• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENGANTAR

C. Sifat fisik dan stabilitas krim

2. Kestabilan sediaan krim

2. Kestabilan Sediaan krim

Kestabilan dari krim ini dilihat dalam jangka waktu hingga 30 hari setelah pembuatan krim. Kestabilan krim dapat dilihat dari parameter sifat fisis yang diamati dengan cara melihat perubahannya selama penyimpanan dalam waktu 1 bulan. Dalam waktu selama 1 bulan, dipilih 5 titik waktu pengamatan yaitu 24 jam, 7 hari, 14 hari, 28 hari dan 30 hari. Data yang diperoleh berasal dari distribusi data yang normal yang dilihat melalui plot-plot pada Design Expert 7.14. Oleh karena data yang didapat berasal dari distribusi data yang normal, maka dilakukan uji statistik untuk jenis data parametrik. Hasil kestabilan yang diperoleh diuji melalui program SPSS 13.0 dengan menggunakan uji statistik Repeated ANOVA. Pada gambaran ketidakstabilan yang naik turun signifikansinya, maka diuji dengan menggunakan uji T berpasangan pada titik waktu pertama dan terakhir.

a. Profil kestabilan distribusi ukuran droplet percentile 90%

Droplet pada sediaan krim yang dibuat difoto dengan menggunakan mikroskop Moticam. Sejumlah krim yang diambil dari tengah wadah yang berisi

krim diambil dan dioleskan di atas preparat. Pengambilan pada bagian tengah, bawah dan atas wadah ini bertujuan agar droplet yang terukur merepresentasikan kondisi krim seluruhnya.

Droplet kemudian difoto dan diukur diameternya 500 droplet untuk tiap formula. Jumlah droplet yang diukur sebanyak 500 droplet, karena diasumsikan profil distribusi ukuran partikel bersifat polydisperse. Nilai kalibrasi untuk perbesaran 400x adalah 10 mikron untuk tiap satuan skala.

Distribusi ukuran droplet diuji dengan menggunakan SPSS 13.0. Nilai respon yang digunakan berasal dari nilai percentile 90. Distribusi ukuran droplet digunakan pada percentile 90% karena nilai percentile 90 lebih representative jika dibandingkan dengan modus. Nilai modus relatif terhadap nilai itu sendiri, sehingga diperlukan suatu nilai pembatas yang dapat dijadikan parameter yang sama bagi nilai distribusi pada setiap formula. Dengan menggunakan nilai percentile 90%, maka dapat dikatakan bahwa distribusi ukuran droplet berada di bawah nilai tersebut. Signifikansi respon tiap formula diuji dengan uji statistik Repeated Anova dengan nilai p<0.05.

Gambar 6. Profil kestabilan distribusi ukuran droplet percentile 90%

Jika dilihat pada gambar 6, pada keempat formula, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dari titik 24 jam hingga waktu 30 hari ini berarti tidak teramati ketidakstabilan selama 30 hari pengamatan. Jika dilihat dari gambar 6, keempat formula mengalami pengecilan ukuran droplet pada waktu 14 hari. Formula ab mengalami pengecilan ukuran droplet yang cukup tajam, hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadinya interaksi antara Tween 80 dan Span 80 yang mengakibatkan pengecilan ukuran droplet yang cukup tajam. Nilai respon terkecil ditunjukkan pada formula b, ini berarti bahwa Span pada level tinggi menghasilkan formula dengan ukuran droplet yang paling kecil jika dibandingkan dengan keempat formula lainnya.

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 0 4 8 12 16 20 24 28 32 d iam et er d ro p let ( u m )

waktu pengamatan (hari)

Profil Kestabilan Distribusi Droplet 90%

formula 1 formula a formula b formula ab

b. Profil kestabilan viskositas

Pengujian viskositas dilakukan dengan cara menempatkan sediaan di dalam beaker flask viscotester, lalu mendiamkan sediaan selama 5 menit, untuk membebaskan gaya geser yang mungkin terjadi saat penuangan. Waktu 5 menit diasumsikan cukup untuk membuat krim dalam keadaan stabil. Rotor yang digunakan dalam pengujian krim ini adalah rotor no.1. Portable viscotester kemudian dinyalakan dan saat jarum penunjuk menunjukkan angka yang stabil, nilai viskositas dicatat.

Gambar 7. Profil kestabilan viskositas

Jika dilihat pada gambar 7, maka pada keempat formula, hanya formula b yang menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu pada waktu pengamatan 24 jam dan 30 hari, oleh sebab itu dapat disimpulkan terjadi ketidakstabilan penyimpanan setelah 24 jam. Nilai viskositas yang paling tinggi ada pada formula 1, di mana Tween 80 dan Span 80 masing-masing berada pada level rendah. Jika

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 0 4 8 12 16 20 24 28 32 Vi sk o si ta s (d P a s)

waktu pengamatan (hari)

Profil Kestabilan Viskositas

formula 1

formula a

formula b

dilihat dari profil kestabilan, maka profil yang dihasilkan cenderung menurun, ini berarti terjadi penurunan viskositas selama penyimpanan 30 hari.

Pada sediaan emulsi, viskositas cenderung menurun, karena seiring dengan waktu penyimpanan, koalesensi droplet terjadi dan akan menurunkan nilai viskositas. Namun jika dilihat pada gambar 13, formula ab mengalami peningkatan viskositas, hal ini mungkin dikarenakan adanya pembentukan network attraction. Hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya fenomena flokulasi dari droplet-droplet dengan ukuran kecil dan menjebak sejumlah besar air pada fase dispers (Tadros, 1992), sehingga akan dibutuhkan gaya geser yang lebih tinggi.

c. Profil kestabilan daya sebar

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara mengukur diameter krim yang tersebar dengan 4 arah yang berbeda. Hal ini bertujuan agar hasil diameter yang didapat merupakan hasil diameter daya sebar yang representatif. Daya sebar diamati karena berpengaruh pada penyebaran krim untuk kemudian dapat memberikan efek terapeutik, selain itu mempengaruhi kenyamanan dalam penggunaan krim.

Gambar 8. Profil kestabilan daya sebar

Jika dilihat pada gambar 8, maka pada keempat formula, formula 1 dan formula b mengalami perubahan yang signifikan setelah penyimpanan 24 jam, oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa, terjadi ketidakstabilan sediaan krim setelah waktu 24 jam. Profil yang dihasilkan cenderung menurun, ini berarti terjadi penurunan daya sebar selama waktu penyimpanan 30 hari.

Di sisi lain, formula a dan formula ab tidak mengalami perbedaan yang signifikan selama waktu penyimpanan satu bulan. Hal ini berarti bahwa formula a dan ab tetap stabil dalam penyimpanan selama satu bulan. Jika dilihat pada gambar 8, maka dapat disimpulkan bahwa formula ab memiliki nilai daya sebar yang paling rendah diantara keempat formula, hal ini sesuai dengan teori di mana viskositas yang tinggi dari suatu krim akan menyebabkan turunnya daya sebar dari sediaan tersebut, karena daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas (Garg et al., 2002). Pada profil kestabilan viskositas, formula ab mengalami peningkatan

4 5 6 7 8 0 4 8 12 16 20 24 28 32 d a y a s e b a r (c m) waktu pengamatan

Profil Kestabilan Daya Sebar

formula 1

formula a

formula b

viskositas sehingga nilai daya sebar juga menurun. Hal ini berarti, interaksi yang terjadi antara kedua faktor baik Tween 80 dan Span 80 mampu menurunkan ukuran droplet, meningkatkan viskositas dan menurunkan daya sebar.

Dokumen terkait