6.1 Kesimpulan
1. Kehadiran Apoteker sebagai pemberi pelayanan informasi obat di Apotek belum terpenuhi secara optimal karena masih didapati Apoteker yang tidak hadir di Apotek pada jam buka Apotek. Dari data penelitian ini diperoleh gambaran kehadiran Apoteker di Apotek yaitu 36%.
2. Pelayanan informasi obat di Apotek wilayah Kota Tangerang Selatan belum dilakukan secara keseluruhan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan penerapan kegiatan pelayanan informasi obat yang dilakukan mengenai tujuan penggunaan obat 72,22%, waktu penggunaan obat (pagi/siang/malam) 66,66%, waktu penggunaan obat (sebelum/sedang/setelah makan) 66,66%, jumlah frekuensi penggunaan obat 61,11%, jumlah obat sekali minum 61,11%, nama obat 44,44%, indikasi obat 38,88%, interaksi obat (jika terdapat lebih dari 1 obat dalam resep) 5,55%, pencegahan interaksi obat 5,55%, efek samping obat 22,22% dan cara penyimpanan obat 38,88%. Sehingga penerapan pelayanan informasi obat di Apotek wilayah Kota Tangerang Selatan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku hanya 38,37 % dan dikategorikan buruk.
3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pemberian informasi obat di Apotek wilayah Kota Tangerang Selatan belum berjalan dengan baik dan belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6.2 Saran
1. Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 terhadap Apoteker yang bekerja di Apotek harus dilakukan oleh Apoteker Penanggungjawab beserta tenaga teknis kefarmasian lainnya yang berada di Apotek secara menyeluruh khususnya pelayanan informasi obat.
2. Sosialiasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Ikatan Apoteker Indonesia terhadap pentingnya penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 di Apotek adalah sebagai kewajiban dan akan menimbulkan kerugian bagi pasien jika terjadi ketidakdisiplinan dalam hal kehadiran Apoteker dan penyampaian informasi obat.
3. Penelitian lebih lanjut tentang gambaran peran Apoteker di Apotek berbagai daerah di Indonesia perlu dilakukan agar menjadi data evaluasi yang lengkap mengenai penerapan pharamaceutical care sehingga dapat menjadi pembahasan bersama untuk meningkatkan kinerja Apoteker di masyarakat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Alam Nur Abdullah dkk. 2010. Pengetahuan Sikap dan Kebutuhan Pengunjung
Apotek terhadap Informasi Obat di Kota Depok. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan Vol. 13 No. 4 Oktober 2010 : 344-352.
Anwar Firdaus. 2014. Samai Dokter, Apoteker Kini Praktik Pakai Jas dan Papan
nama.
http://health.detik.com/read/2014/06/15/080113/2608376/763/samai-dokter-apoteker-kini-praktik-pakai-jas-dan-papannama?991104topnews. Diakses pada 18 April 2016
APhA Pharmaceutical Care Guidelines Advisory Committee, approved by the APhA Board of Trustess, August 1995.
Arhayani. 2007. Perencanaan dan Penyiapan Pelayanan Konseling Obat serta
Pengkajian Resep bagi Penderita Rawat Jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Athiyah Ummi dkk. 2014. Jurnal Farmasi Komunitas Vol.1 No.1 : Profil
Informasi Obat pada Pelayanan Resep Metformin dan Glibenklamid di Apotek di Wilayah Surabaya. Surabaya : Departemen Farmasi Komunitas
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Aurelia Erlin. 2013. Harapan dan Kepercayaan Konsumen Apotek Terhadap
Peran Apoteker yang Berada di Wilayah Surabaya Barat. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta Christina A.K. Dewi, et al. 2014. Drug Therapy Problems Pada Pasien yang
Menerima Resep Polifarmasi (Studi di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya). Jurnal Farmasi Komunitas Vol.1, No.1, (2014) 17-22
Darmasaputra Erik. 2014. Pemetaan Peran Apoteker dalam Pelayanan
Kefarmasian Terkait Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek di Surabaya Barat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3. No.1
DepKes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004. tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Jakarta. Depkes RI; 2004.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2016. Data Apotek di Wilayah Kota Tangerang Selatan.
