BAB II KAJIAN TEORI
3. Keterampilan Guru
Keterampilan guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan guru adalah penilaian berupa tanggapan atau pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Untuk mencampai hal tersebut maka dibutuhkan keterampilan-keterampilan dasar seorang guru dalam mengajar. Turney mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:3
3
a. Keterampilan bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa.Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam ketrampilan bertanya: Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut, Teknik Bertanya, Jenis pertanyaan.
b. Keterampilan memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa), atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Teknik pemberian penguatan dalam KBM yang bersifat verbal dapat dinyatakan melalui pujian, penghargaan atau pun persetujuan, sedangkan penguatan non verbal dapat dinyatakan melalui gesture, mimik muka (ekspresi), penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dan sebagainya.
c. Keterampilan mengadakan variasi
“Variasi” dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai
perubahan dalam proses interaksi belajar mengajar. Dalam konteks ini,
“variasi” merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengikat perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Tujuan
utama dari “variasi” dalam kegiatan pembelajaran ini adalah untuk
mengurangi rasa bosan yang membuat siswa tidak lagi fokus pada proses KBM yang sedang berlangsung. Untuk itu guru perlu
melakukan berbagai “variasi” sehingga perhatian siswa tetap terpusat
pada pelajaran.
d. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu: Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 1) Membuka Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses KBM untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajari, dan usaha tersebut diharapkan akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi,
memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari. Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.
2) Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri proses KBM. Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan closing yang baik dan tidak tergesa-gesa. Jangan lupa sertakan pula doa.
“Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam menutup
pelajaran: Merangkum Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut.
f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
g. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
B. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan
kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. 4
4
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 175
Menurut Hamalik dalam Djamarah ”kelas adalah suatu kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari
guru.” 5
Sedangkan menurut Made Pidarta dalam Djamarah, “Pengelolaan
kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap
problem dan situasi kelas.” Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara sistem atau organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. 6
Kemudian menurut Mulyasa, “Pengelolaan kelas merupakan
ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” 7
Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan baik.
2. Konsep Pengelolaan Kelas
Keterampilan pengelolaan kelas memiliki komponen sebagai berikut: 8 a. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, antara
lain:
1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberikanreaksi terhadap gangguan di kelas
2) Membagi perhatian secara visual dan verbal
5 Ibid, h. 172 6 Ibid, h. 175 7
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91
8
3) Memberi teguran secara bijaksana 4) Memberikan penguatan ketika diperlukan
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, antara lain:
1) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan 2) Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan 3) Mengurangi perilaku yang buruk dengan hukuman
4) Pengelolaan kelompok dengan cara peningkatan kerjasama dan keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah c. Pengaturan peralatan dalam kelas, antara lain:
1) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar 2) Pengaturan tempat duduk
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya
4) Pengaturan penyimpanan barang-barang d. Kondisi sosio-emosional
1) Tipe kepemimpinan 2) Sikap guru
3) Suara guru
4) Pembinaan hubungan baik
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komponen pengelolaan terdiri dari penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, pengaturan peralatan dalam kelas, serta kondisi sosio-emosional.
3. Model Pengelolaan Kelas
Terdapat beberapa model dalam pengelolaan kelas yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu model humanistik, model democratik, model behavioristic dan model konstruktivis. 14
a. Model Humanistic
Aplikasi teori belajar humanistik dalam prakteknya cenderung mendorong mahasiswa untuk berpikir induktif (dari contoh ke konsep, dari konkrit ke abstrak, dari khusus ke umum, dan sebagainya). Teori ini mementingkan faktor pengalaman (keterlibatan aktif) mahasiswa di dalam proses belajar.
Prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah;
1) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami. 2) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran
dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
b. Model Demokratik
Model demokratik juga sangat menghargai perbedaan dan hak-hak individual pebelajar,dan bahkan menekankan pada pentingnya kebebasan bersuara. Model ini, para pebelajar diberikan hak dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam mengambil keputusan mengelola kelas mereka. Pembelajaran yang diterapkan adalah
relativelt student-centerd. Pada saat yang sama pula, peran pembelajar
14
Imam Azhar, Pengelolaan Kelas dari Teori ke praktek, (Yogyakarta: Insyira, 2013), h. 75
dalam mengelola kelas juga besar. Terkadang para pembelajar diharapkan mampu menunjukkan alasan yang rasional untuk menerima perilaku pembelajar.
