• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan Berbicara

Dalam dokumen PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN (Halaman 29-38)

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Relevan

2. Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik di sekolah meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan mendengarkan atau menyimak (comprehension orale), membaca (comprehension ecrite), berbicara (expression orale), dan menulis (expression ecrite).

Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan yang penting untuk dikuasai dalam berbahasa. Tarigan (dalam Nugraheni, 2012:134) berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar. Berbicara merupakan kegiatan yang tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari, bahkan setiap hari kita melakukan komunikasi dengan

orang lain, yaitu berbicara. Sedangkan menurut Sorono (dalam Nugraheni, 2012:134) berbicara adalah menyampaikan ide atau pesan lisan secara aktif.

Dalam menyampaikan pesan informasi yang disampaikan harus mudah dipahami oleh orang lain agar terjadi komunikasi secara lancar. Dengan demikian, berbicara merupakan kemampuan menyampaikan materi secara lisan dengan bahasa lisan.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Nugraheni, 2012: 53) dinyatakan bahawa “berbicara adalah bekata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan berunding”. “Berbicara merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan secara lisan kepada orang lain” (Nurjamal, dkk., 2011:4). Selain itu Nugraheni (2012:134) dalam bukunya menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi atau kata untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan untuk mengomunikasikan sesuai dengan kebutuhan pendengar.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak atau pendengar agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak atau pendengar sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

Dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:

1) pembicara 2) isi pembicaraan 3) saluran

4) penyimak

5) tanggapan penyimak b. Jenis Keterampilan Berbicara

Penggolongan jenis-jenis berbicara didasarkan atas beberapa hal, yaitu berdasarkan situasi, tujuan, jumlah pendengar, peristiwa khusus, dan berdasarkan metode penyampaian.

Berdasarkan situasi, terdapat jenis berbicara formal dan informal.

Berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal. Sedangkan berbicara informal berupa bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk.

Berdasarkan tujuan, terdapat jenis berbicara untuk menghibur, menginformasikan, menstimulus, meyakinkan, dan berbicara untuk menggerakkan. Terdapat pula jenis berbicara untuk mengejek, memuji, dan lain-lain.

Berdasarkan jumlah pendengar, terdapat jenis berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok besar.

Berdasarkan peristiwa khusus, terdapat jenis berbicara yang berupa pidato presentasi, pidato penyambutan, pidato perpisahan, pidato jamuan, pidato perkenalan, dan pidato nominasi. Selain itu dikenal pula jenis berbicara lainnya yaitu kampanye, pernyataan perang, dan lain sebagainya.

1) Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak.

2) Ceramah merupakan kelompok berbicara satu arah, pembicara menyampaikan gagasannya kepada pihak lain dan tidak memerlukan reaksi sesaat dalam bentuk bicara yang berupa tanggapan atau respon.

3) Dialog adalah proses komunikasi antara 2 atau lebih agen, dalam dialog makna harus dipertimbangkan agar memenuhi kaidah semantis dan pragmatis.

4) Diskusi adalah proses bertikar pikiran, pendapat, pengalaman untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

Berdasarkan metode penyampaian, terdapat jenis berbicara secara mendadak, berbicara tanpa persiapan, berbicara berdasarkan naskah, dan berbicara berdasarkan ingatan.

c. Karakteristik Pembelajaran Berbicara

Kegiatan berbicara dapat berlangsung jika sekurang-kurangnya ada dua orang yang saling berinteraksi atau seorang pembicara menghadapi lawan bicara.

Beberapa karakteristik yang harus ada dalam kegiatan berbicara yaitu:

1) Harus ada lawan bicara

2) Penguasaan lafal, struktur, dan kosakata 3) Ada tema/topik yang dibicarakan

4) Ada informasi yang ingin disampaikan atau ditanyakan 5) Memperhatikan situasi dan konteks.

d. Fungsi Berbicara

Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang sangat bermanfaat bagi pendengar, lawan bicara, masyarakat luas, dan bagi pembicara itu sendiri.

Manfaat berbicara antara lain: (1) untuk mempengaruhi atau meyakinkan orang lain, (2) untuk mengekspresikan diri, (3) untuk membentuk dinamika sosial, (4) untuk memindahkan nilai-nilai budaya (sebagai transmisi nilai budaya), (5) untuk merawat kohesi sosial (membina kekompakan sosial), dan (6) untuk melestarikan warisan budaya.

e. Komponen-komponen Berbicara

Menurut Ibrahim (dalam Bahari, 2013:10) komponen-komponen komunikasi yaitu:

1) genre atau tipe peristiwa (misalnya lelucon, cerita, ceramah, salam, atau percakapan);

2) topik atau fokus referensi;

3) tujuan atau fungsi;

4) setting termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi tersebut (misalnya besarnya ruangan, tata letak, dan perabot yang ada);

5) partisipan termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial atau kategori lain yang relevan;

6) bentuk pesan termasuk saluran vokal dan nonvokal;

7) isi pesan;

8) urutan tindakan atau urutan tindak tutur termasuk alih giliran percakapan;

9) kaidah interaksi;

10) norma-norma interpretasi termasuk pengetahuan umum, kebudayaan yang relevan atau pemahaman yang sama, yang memungkinkan

adanya interferensi tertentu yang harus dibuat, yang harus dipahami secara harfiah, yang perlu diabaikan, dan lain sebagainya.

