• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan responden tentang kegawatdaruratan medis termasuk kategori baik (76-100%) dalam hal prinsip dasar kegawatdaruratan medis, penanganan pasien syok anafilaktik, upaya pencegahan kegawatdaruratan medis, pemeriksaan tanda vital dan penanganan pasien sinkope. Pengetahuan responden termasuk kategori cukup (56-75%) dalam hal penanganan pasien perdarahan dan definisi kegawatdaruratan medis. Sedangkan pengetahuan responden termasuk kategori kurang (0-55%) dalam hal melakukan teknik finger sweep, kompresi pijat jantung dan definisi penanganan terhadap kegawatdaruratan medis.

2. Sikap responden tentang kegawatdaruratan medis termasuk kategori baik (76-100%) dalam hal memberikan perawatan dengan cermat dan terampil, melakukan anamnesa dan pemeriksaan tanda vital sebelum pencabutan, melakukan anamnesa untuk mengurangi kegawatdaruratan medis, penanganan kegawatdaruratan medis, mengontrol perdarahan dan pemberian oksigen pada pasien sinkope. Sikap responden termasuk kategori cukup (56-75%) dalam hal melakukan teknik finger sweep. Sedangkan sikap responden termasuk kategori kurang (0-55%) dalam hal melakukan pijat jantung pada pasien sinkope.

3. Pengetahuan responden paling banyak terdapat pada kategori baik sebesar 55,4%, diikuti kategori cukup sebesar 38,1% dan kategori kurang sebesar 6,5%.

4. Sikap responden keseluruhan terdapat pada kategori baik yaitu sebesar 100%.

6.2 Saran

1. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi dan perlu dilakukan penelitian lanjut untuk melihat tindakan dokter gigi terhadap kegawatdaruratan medis.

2. Diharapkan kepada dokter gigi agar dapat meningkatkan pengetahuan dan mempertahankan sikap terhadap kegawatdaruratan medis.

3. Diharapkan adanya hubungan kerja sama antara Fakultas Kedokteran Gigi dengan pihak Rumah Sakit Pendidikan tertentu agar mahasiswa Kepaniteraan Klinik mempunyai cukup pengalaman dan keilmuan aplikatif dalam penanganan pasien kegawatdaruratan medis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Malamed SF. Medical emergencies in the dental office. Ed 6. Missouri: Mosby Elsevier, 2007: 110.

2. Anonymous. A doctor’s duty to help in a medical emergency. <http://www.mcnz.org.nz/assets/News-and-Publications/Statements/A-doctors-duty-to-help-in-a-medical-emergency.pdf >. (19 Oktober 2013)

3. Greenwood M. Medical emergencies in dental practice. Dent Update 2009 Mei: 202-211.

4. Atherton GJ, McCaul JA, Williams SA. Medical emergencies in general dental practice in Great Britian part 1. J British Dent 1999; 186: 72-9.

5. Verawati. Penanggulangan beberapa keadaan gawat darurat di praktik dokter gigi. JITEKGI 2005; 2(2): 33-7.

6. Haas DA. Management of medical emergencies in the dental office. <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1586863/>. (15 September 2013).

7. Kamadjaja DB. Vasodepressor syncope di tempat praktek dokter gigi. PDGI J 2010; 59: 8-13.

8. Carvalho RM, Costa LR, Marcelo VC. Brazilian dental student’s perceptions about medical emergencies. J Dent Education 2008: 1343-49.

9. Atherton GJ, McCaul JA, Williams SA. Medical emergencies in general dental practice in Great Britian part 3. J British Dent 1999; 186: 234-7.

