• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil peramalan produksi dan konsumsi kedelai nasional tahun 2014 menggunakan ARIMA menunjukkan nilai masing-masing sebesar 907 546.4 ton dan 2 806 925 ton. Hal ini menunjukkan bahwa swasembada kedelai nasional tahun 2014 belum dapat terlaksana. Setelah dilakukan proyeksi bahkan sampai 11 tahun berikutnya yaitu tahun 2025, hasil ramalan tetap menunjukkan bahwa jumlah konsumsi kedelai masih tetap lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi kedelai. Hasil ramalan yang diperoleh berbeda jauh dengan targetan Kementan yang telah dibuat dimana Indonesia dapat mencapai swasembada kedelai pada tahun 2014. Oleh karena itu pemerintah dan seluruh pihak terkait perlu mengambil tindakan terkait peningkatan produksi kedelai nasional supaya Indonesia bisa segera berswasembada kedelai.

Sebelum membuat kebijakan terkait peningkatan produksi kedelai nasional, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang memengaruhi produksi nasional dari komoditas kedelai tersebut. Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang memengaruhi produksi kedelai nasional antara lain, produktivitas kedelai, luas areal panen, harga kedelai di tingkat petani, harga jagung di tingkat petani, harga benih kedelai, dan impor kedelai. sedangkan dummy subsidi kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai nasional. Kepekaan perubahan masing-masing faktor terhadap produksi kedelai menunjukkan hubungan yang berbeda dimana produktivitas dan luas panen menunjukkan hubungan elastis. Sedangkan harga kedelai di tingkat petani, harga jagung di tingkat petani, harga

40

benih kedelai, dan impor kedelai menunjukkan hubungan inelastis terhadap produksi kedelai. Setelah diketahui faktor-faktor yang memengaruhi produksi kedelai nasional dan besarnya nilai elastisitas masing-masing faktor maka diharapkan selanjutnya pemerintah dan pihak terkait dapat membuat kebijakan pencapaian swasembada kedelai dengan upaya peningkatan produksi.

Saran

Setelah diketahui hasil ramalan dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi produksi kedelai nasional, maka diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan pencapaian swasembada dimana lebih banyak terkait tentang bagaimana meningkatkan produksi kedelai nasional. Kebijakan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional dapat dilihat dari hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi kedelai nasional. Hasil regresi menyatakan bahwa apabila variabel produktivitas, luas panen, dan harga jagung di tingkat petani ditingkatkan maka akan meningkatkan produksi kedelai nasional. Sedangkan variabel harga kedelai di tingkat petani dan harga benih kedelai memiliki hubungan negatif dengan produksi kedelai nasional.

Produktivitas kedelai dapat ditingkatkan dengan cara menggunakan benih varietas unggul dengan tingkat produktivitas tinggi. Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak lagi penciptaan dan penelitian terhadap varietas unggul kedelai. Upaya peningkatan produktivitas kedelai yang dapat dilakukan selanjutnya adalah dengan pengelolaan lahan, hara, dan air secara terpadu. Selain itu, penggalakan penyuluhan agar teknologi yang diaplikasikan petani dapat lebih baik dan meningkatkan produktivitas kedelai.

Penambahan areal panen telah sukses dilaksanakan di India dengan perbandingan 60% lahan bukaan baru dan 40% mengganti tanaman. Sedangkan Brasil hampir 100% tambahan areal merupakan lahan bukaan baru. Jadi, penambahan areal panen di Indonesia dapat dilakukan dengan pembukaan lahan baru, peningkatan indeks pertanaman, dan pelaksanaan tumpang sari antara kedelai dengan tanaman lain. Sasaran penambahan areal panen dapat dikonsentrasikan pada jenis lahan sawah, lahan kering, dan lahan pasang surut. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menambah areal panen kedelai di beberapa lahan sasaran tersebut tetap harus mempertimbangkan kembali faktor ekologi dan sosial ekonomi.