Ada tiga cara bagi para pembelajar yang dapat digunakan untuk memprtahankan dan memelihara focus pebelajar dalam prosespembelajaran. Yaitu:
1) Mengembangkan cara-cara yang dapat membuat para pebelajar memiliki sikap tanggung jawab, seperti: pemberian tugas individual, presentasi, produk dan uji kompetensi. 2) Menggunakan kelompok, dan
3) Memformat kelas atau materi pelajaran yang minim dengan kebosanan.
c. Model Behaviristik
Behavioristik merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
d. Model Konstruktivis
Teori belajar kontruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada dalam diri seseorang. Si pelajar dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas. Kontruktivistik menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam , pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa.
Pembelajaran berbasiskan konstruktivisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
1) Pengetahuan adalah non-objektif, temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman kongkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. 3) Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi
dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.
Sistem pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran dimasa kini dan masa
akan datang semakin kompleks. Kompleksitas itu menghendaki guru-guru
perlu memiliki suatu wawasan tentang bagaimana mengelola
kelas-kelasnya secara lebih efektif. Guru dalam memainkan perannya dan
tugasnya mempunyai responsibilitas untuk menyelenggarakan
program-program instruksional (pengajaran dan pembelajaran) dan menciptakan
lingkungan kelas yang menyenangkan guna memungkinkan setiap siswa
mengembangkan potensi-potensinya secara maksimal.
Kelas yang diorganisasi dengan baik dan dikelola secara efektif dan
efisien merupakan fundasi esensial bagi terselenggaranya suatu program
instruksional yang baik dan terciptanya suatu iklim saling merespek dan
memperdulikan antara siswa dan guru. Oleh karena itu dapat diidentifikasi
dengan 2 kunci sebagai komponen yang penting dalam sebuah kelas yang
a. Kegiatan Administrasi Manajemen
Kegiatan administrasi pendidikan tidak terlepas dari proses
manajemen. Sebuah kelas sebagai suatu unit kerja yang di dalamnya
bekerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
dalam mengelola suatu kelas, guru atau wali kelas melakukan
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
koordinasi, komunikasi, dan kontrol.
1) Perencanaan kelas
Program umum berupa kurikulum sebagai program umum harus
diterjemahkan menjadi program-program yang kongkrit dengan
mengkaitkannya menurut waktu yang tersedia, yang dapat
berbentuk program tahunan, program semester atau caturwulan,
program bulanan, program mingguan dan bahkan mungkin pula
berupa program harian
2) Pengorganisasian kelas
Program kelas sebagai rencana kerja untuk mencapai suatu tujuan harus bersifat realistis dalam arti benar-benar dapat dilaksanakan dan diwujudkan. Aspek terpenting dalam pengorganisasian ini adalah usaha dalam menempatkan personal yang tepat pada tempat yang tepat, dengan memperhatikan kemampuannya, tingkat pendidikannya, masa kerja dan pengalamannya dan lain-lain. Kemudian melengkapinya dengan alat-alat yang memugkinkan personal tersebut melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Pengarahan
Setelah program dan organisasi disusun, selanjutnya kegiatan dilaksanakan, yang mana kegiatan ini harus diusahakan untuk tidak menyimpang dari rencana atau program yang telah disusun. Untuk
itu diperlukan instruksi-instruksi dan petunjuk-petunjuk bahkan bimbingan-bimbingan agar kegiatan tidak menyimpang dari rel yang seharusnya.
4) Koordinasi kelas
Koordinasi kelas merupakan kegiatan membawa personal, material, semua fasilitas, teknik-teknik dan tujuan kedalam suatu hubungan kerja yang harmonis dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Koordinasi kelas dapat diwujudkan dengan menciptakan kerja sama yang didasari saling pengertian akan tugas dan peran masing-masing. Setiap personal menyampaikan saran, pendapat, dan gagasan baik dalam bidang kerjanya sendiri maupun bidang kerja orang lain
5) Komunikasi kelas
Komunikasi disalurkan berupa kesediaan menyampaikan keterangan dan penjelasan yang diperlukan oleh pihak lain sebagai anggota kelas untuk mewujudkan program kelas. Komunikasi antar personal di kelas dapat berlangsung secara formal di dalam rapat atau diskusi-diskusi dan dapat pula diwujudkan secara informal (hubungan pribadi) dalam setiap kesempatan di dalam dan di luar kelas/sekolah.
