• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KETERAMPILAN GURU DALAM

PENGELOLAAN KELAS TERHADAP HASIL

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA

NEGERI 7 TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh:

Yoga Oktafiansyah NIM. 109011000061

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Yoga Oktafiansyah (109011000061). Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan guru dalam pengelolaan kelas terhadap hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan bersifat induktif, yaitu membiarkan permasalahan-permasalahan muncul melalui data yang ada disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam serta analisis dokumen dari hasil wawancara tersebut.

(7)

ABSTRACT

Yoga Oktafiansyah (109011000061). Influence Skills Teacher In Classroom Management Against Islamic Religious Education Learning Outcomes In SMAN 7 South Tangerang.

This study aims to investigate the influence of teachers in classroom management skills to the learning outcomes of Islamic Education. This research was conducted at SMAN 7 South Tangerang City. The method used is qualitative and inductive method, are let problems arise through existing data records with in-depth interviews and document analysis of the results of the interview.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamiin, segala puji dan syukur hamba panjatkan

kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada penulis. Karena ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan seluruh

kewajiban dan perjuangan dalam membuat karya ilmiah skripsi ini yang berjudul

“Keterampilan Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan”.

Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,

kepada keluarga dan para sahabatnya serta seluruh muslimin dan muslimah.

Karena beliaulah yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman

yang terang benderang. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagai makhluk sosial

penulis tidak dapat hidup sendiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan

penelitian, penulis membutuhkan bantuan, dukungan, dan do‟a dari berbagai

pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu

sebagai ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Marhamah Saleh, Hj, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Siti Khadijah, MA. Selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis yang

telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan

bimbingan kepada penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Ibu dan keluarga selalu berada dalam lindungan-Nya. Amin.

5. Ibu dan Bapak tercinta dan tersayang yang telah banyak memberikan

dukungan moril maupun materil. Juga tak henti-hentinya memanjatkan

(9)

ridho-Nya di setiap langkah perjuangan menempuh kesuksesan dunia dan

akhirat.

6. Siswa-siswaku tersayang yang telah memberikan semangat dan warna

baru serta pengalaman pembelajaran yang sangat luar biasa sebagai wujud

kesiapan dalam menghadapi hari esok. Tetap semangat.

7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam peyusunan laporan penelitian

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis mohon maaf bila penulisan skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati penulis sangat berharap

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Pamulang, Juni 2016

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ………... 8

D. Perumusan Masalah ………... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan ... 9

1. Pengertian Keterampilan ... 9

2. Jenis-jenis Keterampilan ... 9

3. Keterampilan Guru ... 10

B. Pengelolaan Kelas ... 14

1. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 14

2. Konsep Pengelolaan Kelas ... 15

3. Model Pengelolaan Kelas ... 17

4. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 24

5. Masalah Pengelolaan Kelas ………. 25

6. Prinsip Pengelolaan Kelas ………... 26

(11)

C. Pendidikan Agama Islam ... 28

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 28

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 29

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 30

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 31

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam …..……….. 31

D. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas ... 33

E. Prestasi Belajar ……….……… 35

F. Hasil Penelitian yang Relevan ……….. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 40

C. Jenis Penelitian ... 41

D. Sumber Data ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMA Negeri 7 Tangerang Selatan ……….... 46

B. Keterampilan Guru dalam Pengelolaan Kelas ……… 51

1. Permasalahan Pengelolaan Kelas yang Dihadapi Guru PAI Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan ……… 51

2. Penciptaan dan Pemeliharaan Iklim Pembelajaran yang Optimal ……….. 52

3. Keterampilan yang Berhubungan dengan Pengendalian Kondisi Belajar yang Optimal ... 53

4. Pengaturan Peralatan dalam Kelas ... 54

(12)

C. Pengaruh Keterampilan Guru dalam Pengelolaan Kelas

Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di

SMA Negeri 7 Tangerang Selatan ……….. 56

1. Pengaruh Langsung ……….…. 56

2. Pengaruh Tidak Langsung ……….... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagian penting sekolah atau kelas adalah Proses Belajar-Mengajar (PBM).

Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan

pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh

fungsi dan peran guru.

Sekolah mempunyai peran sebagai lembaga pendidikan yang

mengembangkan potensi-potensi siswa yang manusiawi, agar mampu

menjalani tugas-tugas dalam kehidupan, baik secara individual maupun sosial.

