LAPORAN TUGAS AKHIR
TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT
O L E H
NAMA : PUTRI REZKI NANDA NIM : 112600023
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat, Taufiq dan HidayahNya kepada kita semua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “TATACARA
PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT”.
Penulisan dan Penyusunan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat menamatkan studi pada Program Diploma- III
Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara.
Tugas akhir ini tidak mungkin terlaksana oleh penulis tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Dan dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak- pihak yang telah memberikan dukungan, kepercayaan, bantuan
dan doa, sehingga laporan PKLM ini dapat terselesaikan. Maka secara khusus penulis
menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada :
1. Teristimewa kepada kedua Orangtua, Ibunda dan Papa yang tidak pernah
lelah mengasihi, menyayangi, mendoakan, dan membimbing anak- anak
nya hingga saat ini.
2. Bapak Prof. Dr. Badarruddin, Msi. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, Msi. selaku Ketua Program Studi
Diploma- III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina, S.H. M. Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma- III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
5. Bapak Hatta Ridho, S.sos, M.sp, selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan waktu dan pemikiran serta pengertian
untuk membantu dan membimbing sehingga penulis bisa menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Supriadi Cet Tan Gunar selaku Supervisor.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf pegawai Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara, terkhusus Bang Ijal yang telah
membantu penulis dalam segala urusan adminitrasi selama ini.
8. Bapak Muhammad Ali, selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
9. Buat Abang Yasmi A.C.A, Kedua Adek Kembar Anesha dan Adisha yang
selalu memberikan semangat dan doa nya kepada penulis.
10.Buat Kak Liza yang selalu ada kapan pun penulis butuhkan, butuh pulsa
12.Buat Sahabat Teman Kawan seperjuangan selama tiga tahun ini , kawan –
kawan tax a tax b 2011
13.Dan untuk teman- teman terdekat dan orag- orang yang telah berjasa
membantu dan mendukung baik doa , moril dan materil .
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari kekurangan dan
kelemahan baik dalam tekik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangu
demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.Akhir kata, penulis mendoakan semoga Allah
SWT selalu memberikan magfirahNya kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B.Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
C.Uraian Teoritis ... 5
D.Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 10
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11
F.Metode Pengumpulan Data ... 13
G.Sistematis Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 14
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM ... 17
A.Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Barat ... 17
B.Strutur Orgaisasi KPP Pratama Medan Barat ... 21
C.Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Barat ... 24
BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 27
A.Pajak Pertambahan Nilai ... 27
B.Nomor Pokok Wajib Pajak ... 36
E.Tatacara Pemindahan Wajib Pajak ... 56
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 57
A.Statistik Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar ... 57
B.Kendala-kendala yang dihadapi Wajib Pajak ... 58
C.Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Kendala ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A.Kesimpulan ... 60
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel Struktur Organisasi ... 23
Tabel Statistik Pengusaha Kena Pajak ... ...57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Sesuai dengan fungsinya, pajak merupakan sumber dana untuk membiayai
pengeluaran rutin negara atau yang sering disebut dengan fungsi budgeter. Kepatuhan
masyarakat dalam membayar pajak sangat diperlukan demi mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Seperti yang kita ketahui bahwa pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan
danpengabdian serta peran aktif setiap warga negara dan anggota masyarakat lainnya
untuk membiayai keperluan negara berupa pembangunan nasional, yang
pelaksanaannya diatur oleh undang-undang dengan tujuan mensejahterakan bangsa
dan negara, dimana pajak ini telah memberikan prestasi balik yang langsung
dirasakan masyarakat.
Sehingga di dalam menjalankan program pemerintah diperlukan perhatian
khusus bagaimana agar target tersebut dapat tercapai. Aplikasinya bahwa
pembangunan nasional dan keperluan negara lainnya tidak akan tercapai jika dana
yang digunakan minim atau tidak mencukupi, maka dengan itu pemerintah berupaya
mencari solusi bagaimana cara meningkatkan penerimaan negara tersebut sehingga
dapat membiayai program pemerintah seperti yang ditargetkan Anggaran Pendapatan
Pajak yang merupakan sumber utama penerimaan negara yang paling
dominan sehingga pemerintah berupaya bagaimana agar penerimaan dari pajak
tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan meliputi intensifikasi yaitu perbaikan di dalam organisasi itu atau dalam
Kantor Pelayanan Pajak itu sendiri diimbangi dengan ekstensifikasi yaitu
penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu, dimana harus wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak dan
melaporkan usahanya untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi
wajib pajak orang pribadi atau nomor pengukuhan Pengusaha Kena Pajak bagi wajib
pajak badan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER – 20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan
Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak.