Jagung merupakan komoditas komplementer bagi kedelai. Oleh karena itu, apabila harga jagung di tingkat petani meningkat maka akan memotivasi petani jagung untuk meningkatkan produksinya sehingga mendorong produksi kedelai untuk meningkat. Apabila pemerintah menetapkan harga dasar jagung di tingkat petani yang baik dan jika dimungkinkan bisa lebih tinggi dari tingkat harga saat ini maka petani akan semakin lebih termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Namun, perlu juga diperhatikan supaya harga yang diterima oleh para pengrajin tempe (sebagai pengguna komoditas jagung dan kedelai sebagai bahan baku komplemeter pembuatan tempe) tidak terlalu tinggi karena dapat memicu pengurangan produksi tempe sehingga muncul multiplier effect yang akhirnya menyebabkan penurunan produksi kedelai nasional.

41 Harga produsen kedelai di Indonesia berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan harga internasional sehingga kedelai lokal kalah bersaing. Keputusan penurunan harga produsen dirasa kurang bijak karena dapat mengurangi kesejahteraan para petani kedelai Indonesia. Peraturan Presiden No 32 Tahun 2013 menetapkan bahwa pemerintah menugaskan kepada Perusahaan Umum BULOG untuk melaksanakan pengamanan harga dan penyaluran kedelai. Selain itu, untuk mendukung fungsi stabilisasi kedelai, BULOG juga diberikan kewenangan untuk melakukan impor kedelai yang diatur lebih lanjut oleh Menteri Perdagangan. Impor yang dilakukan tersebut tidak menggunakan dana APBN. Penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) kedelai ditetapkan juga oleh Kemendag berdasarkan harga pasar.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan patokan harga tertentu yang tidak merugikan baik pengrajin tahu dan tempe ataupun petani kedelai. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI No 18/M- DAG/PER/3/2014 tentang penetapan harga pembelian kedelai petani sebesar Rp 7 500.00/kg dalam rangka pengamanan harga kedelai di tingkat petani. Dengan demikian, BULOG diharapkan benar-benar dapat menjadi importir dan distributor tunggal kedelai tanpa ada campur tangan swasta serta semakin banyak kebijakan yang berpihak terhadap petani dapat terealisasi secara benar.

Peningkatan harga benih kedelai akan menyebabkan penurunan produksi kedelai nasional. Namun, jika harga benih kedelai diturunkan akan menyebabkan penurunan kesejahteraan bagi para produsen benih kedelai tersebut. Keputusan pemerintah untuk memberikan subsidi harga benih kedelai yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) sudah baik karena akan membantu mengurangi biaya produksi dari petani sehingga mereka bisa lebih termotivasi meningkatkan produksi kedelainya. Jika dimungkinan, diharapkan subsidi harga benih kedelai per kg yang diberikan pemerintah pada tahun berikutnya bisa lebih besar.

Impor kedelai yang terus masuk ke pasar dalam negeri akan dapat menurunkan produksi kedelai nasional. Oleh karena itu, hendaknya tata niaga kedelai terutama tentang penyaluran kedelai impor di pasar dalam negeri dapat dikontrol penuh oleh pemerintah melalui BULOG sebagai Importir dan Distributor Tunggal. Pemerintah harus mengurangi keterlibatan pihak swasta dalam pengadaan atau pendistribusian kedelai karena berperan sebagai pemicu praktik kartel yang menyebabkan harga kedelai melambung. Hal ini sangat merugikan petani kedelai maupun pengrajin tempe dan tahu. Oleh karena itu, komoditas kedelai harus dikuasai oleh negara.

Kebijakan subsidi benih kedelai yang tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi kedelai nasional diharapkan bisa menjadikan bahan pelajaran dalam pembuatan kebijakan pendukung pencapaian swasembada. Kebijakan subsidi benih dapat diperbaiki dengan memperbaiki mutu kedelai bersubsidi. Kemampuan para petani penangkar benih sebenarnya bisa menghasilkan benih yang baik namun memiliki posisi tawar yang rendah karena hanya menjadi buruh perusahaan benih. Oleh karena itu, subsidi benih perlu dialihkan sebagian melalui kerja sama produksi benih langsung antara petani kedelai dengan petani pemulia/penangkar benih.

Pemerintah diharapkan bisa terus menunjukkan keberpihakannya terhadap para petani pemulia benih, petani kedelai lokal maupun pengrajin tempe dan tahu

42

melalui kebijakan yang dibuat. Jika pemerintah ingin mencapai swasembada maka harus ada kestabilan harga dan pasokan kedelai. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan adanya penambahan dalam metode peramalam swasembada dan variabel lain yang dapat mewakili faktor yang memengaruhi produksi kedelai nasional.

Dokumen terkait