• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Strata Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

MUSDALIFAH SAPAR 10540 8606 13

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : MUSDALIFAH SAPAR

NIM : 10540 8606 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Dengan Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Time Token

berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar

Makassar, Juli 2017

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Haslinda, S.Pd.,M.Pd.

NBM: 860 934

Mengetahui, Dekan FKIP

Unismuh Makassar Ketua Prodi PGSD

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Sulfasyah,S.Pd., MA., Ph.D.

NBM: 860 934 NBM: 970 635

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : MUSDALIFAH SAPAR

NIM : 10540 8606 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Dengan Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Time Token

berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar Setelah diperiksa dan diteliti ulang, skripsi ini dinyatakan telah layak untuk diujikan di hadapan Tim Penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juli 2017

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Haslinda, S.Pd., M.Pd.

NBM: 860 934

Mengetahui, Dekan FKIP

Unismuh Makassar Ketua Prodi PGSD

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Sulfasyah,S.Pd., MA., Ph.D.

NBM: 860 934 NBM: 970 635

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : MUSDALIFAH SAPAR

NIM : 10540 8606 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dengan Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Time Token

berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Juli 2017 Yang Membuat Pernyataan

MUSDALIFAH SAPAR 10540860613

(5)

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : MUSDALIFAH SAPAR

NIM : 10540 8606 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya. Saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya pada point 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Juli 2017 Yang Membuat Pernyataan

MUSDALIFAH SAPAR 10540860613

(6)
(7)
(8)

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : MUSDALIFAH SAPAR

NIM : 10540 8606 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi: Pengaruh Model Pembelajaran Time Token

berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar

Pembimbing : 1. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., P.h.D.

2. Haslinda, S.Pd.,M.Pd.

No Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Tanda Tangan

Catatan: Mahasiswa dapat mengikuti Seminar Skripsi jika telah Melakukan Pembimbingan Minimal 4 (empat) kali dan Proposal telah disetujui Kedua Pembimbing.

Makassar, 29 Juli 2017 Mengetahui Ketua Prodi PGSD

Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D.

NBM: 970 635

(9)

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : MUSDALIFAH SAPAR

NIM : 10540 8606 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi: Pengaruh Model Pembelajaran Time Token

berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar

Pembimbing : 1. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., P.h.D.

2. Haslinda, S.Pd.,M.Pd.

No Hari/Tanggal UraianPerbaikan TandaTangan

Catatan: Mahasiswa dapat mengikuti Seminar Skripsi jika telah Melakukan Pembimbingan Minimal 4 (empat) kali dan Proposal telah disetujui Kedua Pembimbing.

Makassar, 29 Juli 2017 Mengetahui Ketua Prodi PGSD

Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D.

NBM: 970 635

(10)

Nomor : 401/FKIP/SKR/A.4-II/I/1438/2017 Lampiran : 1 (satu) Lampiran

Hal : Permohonan Kesediaan Membimbing

Kepada yang Terhormat

1. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., P.h.D.

2. Haslinda, S.Pd.,M.Pd.

Di

Makassar

AssalamuAlaikumWr. Wb

Berdasarkan persetujuan Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar tanggal 29 Juli 2017, perihal pembimbing penelitian, kami mengharapkan bapak/ibu memberikan bimbingan penyusunan proposal, penelitian dan penyelesaian skripsi kepada:

Nama : Musdalifah Sapar NIM : 10540 8606 13

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Time Token

berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar

Demikian permohonan ini disampaikan. Atas kesediaan dan kerja sama Bapak/ibu dihaturkan jazakumullahukhaerankatsiran.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 29 Juli 2017 Dekan

Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum NBM: 858 625

(11)

Nomor : 401/FKIP/SKR/A.4-II/I/1438/2017 Lampiran : 1 (satu) Lampiran

Hal : Permohonan Kesediaan Membimbing

Kepada yang Terhormat

1. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., P.h.D.

2. Haslinda, S.Pd.,M.Pd.

Di

Makassar

AssalamuAlaikumWr. Wb

Berdasarkan persetujuan Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar tanggal 29 Juli 2017, perihal pembimbing penelitian, kami mengharapkan bapak/ibu memberikan bimbingan penyusunan proposal, penelitian dan penyelesaian skripsi kepada:

Nama : Musdalifah Sapar NIM : 10540 8606 13

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Time Token

berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar

Demikian permohonan ini disampaikan. Atas kesediaan dan kerja sama Bapak/ibu dihaturkan jazakumullahukhaerankatsiran.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 29 Juli 2017 Dekan

Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum NBM: 858 625

(12)

Segala puji bagi Allah swt, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Shalawat dan salam yang melimpah semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang istiqomah dan setia di jalan Allah, hingga akhir zaman nanti. Amin ya Robbal ‘alamin.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dosen Pembimbing I dan Haslinda, S.Pd., M.Pd., Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Dr. H. Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar, dan kepada bapak dan ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

viii

(13)

selama penulis mengikuti perkuliahan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hj. Saniah, S.Pd., M. Adm. SDA., kepala sekolah, Satrina, S.Pd., guru kelas VA beserta bapak dan ibu guru, serta staf SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian. Dan juga kepada murid-murid kelas VA atas kerjasama dan motivasinya dalam belajar selama penelitian ini berlangsung.

Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda Safaruddin dan Ibunda Lawiyah yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya yang berlimpah, serta do’a yang tiada henti- hentinya demi kesuksesan penulis.

Penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sama kepada sahabat- sahabatku yang telah berjuang bersama, memberikan persaudaraan dan bantuannya dalam segala hal dengan tulus dan ikhlas dan seluruh teman-teman angkatan 2013 jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar khususnya kelas F yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. serta semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuannya, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.

Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

(14)

limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin. Akhir kata

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabikul Khaerat. Wassalam.