Pengusaha Kena Pajak wajib mendaftarkan dan melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak Pertambahan
Nilai yang terhutang dan memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Namun adakalanya wajib pajak khususnya pengusaha yang memenuhi syarat
dan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak serta bagaimana melaksanakan
kewajibannya.
Dalam hal ini terdapat prosedur dan tatacara pendaftaran pengusaha tersebut
sehingga tujuan pemungutan pajak yang baik dapat berjalan dengan semestinya.
Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik mengambil topik Laporan Tugas Akhir
dengan judul “ TATACARA PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT”.
B. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah :
1.1 Untuk mengetahui tatacara pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dan masalah yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat.
1.2 Untuk mengetahui jumlah pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak yang mempengaruhi jumlah penerimaan pajak di Kantor Pelayanan
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
PKLM ini tentunya sangat bermanfaat bagi beberapa pihak
diantaranya adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan tentang tatacara pendaftaran dan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
b. Dapat mengetahui kuantitas pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang
mempengaruhi penerimaan pajak.
c. Dapat mengetahui faktor - faktor kendala para Wajib Pajak dan Pengusaha
Kena Pajak tidak mendaftarkan dirinya di Kantor Pelayanan Pajak.
2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
a. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa
dituntut sumbangsihnya terhadap instansi, baik berupa saran maupun kritik
yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk
meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut. Meningkatkan
kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan dengan instansi pemerintah yang bersangkutan dalam
memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima
mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum yang berlaku di program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
C. URAIAN TEORITIS
1. Definisi Pajak
Beberapa definisi pajak menurut para ahli:
1.1 Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang
dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.(Mardiasmo, 2009:1)
1.2 Prof. Dr. P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
(Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
(Waluyo, 2006 : 4)
1.3 S.I Djajadiningrat
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari
Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum. (Resmi, Siti. 2009)
Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentangketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada
negara yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan
2. Manfaat Pajak
Adapun beberapa manfaat pajak bagi negara adalah :
a .Sumber Penerimaan Negara
Penerimaan pajak dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) dalam sisi penerimaan dan di pakai untuk membiayai
pengeluaranpemerintah.
b. Sebagai Alat Pemerataan Pendapatan
Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan dilakukan dengan menerapkan tarif
pajak lebih tinggi untuk golongon masyarakat yang berpendapatan tinggi. Akan tetapi
dengan tarif pajak ini bisa efektif sebagai pemerataan apabila dana yangdikumpulkan
dialokasikan betul - betul untuk kepentingan golongan masyarakatberpendapatan
menengah ke bawah yaitu untuk memperbaiki fasilitas pendidikandan kesehatan bagi
masyarakat yang kurang mampu.
3. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai merupakan jumlah antara biaya yang dikeluarkan
dalamtingkat laba yang diharapkan dalam suatu proses produksi, maksudnya
prosespertambahan nilai timbul karena adanya biaya - biaya yang dikeluarkan mulai
jadi yang siap dijual dengan tingkat laba yang diharapkan. Jadi secara logika maka
yang menjadi subjek pertambahan nilai ini adalah pengusaha.
4. Pengertian Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
5. Pengertian Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajakyang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak atau bukti
pungutan pajak karena impor barang kena pajak yang digunakan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
6. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai
Pengusaha dianggap sebagai Subjek Pajak. Adapun kategori Pengusaha Kena
Pajak yang dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah :
a. Pengusaha yang penghasilan Brutonya tidak kurang atau lebih dari 600 juta
b. Pengusaha yang memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak meliputi :
eksportir, dan
pedagang yang menjual Barang Kena Pajak pada Pengusaha Kena Pajak.
c. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan dan atau
Importer serta pemegang hak paten dan merek dagang.
Berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang - Undang Nomor 42
Tahun 2009 diatur bahwa Objek Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
adalah:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan
olehpengusaha.
b. Impor Barang Kena Pajak.
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan
olehpengusaha.
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean.
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
sendiri atau digunakan pihak lain.
j.Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.
7. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Tarif PPN di kenal dengan tarif tunggal yaitu sebesar 10% untuk segala jenis
Barang Kena Pajak, tetapi untuk meningkatkan persaingan produksi kita di luar
Indonesia, maka untuk barang-barang yang akan diekspor dibebaskan dari
pemungutan PPN (PPN = 0%).
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam laporan praktek kerja lapangan mandiri ini, maka yang menjadi ruang
lingkup penulisan adalah :
1. Tatacara Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor
2. Masalah - masalah lain yang dihadapi oleh pengusaha untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak khususnya di seksi Tata Usaha Perpajakan
(TUP) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
3. Jumlah yang mendaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat.
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri maka penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1.Tahap Persiapan
Mengajukan judul, penentuan judul, pengesahan judul, pembuatan Proposal
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, seminar Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri,
perbaikan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, persetujuan penentuan Dosen
Pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing, pembuatan surat
izin untuk Praktik Kerja Lapangan Mandiri ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data - data yang menyangkut masalah yang akan di
keputusan Menteri Keuangan, keputusan Direktur Jendral Pajak dan bahan - bahan
lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.
3. Observasi Lapangan
Penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada objek Praktik Kerja
Lapangan Mandiri untuk mengetahui tata cara pendaftaran dan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan masalah - masalah lain yang timbul.
4. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data - data yang berhubungan dengan
apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri nantinya yang diperlukan
dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
Dalam pengumpulan data sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung.
Contoh data primer adalah yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada.Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa
absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang
diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.
5. Analisis Data dan Informasi
Di sini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara
deskriftif kualitatif ataupun kuantitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum
maupun khusus dari objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan
dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan metode :
1. Wawancara (Interview)
Dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak Kantor
2.Observasi
Dengan melalukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang
diperlukan untuk pembahasan masalah.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis
menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika yang akan
dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab
ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian
Teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data
BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT
Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana
Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat
lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi
tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.
BAB III : PEMBAHASAN TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana Tata Cara
Pendaftaran Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian
mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab
sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan
pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak
yang memerlukan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM/ LOKASI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A.Sejarah Singkat Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM )
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak disebut Kantor Inspeksi Pajak.
Kantor Inspeksi Pajak Medan terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.17
A.
2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di Jl. Diponegoro No.3 A.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK.01/1989
tanggal 25 Maret 1989 tentang organisasi dan tata usaha Direktorat Jenderal Pajak,
maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak
sehingga sejak April 1989 kantor Inspeksi Pajak Medan Utara di ganti namanya
menjdai Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.Kemudian sesuai dengan Surat
Keputusan menteri Keuangan No.443/PMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor
Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan pajak Pratama Medan Polonia
yang mulai berlaku sejak 25 Januari 2002. Pada saat itu wilayah kinerja Kantor
Pelayanan Pajak Medan Barat meliputi :
1. Kecamatan Medan Barat
2. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kecamatan Medan Sunggal
4. Kecamatan Medan Petisah
Namun seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak untuk menuju perubahan yang lebih baik, Kecamatan Medan Barat
adalah wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Selain itu,
Kantor Pelayanan Pajak Pratama terbagi menjadi 9 Kantor Pelayanan Pajak Pratama
yaitu:
1. KPP Madya Medan
2. KPP Pratama Medan Barat
3. KPP Pratama Medan Petisah
4. KPP Pratama Binjai
5. KPP Pratama Medan Belawan
6. KPP Pratama Medan Kota
7. KPP Pratama Medan Timur
8. KPP Pratama Medan Polonia
Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat adalah menjadi pengelola
keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan
dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa menuju
masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat juga memiliki 5 misi yaitu:
1. Di bidang Fiskal
Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta
mengelola kekayaan dan utang negara secara hati- hati (prudent ),
bertanggung jawab dan transparan.
2. Di bidang ekonomi
Mengatasi masalah- masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil
peran strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu
mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita- citakan
konstitusi.
3. Di bidang Politik
Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi.
4. Di bidang Sosial Budaya
Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern.
5. Di bidang Kelembagaan
Memperbaharui diri ( self reinventing ) sesuai dengan aspirasi masyarakat
serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik
dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang
rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan
mempunyai integritas yang tinggi.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas
melaksanakan penyuluhan , pelayanan, dan pengawas Wajib Pajak dibidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak
Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan perturan perundang-
undangan yang berlaku.
Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut :
1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.