Sekolah sebagai suatu organisasi kerja yang terdiri dari beberapa kelas. Setiap

kelas mempunyai perjenjangan sendiri. Menurut Hadari Nawawi menegaskan

bahwa sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam mendidik siswa, yang tidak harus didewasakan dari aspek

intelektualnya saja, akan tetapi dalam aspek kepribadiannya.1

Sebagai calon penerus bangsa, siswa dalam dunia pendidikan lebih

ditekankan pada upaya membangkitkan semangat belajar yang tinggi.

1

Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), h. 117.

(14)

Kemauan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan

masyarakat dan bangsa perlu lebih ditanamkan lagi kepada mereka. Hal ini

merupakan salah satu tantangan guru di dunia pendidikan. Para guru

diharapkan dan harus mampu menciptakan pembelajaran dengan efektif,

menyenangkan, tercipta suasana dan iklim pembelajaran yang kondusif,

terdapat interaksi balajar-mengajar yang bagus, sehingga keberhasilan belajar

dan prestasi dapat dicapai dengan baik sesuai tujuan pembelajaran.

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di

pundak pendidik terdapat tanggung jawab yang amat besar dalam upaya

mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal

ini disebabkan pendidikan merupakan culture transition yang bersifat dinamis

ke arah suatu perubahan secara kontinyu, sabagai sarana vital bagi

membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini,

pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik

spiritual, intelektual, moral estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik.2

Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM.

Seringkali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa

ataupun guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut. Keluhan-keluhan

itu sebenarnya tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat

diminimalisasi-kan apabila semua pihak dapat menjalandiminimalisasi-kan peran sebagainama mestinya,

terutama guru sebagai pengelola kelas.

Pada tahun 2002 pemerintah merancang Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) guna memacu akselerasi peningkatan mutu dalam pendidikan.

Kemudian pada tahun 2006 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini dibuat dengan konsep kurikulum

yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,

karakteristik sekolah/daerah, keadaan sosial budaya masyarakat setempat, dan

2Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 41.

(15)

karakteristik peserta didik, namun disamping itu tetap mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan.3

Pembaharuan dunia pendidikan saat ini memberikan pengaruh besar

terhadap persiapan dan cara mengajar seorang guru serta mempengaruhi

persiapan dan kondisi belajar siswa di kelas, Metode mengajar yang berbeda

memberikan pengaruh terhadap suasana belajar di dalam kelas. Oleh karena

itu guru perlu terampil dalam mengelola kelas.

Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang menunjuk kepada

kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang

optimal bagi terjadinya proses belajar.

Manajemen kelas merupakan bagian dari pengelolaan sekolah yang ikut

menentukan mutu pendidikan. Kemampuan seorang guru dalam pengelolaan

kelas, memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana,

pelaksana, maupun evaluator pembelajaran. Hal ini harus dipahami bahwa

pendukung utama tercapainya tujuan pembelajaran sebagai media pertemuan

segala komponen pendidikan. Pengelolaan kelas merupakan tugas utama guru

dan wali kelas dalam menciptakan suasana kelas yang memungkinkan

terjadinya interaksi pembelajaran semaksimal mungkin, meningkatkan,

memperbaiki belajar siswa sehingga tetap tertarik terlibat dalam kegiatan

belajar mengajar dan lebih mudah dalam menerima pelajaran.

Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran

sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat menciptakan

situasi yang memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga merupakan

titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan baik dalam

suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk

belajar. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar,

meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru

(16)

memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka

diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.

Sementara ini pemahaman mengenai pengelolaan kelas nampaknya masih

keliru. Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan

kelas yang bersifat fisik seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat

mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar mengajar di kelas hanyalah

sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas, artinya

bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di

kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan

baik.

Sebagai bentuk pengkajian, Saya melakukan observasi di salah satu

Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk mengetahui benar tidaknya pernyataan

bahwa sejauh ini jarang sekali ada sekolah di Indonesia yang melaksanakan

pengelolaan kelas dengan tepat, meskipun Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas) sudah memberikan dan mensosialisasikan pengelolaan kelas yang

seharusnya dilakukan. Depdiknas pernah melakukan pelatihan bagi guru dan

kepala sekolah mengenai pengelolaan kelas, Namun hasilnya belum terlihat

secara nyata dalam pengelolaan kelas.

Pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali

dengan akal dan pikiran. Oleh sebab itu, manusia dan pendidikan tidak dapat

dipisahkan. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin

perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan

merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

sumber daya manusia.4

Hal ini harus dipahami bahwa pendukung utama tercapainya tujuan

pembelajaran sebagai media pertemuan segala komponen pendidikan.

Pengelolaan kelas merupakan tugas utama guru dan wali kelas dalam

menciptakan suasana kelas yang memungkinkan terjadinya interaksi

4

(17)

pembelajaran semaksimal mungkin, meningkatkan, memperbaiki belajar siswa

sehingga tetap tertarik terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dan lebih

mudah dalam menerima pembelajaran.

Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak

selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang

efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan

bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk

menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus

mereka capai.5

Seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan program pembelajaran

yang optimal, sehingga terwujud proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Belajar merupakan proses yang sangat penting dilakukan siswa.6

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi

interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan

baik dan sungguh-sungguh. Untuk menciptakan suasana yang dapat

menumbuhkan semangat belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan

lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap

siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.

Untuk mencegah timbulnya tingkah laku-tingkah laku siswa yang

mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar, guru berusaha

mendayagunakan potensi kelas, memfokuskan perhatian kepada peserta didik,

memahami mereka secara individu dan memberi pelayanan-pelayanan tertentu

yang merupakan wujud dukungan dari warga sekolah.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar maupun di

Sekolah Menengah memiliki tujuan dan fungsi berbeda dari setiap komponen

materi yang dipelajari oleh siswa. Guru pendidikan agama Islam harus mampu

5

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),h. 21

6

(18)

memilih strategi yang tepat untuk pembelajaran dan mampu mengelola kelas

dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga prestasi yang dihasilkan

memungkinkan dapat membantu siswa dalam mencapai suatu kemudahan,

kecepatan mencapai kebiasaan, dan kesenangan murid dalam mempelajari

Islam untuk dijadikan pedoman dan petunjuk hidup dalam kehidupan siswa.

Prestasi ini tidak hanya terlihat dalam lingkungan sekolah saja, tetapi juga

teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Aktivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas yang hanya

terjadwal dengan dua jam mata pelajaran setiap minggunya pada SMA Negeri

7 Tangerang Selatan, memiliki nilai kebutuhan yang tinggi bagi siswa.

Dengan waktu sangat minim dan komponen materi pelajaran Pendidikan

Agama Islam yang bermacam-macam tujuan dan fungsinya, maka dibuatlah

perencanaan pembelajaran dengan matang agar proses pembelajaran

berlangsung secara efektif dan menyenangkan.

Namun dalam proses belajar mengajar di kelas sering ditemui sikap atau

tingkah laku siswa yang dapat mengganggu selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi keberhasilan proses

pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Untuk mencegah timbulnya tingkah

laku-tingkah laku siswa yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar,

guru berusaha mendayagunakan potensi kelas, memfokuskan perhatian kepada

peserta didik, memahami mereka secara individu dan memberi

pelayanan-pelayanan tertentu yang merupakan wujud dukungan dari warga sekolah.

Upaya-upaya yang dilakukan ini merupakan usaha dalam menciptakan kondisi

belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran

dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran

prestasi dapat dicapai dengan maksimal.

Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu

mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari

(19)

bersifat menantang dan memacu siswa untuk belajar, memberikan rasa ramah

dan kepuasan dalam mencapai tujuan.7

Meskipun pengelolaan kelas berkedudukan penting seperti dijelaskan di

atas, namun banyak aspek pengelolaan kelas yang diabaikan guru. Sehingga

hal itu mempunyai efek negatif terhadap proses belajar siswa baik dari segi

menurunnya motivasi belajar, menurunnya kedisplinan murid, serta hal-hal

yang tidak diharapkan.

