ORANG PRIBADI
1. SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak menurut UU No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
A.Yang Termasuk Subjek Pajak
Ada 2 (dua) macam yang termasuk subjek pajak yaitu :
1. Subjek Pajak Dalam Negeri yang terdiri dari : 1) Subjek Pajak orang pribadi, yaitu :
•Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau
•Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
2) Subjek Pajak badan, yatu badan yang di dirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia.
3) Subjek pajak warisan, yaitu warisan yang belum dibagi sebagai satu
2. Subjek Pajak Luar Negeri yang terdiri dari : a. Subjek Pajak orang pribadi, yaitu :
•Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
•Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bantuk usaha
tetap di Indonesia.
•Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
b. Subjek badan, badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang:
•Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
•Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
B. Tidak Termasuk Subjek Pajak
1. Badan perwakilan Negara Asing
2. Pejabat perwakilan diplomatic, dan konsultan atau pejabat-pejabat lain
dari Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat
bukan Negara asing (WNA) dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya, serta
Negara yang bersangkutan member perlakuan timbale balik.
3. Organisasi internasional yang di tetapkan dengan keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat Indonesia menjadi organisasi tersebut, dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang di tetapkan
dengan keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari usaha Indonesia.
C. OBJEK PAJAK
Objek Pajak menurut UU No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
adalah.
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
pakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dalam bentuk apapun termasuk:
D. Yang Termasuk Objek Pajak
• Penggantian atau imbalan berkenan dengan pekerjaan atau jasa yang di
terima atau di peroleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
• Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
• Laba usaha.
• Keuntungn karna penjualan atau karna pengalihan harta.
• Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah di bebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan pengembalian utang.
•Deviden, dengan nama dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi.
E. Yang Tidak Termasuk Objek Pajak
• Bantuan atau sumbangan yang termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat yang di bentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para
penerima zakatyang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifat nya
• Harta himbahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus atau sederajat.
• Warisan
• Harta termasuk setoran tunai yang di terima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
• Penggantian atau imbalan sehubung dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh naturan dan atau kenikmatan dari Wajb Pajak atau
pemerintah, kecuali bukan diberikan oleh bukan kepada Wajib Pajak.
• Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubung
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, asuransi beasiswa.
• Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
bagi Wajib Pajak dalam Negeri, koprasi, BUMN atau BUMD dari
pernyataan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia.
Subjek pajak yang dikenai pajak penghasilan berdasarkan ketentuan PP Nomor
46 Tahun 2013 adalah :
a. Orang Pribadi.
b. Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang mnerima
penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak
Subjek pajak yang tidak dikenai pajak penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun
2013 adalah :
a. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa
yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan
sebagaian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.
Misalnya: padagang keliling, pedagang asongan, warung tenda diarea kaki
lima, dan sejenisnya.
b. Badan yang belum beroprasi secara komersial atau yang dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah, broprasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto (omzet) melebihi 4,8 miliar.
Catatan :
Orang pribadi atau badan yang diterangkan di atas wajib melaksanakan
Ketentuan Perpajakan sesuai dengan UU KUP maupun UU PPh secara
umum
Objek pajak yang tidak dikenai pajak penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun
2013 adalah :
Yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) ini adalah penghasilan dari USAHA
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang
tidak melebihi Rp 4,8 miliardalam 1 tahun pajak.
Peredaran bruto (omzet merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua
gerai/cunterloutet sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
1% jumlah peredaran bruto (omzet)
Catatan:
Usaha meliputi usaha dagang, industries dan jasa seperti misalnya
toko/kios/loskelontong. Pakian, elktronik, bengkel, penjahit, warung/rumah
makan, salon dan usaha lainya.