10. Nasution C. Tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran USU tahun masuk 2009 mengenai penelaksanaan awal kegawatdaruratan. <http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/37618>. (15 September 2013). 11. Felayati D. Gambaran pengetahuan mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat

angkatan 2008 tentang bantuan hidup dasar di Universitas Sumatera Utara. <http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31633>. (15 September 2013) 12. Broadbent JM, Thomson WM. The readiness of New Zealand general dental

13. Atherton GJ, Pemberton MN, Thornhill MH. Medical emergencies: the experience of staff of a UK dental teaching hospital. J British Dent 2000; 188: 320-4.

14. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007: 143-9.

15. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2010: 12-23.

16. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2003: 127-132.

17. Myers DG. Exploring social psychology. Ed 5. New York: Mc Graw Hill, 2009: 89-90.

18. Ajzen I. Attitudes, personality, and behavior. Ed 2. New York: Mc Graw Hill, 2005: 3.

19. Eagly AH, Chaiken S. The psychology of attitudes. Amerika: HBJ, 1993: 1. 20. Dayakisni T, Hudaniah. Psikologi sosial. Malang: UMM, 2003: 98.

21. Howe GL. Pencabutan gigi geligi. Ed 2. Jakarta: EGC, 1999: 82-92.

22. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC, 1996: 83-94.

23. Le BT, Woo I. Management of complications of dental extractions. The academy of dental therapeutic and stomatology: 2-4.

24. Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the medically compromised patient. Ed 7. Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 396-432.

25. Budihardja AS, Rahmat M. Trauma oral dan maksilofasial. Jakarta: EGC, 2011: 67-9.

26. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Ed 2. Jakarta: EGC, 2004: 118-21.

27. Hardisman. Memahami patofisiologi dan aspek klinis syok hipovolemik. J Kesehatan Andalas 2013; 2(3): 178-182.

28. Cheatham ML, Block EFJ, Smith HG, Promes JT. Shock. Florida: Orlando regional medical center: 1-41.

29. Tarwoto, Wartonah, Suryati ES. Keperawatan Medical Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: SS, 2007: 23-5.

30. Hartanto H, ed. Patofisiologi. Ed 6. Jakarta: EGC, 2005: 641-6.

31. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R eds. Anestesiologi. Jakarta: FKUI, 2004: 157-185.

32. Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker ED. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. USA: Churchill Livingstone, 2003: 21-9.

33. Scully C, Cawson RA. Medical problems in dentistry. Ed 5. India: Churchill Livingstone, 2005: 563-70.

34. Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF et al. Adult Basic Life Support. AHA J 2010; 122: 685-98.

35. Anonymous. Pendidikan pelatihan profesional kedokteran gigi berkelanjutan. <http://www.pdgi.or.id/p3kgb/info/pedoman>. (28 April 2014).

36. Howe GL, Whitehead FIH. Anastesi lokal. Ahli Bahasa. Yuwono L. Jakarta: Hipokrates, 2012: 120-8.

37. Perry AG, Potter PA. Clinical nursing skills and techniques. Ed 6. Missouri: Elsevier Mosby, 2006: 488-521.

38. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. Diagnosis fisik. Jakarta: EGC, 2003: 30-43.

39. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Ed 2. Jakarta: Sagung Seto, 2003: 26-32, 173-7, 205.

40. Anonymous. Pengukuran tanda-tanda vital suhu tubuh.

<http://smkmedikapekalongan.wordpress.com/sarana/agus-firdaus-s-kep-guru-mapel-keperawatan/modul-vital-sign/>. (18 Agustus 2013).

41. Machfoedz I. Metodologi penelitian. Yogyakarta: Fitramaya, 2009: 125-6. 42. Chaghmagh MA, Sarabadani J, Delavarian Z, Ali AM. The evaluation of

knowledge among dental specialists about common medical emergencies in dental offices in Mashhad. J Mash Dent Sch 2011; 34(4): 263-70.

43. Mollashahi LF, Honarmand M. Assessment of knowledge and attitude of general dental practitioners about medical emergencies in Zahedan. J Mash Dent Sch 2009; 32(4): 319-24.

LAMPIRAN 1

Dokumen terkait