• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.4 Efektivitas Program Pemuda Pelopor Tahun 2015

4.4.1 Ketepatan Sasaran Program

Sasaran kegiatan Pemuda Pelopor bertindak sebagai titik yang ingin dicapai. Sasaran Program Nasional lazim diacu sebagai sasaran daerah. Dalam hal ini sama kaitanya dengan program Pemuda Pelopor merupakan kegiatan dari Nasional yang pesertanya berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Sasaran

M 9=M

B 8=B

C 7=C

K 6=K

POLA PERHITUNGAN PERINGKAT

ditentukan lebih ke arah proses daripada outcome.. Dalam penentuan sasaran menekankan pada indikator yang kita anggap penting untuk membantu pencapaian target. Sasaran dari program Pemuda Pelopor di Tingkat Nasional yaitu terpilihnya 30 orang Pemuda Pelopor Tingkat Nasional yang mewakili 5 bidang kepeloporan, karena dimasing-masing bidang kepeloporan akan ada 5 orang yang diberikan penghargaan dari peringkat pertama sampai dengan harapan.

Sedangkan ditingkat provinsi harus menyeleksi dari tingkat kabupaten dan kota kemudian menyeleksi dan memilih pemuda pelopor di masing-masing bidang kepeloporan. Dengan adanya apresiasi dari pemerintah di bidang kepeloporan tentu saja ini akan menjadi semangat baru buat pemuda untuk terus berkarya dan membangun daerahnya. Ketepatasan sasaran memiliki 5 indikator yaitu:

1. Tersleksinya calon Pemuda Pelopor

Tahap penyeleksian merupakan salah satu indikator ketepatan sasaran program. Proses pemilihan Pemuda Pelopor di tingkat Provinsi Sumatera Utara melalui seleksi. Penyeleksian dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten kota mengirimkan kandidat terbaiknya untuk ikut penyeleksian tingkat provinsi, dan yang terbaik di tingkat provinsi akan dikirim ke tingkat nasional.

Seperti yang disampaikan Muhammad Tohir sebagai Kepala Bidang Kepemudaan Dinas Pemuda dan Olah raga Sumatera Utara yaitu:

“Jadi pada mulanya kami dari Dispora Sumut menyurati kabupaten/kota untuk membuat tim sleksi oleh kadispora setempat isinya supaya suratnya itu ditindak lanjuti untuk mencari pemuda di bidang kepeloporan itu, jadi kepeloporan yang lima ini ditindak lanjuti oleh kabupaten/kota, merekalah yang mencari ke kecamatan dan kelurahan, setelah mereka mendapatkan pemuda yang layak dan memenuhi syarat yang dinyatakan oleh tim penyeleksi lalu dibuatlah profilnya, setelah itu diserahkan ke provinsi. Di

provinsi dibentuk tim sleksi ada dari Perguruan Tinggi, Wartawan, KNPI dan Dispora sendiri, membentuk tim, rapat teknis lalu langsung turun ke lapangan.”

Pada tingkat nasional para Dewan Juri menyusun peringkat pemuda pelopor untuk menerima penghargaan di tingkat provinsi yaitu peringkat I.II.III serta peringkat harapan, di Sumatera Utara sendiri terdapat 5 orang pemenang dimasing-masing bidang dan dua diantarannya yaitu juara I dan II dikirim ke tingkat nasional. Dalam proses pemilihan Pemuda Pelopor yaitu potensi dan kapasitas diri pemuda sangatlah penting, Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi, tetapi tidak setiap manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk mendayagunakan potensi tersebut, lain halnya dengan Pemuda Pelopor yang diberikan penghargaan karena potensi yang dimilikinya. Seperti yang diungkapkan Budi Nasution yang merupakan salah satu tim penyeleksi Pemuda Pelopor yaitu:

“Pemuda pelopor itu memang harus mempunyai potensi kalau tidak ya tidak memenuhi syarat, tidak bisa ikud seleksi apalagi dapat

penghargaan”.

Pemuda Pelopor memili potensi yang berbeda – beda, oleh sebab itulah kategori kepeloporan dibagi menjadi beberapa bidang. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan oleh Muhammad Tohir sebagai Kepala Bidang Kepemudaan Dinas Pemuda dan Olah raga Sumatera Utara yaitu:

“ Pemuda Pelopor ini ada bidang-bidangnya ada pendidikan, teknologi tepat guna, sosial,budaya, pariwisata dan bela Negara, pengelolaan sumber daya, lingkungan dan pangan. Kami hanya mengikuti buku petunjuk saja apa yang dituliskan itu yang kami realisasikan”.