2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
3. Penyuluhan perpajakan.
4. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
5. Pelaksanaan ekstensifikasi.
6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
9. Pelaksanaan konstultasi perpajakan.
10.Pelaksanaan intensifikasi.
11.Pembetulan ketetapan pajak.
12.Pelaksanaan administrasi Kantor.
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara
sistematis mengenai penetapan tugass- tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawab masing- masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan
struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar kerja dapat
dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang maksimal.Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dipimpin oleh kepala seksi. Struktur
organisasi yang ada di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat digambarkan
sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11.Kelompok Jabatan Fungsional.
Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama dapat dilihat pada bagan berikut ini :
C. Deskripsi Tugas
Adapun gambaran tugas dari masing- masing bagian kerja yang ada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berrikut :
1. Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha,
dan perlengkapan rumah tangga
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan
data, penyajian informasi perpajakan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, serta penyampaian
laporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak,
serta melakukan kerjasama perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen- dokumen
penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran
Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi
perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan
objek pajak daan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis
data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Masing- masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/ himbauan kepada Wajib Pajak dan
konsultasi teknis perpajakan , penyusunan profil wajib Pajak, melakukan
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,
usulan pembetulan ketetapan pajak, dan melakukan evaluasi hasil
banding.
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing- masing berdasarkan peraturan
perundang- undangan yang berlaku:
a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
keahlian.
b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional
senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI ( PKLM )
A. Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai nomor 8 tahun 1983
sebagaimana telah direvisi dalam Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 yang
dimaksud dengan Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan
jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan
distribusi. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dikenakan atas penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang
Pajak Masukannya tidak dapatrt dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (8) huruf b dan huruf c. (Sukardji, 2010:54)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung karena
mempunyai tiga unsur terpisah atau terdapat lebih dari satu orang/ badan dalam
1. Penanggungjawab Pajak (Wajib Pajak/ Pengusaha Kena Pajak ), yaitu
orang/ badan yang secara hukum (yuridis formil) harus membayar pajak.
Pordusen harus melaporkan diri sebagai wajib pajak PPN/ Pengusaha
Kena Pajak.
2. Penanggung Pajak, yaitu orang/ badan yang membayar pajak (dalam arti
ekonomis). Penanggung pajak (pedagang besar) pada setiap melakukan
pembelian membayar sejumlah harga beli ditambah dengan PPN.
3. Pemikul Pajak (destinataris), yaitu orang/ badan yang dimaksud oleh
ketentuan harus memikul beban pajak. Konsumen sebagai yang dituju
undang- undang untuk memikul beban pajak, pajak dibebankan oleh
pedagang besar lewat harga jual yang lebih tinggi.
PPN juga tergolong sebagai pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya
didasarkan pada objek pajak, baik berupa barang ataupun jasa. PPN pada akhirnya
akan menjadi beban konsumen, oleh karena itu beban pajak akan dibebankan kepada
semua konsumen, tanpa memandang siapa konsumen yang akan menanggung pajak.
PPN merupakan pajak pusat karena merupakan sumber penerimaan bagi APBN (
2. Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak, misalnya untuk pajak
penghasilan adalah orang pribadi atau badan dan untruk Pajak Pertambahan Nilai
adalah Pengusaha Kena Pajak.
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 4 Undang- Undang No.7 Tahun 1983,
sebagimana telah direvisi dalam Undang- Undang PPN No. 42 Tahun 2009 yang
disebut dengan UU PPN dapat diketahui bahwa subjek PPn dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
a. Pengusaha Kena Pajak
Ketentuan yang mengatur bahwa subjek PPN harus Pengusaha Kena Pajak
adalah UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 pasal 4 ayat 1 huruf a, huruf c, huruf
f, huruf g dan huruf h.
Dari pasal- pasal ini dapat diketahui bahwa :
1. Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atas Jasa
Kena Pajak (JKP) yang dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak
2. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud yang dapat
dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak ( Pasal 4 ayat 1 huruf f UU
PPN).
3. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atau Jasa Kena
Pajak (JKP) Tidak Terwujud dapat dikenakan PPn adalah pengusaha kena
pajak ( Pasal 4 ayat 1 huruf g dan huruf h UU PPN) .
b. Bukan Pengusaha Kena Pajak
Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak (PKP), tetapi yang bukan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) pun dapat menjadi Subjek PPN sebagaimana diatur
dalam pasal 4 huruf b,d daan e serta pasal 16C UU PPN.