Dengan demikian, dalam proses belajar-mengajar, seorang guru tidak

hanya memiliki pengetahuan untuk diberikan kepada murid-muridnya. Tetapi

guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memanage atau mengelola

kelas baik secara fisik maupun kelas dalam artian siswa di kelas, ketika guru

dapat mengelola kelas, maka akan tercipta suasana kelas yang kondusif

sehingga mendukung kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien.8

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut tentang realisasi pengelolaan kelas serta faktor-faktor

pendukung dan penghambatnya. Untuk itu, penelitian ini diberi judul:

"PENGARUH KETERAMPILAN GURU DALAM PENGELOLAAN

KELAS TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMA NEGERI 7 TANGERANG SELATAN"

7Idem…

h. 34 8

(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun kondisi yang ada saat ini

adalah:

1. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran PAI

2. Waktu belajar yang sangat minim menuntut guru untuk dapat membuat

sebuah perencanaan dan pengelolaan pembelajaran dengan matang

C. Pembatasan Masalah

Kajian dalam penelitian ini mencakup tentang masalah-masalah

pengelolaan kelas yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam di SMA

Negeri 7 Tangerang Selatan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, dapat dirumuskan pokok

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

Apakah keterampilan guru dalam pengelolaan kelas mampu menghasilkan

peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMAN 7 Tangerang

Selatan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan keterampilan guru dalam pengelolaan kelas pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 7 Tangerang Selatan.

2. Manfaat Penelitian

(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Keterampilan

1. Pengertian Keterampilan

Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

kecakapan/kemampuan dalam menyelesaikan suatu tugas.1 Sedangkan

menurut istilah berarti kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil latihan dan

pengalaman yang telah didapat.

2. Jenis-jenis Keterampilan

Pada dasarnya keterampilan ada 4 jenis, yaitu:2

a. Basic Literacy Skill

Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib

dimiliki oleh kebanyakan orang seperti; membaca, menulis, dan

mendengar.

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2

(22)

b. Technical Skill

Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan

teknik yang dimiliki seperti; menghitung secara tepat, dan

mengoperasikan computer.

c. Interpersonal Skill

Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara

efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan

kerja seperti; pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara

jelas, dan bekerja dalam satu tim.

d. Problem Solving

Menyelesaikan masalah adalah proses aktifitas untuk menajamkan

logika, berargumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan

untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternative dan

menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.

3. Keterampilan Guru

Keterampilan guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan

guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang

serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada

lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan guru adalah

penilaian berupa tanggapan atau pendapat siswa terhadap

kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Untuk mencampai hal tersebut maka dibutuhkan

keterampilan-keterampilan dasar seorang guru dalam mengajar. Turney mengemukakan

8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:3

3

(23)

a. Keterampilan bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari

seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa

pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil

pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang

mendorong kemampuan berpikir.

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan

penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik

pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap

siswa.Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik

itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan

mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan

umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa

atau peserta didik. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam

ketrampilan bertanya: Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut, Teknik

Bertanya, Jenis pertanyaan.

b. Keterampilan memberikan penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik

bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari

modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, bertujuan

memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima

(siswa), atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.

Penguatan juga merupakan respon terhadap tingkah laku yang dapat

meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku

tersebut.

Teknik pemberian penguatan dalam KBM yang bersifat verbal

dapat dinyatakan melalui pujian, penghargaan atau pun persetujuan,

sedangkan penguatan non verbal dapat dinyatakan melalui gesture,

mimik muka (ekspresi), penguatan dengan cara mendekati, penguatan

dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang

(24)

c. Keterampilan mengadakan variasi

“Variasi” dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai

perubahan dalam proses interaksi belajar mengajar. Dalam konteks ini,

“variasi” merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan dan

mengikat perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Tujuan

utama dari “variasi” dalam kegiatan pembelajaran ini adalah untuk

mengurangi rasa bosan yang membuat siswa tidak lagi fokus pada

proses KBM yang sedang berlangsung. Untuk itu guru perlu

melakukan berbagai “variasi” sehingga perhatian siswa tetap terpusat

pada pelajaran.

d. Keterampilan menjelaskan

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan

yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya

hubungan yang satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen

keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu: Merencanakan, hal ini

mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis

hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan

penggunaan hukum, rumus yang sesuai dengan hubungan yang telah

ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi,

pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.

e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

1) Membuka Pelajaran

Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah

usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses KBM

untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun

perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajari, dan usaha

tersebut diharapkan akan memberikan efek positif terhadap

kegiatan belajar. Komponen ketrampilan membuka pelajaran

(25)

memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau

hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari.

Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu

keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan

pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal

pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat

menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan

pelajaran.

2) Menutup Pelajaran

Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh

guru untuk mengakhiri proses KBM. Jangan akhiri pelajaran

dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik

mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan closing yang baik

dan tidak tergesa-gesa. Jangan lupa sertakan pula doa.

“Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam menutup pelajaran: Merangkum Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya

guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah

disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi

kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi

ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran

dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut.

f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang

melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang

informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan

kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan

strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau

memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi

kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap

(26)

kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk

di dalamnya keterampilan berbahasa.

g. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan

dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya

bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain

kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi

yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya

penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,

pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh

siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu

berkisar antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang

untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan

memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta

terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan

siswa.

B. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan

kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,

pengelolaan. 4

4

(27)

Menurut Hamalik dalam Djamarah ”kelas adalah suatu kelompok orang

yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari

guru.” 5

Sedangkan menurut Made Pidarta dalam Djamarah, “Pengelolaan

kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap

problem dan situasi kelas.” Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan

memelihara sistem atau organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat

memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas

individual. 6

Kemudian menurut Mulyasa, “Pengelolaan kelas merupakan

ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif

dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” 7

Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses

belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana

dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi

proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan baik.

2. Konsep Pengelolaan Kelas

Keterampilan pengelolaan kelas memiliki komponen sebagai berikut: 8

a. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, antara

lain:

1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang secara

seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan

memberikanreaksi terhadap gangguan di kelas

2) Membagi perhatian secara visual dan verbal

5

Ibid, h. 172 6

Ibid, h. 175 7

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91 8

(28)

3) Memberi teguran secara bijaksana

4) Memberikan penguatan ketika diperlukan

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar

yang optimal, antara lain:

1) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan

2) Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan

3) Mengurangi perilaku yang buruk dengan hukuman

4) Pengelolaan kelompok dengan cara peningkatan kerjasama dan

keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah

c. Pengaturan peralatan dalam kelas, antara lain:

1) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

2) Pengaturan tempat duduk

3) Ventilasi dan pengaturan cahaya

4) Pengaturan penyimpanan barang-barang

d. Kondisi sosio-emosional

1) Tipe kepemimpinan

2) Sikap guru

3) Suara guru

4) Pembinaan hubungan baik

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa komponen pengelolaan terdiri dari penciptaan dan pemeliharaan

iklim pembelajaran yang optimal, keterampilan yang berhubungan dengan

pengendalian kondisi belajar yang optimal, pengaturan peralatan dalam

(29)

3. Model Pengelolaan Kelas

Terdapat beberapa model dalam pengelolaan kelas yang dapat

diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu model humanistik, model

democratik, model behavioristic dan model konstruktivis. 14

a. Model Humanistic

Aplikasi teori belajar humanistik dalam prakteknya cenderung

mendorong mahasiswa untuk berpikir induktif (dari contoh ke konsep,

dari konkrit ke abstrak, dari khusus ke umum, dan sebagainya). Teori

ini mementingkan faktor pengalaman (keterlibatan aktif) mahasiswa di

dalam proses belajar.

Prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah;

1) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

2) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran

dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud

sendiri.

3) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi

mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung

untuk ditolaknya.

b. Model Demokratik

Model demokratik juga sangat menghargai perbedaan dan hak-hak

individual pebelajar,dan bahkan menekankan pada pentingnya

kebebasan bersuara. Model ini, para pebelajar diberikan hak dan

kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam mengambil keputusan

mengelola kelas mereka. Pembelajaran yang diterapkan adalah

relativelt student-centerd. Pada saat yang sama pula, peran pembelajar

14

(30)

dalam mengelola kelas juga besar. Terkadang para pembelajar

diharapkan mampu menunjukkan alasan yang rasional untuk menerima

perilaku pembelajar.

Ada tiga cara bagi para pembelajar yang dapat digunakan untuk

memprtahankan dan memelihara focus pebelajar dalam

prosespembelajaran. Yaitu:

1) Mengembangkan cara-cara yang dapat membuat para pebelajar

memiliki sikap tanggung jawab, seperti: pemberian tugas

individual, presentasi, produk dan uji kompetensi.