Dibalik potensi yang besar tentu saja ada sesuatu yang melatarbelakangi hal tersebut seperti yang di ungkapakan Gita Adinda Nasution (Juara I Pemuda Pelopor Bidang Teknologi tepat guna) adalah :

“Pada awalnya saya termotivasi untuk membuat obat diabetes karena ayah saya terserang penyakit tersebut, berbekal dari ilmu yang saya dapatkan di bangku perkuliahan jurusan farmasi, saya mencoba experimen dari hal yang bertolak belakang misalnya penyakit polio dapat diatasi dengan vaksin polio itu sendiri, kemudian orang yang di gigit ular malah di beri penawar dari racun ular tersebut, nah dari pemikiran ini saya juga berfikir kalau diabetes juga dapat disembuhkan dari unsure gula itu sendiri yanga asalnya dari tebu. Alhamdulillah usaha saya membuahkan hasil dan sampai saat ini saya bisa membantu banyak orang yang terserang penyakit diabetes”.

Amar Husein Sitompul Pemuda Pelopor asal Tapanuli Selatan ini juga menjelaskan yang menjadi latar belakang memulai kepeloporannya adalah:

“Saya awalnya hanya gemar dalam bercocok tanam, setelah saya kuliah dibidang pertanian saya mulai mengembangkan tanaman-tanaman liar yang ada dihutan Tapanuli Selatan,memanfaatkan lahan yang seadanya, kemudian membuat kawasan wisata disekitar hutan dengan tanaman-tanaman yang sudah saya budidayakan, saya modifikasi dan membuat variasi dengan mengawinkan atau menggabungkan dari warna atau jenis tanaman yang berbeda, pelan – pelan usaha saya ini mulai mendapat perhatian dan sudah cukup banyak dikunjungi wisatawan dengan adanya kegiatan ini saya bisa membantu ekonomi masyarakat dan mengurangi pemuda yang menganggur”.

Latar belakang Pemuda Pelopor yang dalam hal menggurangi pengangguran juga di ungkapkan oleh Rita Susanti Pemuda Pelopor 2015 Bidang Pangan:

“ Pada tahun 2009 saya pernah mengikuti kegiatan usaha pembuatan kue kering, kesukaan saya terhadap makanan sejenis kue kering mendorong saya untuk membuka usaha ini, selain itu saya juga ingin membuka lapangan pekerjaan bagi saudara –saudara saya dan tetangga saya jadi mereka punya pekerjaan dan penghasilan tambahan melalui usaha yang saya rintis ini.”

2. Pemuda Pelopor memiliki potensi kepemimpinan

Sebagai pemuda pelopor harus memiliki potensi dalam hal kepemimpinan, yaitu dengan adanya visi misi yang jelas dalam kepeloporannya.Visi adalah pandangan ke depan atau keinginan yang perlu diwujudkan di masa depan. Visi juga dapat dikatakan sebagai cita-cita yang ingin dicapai. Sedangkan Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh orang dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju sebagai cara pencapaian Visi.

“yang menjadi visi saya adalah Tapanuli Selatan yang bermartabat,dan yang menjadi misi saya adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat dan pemuda yang cerdas dan kreatif dan menjadikan kabupaten Tapanuli Selatan sebagai wisata khas tanaman dan adanya kerja sama yang baik dengan pemuda setempat.”

Amar Husein Sitompul (Juara III Pemenang Pemuda Pelopor Sumatera Utara Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan), yaitu:

Gita Adinda Nasution (Juara I Pemenang Pemuda Pelopor Sumatera Utara Bidang Teknologi Tepat Guna Pencipta Obat Diabetes) menyatakan visi misinya dalam kepeloporan yaitu:

“ Kalau visi saya, saya maunya semua orang sehat, Misi saya yaitu mengajak semua orang untuk berprilaku hidup sehat karena menjaga kesehatan itu lebih baik dari pada mengobati”.

