• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketentuan Hukum Terhadap Tindak Pidana Menjadi Perantara Narkotika Secara Tanpa Hak dan Melawan Hukum

Pasal 35 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juga mengatur mengenai peredaran narkotika yang isinya “Peredaran Narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”.

Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.

Dari pengertian sebagaimana terdapat dalam Pasal 35 jo. Pasal 36 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009, dapat disimpulkan bahwa peredaran narkotika

merupakan sebuah istilah hukum karena istilah ini telah disebut secara tegas dalam pasal aquo bahwa peredaran narkotika adalah kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika dalam rangka perdagangan maupun pemindahtanganan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan syarat dan tata cara perizinan tertentu.70

- Kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika yang bukan dalam

rangka kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah peredaran narkotika yang ilegal;

Dengan demikian, maka diperoleh kesimpulan :

- Kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika yang dalam rangka

kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tidak sesuai dengan syarat dan tata cara perizinan adalah peredaran narkotika yang ilegal.

Perhatian terhadap penyalahgunaan narkotika patut menjadi prioritas, oleh karena dampak negatif yang ditimbulkannya sangat luas dan kompleks, serta mempengaruhi kemunduran pada berbagai aspek kehidupan bagi lingkungan sosial, keluarga dan masyarakat sekitar. Kehidupannya akan menjadi kontra-produktif, malas, sembrono, bersifat asosial, mengahalalkan segala cara dan apabila merasa ketagihan tetapi tidak memiliki apa yang dibutuhkan maka akan melakukan apa saja termasuk melakukan kejahatan demi memenuhi ketagihannya

atas narkotika.71

70 AR. Sujono, Bony Daniel, Op.cit, hlm. 97

71 Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, terdapat 4 (empat) kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh undang-undang dan dapat diancam dengan sanksi pidana, yakni :

a. Kategori pertama, yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika dan prekursor narkotika;

b. Kategori kedua, yakni perbuatan-perbuatan berupa memprouksi,

mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika dan prekursor narkotika;

c. Kategori ketiga, yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan

untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika;

d. Kategori keempat, yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa,

mengirim, mengangkut, atau mentransit narkotika dan prekursor narkotika.

Dicantumkannya ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP maka barangsiapa yang terbukti telah melanggar suatu ketentuan pidana, secara formal perbuatan dimaksud adalah melawan hukum karena perbuatan dimaksud telah melanggar suatu larangan yang dicantumkan dalam undang-undang pidana. Apabila hakim sudah berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti melakukan

perbuatan yang didakwakan perbuatan terdakwa secara formal telah memenuhi

rumusan delik dari KUHP.72

Ketika membicarakan mengenai melawan hukum bukan secara formal, yaitu bertentangan dengan undang-undang dalam hal ini undang – undang pidana, akan tetapi melawan hukum secara materiil, yaitu tentang melawan hukum menurut sifatnya dari perbuatan yang telah dilakukan orang, berlandaskan kepada asas-asas umum yang didasarkan kepada hukum, walaupun hal itu berakar pada kaidah-kaidah yang tidak tertulis, maka sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya dengan adanya Pasal 1 ayat (1) KUHP bagi dilarangnya sesuatu perbuatan pertama-tama diisyaratkan bahwa perbuatan dimaksud secara formal adalah melawan hukum maka tugas hakim pidana seharusnya tidak berhenti sampai disini, melainkan perlu melanjutkan permasalahan lebih jauh, apakah perbuatan yang secara formal melawan hukum. Untuk itu perlu turut

dipertimbangkan asas-asas umum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.73

a. Setiap orang

Unsur-unsur tindak pidana dalam ketentuan Pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, tentang Narkotika ini adalah :

b. Tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,

membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan

c. Narkotika Golongan I

72 H. Siswanto, Op.cit., hlm. 210 73Ibid, hlm. 212

Ad.a. Setiap orang

Yang dimaksudkan dengan setiap orang, yaitu subjek tindak pidana sebagai orang yang diajukan dipersidangan adalah benar sebagaimana disebutkan identitasnya dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Setiap orang adalah siapa saja tanpa terkecuali dan oleh karena itu tentulah sejajar dengan yang dimaksudkan dengan istilah barang siapa sebagaimana beberapa rumusan tindak pidana dalam KUHP. Meskipun tidak dijelaskan secara tegas dalam rumusan tindak pidana unsur barang siapa tetap harus

dibuktikan.74

Tanpa hak memiliki arti bahwa si pelaku tidak memiliki kewenangan atas perbuatannya, tanpa izin dan atau persetujuan dari pihak yang berwenang untuk itu.

Ad.b. Tanpa Hak atau Melawan Hukum

Rumusan menggunakan kata “atau’ di antara tanpa hak dan melawan hukum, oleh karena itu tidak diperlukan kedua rumusan tanpa hak dan melawan hukum terbukti unsur ini telah terpenuhi, artinya dapat terjadi “tanpa hak” saja atau “melawan hukum’ saja atau bahkan dua-duanya terbukti.

1. Tanpa Hak

75

74 AR. Sujono, Bony Daniel, Op.cit, hlm. 226

2. Melawan hukum

Yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah apabila perbuatan itu bertentangan dengan hak subjektif seseorang, atau

bertentangan dengan kewajibannya sendiri menurut undang-undang.76

Doktrin membedakan melawan hukum atas 2 bentuk, yaitu77

Melawan hukum dalam arti materiil ini sendiri terbagi atas 2 fungsi, yaitu

: a. Melawan hukum dalam arti formil

Suatu perbuatan hanya dapat dipandang sebagai bersifat melawan hukum, apabila perbuatan tersebut memenuhi semua unsur yang terdapat dalam rumusan suatu delik menurut undang-undang.

b. Melawan hukum dalam arti materiil

Menurut ajaran, melawan hukum dalam arti materiil, pada hakikatnya tidak didasarkan pada perundang-undangan. Suatu perbuatan bukan hanya harus ditinjau sesuai dengan ketentuan hukum yang tertulis melainkan juga harus ditinjau menurut azas-azas hukum umum dari hukum tidak tertulis.

78

76 Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materielll Dalam Hukum

Pidana Indonesia (Bandung: Penerbit Alumni, 2002) hlm. 33

77

Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005) hlm. 44

78 Samidjo, Ringkasan Tanya Jawab Hukum Pidana, (Bandung: CV. ARMICO, 1985) hlm. 108

:

1. Fungsi yang negatif, yaitu suatu perbuatan yang dilarang oleh peraturan undang-undang dapat dikecualikan oleh aturan hukum tidak tertulis, sehingga lalu tidak lagi merupakan perbuatan pidana.

2. Fungsi yang positif, yaitu perbuatan yang walaupun tidak dilarang oleh masyarakat, perbuatan itu dipandang keliru, tidak mungkin berlaku dalam sistem hukum kita sekarang, mengingat bunyi pasal 1 ayat 1 KUHP.

Penetapan bahwa dalam isi rumusan tindak pidana mengharuskan adanya sifat melawan hukum atau dapat dicelanya perbuatan itu, tidak selalu dipenuhi dan karenanya juga tidak selalu dicantumkan, tetapi sebagai anda tetap ada. Keberadaannya tetap terlihat dari kelakuan, keadaan, dan akibat tertentu yang dilarang atau diharuskan.

Pendapat tentang apakah melawan hukum harus dicantumkan atau tidak dalam setiap rumusan delik, mempunyai hubungan dengan ajaran tentang sifat melawan hukum yang terbagi atas dua yaitu ajaran formal dan materiil.

Secara singkatajaran sifat melawan hukum yang formal mengatakan apabila suatu perbuatan telah mencocoki semua unsur yang termuat dalam rumusan tindak pidana, perbuatan tersebut adalah tindak pidana. Jika ada alasanpembenar, maka alsan-alasan tersebut juga harus disebutkan secara tegas dalam undang-undang.