Makassar, Juli 2017

Penulis

(15)

Seperti pisau yang tumpul ketika terus menerus diasa, ia akan

menjadi tajam. Sama halnya dengan ilmu ketika kita terus belajar

dan belajar, ilmu kita akan bertambah dan takkan pernah

berkurang karna berilmu tidak akan pernah merugikanmu

“Allah Akan meninggikan orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

(Terjemahan Q.S. Al-Mujadalah 58 : 11)

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai bukti terima kasihku kepada kedua orang tuaku tercinta yang senantiasa

mendukung dan mendo’akan yang terbaik untukku serta kasih sayang yang begitu tulus, saudara-saudaraku dan

sahabat-sahabatku tersayang, pengorbanan kalian membangkitkan semangatku untuk meraih kesuksesan.

Terimah Kasih Semua……….

vi

(16)

Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar.

Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Erwin Akib.

Pembimbing II Haslinda.

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar. Hal ini ditandai oleh (1) rendahnya respon siswa terhadap penjelasan, pernyataan, atau segala informasi yang disampaikan oleh guru sewaktu pembelajaran berlangsung; (2) rendahnya inisiatif siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat sewaktu pembelajaran berlangsung; (3) hilangnya antusias dan kegembiraan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran;

dan (4) kurangnya keberanian siswa untuk berpendapat, mengajukan pertanyaan, atau tampil berbicara di depan umum. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa indonesia siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar.

Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimental (Eksperimen semu) dengan menggnakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest Posttest Design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Satuan eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VA sebanyak 31 orang terdiri dari 17 laki-laki dan 14 perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes lisan dan lembar observasi aktivitas siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai murid dari sebelum ke sesudah digunakan model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri. Pada pelaksanaan tes sebelum penerapan model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri berada pada kategori sangat rendah dengan persentase hasil belajar murid adalah 6,45%, adapun nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 59,03. Pada pertemuan selanjutnya setelah penerapan model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri hasil belajar siswa berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase hasil belajar murid adalah 32,26%, adapun nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 74,03. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung= 16,85 dan ttabel = 3,646, karena thitung˃ ttabel maka tHitung> tTabelatau 16,85 > 3,646. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti bahwa ada pengaruh model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar.

Kata Kunci: Time Token, Gambar Berseri, Keterampilam berbicara

vii

(17)

HALAMAN PENGESAHAN...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

SURAT PERNYATAAN...iv

SURAT PERJANJIAN...v

MOTO DAN PERSEMBAHAN…...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ...1

B. Rumusan Masalah ... ...3

C. Tujuan Penelitian ... ...4

D. Manfaat Penelitian ... ...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka ...5

B. Kerangka Pikir ...21

xi

(18)

B. Populasi dan Sampel ... ..25

C. Definisi Operasioanl Variabel... ..26

D. Instrument Penelitian ... ..27

E. Teknik Pengumpulan Data ... ..29

F. Teknik Analisis Data ... ..30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...35

B. Pembahasan...49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...52

B. Saran...52 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xii

(19)

Tabel 3.1. Istrumen penilaian keterampilan berbicara 28 Tabel 3.2. Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia 32

Tabel 4.1. Skor Nilai Pre-Test 35

Tabel 4.2. Perhitungan untuk mencari mean ( rata– rata )

nilai pretest 37

Tabel 4.3. Tingkat Penguasaan Materi Pretest 38 Tabel 4.4. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia 39

Tabel 4.5. Skor Nilai Post-Test 40

Tabel 4.6. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata)

nilai post-tes 41

Tabel 4.7.Tingkat Penguasaan Materi Post-test 42 Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia 43 Tabel 4.9 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa 44 Tabel 4.10. Analisis skor Pre-test dan Post-test 46

xiii

(20)

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir 22

Gambar 3.1 Desain Penelitian 24

xiv

(21)

Lampiran Judul Halaman

1 Rencana Perangkat Pembelajaran 56

2 Daftar Nilai Keterampilan Berbicara (Pretest) 70 3 Daftar Nilai Keterampilan Berbicara (Posttest) 72 4 Daftar Hadir Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa

1 Kota Makassar 74

5 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa 77 6 Rubrik penilaian keterampilan berbicara siswa kelas

VA ( pretest dan posttest) 78

7 Dokumentasi 79

xv

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dasar yang wajib dikuasai oleh seluruh siswa pada semua jenjang pendidikan. Mata pelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk penguasaan bahasa atau kemampuan berkomunikasi siswa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) menitik beratkan pada penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara efektif, meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilgan berbicara, keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keempat keterampilan berbahasa tersebut wajib dikuasai oleh siswa. Salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting untuk menciptakan siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah keterampilan berbicara.

Norton (dalam Arini, dkk, 2006:53) mengartikan bahwa “keterampilan anak berbicara merupakan hal yang sangat mendasar untuk keberhasilannya dalam setiap bagian kehidupan, baik di sekolah maupun di rumahnya”. Berbicara adalah suatu cara untuk mengekspresikan apa yang ada dalam benak atau pikiran manusia kepada manusia lainnya. Apabila seseorang berbicara hendaknya

1

(23)

menguasai apa yang hendak dikatakannnya, sehingga tidak akan terjadi suatu kesalahpahaman dari apa yang disampaikan orang tersebut. Maka dari itu, keterampilan berbicara yang amat penting dalam kehidupan sosial manusia dalam berhubungan dengan manusia lain.

Dalam kenyataannya, masih terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Masalah mendasar yang cenderung menyertai pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, termasuk pembelajaran kemampuan berbicara adalah rendahnya gairah belajar siswa. Hal itu ditandai oleh (1) rendahnya respon siswa terhadap penjelasan, pernyataan, atau segala informasi yang disampaikan oleh guru sewaktu pembelajaran berlangsung;

(2) rendahnya inisiatif siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat sewaktu pembelajaran berlangsung; (3) hilangnya antusias dan kegembiraan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran; dan (4) kurangnya keberanian siswa untuk berpendapat, mengajukan pertanyaan, atau tampil berbicara di depan umum (Bahari, 2013:3).

Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. “Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil” (Sanjaya, 2006:242).

Model pembelajaran kooperatif sangat beragam tipenya, salah satu model yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah model pembelajaran kooperatif tipe Time

(24)

Token. Menurut Huda (2013:239) model pembelajaran kooperatif tipe Time Token ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

Time Token dikombinasikan dengan gambar berseri menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan memusatkan perhatiannya pada gambar, sehingga mampu untuk melatih dan mengembangkan daya pikir serta kreativitasnya dalam mengemukakan pendapat atau berbicara.

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling dasar dalam pendidikan formal. Di dalam pendidikan sekolah dasar, siswa mulai mempelajari dan memahami apa saja yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan di Sekolah Dasar.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar?”.

(25)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tersebut diharapkan memberikan manfaat bagi beberapa pihak diantaranya :

1. Manfaat Teoretis

a. Sekolah Sebagai masukan dalam usaha peningkatan kualitas dan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Penulis Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dalam menambah wawasan tentang model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri di SD.

2 Manfaat Praktis

a. Guru melalui hasil ini, diharapkan dapat memberikan motivasi bagi guru dan sebagai masukan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dengan menggunakan model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

b. Bagi siswa, diharapkan dengan penelitian ini dapat menimbulkan motivasi belajar sehingga kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Relevan

Berdasarkan studi yang dilakukan, terdapat penelitian relevan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dimaksud antara lain: (1) Nuramelia (2011) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1”, (2) St. Fatimah Indah Bahari (2013) dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Menceritakan Ulang (Story Telling) Siswa Kelas V SD Inpres Borong Jambu III Kecamatan Manggala Kota Makassar”, (3) Olivia Febrayani Valentina (2013) dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Arends terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Seririt”, (4) Ni Wyn. Juliati (2013) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Gugus I Gianyar”.

Dalam penelitiannya, Nuramelia telah menemukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode bermain peran (role playing) terhadap kemampuan berbicara siswa, yaitu terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi/konsep yang dipelajari melalui kegiatan yang telah dilaksanakan. Selain itu keaktifan siswa dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan. St. Fatimah Indah Bahari menemukan bahwa terdapat peningkatan dengan penerapan metode

5

(27)

menceritakan ulang (story telling). Selain itu, aktivitas belajar siswa juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perubahan sikap siswa dalam proses belajar mengajar, yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi kehadiran siswa, keaktifan dan motivasi siswa dalam belajar, keaktifan siswa untuk memberi tanggapan terhadap pertanyaan guru, dan keberanian siswa untuk tampil berbicara di depan kelas. Keterampilan berbicara siswa meningkat, dan lebih percaya diri untuk tampil berbicara. Olivia Febrayani Valentina telah menemukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Time Token Arends terhadap hasil belajar siswa, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis data, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung nilai rata-ratanya 18,07, sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Time Token Arends nilai rata-ratanya 23,17. Ni Wyn Juliati telah menemukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara siswa. Ini ditandai dengan, hasil tes akhir pembelajaran (post-test) diketahui bahwa rata-rata nilai keterampilan berbicara kelompok eksperimen adalah 81,10 dan kelompok kontrol adalah 78,90. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan statistik uji t, diperoleh thitung=3,14 > ttbael=2,00.

Keempat penelitian di atas memiliki beberapa persamaan, yaitu pemilihan kelas penelitian yaitu pada kelas V dan menerapkan model pembelajaran.

Keempat penelitian tersebut menemukan bahwa model pembelajaran yang digunakan berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami

(28)

peningkatan dan keberanian siswa untuk tampil berbicara di depan kelas.

Perbedaan penelitian tersebut adalah pada sasaran penelitian, sekolah tempat penelitian dan menggunakan jenis model pembelajaran.

Prinsip pembelajaran bahasa Indonesia menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa, siswa akan lebih berhasil jika diberi kesempatan menggunakan bahasa dengan melakukan berbagai kegiatan berbahasa. Bila mereka berpartisipasi, akan lebih mudah menguasai yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran siswa harus aktif.

Melihat realitas yang ada, maka diperlukan suatu metode yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Salah satu metode yang dapat diterapkan di sekolah untuk meningkatkan kemampuan berbicara adalah model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri. Menurut Suherman (2009:11) bahwa

Model Time Token Arends (tanda waktu) adalah model yang pertama kali digunakan oleh Arends pada tahun 1998 untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

Berdasarkan pengertian tersebut, model Time Token Arends adalah model pembelajaran tanda waktu yang melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali karena mereka berkonsentrasi menyimak pembicaraan. Gambar berseri adalah rangkaian gambar yang mempunyai keterkaitan kejadian antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya, gambar-gambar tersebut menggambarkan sebuah rangkaian kejadian atau suatu peristiwa dari awal kejadian sampai akhir kejadian (Sukiman, 2011:89).

(29)

Time Token dikombinasikan dengan gambar berseri menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan memusatkan perhatiannya pada gambar, sehingga mampu untuk melatih dan mengembangkan daya pikir serta kreativitasnya dalam mengemukakan pendapat atau berbicara. Dengan penerapan metode ini diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi mereka.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Penulis mengangkat judul “Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Berbantuan Gambar Berseri Terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar”.

2. Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik di sekolah meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan mendengarkan atau menyimak (comprehension orale), membaca (comprehension ecrite), berbicara (expression orale), dan menulis (expression ecrite).

Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan yang penting untuk dikuasai dalam berbahasa. Tarigan (dalam Nugraheni, 2012:134) berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar. Berbicara merupakan kegiatan yang tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari, bahkan setiap hari kita melakukan komunikasi dengan

(30)

orang lain, yaitu berbicara. Sedangkan menurut Sorono (dalam Nugraheni, 2012:134) berbicara adalah menyampaikan ide atau pesan lisan secara aktif.