Visi dan Misi Kepeloporan juga di ungkapkan oleh Heri S.Pd (Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan) yaitu:

“ Saya miris kalau sampai ada anak-anak yang tidak sekolah karena tidak ada biaya. Sesuai dengan isi undang undang visi saya ingin mencerdaskan anak bangsa,,yahh minimal dilingkungan tempat tinggal saya dulu, karena pendidikan itu penting dan setiap orang harus mendapatkannya. Cara saya mewujudkan saya ajak beberapa teman saya yang lulusan sarjana pendidikan atau yang mau sajalah untuk menjadi guru mengajar anak anak nelayan yang tak sanggup menyekolahkan anaknya , saya dan kawan-kawan pastinya juga beri pemahaman dan penyadaran pentingnya pendidikan buat orang tua siswa tersebut.”

Nurjannah, Bidang Sosial Budaya dan Pariwisata mengungkapkan visi misi kepeloporannya yaitu :

“Saya ingin Indonesia dikenal karena kebudayaannya oleh mancan Negara, Misi saya yaitu memperkenalkan budaya Indonesia melalui Seni Tari ke dunia melalui event seni budaya tingkat internasional”.

Dalam hal kepemimpinan seorang Pelopor juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi, beinteraksi dan bernegosiasi dimana pemuda mengembangkan kepeloporannya, seperti yang diungkapkan oleh Heri S.Pd:

“ Ya harus, kalau saya gak pande komunikasi mana bisa para nelayan-nelayan itu mendukung program saya, selain komunikasi harus bisalah kita pendekatan sama orang tua siswa supaya anaknya disekolah kan lagi, biayanya gratis kog tidak memberatkan mereka. Jadi kami buat undangan dulu untuk para orang tua siswa yang sudah pernah bersekolah disini, terus kami kasih pemaparan, hampir semuanya dukung kok.”

3. Pemuda Pelopor Memiliki Potensi Kreativitas

Selain aspek kepemimpinan, aspek kreativitas juga menjadi hal penting yang harus dimiliki pemuda pelopor, Pemuda Pelopor Sebagai Pencipta (inovatif) yaitu karya nyata yang dipelopori bersifat original dan baru. seperti yang dikatakan oleh Muhammad Tohir sebagai Kepala Bidang Kepemudaan Dinas Pemuda dan Olah raga Sumatera Utara bahwa kepeloporan itu memunculkan sesuatu yang tidak ada atau belum ada menjadi ada. Hal ini seperti pemaparan beliau:

“Kepeloporan itu seseorang yang menciptakan sesuatu yang belum ada jadi ada. Misalnya seorang pemuda di suatu wilayah yang masyarakatnya belum tahu dan menciptakan sesuatu namun dengan kreatif seorang pemuda pelopor menciptakan sesuatu yang menjadi ada baik dari kemampuannya sendiri secara otodidak maupun melalui proses belajar.

Jadi kalau sampai dia hanya meneruskan punya orang sudah gagal dia untuk dinilai oleh tim seleksi, jadi kami harus dapatkan yang benar benar murni hasil karyanya.”

Pemuda Pelopor sebagai pengembang (Modifikatif) yaitu karya nyata yang dipelopori merupakan hasil modifikasi dari sebelumnya, seperti yang diungkapkan Amar Husin Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan yaitu:

“Status kepeloporan yang saya tekuni yaitu pengembangan yang sudah ada ataupun saya modifikasi sehingga memiliki bentuk lain ataupun menemukan sesuatu yang baru, misalnya tanaman liar dari hutan sejenis daun daunan saya modifikasi dengan cara kawin silang atau stek sehingga ketika tunasnya tumbuh jadi ada corak yang berbeda dan saya yakin ini belum ada dimanapun, karna yg saya manfaatkan tanaman liar disekitar hutan Tapanuli.”

Pemuda Pelopor sebagai pelestari (Adaptif) yaitu karya nyata yang dilakukan merupakan hasil inspirasi dari karya sebelumnya, yang masih relevan di masa kini.

Nurjannah ( Bidang Sosial Budaya dan Pariwisata) mengungkapkan:

“Saya melestarikan kebudayaan seni tari yang sudah ada sebelumnya namun saya bisa menciptakan gerakan – gerakan baru tanpa harus mengubah gerakan dasarnya, berkat prestasi ini saya sering dikirim keluar negeri untuk nampil disana.”

Sama seperti yang disampaikan oleh Rita Susanti (Bidang Pangan) yaitu:

“ Selain kue – kue kering saya banyak membuat makanan dan kue tradisional, kue tradisional ini sering kita sebut dengan nama “kue basah” selain peminatnya masih cukup banyak produksi kue basah juga sebagai pelestari makanan tradisional.”