Model klasifikasi lain dikemukakan oleh Prijosaksono dan sembel (dalam Bahari, 2013:11) yaitu: (1) pengirim pesan (sender), (2) pesan yang dikirim (message), (3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau medium), (4) penerima pesan (receiver), dan (5) umpan balik (feedback).

f. Fokus Perhatian Pembelajaran Berbicara

Pada saat guru memberikan pembelajaran berbicara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Granida (dalam Amier, 2009:63) fokus perhatian guru saat memberikan pembelajaran berbicara adalah:

1) Pesan, yaitu amanat yang akan disampaikan kepada pendengar 2) Bahasa pengemban pesan atau gagasan

3) Media penyampaian (alat ucap, tubuh, dan bagian tubuh lainnya) 4) Arus bunyi ujaran yang dikirim oleh pembicara

5) Upaya pendengar untuk mendengarkan arus bunyi ujaran dan mengamati gerak mimik pembicara serta usaha mengamati penyampaian gagasan lewat media visual

6) Usaha memahami arus bunyi ujaran, gerak mimik menuansakan makna atau suasana tertentu serta penyampaian gagasan dari pembicara lewat media visual

7) Usaha pendengar untuk meresapkan, menilai, dan mengembangkan gagasan yang disampaikan.

Dari ketujuh unsur yang terlibat tersebut, maka dapat dikelompokkan menjadi tiga sudut pandang yang terpenting, yaitu: (a) pembicara, (b) pendengar, dan (c) medan pembicaraan.

Unsur pembicara bertugas menata gagasan, menata media kebahasaan, dan menyampaikan atau mengirimkan bunyi-bunyi ujaran. Medan pembicaraan berfungsi sebagai daerah pemindahan pesan lewat arus bunyi ujaran. Sedangkan pendengar berfungsi menerima bunyi-bunyi ujaran yang bermakna yang disampaikan oleh pembicara.

g. Faktor-faktor Penunjang dan Hambatan dalam Berbicara 1) Faktor-faktor Penunjang dalam Berbicara

Dalam berbicara ada dua faktor yang harus diperhatikan demi mendukung tercapainya pembicaraan yang efektif, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

a) Faktor kebahasaan, antara lain:

(1) Ketepatan ucapan, seorang pembicara harus mampu mengucapkan bunyi-bunyi dengan tepat

(2) Tekanan nada, sandi, dan durasi. Seorang pembicara dituntut mampu memberikan penekanan, serta memilih dan menggunakan nada, sandi, dan durasi dengan tepat.

(3) Pilihan kata atau diksi, seorang pembicara dituntut mampu memilih dan menggunakan kata-kata dengan tepat.

(4) Ketepatan struktur kalimat, seorang pembicara harus mampu menyusun dan menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif memiliki ciri utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan.

b) Faktor nonkebahasaan, antara lain:

(1) Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika berbicara serta menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang dan bersemangat dalam berbicara.

(2) Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan pandangan matanya kepada semua yang hadir. Pembicara harus menghindari pandangan mata yang tidak kondusif, misalnya melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.

(3) Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur dalam mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan bersedia menerima kritikan dari orang lain jika ada yang keliru.

(4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut mampu mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi wajah untuk mendukung penyampaian gagasan.

(5) Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara yang nyaring sesuai dengan tempat, situasi dan jumlah pendengar.

(6) Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya dengan lancar. Kelancaran tidak berarti pembicara harus

berbicara dengan cepat sehingga membuat pendengar sulit memahami apa yang diuraikannya.

(7) Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik pembicaraan.

2) Hambatan dalam Berbicara

Dalam kegiatan berbicara, jika dalam diri pembicara terdapat hambatan, maka pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengarnya. Hambatan-hambatan tersebut ada yang datang dari faktor internal dan ada pula yang datang dari faktor eksternal.

a) Faktor internal adalah hambatan yang datang dari diri pembicara itu sendiri, antara lain: (a) alat ucap, (b) keutuhan penggunaaan bahasa, (c) kelelahan, (d) fisiologi, dan (e) psikologi.

b) Faktor eksternal adalah hambatan yang datang dari luar diri pembicara, antara lain: (a) suara atau bunyi (kebisingan), (b) penglihatan, (c) kondisi ruang, (d) gerak yang atraktif, (e) media pembicaraan, dan (f) cuaca atau kondisi saat pembicaraan berlangsung.

h. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbicara

Pemilihan bahan pembelajaran berbicara bergantung pada jenis kemampuan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri siswa. Kegiatan pembelajaran berbicara meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menjawab pertanyaan, bercerita, berpendapat dalam diskusi kelompok, memberi petunjuk, bermain peran, mewawancarai, mengomentari, dan mengkritik.

Adapun kriteria pemilihan bahan atau materi pembelajaran berbicara adalah:

1) Sesuai dengan jenis kemampuan berbicara yang akan dilatihkan

2) Bervariasi sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang beragam

3) Dapat mengembangkan kosakata sehingga kemampuan berbicara tidak menjemukan

4) Dapat menambah wawasan siswa

5) Topik kegiatan berbicara harus aktual (tengah menjadi sorotan publik) 6) Menggunakan metode dan teknik yang dapat menumbuhkan minat

belajar sehingga siswa tertarik dengan pembelajaran

7) Memilih sumber dan media yang dapat menumbuhkan pikiran-pikiran kritis dan kreatif.

3. Model Pembelajaran Time Token

Dalam dokumen PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN (Halaman 29-38)

Dokumen terkait