Berdasarkan pasal- pasal ini dapat diketahui bahwa yang dapat dikenakan
PPN :
1. Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak (BKP).
2. Siapa pun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak (BKP) tidak dan/ atau Jasa
Kena Pajak (JKP) dari luar pabean dan didalam daerah pabean.
3. Siapa pun yang membangun sendiri tidaak dalam lingkungan perusahaan dan
3 . Objek Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang- Undang Nomor 42
Tahun 2009 diatur bahwa Objek Pajak yang dikenakan Pajak Perrtambahan Nilai
adalah :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
b. Impor Barang kena Pajak.
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean.
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
f. Ekaspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain.
4.Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Dalam Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 ayat 23 yang
dimaksud faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang digunakan oleh
Direktorat Jenderal Bea daan Cukai.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai dikenal dengan tarif tunggal yaitu sebesar 10%
untuk segala jenis Barang Kena Pajak, tetapi untuk meningkatkan persingan produksi
kita diluar Indonesia, maka untuk barang- barang yang akan diekspor dibebaskan dari
pemungutan PPN (PPN= 0%). Dalam keadaan tertentu, tarif PPN dapat berubah
sesuai Peraturan Pemerintah menjadi serendah- rendahnya 5% dan setinggi- tingginya
15%.
Dalam penghitungan PPN terutang, maka pada setiap Penyerahan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, maka Pengusaha Kena Pajak bersangkutan
diwajibkan untuk membuat faktur pajak.
5 . Pengertian Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, malakukan usaha
perdagangan, mengimpor barang, mengekspor barang, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa,
Pengusaha dapat berupa orang pribadi atau badan. Badan adalah sekumpulan
orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi, massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif, dan bentuk usaha tetap (BUT).
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
Barang kena pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasrakan Undang- Undang
perpajakan, dimana Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan membayar kepada
Negara selisih antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang
kena Pajak dan atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak
Pertambahan Nilai yang dibayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau pemberi
Jasa Kena Pajak (Pajak Masukan ).
6 . Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Dalam Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 menyebutkan bahwa Setiap
Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak wajib melaporkan usahanya pada
tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Kewajiban pelaporan terkait pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Terhadap Wajib Pajak orang pribadi
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan disamping
kewajiban mendaftarkan diri, terdapat pula kewajiban melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebelum menyerahkan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) bagi yang memenuhi
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah suarat yang diterbitkan oleh
KPP dan KP2KP sebagai pemberitahuan bahwa Pengusaha telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak pada KPP tertentu yang berisi identitas dan kewajiban
perpajakan Pengusaha Kena Pajak.
7 . Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
a. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pengusaha Kena
Pajak (PKP) dibidang PPN dan PPnBM.
b. Sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang bersangkutan.
8 . Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
Hak Pengusaha Kena Pajak adalah :
a. Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP
Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah :
a. Pengusaha yang telah wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak atau
Pengusaha Kecil yang memilih menjdai Pengusaha Kena Pajak seperti
tersebut diatas berkewajiban untuk :
1. Melaporkan usahanya (mendaftarkan perusahaannya) untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
2. Memungut PPN/PPnBM yang terutang.
3. Menyetor PPN/PPnBM yang terutang (yang dibayar).
4. Melaporkan PPN/PPnBM yang terutang (menyampaikan SPT
Masa PPN/PPnBM).
b. Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena
Pajak tidak wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi boleh memilih
menjadi Pengusaha Kena Pajak atau tidak. Dengan demikian, atas
penyerahan Barang kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kecil
tidak dikenakan PPN, kecuali jika Pengusaha Kecil tersebut memilih
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
c. Apabila sampai dengan satu bulan dalam satu tahun buku, peredaran
bruto (omzet) Pengusaha telah melewati batasan Pengusaha Kecil,
Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak, selambat- lambatnya akhir bulan
d. Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto Pengusaha Kena Pajak
tidak melebihi batasan Pengusaha Kecil, maka Pengusaha Kena Pajak
yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak sebelum melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.Maka setelah Pengusaha Kena Pajak menerima Nomor Pokok Wajib
Pajak tersebut maka dikukuhkanlah pengusaha tersebut sabagai Pengusaha Kena
Pajak dan memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).