6) Kontrol kelas
Kontrol dihubungkan dengan program yang disusun, dengan maksud menilai apakah tujuan telah dicapai atau sampai dimana tujuan telah diwujudkan. Bentuk konkrit kontrol berupa realisasi jadwal pelajaran, disiplin guru dan disiplin murid, pelaksanaan tugas murid, partisipasi setiap personal dalam program kelas. Melalui kontrol dapat diperoleh data tentang keberhasilan dan ketidaberhasilan setiap kegiatan.
b. Kegiatan Operatif Manajemen Kelas
Kegiatan manajemen administrasi kelas harus ditunjang dengan kegiatan manajemen operatif agar seluruh program berlangsung efektif bagi pencapaian tujuan dan keberhasilan belajar. kegiatan ini meliputi:
1) Tata usaha kelas
Tercakup seluruh kegiatan manajemen administratif kelas dan manajemen operatif sebagai kegiatan yang berangkai dan dikendalikan agar seluruhnya tertuju pada tujuan yang sama. Kegiatan tata usaha dapat berupa menghimpun dan mencatat data murid diantaranya nama, tempat dan tanggal lahir, data kesehatan dan nilai hasil belajar, hubungan sosial, mencatat atau membuat buku inventaris kelas, membuat jadwal pelajaran, mengirim laporan kelas. Untuk itu dibutuhkan berbagai sarana penunjang seperti buku stambuk, buku laporan pendidikan, dan lain-lain, yang menyangkut aspek perbekalan dalam kegiatan manajemen operatif.
2) Perbekalan kelas
Perbekalan kelas merupakan alat bantu yang memungkinkan program kelas berlangsung secara efekif. Perbekalan kelas dapat berupa: papan tulis, dan berbagai alat peraga, raport, meja kursi guru dan murid. 3) Kegiatan keuangan kelas
Pengadaan, pemeliharaan perbekalan kelas, dan pelaksanaan beberapa program kelas mengharuskan tersedianya sejumlah dana. Dana dari murid untuk melakukan kegiatan kelas, pengelolaannya dilakukan oleh murid sendiri dengan pengawasan atau dilakukan oleh guru dan
wali kelas. Sedangkan dana yang bersumber dari sekolah untuk kepentingan kelas dibawah bimbingan guru dan kepala sekolah. 4) Pembinaan personal kelas
Pengelolaan personal yang terdiri dari siswa-siswa. Kegiatan ini berkenaan dengan aspek penempatan murid, yaitu; tempat duduk murid, besar kecilnya badan, kesehatan mata dan pendengaran murid serta jenis kelamin dan persahabatan antar murid, pengelompokan dalam kelompok belajar dengan memperhatikan aspek intelegensi, bakat dan minat.
5) Hubungan masyarakat di lingkungan sekolah
Hubungan masyarakat diciptakan secara intern dan ekstern. Secara intern menyangkut usaha memberikan informasi dan penjelasan pada murid di kelas lain atau pada guru-guru yang tidak bertugas di kelas tersebut, agar memahami program yang hendak direalisir di suatu kelas. Sedangkan yang ekstern dapat dilakukan dengan orang tua/wali murid, dengan memberikan informasi atau penjelasan tentang program kelas
6) Kepemimpinan wali kelas
Kepemimpinan diartikan sebagai mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain. Guru kelas harus melakukan usaha menggerakkan, memotivasi, menyatukan pikiran dan tingkah laku para siswa dan guru terarah pada tujuan yang terdapat dalam program kelas.
4. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut, pertama: mewujudkan situasi dan kodisi kelas, baik secara lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. Kedua:
menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. Ketiga: menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Keempat: membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. 9
Sedangkan menurut Nurhasnawati tujuan pengelolaan kelas yaitu:
a. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya
b. Membantu siswa agar mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri sendiri diri dalam tugas serta tingkah laku sesuai dengan kegiatan kelas 10
Selanjutnya Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap siswa dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengejaran secara efektif dan efisien.11
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa tujuan pengelolaan kelas adalah untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuannya dan menghilangkan hambatan yang dapat
9
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 18
10
Nurhasnawati, Strategi Pengajaran Micro, (Pekanbaru: Suska Press, 2002), h. 31
11
mengganggu pembelajaran sehingga dapat tercapainya efektifitas atau keberhasilan pembelajaran.