Objek Pajak yang tidak dikenai pajak penghasilan sesuai dengan PP Nomor 46
Tahun 2013.
a. Penghasilan dari jasa sehubung dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya:
dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaries, PPAT dan sebagaimana
diuraikan dalam penjelasan PP tersebut.
b. Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh final (pasal 4 ayat (2), seperti
misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi ( perencanaan,
pelaksaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang
diatur berdasarkan peraturan pemerintah tersendiri.
c. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Catatan:
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1(satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
TABEL II.I
Perkembangan jumlah Wajib Pajak 2011-2013
1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2011-2013
TAHUN JUMLAH WAJIB PAJAK 2011
2. Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2011-2013
TAHUN JMLAH WAJIB PAJAK
2011
Sumber : diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Medan Barat
Pada tabel III.1 dari dapat dilihat meningkatnya jumlah Wajib Pajak yang
terdaftar setiap bulannya dari tahun ke tahun, ini dikarenakan kesadaran masyarakat
yang sudah mengerti kewajibannya sebagai Subjek Pajak Orang pribadi. Penigkatan
jumlah Subjek Pajak Orang Pribadi ini akan terus meningkat apabila pegawai dan
kepada negara, serta terus melakukan dan menjelaskan apa pentingnya membayar
A. PROSEDUR PENDAFTARAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN BARAT
Dalam prosedur pendaftaran subjek pajak orang pribadi, ada satu hal yang
harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pendataan itu sendiri di lakukan. Hal
tersebut adalah pendaftaran dimana wajib pajak mengisi formulir permohonaan
pendaftartan dan perubahan data Wajib Pajak sebagai dasar pelaksanaan pendataan.
Jadi dapat dikatakan bahwa pelaksaan pendaftaran, dan pendataan subjek pajak orang
pribadi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Untuk lebih jelasnya,
penuliskan menguraikan satu persatu dari pelaksaan pendaftaran, dan pendataan
subjek pajak orang pribadi.
1. Pendaftaran
Pendaftaran subjek pajak orang pribadi, yaitu:
1.1 berdasarkan system self assessment, setiap Wajib Pajak mendaftarkan diri
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, untuk di berikan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP).
1.2 Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang
1.3 Keputusan hakim atau di kehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta.
1.4 Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai tempat
usaha terbesar di beberapa tempat,selain wajib pajak mendaftarkan diri ke
Kantor Pelayanan Pratama Pajak (KPP) yang wilayahnya meliputi tempat
kegiatan usaha dilakukan.
1.5 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas, bila sampai satu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya
telah lebih Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib
mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
1.6 Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib pajak.
Pendaftaran dan pemberian nomor pokok wajib pajak menurut
Per-20.PJ.2013 yaitu :
1. Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib
mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, dan kepada
2. Tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang
sebenarnya.
3. Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliput i:
a. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak
secara terpisah karena:
1) hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
2)menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta; atau
3) memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya
terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak
terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di
atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;
b. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak
secara terpisah karena:
1) hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
2)menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta; atau
3) memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap
dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas
bumi;
d. Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation); dan
e. Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
4. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, selain wajib mendaftarkan
diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak,
juga wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
5. Wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum
dewasa, harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya
6. Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat memilih untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak.
B. ANALISA KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP
Masik banyak wajib pajak yang belum dilakukannya pendaftaran diwilayah
yang tercakup dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, disebabkan oleh
beberapa kendala atau penghambat sebagai berikut :
1. Kurangnya petugas pelaksanaan pendaftaran
Dalam hal ini sebabkan karena untuk merekrut tenaga pegawai KPP tidaklah
memungkinkan, karena masing pegawai dibutuhkan pada seksinya
masing-masing. Sedangkan pegawai pada seksi ekstensifikasi yang berwenang untuk
melakukan pendaftaran tidak mencukupi luasnya wilayah.
2. Kurangnya culture strategy dalam peningkatan kinerja
Hal ini disebabkan karena kultur organisasi yang merupakan seperangkat
kerangka tingkah laku, emosi dan pisikologis yang terinternalisasi secara mendalam
dan dipakai secara bersama-sama oleh anggota yang memilih atas pokok seperti
politik, dan birokrasi member reaksi ada kultur organisasi.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya
Hal ini di sebabkan karna tingkat penyidikan atau pengetahuan masyarakat
tidak mau mendaftarkan diri sebagai subjek pajaknya. Selain itu ada juga wajib pajak
yang sengaja pada waktu dilakukan pendataan dengan tujuan untuk mengelak
membayar pajak disamping itu kurangnya sosialisasi.
