• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

GAMBARAN UMUM/ LOKASI

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A.Sejarah Singkat Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM )

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Kantor Inspeksi Pajak Medan terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.17 A.

2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di Jl. Diponegoro No.3 A.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK.01/1989

tanggal 25 Maret 1989 tentang organisasi dan tata usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 kantor Inspeksi Pajak Medan Utara di ganti namanya menjdai Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan menteri Keuangan No.443/PMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan pajak Pratama Medan Polonia

yang mulai berlaku sejak 25 Januari 2002. Pada saat itu wilayah kinerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat meliputi :

1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kecamatan Medan Sunggal 4. Kecamatan Medan Petisah

Namun seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan Direktorat

Jenderal Pajak untuk menuju perubahan yang lebih baik, Kecamatan Medan Barat adalah wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Selain itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama terbagi menjadi 9 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu:

1. KPP Madya Medan 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Petisah 4. KPP Pratama Binjai

5. KPP Pratama Medan Belawan 6. KPP Pratama Medan Kota 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Medan Polonia 9. KPP Pratama Lubuk Pakam

Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat juga memiliki 5 misi yaitu:

1. Di bidang Fiskal

Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta mengelola kekayaan dan utang negara secara hati- hati (prudent ), bertanggung jawab dan transparan.

2. Di bidang ekonomi

Mengatasi masalah- masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita- citakan konstitusi.

3. Di bidang Politik

Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi. 4. Di bidang Sosial Budaya

Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern. 5. Di bidang Kelembagaan

Memperbaharui diri ( self reinventing ) sesuai dengan aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik,

serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan , pelayanan, dan pengawas Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan perturan perundang- undangan yang berlaku.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut :

1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

3. Penyuluhan perpajakan.

4. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. 5. Pelaksanaan ekstensifikasi.

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

9. Pelaksanaan konstultasi perpajakan. 10.Pelaksanaan intensifikasi.

11.Pembetulan ketetapan pajak. 12.Pelaksanaan administrasi Kantor.

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara

sistematis mengenai penetapan tugass- tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing- masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar kerja dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang maksimal.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dipimpin oleh kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat digambarkan sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11.Kelompok Jabatan Fungsional.

Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat dilihat pada bagan berikut ini :

LAMPIRAN I

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA M Kepala Kantor

Rizal Fahmi

Ka. Subbag Umum M. Ali S, ST. Ak, M.B.A

Pelaksana 1. 2. 3. 4. Kasi PDI Timur Smbiring SE Ak 1. 2. 3. 4. 5. Kasi pemeriksaan Hendry D.H sihite 1. 2. 3. 4. 5. Kasi pelayanan Roni purwanto 1. 2. 3. 4. 5. Kasi penagihan Suyamto,S.I.P.M.M 1. 2. 3. 4. 5. Kasi wasko Erwin sianipar 1. 2. 3. 4. 5. Kasi waskon I Toga manik,S.E.MM 1. 2. 3. 4. 5. Kasi ekstenfikasi Emma marlina,SE,Ak 1. 2. 3. 4. 5. Fungsional pemeriksaan pajak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. cleaning service 1. 2. 3. 4. 5. Petugas keamanan 1. 2. 3. 4. 5. Fungsional PBB

C. Deskripsi Tugas

Adapun gambaran tugas dari masing- masing bagian kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berrikut :

1. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan perlengkapan rumah tangga

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, serta penyampaian laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan

penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen- dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak daan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Masing- masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/ himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan , penyusunan profil wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, dan melakukan evaluasi hasil banding.

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing- masing berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku:

a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI ( PKLM )

A. Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah direvisi dalam Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 yang dimaksud dengan Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapatrt dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. (Sukardji, 2010:54)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung karena mempunyai tiga unsur terpisah atau terdapat lebih dari satu orang/ badan dalam proses pengenaan PPN, yaitu meliputi :

1. Penanggungjawab Pajak (Wajib Pajak/ Pengusaha Kena Pajak ), yaitu orang/ badan yang secara hukum (yuridis formil) harus membayar pajak. Pordusen harus melaporkan diri sebagai wajib pajak PPN/ Pengusaha Kena Pajak.

2. Penanggung Pajak, yaitu orang/ badan yang membayar pajak (dalam arti ekonomis). Penanggung pajak (pedagang besar) pada setiap melakukan pembelian membayar sejumlah harga beli ditambah dengan PPN.

3. Pemikul Pajak (destinataris), yaitu orang/ badan yang dimaksud oleh ketentuan harus memikul beban pajak. Konsumen sebagai yang dituju undang- undang untuk memikul beban pajak, pajak dibebankan oleh pedagang besar lewat harga jual yang lebih tinggi.

PPN juga tergolong sebagai pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya didasarkan pada objek pajak, baik berupa barang ataupun jasa. PPN pada akhirnya akan menjadi beban konsumen, oleh karena itu beban pajak akan dibebankan kepada semua konsumen, tanpa memandang siapa konsumen yang akan menanggung pajak. PPN merupakan pajak pusat karena merupakan sumber penerimaan bagi APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ).

2. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak, misalnya untuk pajak penghasilan adalah orang pribadi atau badan dan untruk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pengusaha Kena Pajak.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 4 Undang- Undang No.7 Tahun 1983, sebagimana telah direvisi dalam Undang- Undang PPN No. 42 Tahun 2009 yang disebut dengan UU PPN dapat diketahui bahwa subjek PPn dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pengusaha Kena Pajak

Ketentuan yang mengatur bahwa subjek PPN harus Pengusaha Kena Pajak adalah UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 pasal 4 ayat 1 huruf a, huruf c, huruf f, huruf g dan huruf h.