2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak berfungsi sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak,
oleh karena itu kepada wajib pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib
Pajak.Selain itu Nomor Pokok Wajib Pajak dapat juga dipergunakan untuk menjaga
ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak
3. Syarat- syarat untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak
a. Mengisi surat permohonan atau formulir pendaftaran.
b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia,
paspor atau Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang sekurangnya Lurah atau Kepala Desa.
c. Surat Keterangan kegiatan usaha sekurang- kurangnya ditandatangani
Lurah atau Kepala Desa.
d. Fotocopy Akta Pendirian Usaha dan Perubahan terakhir atau surat
keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.
4. Jangka Waktu Pendaftaran NPWP
Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah 1 bulan setelah saat usaha mulai
dijalankan dan atau pada akhir tahun pajak apabila penghasilan pada tahun pajak
yang bersangkutan melebihi PTKP.
5. Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan apabila :
a. Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.
b. Warisan yang belum terbagi (dalam kedudukan sebagai subjek pajak)
sudah selesai dibagi.
c. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi untuk
d. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan
ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
e. Wajib Pajak Badan Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal
kehilangan statusnya sebagi BUT.
C. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
Pasal 2
(1) Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib
mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, dan kepada Wajib
Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(2) Tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang
sebenarnya.
(3) Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena:
2) menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta; atau
3) memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya
terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau
tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta,
yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh
penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;
b. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena:
1) hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
2) menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta; atau
3) memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari
suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta,
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar
pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor
dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi;
pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation);
dan
e. Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(4) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, selain wajib mendaftarkan diri
pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga wajib
mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan
usaha Wajib Pajak.
(5) Wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum dewasa, harus
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan Nomor
Pokok Wajib Pajak suami atau kepala keluarga.
(6) Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat memilih untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak.
Pasal 3
(1) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan
pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a, wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama
bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.
(2) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan
bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b wajib mendaftarkan
diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat 1 (satu) bulan
setelah saat usaha, atau pekerjaan bebas nyata-nyata mulai dilakukan.
(3) Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (3) huruf c dan huruf d,
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling
lambat 1 (satu) bulan setelah saat pendirian.
(4) Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf e, wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat sebelum melakukan
pemotongan dan/atau pemungutan pajak.
Pasal 4
(1) Wajib Pajak yang diwajibkan untuk mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (3) atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (6), wajib mengajukan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
dengan menggunakan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.
(2) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
elektronik dengan mengisi Formulir Pendaftaran Wajib Pajak pada Aplikasi
e-Registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di
(3) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah
disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Aplikasi e-Registration dianggap telah
ditandatangani secara elektronik atau digital dan mempunyai kekuatan hukum.
(4) Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak melalui
Aplikasi e-Registration sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mengirimkan
dokumen yang disyaratkan ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
(5) Pengiriman dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy)
dokumen melalui Aplikasi e-Registration atau mengirimkan dengan
menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.
(6) Apabila dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum
diterima KPP dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah
penyampaian permohonan pendaftaran secara elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), permohonan tersebut dianggap tidak diajukan.
(7) Apabila dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara
Pasal 5
(1) Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pendaftaran secara
elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), permohonan
pendaftaran dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis.
(2) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.
(3) Wajib Pajak yang telah mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi formulir
pendaftaran tersebut dengan dokumen yang disyaratkan.
(4) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan ke
KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
(5) Penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan:
a. secara langsung;
b. melalui pos; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
(6) Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), KPP atau KP2KP memberikan Bukti Penerimaan Surat apabila
(7) Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) yang diterima secara tidak lengkap berlaku ketentuan:
a. dalam hal permohonan disampaikan secara langsung, permohonan
dikembalikan kepada Wajib Pajak; atau
b. dalam hal permohonan disampaikan melalui pos atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir, KPP menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis mengenai ketidaklengkapan tersebut.
Pasal 6
(1) Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Nomor
Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) dan Pasal 5
ayat (3) meliputi:
a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a
berupa:
1) fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia; atau
2) fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau
Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.
b. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b berupa:
fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau
Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing; dan
2) dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa.
c. Untuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf c berupa:
1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi
Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari
kantor pusat bagi bentuk usaha tetap;
2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau
fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam
hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan
3) dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
d. Untuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf d berupa:
operasi (Joint Operation);
2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk
kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak;
3) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu
pengurus perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa
dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan
4) dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang
berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
e. Untuk Bendahara sebagai Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf e berupa:
1) surat penunjukan sebagai Bendahara; dan
2) Kartu Tanda Penduduk.
f. Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu berupa:
1) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak pusat atau induk;
2) surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan; dan
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa.