Dyani Primasari Sukandi. 2015. Analisis Distribusi Apotek dengan Sistem
Informasi Geografis. Diambil dari Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi Vol.5 No.1 Maret 2015. Diakses pada 5 April 2016 pada http://jmpf.farmasi.ugm.ac.id/index.php/1/article/view29/28.
Ginting BR Adelina. 2009. Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
di Kota Medan Tahun 2008. Skripsi Medan : Universitas Sumatera Utara
Handayani, Rini S, Retno G, Muktinigsih SR, Raharni. Eksplorasi pelayanan
informasi yang dibutuhkan konsumen apotek dan kesiapan apoteker memberi informasi terutama untuk penyakit kronik dan degeneratif. Majalah
Ilmu Kefarmasian. 2006. 3(1):38-46.
Harianto, Angki Purwanti dan Sudibyo Supardi. 2006. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pelaksanaan Draft Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di DKI Jakarta. Buletin Penelitian Kesehatan Vol.34 No.2. 2006 :
83-92
Harianto NK, Sudibyo S. Kepuasan pasien terhadap pelayanan resep di Apotek
KOPKAR Jakarta Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta. Majalah Ilmu
Kefarmasian. 2005. 2(1).
Hartini Sri Yustina. 2009. Relevansi Peraturan dalam Mendukung Praktek
Profesi Apoteker di Apotek. Yogyakarta : Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol.VI No.2, Agustus 2009, 97-106
Kwando Rendy. R. 2014. Pemetaan Peran Apoteker dalam Pelayanan
Kefarmasian Terkait Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek di Surabaya Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 2014
Nita Y, Umi A, I Nyoman W, Ratna KI, Merisya H. Kinerja apotek dan harapan
pasien terhadap pemberian informasi obat pada pelayanan swamedikasi di beberapa apotek di Surabaya. Majalah Farmasi Airlangga. 2008. 6(2).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nita Yunita, Ana Yuda dan Gesnita Nugraheni. 2012. Pengetahuan Pasien
Tentang Diabetes dan Obat Antidiabetes Oral. Jurnal Farmasi Indonesia
Vol.6 No.1 Januari 2012 : 38-47
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Mas’ud. Analisis tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan Apotek Kimia
Farma Jakarta menggunakan model Servqual (studi kasus pada tiga apotek). Majalah Ilmu Kefarmasian. 2009. 6 (2):56-74.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan. 2016. Selayang Pandang. http://www.tangerangselatankota.go.id/selayang-pandang/gambaran-umum Diakses pada 12 April 2016.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Priyanto, Duwi. 2016. SPSS Handbook Analisis Data, Olah Data & Penyelesaian
Kasus-Kasus Statistik. Yogyakarta : Mediakom.
Purwanti Angki, Hartanto dan Sudibjo Supardi. 2004. Gambaran Pelaksanaan
Standar Pelayanan Kefarmasian Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun
2003. Jakarta : Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.2, Agustus 2004, 102-115
Pusdiklat Pengawasan dengan Deputi Akuntan Negara. 2007. Pengumpulan dan Pengolahan Data. Diunduh dari http://www.ndaru.net/wp- content/uploads/audit-kinerja-sektor-publik-pengumpulan-dan-pengolahan-data.pdf. Pada tanggal 28 Maret 2016.