Dari pasal- pasal ini dapat diketahui bahwa :

1. Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atas Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (Pasal 4 ayat 1 huruf a dan huruf c UU PPN).

2. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud yang dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak ( Pasal 4 ayat 1 huruf f UU PPN).

3. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atau Jasa Kena Pajak (JKP) Tidak Terwujud dapat dikenakan PPn adalah pengusaha kena pajak ( Pasal 4 ayat 1 huruf g dan huruf h UU PPN) .

b. Bukan Pengusaha Kena Pajak

Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak (PKP), tetapi yang bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP) pun dapat menjadi Subjek PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4 huruf b,d daan e serta pasal 16C UU PPN.

Berdasarkan pasal- pasal ini dapat diketahui bahwa yang dapat dikenakan PPN :

1. Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak (BKP).

2. Siapa pun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak (BKP) tidak dan/ atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar pabean dan didalam daerah pabean.

3. Siapa pun yang membangun sendiri tidaak dalam lingkungan perusahaan dan pekerjaannya.

3 . Objek Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 diatur bahwa Objek Pajak yang dikenakan Pajak Perrtambahan Nilai adalah :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

b. Impor Barang kena Pajak.

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

f. Ekaspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

4.Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Dalam Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 ayat 23 yang dimaksud faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea daan Cukai.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai dikenal dengan tarif tunggal yaitu sebesar 10% untuk segala jenis Barang Kena Pajak, tetapi untuk meningkatkan persingan produksi kita diluar Indonesia, maka untuk barang- barang yang akan diekspor dibebaskan dari pemungutan PPN (PPN= 0%). Dalam keadaan tertentu, tarif PPN dapat berubah sesuai Peraturan Pemerintah menjadi serendah- rendahnya 5% dan setinggi- tingginya 15%.

Dalam penghitungan PPN terutang, maka pada setiap Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, maka Pengusaha Kena Pajak bersangkutan diwajibkan untuk membuat faktur pajak.

5 . Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, malakukan usaha perdagangan, mengimpor barang, mengekspor barang, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

Pengusaha dapat berupa orang pribadi atau badan. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi, massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif, dan bentuk usaha tetap (BUT).

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Barang kena pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasrakan Undang- Undang perpajakan, dimana Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan membayar kepada Negara selisih antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang kena Pajak dan atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau pemberi Jasa Kena Pajak (Pajak Masukan ).

6 . Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Dalam Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 menyebutkan bahwa Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau

tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Kewajiban pelaporan terkait pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan disamping kewajiban mendaftarkan diri, terdapat pula kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebelum menyerahkan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) bagi yang memenuhi sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah suarat yang diterbitkan oleh KPP dan KP2KP sebagai pemberitahuan bahwa Pengusaha telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada KPP tertentu yang berisi identitas dan kewajiban perpajakan Pengusaha Kena Pajak.

7 . Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

a. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) dibidang PPN dan PPnBM.

b. Sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang bersangkutan.

8 . Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Hak Pengusaha Kena Pajak adalah :

a. Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP b. Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN.

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah :

a. Pengusaha yang telah wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak atau Pengusaha Kecil yang memilih menjdai Pengusaha Kena Pajak seperti tersebut diatas berkewajiban untuk :

1. Melaporkan usahanya (mendaftarkan perusahaannya) untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

2. Memungut PPN/PPnBM yang terutang.

3. Menyetor PPN/PPnBM yang terutang (yang dibayar).

4. Melaporkan PPN/PPnBM yang terutang (menyampaikan SPT Masa PPN/PPnBM).

b. Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak tidak wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi boleh memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak atau tidak. Dengan demikian, atas penyerahan Barang kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kecil tidak dikenakan PPN, kecuali jika Pengusaha Kecil tersebut memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

c. Apabila sampai dengan satu bulan dalam satu tahun buku, peredaran bruto (omzet) Pengusaha telah melewati batasan Pengusaha Kecil, Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, selambat- lambatnya akhir bulan berikutnya.

d. Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto Pengusaha Kena Pajak tidak melebihi batasan Pengusaha Kecil, maka Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak sebelum melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.Maka setelah Pengusaha Kena Pajak menerima Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut maka dikukuhkanlah pengusaha tersebut sabagai Pengusaha Kena Pajak dan memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak berfungsi sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak, oleh karena itu kepada wajib pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak.Selain itu Nomor Pokok Wajib Pajak dapat juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

3. Syarat- syarat untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak

a. Mengisi surat permohonan atau formulir pendaftaran.

b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, paspor atau Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c. Surat Keterangan kegiatan usaha sekurang- kurangnya ditandatangani Lurah atau Kepala Desa.

d. Fotocopy Akta Pendirian Usaha dan Perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.

4. Jangka Waktu Pendaftaran NPWP

Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan dan atau pada akhir tahun pajak apabila penghasilan pada tahun pajak yang bersangkutan melebihi PTKP.

5. Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP dilakukan apabila :

a. Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.

b. Warisan yang belum terbagi (dalam kedudukan sebagai subjek pajak) sudah selesai dibagi.

c. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai Wajib Pajak.

d. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

e. Wajib Pajak Badan Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagi BUT.

C. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak

Pasal 2

(1) Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, dan kepada Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

(2) Tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya.

(3) Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:

2) menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta; atau

3) memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta,

yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;

b. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:

1) hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;

2) menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta; atau

3) memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta,

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

c. Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi;

pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation); dan

e. Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(4) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, selain wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

(5) Wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum dewasa, harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak suami atau kepala keluarga.

Dokumen terkait