C. ANALISA UPAYA YANG DITEMPUH PEMERINTAH UNTUK MENGATASI KENDALA ATAU PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAANNYA PENDAFTARAN DI KPP PRATAMA MEDAN BARAT
Kendala dan hambatan yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat dalam pelaksaan pendataan wajib pajak dapat dikurangi dengan beberapa
cara dan upaya dimana dengan berkurangnya kendala dan hambatan tersebut kinerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dapat meningkat.
Adapun upaya yang di tempuh oleh pemerintah untuk mengatasi kendala
dalam pendaftaran wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
adalah:
1. Mengelokasikan dana untuk melakukan perekrutan tenaga dari luar berupa
tenaga kontrak apabila tenaga dari petugas pajak sendiri tidak mencakup untuk
melakukan pendataan terhadap wajib pajak.
2. Untuk mengubah performance Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat,
maka yang harus dirubah adalah kultur organisasinya. Adapun factor kunci
yang membentuk kultur yaitu strategi inti, konsekunsi, pelanggan serta control.
adalah mengubah praktek menegemen, predisposisi pekerja. Sehingga mampu
menganalisa tingkat kesalahan.
3. Pengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenaii peraturan
prerundang-undangan perpajakan, sehingga wajib pajak sadar akan kewajibannya
membayar pajak. Langkah selanjutnya iyalah dengan memasyarakatkan pajak
dengan intensif, melalui stiker, artikel, tulisan tentang perpajakan yang mudah
dimerngerti dan dipahami oleh masyarakat khususnya wajib pajak.
4. Meningkatkan kemampuan teknis dapat dilakukan melalui diklat, teknis, diklat
Berdasarkan uraian-uraian dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan
data yang diperoleh dari hasil riset pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat, terdapat beberapa kendala yang diperoleh dalam melaksanakan
pendaftaran wajib pajak antara lain sebagai berikut :
1. Dalam Prousedur Pendaftaran Subjek Pajak Orang Pribadi, ada satu hal
yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melakukan pendataan itu
sendiri dilakukan. Hal tersebut adalah pendaftaran, dimana wajib pajak
mengisi formulir Pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sebagai
dasar pelaksanaan pendaftaran.
Langkah selanjutnya ialah dengan melakukan pendaftaran yang dilakukan
oleh fiskus atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak.
2. Masik banyak Wajib Pajak yang belum dilakukan pendaftaraan wilayah
yang tercakup dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, hal ini
disebabkan oleh beberapa kendala atau penghambat seperti :
a. Kurangnya petugas pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak
b. Kurangnya culture strategy dalam peningkatan kinerja pegawai
c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya
3. Sistem pemungutan pajak Indonesia merupakan perujudan dari pengabdian
kewajiban dan peran serta Wajib Pajak secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan Negara dan
pembangunan nasional.
B. Saran
Dari Laporan Tugas Akhir ini, penulis memberikan saran dan nantinya
dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan dalam upaya peningkatan subjek pajak orang pribadi dimasa yang akan
datang.
Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sbagai berikut :
1. Self Assessment ternyata tidak sepenuhnya dijadikan oleh masyarakat ini
dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat itu sendiri, maka dari itu
perlu diadakannya penyuluhan dan pembinaan yang dapat membantu
memberikan perhatian kepada masyarakat.
2. Karnanya kurang kesadaran masyarakat dalam mendaftarkan dirinya
sebagai Wajib Pajak perlu ditingkatkan kinerja pegawai yang bertugas
melakukan pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak.
3. Melihat kondisi Negara Indonesia pada saat ini, diharapkan kepada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, supaya lebih aktif dalam
melaksanakan pendataan subjek pajak orang pribadi sihingga data Wajib