Rambadhe, S, Chakarborty, A, Shristavasta, A, Ptail, UK, Rambadhe, A 2012, ‘A
Survey on Polypharmacy and Use of Inappropriate Medications’, Toxicol Int., 19(1), pp. 68-73
Rhonda M. Jones. 2008. Pengkajian Pasien dan Peran Farmasis dalam
Perawatan Pasien.
http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/pengkajian-pasien-dan-peran-farmasis-dalam-perawatan-pasien2.pdf. Diakses pada 15 Maret 2016
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rini Sasanti Handayani dkk. 2006. Eksplorasi Pelayanan Informasi yang
Dibutuhkan Konsumen Apotek dan Kesiapan Apoteker Memberi Informasi Terutama Untuk Penyakit Kronik dan Degeneratif. Majalah Ilmu
Kefarmasian. Vol III. No.1 April 2006. 38-46
Rizza Pernama Suci. 2015. Gambaran Pelayanan Klinik Terhadap Resep
Antidiabetes Di Apotek Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul Dan Kecamatan Garut Kota Wilayah Kabupaten Garut. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ross W. Holland dan Christine M. Nimmo. 1999. Transitions, part 1 : Beyond
Pharmaceutical Care. Vol 56 Sep 1 1999 Am J Health-Syst Pharm
Schommer JC, Joseph BW. Patient satisfaction with pharmacist consultation
service: Application of a model of services encounter evaluation. Journal of
Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaning Behaviour. 1994. 7. Siregar Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif . Jakarta : Kencana
Prenamedia Group.
Sri Puji Astuti. 2015. Gambaran Peran Apoteker Dalam Pelayanan Konseling Di
Apotek Wilayah Kota Medan : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Supardi S, Rini SH, Raharni H, Andi LS. Pelaksanaan standar pelayanan
kefarmasian di apotek dan kebutuhan pelatihan bagi apotekernya. Buletin
Penelitian Kesehatan. 2011. 39. 138-144.
Susyanty AL, Sri H. Prioritas pasien akan kebutuhan pelayanan informasi obat di
apotek Jakarta. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2007. 10(2).
Sweetman. S. 2009. Martindale Ed. 36th. The Pharmaceutical Press, London.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Windiyani Tustiyana. 2012. Instrumen untuk Menjaring Data Interval Nominal,
Ordinal dan Data tentang Kondisi, Keadaan, Hal Tertentu dan Data untuk Menjaring Variabel Kepribadian. Jurnal Pendidikan Dasar Vol.3 No.5
Desember 2012.
Zairina E, Hanni PP, Yunita N. Patient’s satisfaction with medicine information
services in community pharmacies. The 8th Asian Conference on Clinical
Pharmacy: Toward Harmonization of Education and Practice of Asian Clinical Pharmacy, Surabaya 1-4 July 2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 1. Kuisioner yang diberikan kepada Apoteker yang hadir pada saat
penelitian
Nama Apoteker :
Umur :
Jenis Kelamin : L / P
Pendidikan Terakhir : Apoteker / S2 / S3 tahun lulus :
Nama Apotek :
Status Kepemilikan Apotek : o Milik Sendiri
o Kepemilikan Bersama dengan Pemodal o Milik Pemodal
Frekuensi kehadiran dalam 1 minggu : o Setiap hari
o Kurang dari 3x seminggu o 1x setiap 2 minggu o 1x setiap bulan
Waktu kehadiran :
o Pagi o Sore
o Pagi & Sore
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat yang dilakukan selama di Apotek
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat Keterangan
T J S SS
Menjelaskan tujuan penggunaan obat kepada pasien
Menjelaskan waktu penggunaan obat (pagi/siang/malam) kepada pasien
Menjelaskan waktu penggunaan obat (sebelum/sedang/setelah makan) kepada pasien
Menjelaskan frekuensi penggunaan obat kepada pasien
Menjelaskan jumlah obat yang diminum pasien saat sekali minum kepada pasien
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menjelaskan indikasi dari obat yang diberikan kepada pasien
Menjelaskan jika ada interaksi dari obat yang diberikan kepada pasien Menjelaskan pencegahan interaksi dari obat yang diberikan kepada pasien
Menjelaskan efek samping obat dari obat yang diberikan kepada pasien
Menjelaskan cara penyimpanan obat yang diberikan kepada pasien
T = Tidak dilakukan ; J = Jarang dilakukan ; S = Sering dilakukan ; SS = Selalu dilakukan
Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi Apoteker pengelola Apotek? o 1 - 10 Tahun
o 11 – 20 Tahun o > 20 Tahun
Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan mengenai pelayanan farmasi klinik?
