak bicara, paling-paling ikut tersenyum kalau ada yang lucu kami bicarakan dengan M. Saya memang menyediakan waktu untuk ini semua, walau tidak mengerjakan pekerjaan yang lain asal penelitian ini berhasil. Makasih ya Tuhan. Kami tidur lagi sama dengan S di malam harinya.

Pagi harinya………….

Saya bangun dan mulai bantu memasak lagi dengan S…sepertinya saya harus mulai bertanya yang lengkap dengan dia ini.

Peneliti : Gmana dulu awal pertemuanmu sama si P itu ?

Berikut penuturan S (Sambil termenung dan dengan tatapan mata yang kosong) :

“Aku kenalan sama si P itu lewat HP, waktu itu aku lagi di Bekasi kerja di pabrik ikut kakakkku, kira-kira dua tahun yang lalu lah aku dikenalin temenku sama

si P itu. Kata temenku itu ada kawannya cowok yang lagi nyari cewek, trus dikasi temenku itu lah nomor hp ku”.

Dulu kan kak, kami sering telponan sama smsan selama 1 tahun..(ooh yaa..apa saja yang kalian bicarakan slama telponan dan apa saja sms2 kalian ?).. mula-mula dia telp atw sms aku suka marah-marah sama dia….lama-lama aku mulai suka klw dia telp dan sms…kadang-kadang di telp selalu rayu dengan kata- kata mesra dan juga di sms…(apakah kau balas juga ? senang ya ?)…lama-lama aku senang juga kak dan merindukannya…trus akhirnya aku pulang kampung trus ketemu sama dia di awal tahun 2012. Dia dulu sering kali dia datang ke rumahku..ntah mw ngapain aja, ada selalu alasannya dan emang aku mulai suka sama dia. Trakhir dia datang trus ngomong ama mamakku sama sodara-sodaraku, katanya dia mau nikahin aku. Keluargaku langsung setuju kak, soalnya si P itu manis kali kalo ngomong, makanya langsung sodarakupun suka ngeliat dia.

“Tiap hari dia ngerayu aku kak, minta cium, minta peluk, trus kadang-kadang dia mau minta biar kami berhubungan badan tapi ga mw aku soalnya kami blm nikah.

Peneliti : Gimana km menolaknya ? Kenapa kau ga mau ?

(Peneliti mencoba memancing sikapnya terhadap seks sebelum nikah)

“Dulu aku paling benci sama yang namanya laki-laki kak, karna bapakku dulu jahat trus kejam kali. Sering kali dulu dipukulinya mamakku. Sejak kakakku yang nomor dua ada, bapakku sring mabuk trus dipukulinya mamakku. Kalo bapakku ngamuk, mamakku pasti kena tendang, kadang-kadang dikasi cabe ke matanya sama badannya….kadang-kadang kan kak, dia pulang dah mabuk trus ditelanjanginya mamakku…tinggal BH sama celana dalam…diseret bapakku ke halaman rumah…rambut mamakku kan panjang kak…jadi ditarek pake rambut mamakku sampe menjerit-jerit tapi bapakku ga peduli…mamakku sabar aja. Kadang-kadang aku mikir juga, kok bisa mamakku punya anak 9 padahal suaminya kayak setan gt?...kadang mau juga dicelupkan bapak kepala mamakku ke sungai sambil dipukuli…ihhhhh… (S memejamkan matanya sesaat).

Lanjutnya : “Dulu…kalo mamakku lagi dipukuli, aku di kamar aja pura-pura belajar tapi bapakku malah nyari aku trus aku ditendangnya juga. Sering kali aku ditendangnya kak..” (Sambil mengeluarkan air mata)…

“Sampe dia mati tahun 2004, ga ada air mataku keluar waktu itu, kupeluk pun gak, Karna benci kali aku ama dia. Dulu dia mati karna diguna-gunai orang selama 3 tahun. Dia memang pernah minta maaf samaku, tapi kubilang ama dia, ga usah lagi diingat-ingat yang dulu pak, gitu la kubilang kak, biar tenang dia mati

pikirku….itu lah yang bikin aku benci sama laki-laki, karna kuanggap semua laki-laki sama jahatnya, karna itu pula lah makanya aku ga mau pacaran…

Peneliti : trus kenapa kamu bisa suka sama si P ?