4. Pemuda Pelopor Memiliki Potensi Keuletan

Keuletan menjadi salah satu penilaian dalam pemilihan Pemuda Pelopor, Bidang yang digeluti Pemuda Pelopor harus memiliki perjalanan minimal 1 tahun dalam menjalankan kepeloporannya. Berbeda dengan tahun sebelumnya ketetapan yang dijelaskan melalui buku panduan Penilaian Pemuda Pelopor, seorang pemuda harus menjalani kepeloporannya minimal 2 tahun secara berkesinambungan. Hal yang sama disampaikan Oleh Muhammad Tohir :

“Kalau di Tahun 2015 lalu minimal pemuda – pemuda itu hanya 1 tahun saja menjalankan kepeloporannya langsung bisa kami nilai, beda sama tahun – tahun sebelumnya harus 2 tahun menjalankan kepeloporannya, saya pun tidak tau kenapa diganti dari pusat, kami ini dari pihak pemerintahan daerah hanya menjalankan saja, yang merumuskannya kan ada di tingkat nasional, apa yang ada di buku panduan itulah yang kami ikuti.”

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Budi Nasution Selaku salah satu tim seleksi Pemuda Pelopor 2015 yaitu :

“ ya, sebelumnya 2 tahun, tapi di 2015 ini hanya 1 tahun, yang penting sudah ada hasilnya yang dibuat pemuda pelopor itu, kan kami menilai langsung kelapangan bukan hanya dari data yang ditulis mereka.”

Pemuda Pelopor asal Tapanuli Selatan, Amar Husin Sitompul mengungkapkan bahwasanya sudah sejak lama menjalankan bidang kepeloporannya :

“ Udah lama lah dari Tahun 2005 sampai sekarang, saya buat ini karena memang kegemaran saya bukan karna mau jadi pemenang Pemuda Pelopor.”

Seorang Pemuda Pelopor juga harus memiliki kegigihan, semangat yang kuat dalam menghadapi segala bentuk rintangan dan tantangan dengan tanpa putus asa.

Seperti yang diungkapkan Rita Susanti (Pemuda Pelopor bidang pangan) :

“Awalnya saya memulai usaha kue kering mulai tahun 2009, setelah berjalan 1 tahun usaha ini sempat vakum, kemudian ditahun 2012 saya memulai untuk mengembangkan lagi. Saya tidak sendiri, orang tua saya ikud membantu dan mendukung terutama untuk urusan modal awal, sampai sekarang Alhamdulillah usaha ini semakin berkembang, apalagi menjelang hari raya dan tahun baru penjualannya meningkat drastis.”

Heri SP.d ( Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan) juga mengungkapkan rintangan yang dihadapinya yaitu :

“ Para orang tua ini masih kurang kesadarannya terhadap anaknya, tapi saya tidak patah semangat, kami buat undangan kepada para orang tua siswa lalu kami kumpulkan di sekolah dan memberikan kesadaran dan pengetahuan pentingnya pendidikan, jadi ada bekerjasamalah antara pihak sekolah dan orang tua siswa.”

Kendala saat memulai kepeloporan juga dialami oleh Amar Husin Sitompul seperti pernyataannya sebagai berikut:

“Ada beberapa orang yang menganggap saya gila, karena memanfaatkan limbah gerami dijadikan pupuk kompos, batok kelapa saya jadikan media tanaman hias, dan tanaman-tanaman langka bekas penebangan liar saya selamatkan dan mereka mengganggap tanaman strobery tidak bisa tumbuh di Kabupaten Tapanuli Selatan khususnya didaerah saya, cara saya mengatasinya yah saya cukup membuktikan saja dan perjuangan saya berhasil sampai dengan saat ini.”