(2) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak
secara terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus
dilampiri dengan:
a. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak suami;
b. fotokopi Kartu Keluarga; dan
c. fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat
pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.
Pasal 7
(1) Terhadap permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak yang telah
diberikan Bukti Penerimaan Surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7)
dan Pasal 5 ayat (6), KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib
Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah
(2) Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan
kepada Wajib Pajak melalui pos tercatat.
Pasal 8
(1) Dalam hal Wajib Pajak yang diwajibkan untuk mendaftarkan diri, tidak
melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, KPP dapat menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.
(2) Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan atau hasil Verifikasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
mengatur mengenai tata cara Pemeriksaan atau tata cara Verifikasi.
(3) Pemeriksaan atau Verifikasi dalam rangka penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak
secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan data
dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak.
(4) Tanggal terdaftar yang tercantum dalam Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Surat Keterangan Terdaftar yang diterbitkan secara jabatan sesuai dengan tanggal
D.Tata Cara Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pasal 15
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang melakukan penyerahan yang
dikenai Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha kena pajak.
Pasal 16
(1) Wajib Pajak sebagai Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 wajib
melaporkan usahanya dan mengajukan permohonan untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dengan menggunakan Formulir Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak.
(2) Permohonan pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
elektronik dengan mengisi Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak pada
Aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak
di
(3) Permohonan pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah
disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Aplikasi e-Registration dianggap telah
(4) Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak melalui Aplikasi e-Registration sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
mengirimkan dokumen yang disyaratkan ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
(5) Pengiriman dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy)
dokumen melalui Aplikasi e-Registration atau mengirimkannya dengan
menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.
(6) Apabila dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum
diterima KPP dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah
penyampaian permohonan pengukuhan secara elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), permohonan tersebut dianggap tidak diajukan.
(7) Apabila dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara
elektronik.
Pasal 17
(1) Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pengukuhan secara
elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), permohonan
(2) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.
(3) Wajib Pajak yang telah mengisi dan menandatangani Formulir Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi
formulir pengukuhan tersebut dengan dokumen yang disyaratkan.
(4) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan ke
KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat
kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
(5) Penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan:
a. secara langsung;
b. melalui pos; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
(6) Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), KPP atau KP2KP memberikan Bukti Penerimaan Surat apabila
permohonan dinyatakan telah diterima secara lengkap.
(7) Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
a. dalam hal permohonan disampaikan secara langsung, permohonan
dikembalikan kepada Wajib Pajak; atau
b. dalam hal permohonan disampaikan melalui pos atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir, KPP menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis mengenai ketidaklengkapan tersebut.
Pasal18
Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) dan Pasal 17
ayat (3), meliputi:
a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi:
1) fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi
paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal
Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing, yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;
2) dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;
dan
3) surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib
Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat
bagi bentuk usaha tetap, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;
2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab
adalah Warga Negara Asing;
3) dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang; dan
4) surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
c. Untuk Wajib Pajak badan bentuk kerja sama operasi (Joint Operation):
1) fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akta Pendirian sebagai bentuk kerja sama
operasi (Joint Operation), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;
2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk
kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak;
3) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus
perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi
paspor dalam hal penanggung jawab adalah orang Warga Negara Asing;
5) surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib Pajak badan dalam
negeri maupun Wajib Pajak badan asing.
Pasal 19
(1) Terhadap permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang telah diberikan
Bukti Penerimaan Surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7) atau
Pasal 17 ayat (6), KPP atau KP2KP harus memberikan keputusan dalam jangka
waktu 5 (lima) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah KPP atau
KP2KP melakukan Verifikasi dalam rangka pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
(3) Dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengabulkan
permohonan Wajib Pajak, KPP atau KP2KP menerbitkan Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
(4) Dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengabulkan
permohonan Wajib Pajak, KPP atau KP2KP menerbitkan Surat Penolakan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan
KPP atau KP2KP tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dianggap dikabulkan.