Dalam menyampaikan pesan informasi yang disampaikan harus mudah dipahami oleh orang lain agar terjadi komunikasi secara lancar. Dengan demikian, berbicara merupakan kemampuan menyampaikan materi secara lisan dengan bahasa lisan.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Nugraheni, 2012: 53) dinyatakan bahawa “berbicara adalah bekata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan berunding”. “Berbicara merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan secara lisan kepada orang lain” (Nurjamal, dkk., 2011:4). Selain itu Nugraheni (2012:134) dalam bukunya menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi atau kata untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan untuk mengomunikasikan sesuai dengan kebutuhan pendengar.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak atau pendengar agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak atau pendengar sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

Dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:

1) pembicara 2) isi pembicaraan 3) saluran

(31)

4) penyimak

5) tanggapan penyimak b. Jenis Keterampilan Berbicara

Penggolongan jenis-jenis berbicara didasarkan atas beberapa hal, yaitu berdasarkan situasi, tujuan, jumlah pendengar, peristiwa khusus, dan berdasarkan metode penyampaian.

Berdasarkan situasi, terdapat jenis berbicara formal dan informal.

Berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal. Sedangkan berbicara informal berupa bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk.

Berdasarkan tujuan, terdapat jenis berbicara untuk menghibur, menginformasikan, menstimulus, meyakinkan, dan berbicara untuk menggerakkan. Terdapat pula jenis berbicara untuk mengejek, memuji, dan lain- lain.

Berdasarkan jumlah pendengar, terdapat jenis berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok besar.

Berdasarkan peristiwa khusus, terdapat jenis berbicara yang berupa pidato presentasi, pidato penyambutan, pidato perpisahan, pidato jamuan, pidato perkenalan, dan pidato nominasi. Selain itu dikenal pula jenis berbicara lainnya yaitu kampanye, pernyataan perang, dan lain sebagainya.

1) Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak.

(32)

2) Ceramah merupakan kelompok berbicara satu arah, pembicara menyampaikan gagasannya kepada pihak lain dan tidak memerlukan reaksi sesaat dalam bentuk bicara yang berupa tanggapan atau respon.

3) Dialog adalah proses komunikasi antara 2 atau lebih agen, dalam dialog makna harus dipertimbangkan agar memenuhi kaidah semantis dan pragmatis.

4) Diskusi adalah proses bertikar pikiran, pendapat, pengalaman untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

Berdasarkan metode penyampaian, terdapat jenis berbicara secara mendadak, berbicara tanpa persiapan, berbicara berdasarkan naskah, dan berbicara berdasarkan ingatan.

c. Karakteristik Pembelajaran Berbicara

Kegiatan berbicara dapat berlangsung jika sekurang-kurangnya ada dua orang yang saling berinteraksi atau seorang pembicara menghadapi lawan bicara.

Beberapa karakteristik yang harus ada dalam kegiatan berbicara yaitu:

1) Harus ada lawan bicara

2) Penguasaan lafal, struktur, dan kosakata 3) Ada tema/topik yang dibicarakan

4) Ada informasi yang ingin disampaikan atau ditanyakan 5) Memperhatikan situasi dan konteks.

d. Fungsi Berbicara

Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang sangat bermanfaat bagi pendengar, lawan bicara, masyarakat luas, dan bagi pembicara itu sendiri.

(33)

Manfaat berbicara antara lain: (1) untuk mempengaruhi atau meyakinkan orang lain, (2) untuk mengekspresikan diri, (3) untuk membentuk dinamika sosial, (4) untuk memindahkan nilai-nilai budaya (sebagai transmisi nilai budaya), (5) untuk merawat kohesi sosial (membina kekompakan sosial), dan (6) untuk melestarikan warisan budaya.

e. Komponen-komponen Berbicara

Menurut Ibrahim (dalam Bahari, 2013:10) komponen-komponen komunikasi yaitu:

1) genre atau tipe peristiwa (misalnya lelucon, cerita, ceramah, salam, atau percakapan);

2) topik atau fokus referensi;

3) tujuan atau fungsi;

4) setting termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi tersebut (misalnya besarnya ruangan, tata letak, dan perabot yang ada);

5) partisipan termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial atau kategori lain yang relevan;

6) bentuk pesan termasuk saluran vokal dan nonvokal;

7) isi pesan;

8) urutan tindakan atau urutan tindak tutur termasuk alih giliran percakapan;

9) kaidah interaksi;

10) norma-norma interpretasi termasuk pengetahuan umum, kebudayaan yang relevan atau pemahaman yang sama, yang memungkinkan

(34)

adanya interferensi tertentu yang harus dibuat, yang harus dipahami secara harfiah, yang perlu diabaikan, dan lain sebagainya.

Model klasifikasi lain dikemukakan oleh Prijosaksono dan sembel (dalam Bahari, 2013:11) yaitu: (1) pengirim pesan (sender), (2) pesan yang dikirim (message), (3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau medium), (4) penerima pesan (receiver), dan (5) umpan balik (feedback).

f. Fokus Perhatian Pembelajaran Berbicara

Pada saat guru memberikan pembelajaran berbicara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Granida (dalam Amier, 2009:63) fokus perhatian guru saat memberikan pembelajaran berbicara adalah:

1) Pesan, yaitu amanat yang akan disampaikan kepada pendengar 2) Bahasa pengemban pesan atau gagasan

3) Media penyampaian (alat ucap, tubuh, dan bagian tubuh lainnya) 4) Arus bunyi ujaran yang dikirim oleh pembicara

5) Upaya pendengar untuk mendengarkan arus bunyi ujaran dan mengamati gerak mimik pembicara serta usaha mengamati penyampaian gagasan lewat media visual

6) Usaha memahami arus bunyi ujaran, gerak mimik menuansakan makna atau suasana tertentu serta penyampaian gagasan dari pembicara lewat media visual

7) Usaha pendengar untuk meresapkan, menilai, dan mengembangkan gagasan yang disampaikan.