5.Mendapatkan Pengakuan dari Masyarakat

Kendala yang dihadapi tidak serta merta langsung menjadi penghambat bagi Pemuda Pelopor, dengan adanya hasil dan pembuktian maka pemuda pelopor mendapatkan pengakuan masyarakat sekitar atas karya nyata yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat dalam bidang yang di peloporinya. Hal ini sejalan yang disampaikan oleh Budi Nasution Salah satu tim seleksi Pemuda Pelopor 2015 yaitu:

“Saat kami kelapangan melihat karya-karya dari Pemuda Pelopor yang akan diberi nilai, kami juga bertanya dengan warga sekitar dan semua mengakui dan merasakan hasil karya pemuda pemuda tersebut, karna warga disitu kan banyak juga yang ikut bekerja mengembangkan usaha Pemuda Pelopor, bahkan pemerintah setempatpun mendukung seperti Nurjannah Pemuda Pelopor Kota Binjai, Kalau ada acara di pemerintahan kota pasti kelompok tarinya yang disuruh tampil, terus seperti si Husin Amar Sitompul di Tapsel sana, dia udah jadi rekanan dinas kehutan, sering disuruh menjadi instruktur ataupun pembicara dalam bidang kehutanan dan lahan pertanian.”

Pembahasan diatas penilaian efektivitas program dari pendekatan sasaran dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Penilaian Efektivitas Pendekatan Sasaran

Konsep Indikator Empirik

Terseleksinya Pemuda Pelopor di Setiap Bidang

Kepeloporan

Proses seleksi dilakukan oleh Penyelenggara

Proses seleksi dilakukan oleh Dinas Provinsi Sumatera Utara Terpilihnya 5 orang Terpilihnya 5 orang disetiap

bidang kepeloporan

Penilaian Efektivitas

Dua indikator terpenuhi Efektif Satu indikator terpenuhi Kurang Efektif Indikator tidak terpenuhi Tidak Efektif

Konsep Indikator Empirik

Kepemimpinan Pemuda Pelopor memiliki visi misi

Setiap Pemuda Pelopor memiliki visi misi sesuai dengan bidang kepeloporannya

Dua indikator terpenuhi Efektif Satu indikator terpenuhi Kurang Efektif Indikator tidak terpenuhi Tidak Efektif

Konsep Indikator Empirik

Kreativitas Pemuda Pelopor Pencipta Pemuda Pelopor sebagai pencipta yaitu bidang teknologi tepat guna

Pemuda Pelopor Pengembang Pemuda Pelopor sebagai pengembang yaitu bidang pengelolaan SDA dan lingkungan Pemuda Pelopor Pelestari Pemuda Pelopor sebagai

pelestari yaitu bidang sosial, seni, budaya dan bidang pangan.

Penilaian Efektivitas

Dua indikator terpenuhi Efektif Satu indikator terpenuhi Kurang Efektif

Indikator tidak terpenuhi Tidak Efektif

Konsep Indikator Empirik

Keuletan Kepeloporan lebih dari 1 tahun Pemuda Pelopor memulai kepeloporannya lebih dari 1 tahun

Mahir, Gigih dan terampil dalam kepeloporan

Pemuda Pelopor mahir, gigih dan terampil dalam menjalankan kepeloporannya

Penilaian Efektivitas

Dua indikator terpenuhi Efektif Satu indikator terpenuhi Kurang Efektif Indikator tidak terpenuhi Tidak Efektif

Konsep Indikator Empirik

Karya

Salah satunya yaitu dari bidang pendidikan, masyarakat

terbantu dengan adanya sekolah murah

Kepeloporan diakui oleh masyarakat sekitar

Masyarakat mengakui

kepeloporan sangat bermanfaat Penilaian

Efektivitas

Dua indikator terpenuhi Efektif Satu indikator terpenuhi Kurang Efektif Indikator tidak terpenuhi Tidak Efektif

Penilaian dalam pendekatan sasaran mendapatkan nilai efektif. Pendekatan sasaran program sejauh ini sudah dilakukan dengan baik oleh pihak Dinas Pemuda dan Olah Raga Sumatera Utara serta tim seleksi yang terdiri dari unsur perguruan tinggi negri, KNPI, LSM dan dari Dinas Pemuda dan Olah raga itu sendiri. Terseleksinya Pemuda Pelopor di Setiap Bidang Kepeloporan sebanyak lima orang dari hasil seleksi langsung kelapangan, tim seleksi mendapatkan pemenang dari masing – masing kategori. Pemuda Pelopor merupakan mesin utama penggerak kepeloporan. Dengan terseleksinya Pelopor di Tingkat Provinsi, maka Sumatera Utara berhasil mengirimkan utusan terbaiknya untuk mengikuti

ajang pemilihan Pemuda Pelopor 2015 dan berhasil menjuarai sebagai pemenang pertama dalam Bidang Teknologi tepat guna.