Ajaran yang materiil mengatakan bahwa di samping memenuhi syarat-syarat formal, yaitu mencocoki semua unsur yang tercantum dalam rumusan delik, perbuatan itu harus benar-benar dirasakan masyarakat sebagai prbuatan tercela. Karena itu pula ajaran ini mengakui alasan-alasan pembenar diluar undang-undang. Dengan kata lain, alasan pembenar dapat berada pada hukum yang tidak tertulis.79

79

Komariah Emong Sapardjaja, Op.cit., hlm. 25

Perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan haruslah dilakukan tanpa hak dan melawan hukum.

Ad.c. Menawarkan untuk Dijual, Menjual, Membeli, Menerima, Menjadi Perantara dalam Jual Beli, Menukar atau Menyerahkan.80

80H. Siswanto, Op.cit.,hlm. 255 1. Menawarkan untuk dijual

Kata menawarkan mempunyai makna mengunjukkan sesuatu dengan maksud agar yang diunjukkan mengambil. Menawarkan disini tentulah harus sudah ada barang yang ditawarkan, tidak menjadi syarat apakah barang tersebut adalah miliknya atau tidak, tidak juga suatu keharusan barang tersebut adalah miliknya atau tidak, tidak juga suatu keharusan barang tersebut secara fisik ada dalam tangannya atau di tempat lain yang penting yang menawarkan mempunyai kekuasaan untuk menawarkan, di samping itu bahwa barang yang ditawarkan haruslah mempunyai nilai dalam arti dapat dinilai dengan uang. Kemudian, dijual mmpunyai arti diberikan sesuatu kepada orang lain untuk memperoleh uang, maka menawarkan untuk dijual dapat berarti memberi kesempatan kepada orang lain melakukan penjualan barang agar mendapatkan uang. Orang lainlah yang melakukan penjualan, sehingga posisi orang yang mendapat kesempatan adalah mendapat kekuasaan menjual dan atas penjualan tersebut dia mendapatkan keuntungan materi seusai kesepakatan antara yang menawarkan/pemilik barang.

Menawarkan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, untuk dijual juga berarti mengunjukkan sesuatu kepada orang lain dengan maksud orang lain membeli.

Menawarkan untuk dijual dapat dilakukandengan langsung kepada calon pembeli baik secara lisan maupun menggunakan sarana telekomunikasi atau lainnya, baik ditunjukkan barangnya atau tidak, yang penting proses menawarkan ini haruslah ada maksud agar lawan bicara membeli apa yang ditawarkan.

2. Menjual

Dalam Kamus Besar Bahasa Indoensia, mempunyai makna memberikan sesuatu kepada orang lain untuk memperoleh uang pembayaran atau menerima uang. Hal ini berarti ada transaksi dan ada pertemuan antara penjual dan pembeli. Kewajiban penjual adalah menyerahkan barang sedangkan kewajiban pembeli menyerahkan uang pembayaran.

3. Membeli

Membeli mempunyai makna memperoleh sesuatu melalui penukaran (pembayaran) dengan uang. Ini berarti bahwa harus ada maksud terhadap barang tertentu yang akan diambill, dan haruslah ada pembayaran dengan uang yang nilainya sebanding dengan harga barang yang diperoleh.

4. Menerima

Berarti mendapatkan sesuatu karena pemberian dan pihak lain. Akibat dari menerima tersebut barang menjadi miliknya atau setidak-tidaknya berada dalam kekuasaannya.

