• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PKLM

A. Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah direvisi dalam Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 yang dimaksud dengan Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapatrt dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. (Sukardji, 2010:54)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung karena mempunyai tiga unsur terpisah atau terdapat lebih dari satu orang/ badan dalam proses pengenaan PPN, yaitu meliputi :

1. Penanggungjawab Pajak (Wajib Pajak/ Pengusaha Kena Pajak ), yaitu orang/ badan yang secara hukum (yuridis formil) harus membayar pajak. Pordusen harus melaporkan diri sebagai wajib pajak PPN/ Pengusaha Kena Pajak.

2. Penanggung Pajak, yaitu orang/ badan yang membayar pajak (dalam arti ekonomis). Penanggung pajak (pedagang besar) pada setiap melakukan pembelian membayar sejumlah harga beli ditambah dengan PPN.

3. Pemikul Pajak (destinataris), yaitu orang/ badan yang dimaksud oleh ketentuan harus memikul beban pajak. Konsumen sebagai yang dituju undang- undang untuk memikul beban pajak, pajak dibebankan oleh pedagang besar lewat harga jual yang lebih tinggi.

PPN juga tergolong sebagai pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya didasarkan pada objek pajak, baik berupa barang ataupun jasa. PPN pada akhirnya akan menjadi beban konsumen, oleh karena itu beban pajak akan dibebankan kepada semua konsumen, tanpa memandang siapa konsumen yang akan menanggung pajak. PPN merupakan pajak pusat karena merupakan sumber penerimaan bagi APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ).

2. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak, misalnya untuk pajak penghasilan adalah orang pribadi atau badan dan untruk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pengusaha Kena Pajak.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 4 Undang- Undang No.7 Tahun 1983, sebagimana telah direvisi dalam Undang- Undang PPN No. 42 Tahun 2009 yang disebut dengan UU PPN dapat diketahui bahwa subjek PPn dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pengusaha Kena Pajak

Ketentuan yang mengatur bahwa subjek PPN harus Pengusaha Kena Pajak adalah UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 pasal 4 ayat 1 huruf a, huruf c, huruf f, huruf g dan huruf h.

Dari pasal- pasal ini dapat diketahui bahwa :

1. Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atas Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (Pasal 4 ayat 1 huruf a dan huruf c UU PPN).

2. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud yang dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak ( Pasal 4 ayat 1 huruf f UU PPN).

3. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atau Jasa Kena Pajak (JKP) Tidak Terwujud dapat dikenakan PPn adalah pengusaha kena pajak ( Pasal 4 ayat 1 huruf g dan huruf h UU PPN) .

b. Bukan Pengusaha Kena Pajak

Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak (PKP), tetapi yang bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP) pun dapat menjadi Subjek PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4 huruf b,d daan e serta pasal 16C UU PPN.

Berdasarkan pasal- pasal ini dapat diketahui bahwa yang dapat dikenakan PPN :

1. Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak (BKP).

2. Siapa pun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak (BKP) tidak dan/ atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar pabean dan didalam daerah pabean.

3. Siapa pun yang membangun sendiri tidaak dalam lingkungan perusahaan dan pekerjaannya.

3 . Objek Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 diatur bahwa Objek Pajak yang dikenakan Pajak Perrtambahan Nilai adalah :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

b. Impor Barang kena Pajak.

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

f. Ekaspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

4.Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Dalam Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 ayat 23 yang dimaksud faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea daan Cukai.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai dikenal dengan tarif tunggal yaitu sebesar 10% untuk segala jenis Barang Kena Pajak, tetapi untuk meningkatkan persingan produksi kita diluar Indonesia, maka untuk barang- barang yang akan diekspor dibebaskan dari pemungutan PPN (PPN= 0%). Dalam keadaan tertentu, tarif PPN dapat berubah sesuai Peraturan Pemerintah menjadi serendah- rendahnya 5% dan setinggi- tingginya 15%.

Dalam penghitungan PPN terutang, maka pada setiap Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, maka Pengusaha Kena Pajak bersangkutan diwajibkan untuk membuat faktur pajak.

5 . Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, malakukan usaha perdagangan, mengimpor barang, mengekspor barang, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

Pengusaha dapat berupa orang pribadi atau badan. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi, massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif, dan bentuk usaha tetap (BUT).

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Barang kena pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasrakan Undang- Undang perpajakan, dimana Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan membayar kepada Negara selisih antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang kena Pajak dan atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau pemberi Jasa Kena Pajak (Pajak Masukan ).

6 . Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Dalam Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 menyebutkan bahwa Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau

tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Kewajiban pelaporan terkait pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan disamping kewajiban mendaftarkan diri, terdapat pula kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebelum menyerahkan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) bagi yang memenuhi sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah suarat yang diterbitkan oleh KPP dan KP2KP sebagai pemberitahuan bahwa Pengusaha telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada KPP tertentu yang berisi identitas dan kewajiban perpajakan Pengusaha Kena Pajak.

7 . Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

a. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) dibidang PPN dan PPnBM.

b. Sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang bersangkutan.

8 . Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Hak Pengusaha Kena Pajak adalah :

a. Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP b. Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN.

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah :

a. Pengusaha yang telah wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak atau Pengusaha Kecil yang memilih menjdai Pengusaha Kena Pajak seperti tersebut diatas berkewajiban untuk :

1. Melaporkan usahanya (mendaftarkan perusahaannya) untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

2. Memungut PPN/PPnBM yang terutang.

3. Menyetor PPN/PPnBM yang terutang (yang dibayar).

4. Melaporkan PPN/PPnBM yang terutang (menyampaikan SPT Masa PPN/PPnBM).

b. Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak tidak wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi boleh memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak atau tidak. Dengan demikian, atas penyerahan Barang kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kecil tidak dikenakan PPN, kecuali jika Pengusaha Kecil tersebut memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

c. Apabila sampai dengan satu bulan dalam satu tahun buku, peredaran bruto (omzet) Pengusaha telah melewati batasan Pengusaha Kecil, Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, selambat- lambatnya akhir bulan berikutnya.

d. Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto Pengusaha Kena Pajak tidak melebihi batasan Pengusaha Kecil, maka Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Dokumen terkait