(35)

Dari ketujuh unsur yang terlibat tersebut, maka dapat dikelompokkan menjadi tiga sudut pandang yang terpenting, yaitu: (a) pembicara, (b) pendengar, dan (c) medan pembicaraan.

Unsur pembicara bertugas menata gagasan, menata media kebahasaan, dan menyampaikan atau mengirimkan bunyi-bunyi ujaran. Medan pembicaraan berfungsi sebagai daerah pemindahan pesan lewat arus bunyi ujaran. Sedangkan pendengar berfungsi menerima bunyi-bunyi ujaran yang bermakna yang disampaikan oleh pembicara.

g. Faktor-faktor Penunjang dan Hambatan dalam Berbicara 1) Faktor-faktor Penunjang dalam Berbicara

Dalam berbicara ada dua faktor yang harus diperhatikan demi mendukung tercapainya pembicaraan yang efektif, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

a) Faktor kebahasaan, antara lain:

(1) Ketepatan ucapan, seorang pembicara harus mampu mengucapkan bunyi-bunyi dengan tepat

(2) Tekanan nada, sandi, dan durasi. Seorang pembicara dituntut mampu memberikan penekanan, serta memilih dan menggunakan nada, sandi, dan durasi dengan tepat.

(3) Pilihan kata atau diksi, seorang pembicara dituntut mampu memilih dan menggunakan kata-kata dengan tepat.

(36)

(4) Ketepatan struktur kalimat, seorang pembicara harus mampu menyusun dan menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif memiliki ciri utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan.

b) Faktor nonkebahasaan, antara lain:

(1) Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika berbicara serta menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang dan bersemangat dalam berbicara.

(2) Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan pandangan matanya kepada semua yang hadir. Pembicara harus menghindari pandangan mata yang tidak kondusif, misalnya melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.

(3) Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur dalam mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan bersedia menerima kritikan dari orang lain jika ada yang keliru.

(4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut mampu mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi wajah untuk mendukung penyampaian gagasan.

(5) Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara yang nyaring sesuai dengan tempat, situasi dan jumlah pendengar.

(6) Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya dengan lancar. Kelancaran tidak berarti pembicara harus

(37)

berbicara dengan cepat sehingga membuat pendengar sulit memahami apa yang diuraikannya.

(7) Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik pembicaraan.

2) Hambatan dalam Berbicara

Dalam kegiatan berbicara, jika dalam diri pembicara terdapat hambatan, maka pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengarnya. Hambatan-hambatan tersebut ada yang datang dari faktor internal dan ada pula yang datang dari faktor eksternal.

a) Faktor internal adalah hambatan yang datang dari diri pembicara itu sendiri, antara lain: (a) alat ucap, (b) keutuhan penggunaaan bahasa, (c) kelelahan, (d) fisiologi, dan (e) psikologi.

b) Faktor eksternal adalah hambatan yang datang dari luar diri pembicara, antara lain: (a) suara atau bunyi (kebisingan), (b) penglihatan, (c) kondisi ruang, (d) gerak yang atraktif, (e) media pembicaraan, dan (f) cuaca atau kondisi saat pembicaraan berlangsung.

h. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbicara

Pemilihan bahan pembelajaran berbicara bergantung pada jenis kemampuan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri siswa. Kegiatan pembelajaran berbicara meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menjawab pertanyaan, bercerita, berpendapat dalam diskusi kelompok, memberi petunjuk, bermain peran, mewawancarai, mengomentari, dan mengkritik.

(38)

Adapun kriteria pemilihan bahan atau materi pembelajaran berbicara adalah:

1) Sesuai dengan jenis kemampuan berbicara yang akan dilatihkan

2) Bervariasi sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang beragam

3) Dapat mengembangkan kosakata sehingga kemampuan berbicara tidak menjemukan

4) Dapat menambah wawasan siswa

5) Topik kegiatan berbicara harus aktual (tengah menjadi sorotan publik) 6) Menggunakan metode dan teknik yang dapat menumbuhkan minat

belajar sehingga siswa tertarik dengan pembelajaran

7) Memilih sumber dan media yang dapat menumbuhkan pikiran-pikiran kritis dan kreatif.

3. Model Pembelajaran Time Token a. Pengertian Time Token

Model Time Token pertama kali diperkenalkan oleh Arends pada tahun 1998. Pembelajaran ini merupakan struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan social. Selain itu, juga untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali (Aqib, 2013:33).

Model Pembelajaran berdiskusi saat ini telah banyak berkembang dengan berbagai variasi namun, yang membedakan Model berdiskusi Time Token dengan model berdiskusi yang lain adalah dengan kartu bicara yang menjadi ketepatan waktu dalam menyampaikan pendapat ketika berdiskusi.

(39)

Time token itu sendiri berasal dari kata time artinya waktu dan token artinya tanda. time token merupakan model belajar dengan ciri adanya tanda waktu atau batasan waktu. Batasan waktu disini bertujuan untuk memacu dan memotivasi siswa dalam mengeksploitasi kemampuan berfikir dan mengemukakan gagasannya.

Menurut Siswanto (2016:61) “Model time token adalah model untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali ”. Model pembelajaran time token memang tepat digunakan pada pembelajaran keterampilan berbicara, namun tidak menutup kemungkinan bias digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis. Pada model ini yang ditekankan adalah kedomokratisan dalam kelas dengan cara membagi waktu yang ada secara adil.

b. Penerapan Time Token pada Keterampilan Berbicara

Berikut ini adalah langkah penerapan model pembelajaran time token pada keterampilan berbicara yang diungkapan oleh Aqib (2013:33)

1) Kondisikan siswa untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning/CL).

2) Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan.

3) Jika telah selesai berbicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan kepada guru. Setiap berbicara satu kupon.

4) Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.

(40)

5) Dan seterusnya.

Pada penerapan model pembelajaran time token, tiap kelompok dibagi menjadi 5-6 orang tiap satu kelompok diskusi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Time Token

Dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu pula dengan model pembelajaran time tokens. Huda (2013:241) menjelaskan kelebihan time token sebagai berikut:

1) mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi,

2) menghindari dominasi siswa yang pandaiberbicara atau yang tidak berbicara sama sekali,

3) membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran,

4) meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara),

5) melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat,

6) menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik,

7) mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain,

8) mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi, dan

9) tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

Sedangkan untuk kekurangan dari model pembelajaran time token adalah:

1) hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja,

(41)

2) tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak, 3) memerlukan waktu untuk persiapan, dan

4) kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan membiarkan siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih banyak di kelas (Huda, 2013:241).

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, peneliti menerapkan penggunanaan model pembelajaran ini pada mata pelajaran bahasa indonesia, kemudian untuk kelas yang jumlah siswanya banyak, bisa diterapkan dalam dua kali pertemuan, agar lebih optimal. Selain itu, mempersiapkan semuanya terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran, terakhir meminta siswa yang kurang aktif untuk lebih aktif berbartisipasi dan meminta siswa yang aktif untuk memberi kesempatan kepada siswa yang lain untuk bisa berpartisipasi.

4. Media Gambar Berseri

Menurut Marshall Mcluhan (Dalam Harjanto, 1997:246) media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Dapat dipahami juga bahwa menurut Suwarna, dkk, “media adalah kata jamak dari medium, yang artinya perantara”. Dalam proses komunikasi, media merupakan satu dari empat komponen yang harus ada (Suwarna, 2006:127).

Menurut Aqib (2013:50) “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada siswa”. Sukiman (2011:89) berpendapat bahwa:

(42)

Gambar berseri adalah rangkaian gambar yang mempunyai keterkaitan kejadian antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya, gambar-gambar tersebut menggambarkan sebuah rangkaian kejadian atau suatu peristiwa dari awal kejadian sampai akhir kejadian.

Model pembelajaran Time Token dikombinasikan dengan gambar berseri menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan memusatkan perhatiannya pada gambar, sehingga mampu untuk melatih dan mengembangkan daya pikir serta kreativitasnya dalam mengemukakan pendapat atau berbicara.

B. Kerangka Pikir

Standar kompetensi bahan kajian Bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan keterampilan berbahasa, yaitu 1) menyimak 2) berbicara 3) membaca dan 4) menulis. keempat kompetensi dasar tersebut saling berhubungan satu sama lain dan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam suatu pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, salah satu keterampilan yang diharapkan dikuasai oleh siswa adalah keterampilan berbicara.

Pada penelitian ini, peneliti lebih mengkhususkan penelitian tentang keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran time token berbantuan gambar berseri. pembelajaran berbicara dapat memberikan motivasi serta mengembangkan pola pikir dan menimbulkan kesiapan mental siswa terhadap situasi belajar bahasa Indonesia.

Untuk mengukur keterampilan berbicara, peneliti menggunakan model pembelajaran time token berbantuan gambar berseri. Kemudian dianalisis apakah berpengaruh ataupun tidak berpengaruh diterapkannya model pembelajaran time token berbantuan gambar berseri. Oleh karena itu, peneliti dapat menyimpulkan

(43)

dari hasil analisis tersebut tentang keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran time token berbantuan gambar berseri pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 kota Makassar.

Berikut kerangka pikir dapat dilihat pada bagan 2.1.

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

 Pelafalan

 Tata bahasa

 Kosa kata

 Kelancaran

Menggunakan Model Pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri

Tidak Menggunakan Model Pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri

ANALISIS

Berpengaruh Tidak Berpengaruh HASIL

KTSP 2006

(44)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan adalah hasil kajian pustaka atau proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoritik. Hipotesis dari penelitian pengaruh model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar adalah:

Ada hubungan yang signifikan model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia siswa.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian Pre Experimental Design (nondesigns) yang memiliki dua desain penelitian yaitu one shot case study dan one group pretest-posttest design. Dalam penelitian ini menggunakan desain one group pretest-posttest design dengan pendekatan kuantitatif dengan berusaha menggambarkan pengaruh model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri terhadap keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar. Adapun desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

O1 = Pre-Test

X = Treatment menggunakan medel pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri

O2 = Post-Test

24

0

1

x 0

2

(46)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan salah satu data penting dalam sebuah penelitian.

Menurut Sukardi (2003:53) Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.

Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh anggota atau objek yang akan diteliti di dalam suatu penelitian. Dalam hal ini seluruh kelas V di SD Inpres Minasa Upa 1 kota Makassar, yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VA dengan jumlah 31 siswa, yang terdiri dari 17 laki-laki dan 14 perempuan dan VB dengan jumlah 32 siswa, yang terdiri dari 20 laki-laki dan 12 perempuan.

2. Sampel

Dalam penelitian diperlukan adanya yang dinamakan sampel penelitian atau miniatur dari populasi yang dijadikan sebagai contoh. Dalam hal ini Sudjana (2009:72) mengemukakan “sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi”. Pendapat lain tentang sampel dapat dilihat dari apa yang dikemukakan Sukardi (2003:54) bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah Populasi yang dipilih untuk sumber data disebut sampel atau cuplikan”.

Dalam penentuan banyaknya sampel, menurut Winarno (1990:100) menyatakan bahwa

(47)

Apabila populasi cukup homogen, maka apabila terdapat populasi dibawah 100 dapat digunakan sampel sebesar 50 %, untuk populasi 100-1000 dapat digunakan sampel sebesar 20%-50% dan populasi diatas 1000 dapat digunakan sampel 10%-20%.