(6) Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan sebagaimana dimaksud
Kena Pajak dengan tanggal pengukuhan adalah hari kerja ke-5 (lima) setelah
tanggal Bukti Penerimaan Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 20
(1) Dalam hal Pengusaha yang diwajibkan untuk melaporkan usahanya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 tidak melaksanakan kewajiban melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, KPP dapat mengukuhkan
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
(2) Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan atau hasil Verifikasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
mengatur mengenai tata cara Pemeriksaan atau tata cara Verifikasi.
(3) Pemeriksaan atau Verifikasi dalam rangka Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan data
dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak.
(4) Tanggal penerbitan yang tercantum dalam Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak yang diterbitkan secara jabatan adalah sesuai dengan tanggal penerbitan
E .Tatacara pemindahan Wajib Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
1.Tatacara pemindahan Wajib Pajak
Adapun Pemindahan Wajib Pajak sebgaimana dimaksud dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor Per – 20/PJ/2013 pasal 37 dilaksanakan sebagai
berikut :
a. Wajib Pajak yang bersangkutan harus telah terdaftar pada Kantor Pelayanan
Pajak Baru yang dibuktikan dengan telah diterimanya surat Pemberitahuan
telah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Baru.
b. Kantor Pelayanan Pajak Lama harus mengisi berkas Wajib Pajak berikut
uraian singkat mengenai hal- hal yang dianggap perlu kepada Kantor
Pelayanan Pajak Baru yang isinya antara lain :
1) Jumlah tunggakan pajak yang masih harus ditagih.
2) Tindakan penagihan yang telah dilaksanakan atas tunggakan pajak.
3) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau keberatan
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI DATA
A. Statistik Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, dapat kita lihat
pada tabel berikut:
Tabel 1:
Daftar PKP di KPP Pratama Medan Barat
Tahun Orang Pribadi Badan Jumlah
2010 181 367 548
2011 188 417 605
2012 199 493 692
2013 206 578 784
2014 215 595 810
989 2450 3439
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
1. Orang Pribadi
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 sebanyak 181
orang yang terdaftar sebagai PKP. Dan selanjutnya pada tahun 2011 terdapat
199 orang yang terdaftar,dan 2013 ada sebanyak 206 orang terdaftar,sampai
pada 2014 terdapat 215 orang PKP terdaftar,disini terlihat dari tahun ketahun
terdapat kenaikan jumlah orang pribadi yang terdaftar sebagai Pengusaha
Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
2. Badan
Berdasarkan tabel diatas, dapat lihat bahwa pada tahun 2010 sebanyak 367
orang yang terdaftar sebagai PKP, di tahun 2011 terdapat 417 orang terdaftar
sebagai PKP, selanjutnya 2012 terdapat 493 orang terdaftar sebagai PKP,
kemudian di tahun 2013 terdapat 578 orang terdaftar sebagai PKP,dan 2014
terdapat 595 orang terdaftar sebagai PKP. Berdasarkan data diatas dapat
disimpulkan bahwa jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat terdapat kenaikan .
B. Kendala- kendala yang dihadapi Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang ingin Mendaftarkan Dirinya dalam Hal Perpajakan
1. Rendahnya tingkat pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang Perpajakan.
2. Sulitnya Pengusaha Kena Pajak dalam memahami Undang- Undang yang
sering berubah dalam perpajakan.
3. Kurangnya kerja sama antara Pengusaha Kena Pajak dengan Fiskus.
Pengusaha Kena Pajak melakukan pengurusan- pengurusan dalam hal administrasi
perpajakan selalu saja memiliki kendala- kendala :
a. Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi surat- surat sebagai syarat yang
harus dipenuhi dalam hal administrasi perpajakan.
b. Pengusaha Kena Pajak menggunakan perantara yang tidak ditunjuk secara sah
oleh hukum atau dengan kata lain tidak dilengkapi oleh surat kuasa dari
Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. Kejanggalan inilah yang banyak
ditemui dalam hal kepengurusan perpajakan yang mengakibatkan
terhambatnya kelancaran tugas- tugas dari aparat perpajakan.
C. Upaya- upaya yang Dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Kendala – kendala yang Dihadapi oleh Pengusaha Kena Pajak
a. Pemerintah telah mencoba menyederhanakan membuat peraturan yang
mudah dimengerti oleh Pengusaha.
b. Direktorat Jenderal Pajak secara aktif memberikan pelatihan bagi fiskus
agar pengusaha daapat menjalin kerja sama yang baik dengan fiskus.
c. Hal lain yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah
menyebarkan informasi perpajakan yaitu meningkatkan sosialisasi dan