“Tapi ntah kenapa akhirnya aku bisa suka sama si P itu, mungkin karna kami sering telponan sama smsan, luluh pula lah hatiku kak..padahal mula-mula aku sering marah dan cuek sama dia..tapi tiap hari ada 10x dia nelpon aku dan sms stiap saat. Jadi waktu ketemu di Siantar trus kampung kami pun dekatan, mmmmmm….di Sinangor, itu yang bikin tambah suka aku sama dia, sopan kali dia dulu kak, manis lah pokoknya…tapi rupanya busuk juga otaknya kayak setan..itu lah kak, akhirnya aku mau juga dicium, tapi belum campur….tapi aku selalu nangis kalo dicium sama dipeluknya aku…”

Peneliti : “Kenapa kau nangis waktu dipeluknya?” (Peneliti kembali menguji sikapnya)

“Itu lah kak, ga tau juga aku (S menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil nangis). Trauma aku ingat-ingat bapakku dulu, jadi takut aku kalo ada pun orang yang sayang samaku. Tiap hari dirayunya aku, kalo ga kukasi dibilangnya lah aku pelit..gara-gara itu bisa kami berantem trus kak..Lama-lama luluh juga aku, aahhh…ntar lagi kami kawin kok…itu lah yang bikin akhirnya mau aku diajaknya berhubungan….“Ingat kali aku haritu, tanggal 18 bulan 4, haritu mamakku ga dirumah, ga da 1 orang pun dirumah…ihhhh..silap kali aku haritu lah kak..(Sambil menyeka air matanya yang keluar dari pelupuk matanya)…aku bersih haid tanggal 5 bulan 4, padahal kami Cuma satu kali berhubungan, dirayunya aku trus…aku selalu nangis tiap diciumnya…tapi marah pula dia trus diejeknya aku…”kok kayak anak-anak kw?”gitu katanya kak. Digerayanginya badanku trus dikangkanginya kakiku…dibukanya celana pendekku sama celana dalamku setengah trus dimasukkannya barangnya itu ke punyaku….nangis-nangis aku haritu kak, tapi dipaksanya aku trus….trus siap dia keluarkan, dia masih diatasku…padahal aku dah nangis-nangis nahankan sakit….tapi dibikinnya lagi kedua kali sampe dia keluar lagi…namgis aku trus….baru dicabutnya barangnya…aku nangis lagi trus kumerengkan badanku…trus diluruskannya lagi badanku…dikangkanginya lagi aku…dimasukkannya lagi dia punya yang ketiga kalinya…”

Peneliti : kenapa waktu itu km tidak melawan ? kan bisa km tendang atau menjerit ?

Dia badannya besar kak…langsung dia bekap aku kak…aku tak sanggup..dia terus cium bibir aku jadi tak bisa aku menjerit..(kan bisa km tendang?)…mula-mula aku meronta-ronta juga tapi tetap aku ga bisa ngapa-ngapain lagi kecuali menangis karna dia buat kayak gitu….

Peneliti :” Apa yang kw rasakan waktu itu? Gmana perasaanmu?”

“Memang waktu mula-mula sakit dan rasanya tidak enak tp setelah yang ketiga ada juga aku rasakan enaknya….Siap itu merasa berdosa kali aku trus aku takut ada apa-apa samaku…aku takut hamil…aku malu ketemu sama mamak, sama orang lain…aku merasa kalo aku ini dah kotor…aku lebih banyak termenung dan mulai nyesal…trus bulan 5 seharusnya aku dah haid tapi kok ga datang-datang tambah lagi udah terlambat 3 minggu, kenapa ini pikirku. Kujumpai lah si P, trus kubilang sama dia, “bg,,kekmana ini…aku dah 3 minngu terlambat haid…mungkin perutku udah “isi” (maksudnya hamil)…tapi dijawabnya..aaakkhhh..gugurkan aja lah, aku ga mw dia ada…buang aja..”.karna palaknya aku, kuambil gelas yang ada di dekatku, kulempar kepalanya, tapi gelas itu ga pecah padahal gelas itu dah jatuh ke lantai dan kepalanya pun ga da luka sikitpun…

“Setelah itu kami ada brp kali jumpa tapi aku gak berhubungan.... sekarang dunia dah kebalek, maunya dia tu, awak aja yang harus nurut ama dia...dia mulai maki-maki kak...berubah kali dia sejak aku dia berhasil masukan barangnya sama aku...suka marah-marah ga jelas...padahal waktu bikin anak ini habis aku dirayunya, dah berontak pun aku tapi dipaksanya trus,,, sampe aku ga ingat apa-apa lagi....sekarang anak ini tidak ditanggungjawabinya, dia bilang lagi sama aku kak..urus aja anak itu, aku mo balek sama istri aku…!! setelah itu mulai jarang kami

Dokumen terkait