Dengan melihat beberapa pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan. Adapun Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VA yang berjumlah 31 siswa dimana 17 laki-laki dan 14 perempuan. Sampel tersebut dipilih peneliti dengan menggunakan teknik sampling purposive. Hal ini, ditandai dengan kurangnya keterampilan berbicara siswa. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016:85).

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang konkrit, terstruktur, dan teramati.

Berikut ini penulis merumuskan defenisi operasional variable bahwa yang dimaksud:

1. Model Time Token

Model Time Token merupakan model pembelajaran untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Dan gambar berseri merupakan rangkaian gambar yang mempunyai keterkaitan kejadian antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya.

(48)

2. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh pendengar sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen penelitian.

Instrumen penelitian ini yaitu alat yang digunakan dalam mengumpulkan data.

Instrument yang digunakan penilitian ini adalah:

1. Tes hasil belajar dengan jenis pretest dan posttest dalam bentuk tes lisan.

Pretest dilaksanakan sebelum model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri diterapkan. Sedangkan posttest dilaksanakan setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Time Token berbantuan gambar berseri. Bentuk menilai keterampilan berbicara antara lain:

pelafalan, tata bahasa, kosa kata, kelancaran.

Rubrik untuk penilaian keterampilan berbicara yaitu:

ASPEK KETERANGAN SKOR

Pelafalan  Sangat jelas sehingga mudah dipahami

25

 Mudah dipahami meskipun pengaruh bahasa ibu dapat dideteksi

15

 Ada masalah pengucapan sehingga pendengaran perlu konsentrasi penuh

10

 Ada masalah pengucapan yang serius 5

(49)

sehingga tidak bisa dipahami

Tata bahasa  Tidak ada atau sedikit kesalahan tata bahasa

25

 Kadang-kadang ada kesalahan tetapi tidak mempengaruhi makna

15

 Sering membuat kesalahan sehingga makna sulit dipahami

10

 Kesalahan tata bahasa sangat parah sehingga tidak bisa dipahami

5 Kosa kata  Menggunakan kosa kata dan

ungkapan yang tepat

25

 Kadang-kadang menggunakan kosa kata yang kurang tepat sehingga harus menjelaskan lagi

15

 Sering menggunakan kosakata yang tidak tepat

10

 Kosa kata sangat terbatas sehingga percakapan tidak mungkin terjadi

5

Kelancaran  Sangat lancar 25

 Kelancaran sedikit terganggu oleh masalah bahasa

15

 Sering ragu-ragu dan terhenti karena keterbatasan bahasa

10

 Bicara terputus-putus dan terhenti sehingga percakapan tidak mungkin terjadi

5

Sumber : (St. Fatimah Indah Bahari, 2013)

Tabel 3.1 Istrumen penilaian keterampilan berbicara

2. Lembar observasi Digunakan sebagai pedoman ketika melaksanakan pengamatan untuk mendapatkan data yang akurat dalam pengamatan. Lembar observasi yang digunakan peneliti adalah lembar aktivitas siswa yang diobservasi secara langsung untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Timen Token berbantuan gambar berseri.

(50)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan maka perlu adanya teknik pengumpulan data yang dapat digunakan secara tepat sesuai dengan masalah yang diselidiki dan tujuan penelitian, maka penulis menggunakan beberapa metode yang dapat mempermudah penelitian ini, antara lain:

1. Tes

Tes merupakan teknik pengumpulan data dimana objek yang diteliti diminta mengerjakan tugas atau pekerjaan tertentu yang diberikan peneliti.

Teknik pengumpulan data metode tes terdiri 3 jenis yaitu tes lisan, tulisan dan praktek. Dalam penelitian ini berupa tes lisan yang digunakan untuk menilai serta mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif dalam hal keterampilan berbicara. Hasil tes akan menunjukan hasil atau kemampuan siswa dalam memahami materi. ada beberapa tes yang dilakukan yaitu tes awal dan tes akhir.

Adapun langkah-langkah data yang di lakukan sebagai berikut : a) Tes awal (pre-test)

Tes awal dilakukan sebelum treatment, pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri.

b) Treatment (pemberian perlakuan)

Dalam hal ini peneliti merapkan model pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

(51)

c) Tes akhir (pos-test)

Setelah treatment, tindakan selanjutnya adalah post-test untuk mengetahui pengaruh penggunakan model pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri.

2. Lembar observasi

Digunakan sebagai pedoman ketika melaksanakan pengamatan untuk mendapatkan data yang akurat dalam pengamatan. Lembar observasi yang digunakan peneliti adalah lembar aktivitas siswa dalam daftar cek (check list).

Alasannya karena ingin memperoleh data secara langsung dari subjek penelitian melalui aspek yang diamati. Di samping itu, observasi juga tepat dalam menilai keterampilan berbicara siswa. Selain itu daftar cek yang digunakan juga berisi aspek-aspek yang terdapat dalam situasi, perilaku maupun kegiatan individu yang sedang menjadi fokus penelitian atau yang sedang diamati. Observasi ini digunakan untuk mengetahui perubahan yang terdapat dalam situasi atau pada perilaku ataupun kegiatan yang sedang diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis, hasil eksperimen yang menggunakan pretest dan posttest one group design dengan menggunakan uji-t (t-test), Dengan demikian langkah-langkah analisis data eksperimen adalah sebagai berikut:

(52)

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut :

a. Rata-rata (Mean)

̅= (Sugiyono. 2007 : 49)

b. Persentase (%) belajar sebelum dan sesudah dengan metode resitasi dapat dianalis dengan teknik analis presentase dengan rumus sebagai berikut:

Dikemukakan oleh (Tiro, 2004: 242)

P =

Dimana : P = Angka persentase.

f = Frekuensi yang dicari persentasenya.