5. Menjadi perantara dalam jual beli

Merupakan sebagai penghubung antara penjual dan pembeli dan atas tindakannya tersebut mendapatkan jasa/keuntungan. Jika seseorang

menghubungkannya antara penjual dan pembeli kemudian orang tersebut mendapat barang berupa narkotika sudah dapat digolongkan sebagai perantara dalam jual beli, oleh karena itu jasa atau keuntungan disini dapat berupa uang atau barang atau bahkan fasilitas. Jasa atau keuntungan merupakan faktor yang penting, tanpa jasa maupun keuntungan yang diperileh maka tidak dapat disebut sebagai perantara dalam jual beli. Jika seseorang telah mempertemukan penjual dengan pembeli, tetapi tidak mendapatkan jasa atau keuntungan, maka orang tersebut bukan bertindak sebagai perantara dalam jual beli,akan tetapi sebagai penghubung dan tindak pidana yang dikenakan setidak-tidaknya di juncto-kan dengan Pasal 132 tentang percobaan atau permufakatan jahat apakah dalam rangka membeli atau menjual dan sebagainya. Perantara berbeda dengan pengantar, karena pengantar melakukan tindakan atas perinthah, sedangkan perantara bertindak sendiri dalam rangka mempertemukan antara penjual dan pembeli dan perantara mempunyai pertanggungjawaban yang berdiri sendiri.

6. Menukar

Maksudnya yaitu menyerahkan barang dan atas tindakannya tersebut mendapat pengganti baik sejenis maupun tidak sejenis sesuai dengan kesepakatan.

7. Menyerahkan

Untuk itu unsur tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan dapat dipisahkan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Tanpa hak menawarkan untuk dijual , menjual, membeli, menerima,

menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan.

2. Melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,

menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau

menyerahkan.81

Ad.c. Narkotika Golongan I

Sebagaimana telah dikemukakan di muka narkotika terdiri atas dua jenis, yaitu narkotika dalam bentuk tanaman dan narkotika dalam bentuk bukan tanaman dimana untuk jenis bukan tanaman dibagi 2 (dua) sintetis dan semi sintetis. Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman telah ditentukan secara limitatif dalam lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang merupakan satu kesatuan dengan undang-undang tersebut. Narkotika Golongan I khusus dalam bentuk tanaman ini hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.Dalam bentuk tanaman yang dimaksudkan adalah tidak harus lengkap sebagai tanaman yang berarti ada

daun, batang, ranting maupun akar, tetapi meskipun hanya berupa daun

atau batang saja sudah dapat digolongkan sebagai tanaman. 82

Di dalam

terdapat sejumlah sanksi pidana bagi orang yang menjadi perantara dalam transaksi/jual beli narkotika. Sanksi-sanksi tersebut berbeda-beda bergantung pada jenis golongan narkotika, beratnya, dan bentuknya (masih dalam bentuk tanaman atau narkotika siap pakai). Berikut akan penulis uraikan satu-persatu sanksi pidana

bagi perantara transaksi/jual beli narkotika83

2. Perantara dalam Jual Beli Narkotika Golongan I dalam Bentuk Tanaman yang beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang

:

1. Perantaradalam transaksi Narkotika Golongan I.

Sanksi pidananya : Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).” (Pasal 114 ayat (1) UU Narkotika)

82Ibid hlm. 238

pohon atau dalam bentuk bukan tanaman yang beratnya melebihi 5 (lima) gram.

Sanksi pidana : Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jualbeli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksudpada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5(lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidanadengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana paling singkat 6 (enam)tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga). (Pasal 114 ayat (2)UU Narkotika)

Pengamat hukum pidana Universitas Indonesia Neng Djubaedah menilai penerapan hukuman mati terhadap gembong narkoba perlu dipercepat karena Indonesia sudah darurat narkoba. Menurut beliau, semakin cepat eksekusi dilakukan akan semakin cepat dirasa efek jeranya. Hukuman mati itu harus ditegakkan supaya para pengedar kapok. Pemberian sanksi maksimal sangat pantas diberikan kepada jaringan pengedar narkoba. Bukan hanya kepada para

bandar, tapi juga kurirnya. Para kurir pasti gentar karena takut terhadap hukuman

tegas dari negara dalam memerangi narkoba. 84

84 Harian Rakyat Merdeka tanggal 15 Mei 2016, Kurir Gentar Jika Diancam Hukuman

Dokumen terkait