o Pernah o Tidak Pernah
Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan?
o Tahu o Tidak Tahu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 2. Perhitungan Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek Wilayah
Kota Tangerang Selatan
A. Kehadiran Apoteker
Apoteker yang hadir pada saat penelitian
= x 100% = 36% Apoteker yang tidak hadir pada saat penelitian
= x 100% = 54% B. Kehadiran Apoteker Berdasarkan Per Kecamatan
Kecamatan Pamulang = x 100% = 10% Kecamatan Setu = x 100% = 2% Kecamatan Serpong = x 100% = 4% Kecamatan Serpong Utara
= x 100% = 6% Kecamatan Pondok Aren
= x 100% = 6% Kecamatan Ciputat
= x 100% = 6% Kecamatan Ciputat Timur
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 3. Perhitungan Persentase Kegiatan Pelayanan Informasi Obat yang
dilakukan Apoteker di Apotek dan Persentase Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat
Kode Kegiatan Pelayanan Informasi Obat Variabel Tidak Dilakukan Jarang Dilakukan Sering Dilakukan Selalu Dilakukan A 5 13 B 1 5 12 C 2 4 12 D 1 6 11 E 7 11 F 10 8 G 11 7 H 9 8 1 I 8 9 1 J 5 10 3 K 9 5 4 L 2 9 7 Rumus =
a. Menjelaskan tujuan penggunaan obat kepada pasien
Sering dilakukan = = 27,77% Selalu dilakukan = = 72,22%
b. Menjelaskan waktu penggunaan obat (pagi/siang/malam) kepada pasien
Jarang dilakukan = = 5,55% Sering dilakukan =
= 27,77% Selalu dilakukan = = 66,66%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Menjelaskan waktu penggunaan obat (sebelum/sedang/setelah makan)
kepada pasien Jarang dilakukan =
= 11,11% Sering dilakukan = = 22,22% Selalu dilakukan = = 66,66%
d. Menjelaskan frekuensi penggunaan obat kepada pasien
Jarang dilakukan =
= 5,55% Sering dilakukan = = 33,33% Selalu dilakukan = = 61,11%
e. Menjelaskan jumlah obat yang diminum pasien saat sekali minum kepada
pasien
Sering dilakukan =
= 38,88% Selalu dilakukan = = 61,11%
f. Menyebutkan nama obat yang diberikan kepada pasien
Sering dilakukan = = 55,55% Selalu dilakukan = = 44,44%
g. Menjelaskan indikasi dari obat yang diberikan kepada pasien
Sering dilakukan =
= 61,11% Selalu dilakukan = = 38,88%
h. Menjelaskan jika ada interaksi dari obat yang diberikan kepada pasien
Jarang dilakukan = = 50% Sering dilakukan = = 44,44% Selalu dilakukan = = 5,55%
i. Menjelaskan pencegahan interaksi dari obat yang diberikan oleh pasien
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sering dilakukan = = 50%
Selalu dilakukan = = 5,55% j. Menjelaskan efek samping obat dari obat yang diberikan oleh pasien Jarang dilakukan = = 50%
Sering dilakukan = = 27,77% Selalu dilakukan = = 22,22% k. Menjelaskan cara penyimpanan obat yang diberikan oleh pasien Jarang dilakukan = = 11,11% Sering dilakukan = = 50% Selalu dilakukan = = 38,88% Persentase Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di Apotek Wilayah Kota Tangerang Selatan sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Hasil rata-rata persentase akan digolongkan dalam kategori sebagai berikut (Harianti dkk, 2006) : a. 90% - 100% = amat baik b. 80% - 90% = baik c. 70% - 80% = sedang d. 60% - 70 % = kurang baik e. < 60% = buruk
Berdasarkan pengkategorian maka persentase penerapan pelayanan informasi obat di Apotek Wilayah Kota Tangerang Selatan dikategorikan buruk.