N = Banyaknya sampel responden

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar bahasa Indonesia siswa di kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar, yaitu:

%

100 N

f

(53)

Tabel 3.2.Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

No. Tingkat Penguasaan

(%) Kategori Hasil Belajar

1. 0 – 54 Sangat Rendah

2. 55 – 64 Rendah

3. 65 – 79 Sedang

4. 80 – 89 Tinggi

5. 90 – 100 Sangat Tinggi

Sumber: (Penilaian belajar siswa V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar) 2. Analisis Data Statistik Inferensial

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji-t), dengan tahapan sebagai berikut :

t =

(Arikunto, 2014:349) Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest d = Deviasi masing-masing subjek

∑X²d =Jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel d.b. = ditentukan dengan N-1

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : a. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

Md =

(54)

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

= jumlah dari gain (posttest – pretest) N = subjek pada sampel.

b. Mencari harga “∑X²d” dengan menggunakan rumus:

∑X²d = ∑d – Keterangan :

∑X²d = Jumlah kuadrat deviasi

= jumlah dari gain (post test – pre test) N = subjek pada sampel.

c. Mentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus:

t =

Keterangan :

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttes d = Deviasi masing–masing subjek

∑ = Jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel

d. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan dalam kaidah pengujian signifikan:

Jika t hitung< t tabel Maka H0 diterima Jika t hitung> t tabel Maka H1 diterima

(55)

e. Menentukan harga t table

Mencari t table dengan menggunakan tabel distribusi t dengan taraf signifikan α = 0,05 dan db = N – 1

f. Membuat kesimpulan apakah penggunaan model pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri dalam peningkatan keterampilan berbicara.

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Pretest Bahasa Indonesia kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar. Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar mulai tanggal 03 Mei – 03 Juli 2017, maka diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen tes sehingga dapat diketahui hasil belajar siswa berupa nilai dari kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Kota Makassar.

Data hasil belajar kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 4.1. Skor Nilai Pre-Test

No. Nama Siswa Nilai

1. Andi Ahmad Yasir 80

2. Muhammad Rayan 35

3. Aldes Marampa 60

4. Muhammad Fitrah 75

5. Richard Manual 50

6. Alfian Chandra Winata 70

7. Andi Khalis Oddang 50

35

(57)

8. Kautsar Ahmad 70

9. Aditya Putra 45

10. Muhammad Fadhil 75

11. Arya Andika 30

12. Andika Dwi Haryanto 75

13. Moses Vincent Wowiling 80

14. Ricky Akhmad Fakri 40

15. Muhammad Ananta Saputra 80

16. Ayub Ryan Prima Ditra 75

17. Muhammad Sadik Fauzan Irmin 70

18. Yuki Ramadani 60

19. Nur Mutmainnah Massalinri 60

20. Gadiza Azzahra Mustaqim 60

21. Alin Nuraulia Elita 80

22. Agnia Marissa Azzahra 55

23. Alya Zahra Meyanasari 55

24. Labibah Abdiah 75

25. Syakirah Salsabilla 60

26. Reva Linda Triapsari 30

27. Ariva Salsabila 45

28. Mutmainnah Azzahra 55

29. A. Dewi Maharani Ishak 50

(58)

30. Christy Natali P 45

31. Dea Ananda Purnamasari 40

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pre-test dari siswa kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Perhitungan untuk mencari mean ( rata – rata ) nilai pretest

X F F.X

30 2 60

35 1 35

40 2 80

45 3 135

50 3 150

55 3 165

60 5 300

70 3 210

75 5 375

80 4 320

Jumlah 31 1830

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1830, sedangkan nilai dari N sendiri adalah 31. Oleh karena itu dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:

̅ =

(59)

Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token berbantuan Gambar Berseri yaitu 59,03. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Tingkat Penguasaan Materi Pretest

No. Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori hasil belajar 1.

2.

3.

4.

5.

0-34 35-54 55-64 65-84 85-100

2 9 8 12 0

6,45%

29,03%

25,81%

38,71%

0

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Jumlah 31 100

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap pretest dengan menggunakan instrumen test dikategorikan sangat rendah yaitu 6,45%, rendah 29,03%, sedang 25,81%, tinggi 38,71% dan sangat tingggi berada pada presentase 0%. Melihat dari hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam memahami serta penguasaan materi pelajaran bahasa Indonesia sebelum menggunakan model pembelajaran time token berbantuan gambar berseri tergolong rendah.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : PENGARUH PERUBAHAN KURS (RUPIAH TERHADAP USD) TERHADAP PERUBAHAN RETURN PASAR DI BEI SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS GLOBAL TAHUH 2008 Menyatakan bahwa skripsi

Beberapa faktor diduga berperan dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0- 7 hari diantaranya pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan ibu tentang imunisasi, persepsi

gugatannya tidak secara tegas mohon agar pengadilan membagi harta warisan peninggalan pewaris kepada ahli warisnya yang berhak, namun gugatan penggugat rekonvensi pada point

Harahap, (3) Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah -2005, (4) Business Syariah - 2007 bersama Muhamad Yusuf (5) Produk Perbankan Syariah -2009, (6)

Di lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, kegiatan pengembangan diri atau ekstrakulikuler amat dibutuhkan oleh siswa-siswi sebagai sarana penyaluran minat

Lebih lanjut, guru juga harus dapat mampu menggunakan keterampilan proses sains mereka dalam berbagai konteks terkait sains dan secara tepat melatih siswa dengan

Di dalam novel Cantik Itu Luka juga, terdapat salah satu tokoh perempuan yang mengalami pembedaan perlakuan, ia adalah Si Cantik, ia menjadi salah satu tokoh

16 Info jasa Pengadilan lainnya 17 Hak Hak Pencari Keadilan 18 Informasi Sarana Pengadilan 19 Data Aset Pengadilan 20 Langkah Pendawasan 21 Statistik Pengawasan 22