2) Menggunakan kelompok, dan

3) Memformat kelas atau materi pelajaran yang minim dengan

kebosanan.

c. Model Behaviristik

Behavioristik merupakan salah satu aliran psikologi yang

memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan

mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme

tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan

individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih

refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang

dikuasai individu.

d. Model Konstruktivis

Teori belajar kontruktivistik memahami belajar sebagai proses

pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri.

Pengetahuan ada dalam diri seseorang. Si pelajar dihadapkan kepada

lingkungan belajar yang bebas. Kontruktivistik menekankan

perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam , pengetahuan

(31)

Pembelajaran berbasiskan konstruktivisme memiliki ciri-ciri

sebagai berikut;

1) Pengetahuan adalah non-objektif, temporer, selalu berubah dan

tidak menentu.

2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman

kongkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi.

3) Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi

dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.

Sistem pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran dimasa kini dan masa

akan datang semakin kompleks. Kompleksitas itu menghendaki guru-guru

perlu memiliki suatu wawasan tentang bagaimana mengelola

kelas-kelasnya secara lebih efektif. Guru dalam memainkan perannya dan

tugasnya mempunyai responsibilitas untuk menyelenggarakan

program-program instruksional (pengajaran dan pembelajaran) dan menciptakan

lingkungan kelas yang menyenangkan guna memungkinkan setiap siswa

mengembangkan potensi-potensinya secara maksimal.

Kelas yang diorganisasi dengan baik dan dikelola secara efektif dan

efisien merupakan fundasi esensial bagi terselenggaranya suatu program

instruksional yang baik dan terciptanya suatu iklim saling merespek dan

memperdulikan antara siswa dan guru. Oleh karena itu dapat diidentifikasi

dengan 2 kunci sebagai komponen yang penting dalam sebuah kelas yang

(32)

a. Kegiatan Administrasi Manajemen

Kegiatan administrasi pendidikan tidak terlepas dari proses

manajemen. Sebuah kelas sebagai suatu unit kerja yang di dalamnya

bekerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,

dalam mengelola suatu kelas, guru atau wali kelas melakukan

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

koordinasi, komunikasi, dan kontrol.

1) Perencanaan kelas

Program umum berupa kurikulum sebagai program umum harus

diterjemahkan menjadi program-program yang kongkrit dengan

mengkaitkannya menurut waktu yang tersedia, yang dapat

berbentuk program tahunan, program semester atau caturwulan,

program bulanan, program mingguan dan bahkan mungkin pula

berupa program harian

2) Pengorganisasian kelas

Program kelas sebagai rencana kerja untuk mencapai suatu tujuan

harus bersifat realistis dalam arti benar-benar dapat dilaksanakan

dan diwujudkan. Aspek terpenting dalam pengorganisasian ini

adalah usaha dalam menempatkan personal yang tepat pada tempat

yang tepat, dengan memperhatikan kemampuannya, tingkat

pendidikannya, masa kerja dan pengalamannya dan lain-lain.

Kemudian melengkapinya dengan alat-alat yang memugkinkan

personal tersebut melaksanakan tugas-tugasnya.

3) Pengarahan

Setelah program dan organisasi disusun, selanjutnya kegiatan

dilaksanakan, yang mana kegiatan ini harus diusahakan untuk tidak

(33)

itu diperlukan instruksi-instruksi dan petunjuk-petunjuk bahkan

bimbingan-bimbingan agar kegiatan tidak menyimpang dari rel

yang seharusnya.

4) Koordinasi kelas

Koordinasi kelas merupakan kegiatan membawa personal,

material, semua fasilitas, teknik-teknik dan tujuan kedalam suatu

hubungan kerja yang harmonis dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Koordinasi kelas dapat diwujudkan dengan

menciptakan kerja sama yang didasari saling pengertian akan tugas

dan peran masing-masing. Setiap personal menyampaikan saran,

pendapat, dan gagasan baik dalam bidang kerjanya sendiri maupun

bidang kerja orang lain

5) Komunikasi kelas

Komunikasi disalurkan berupa kesediaan menyampaikan

keterangan dan penjelasan yang diperlukan oleh pihak lain sebagai

anggota kelas untuk mewujudkan program kelas. Komunikasi antar

personal di kelas dapat berlangsung secara formal di dalam rapat

atau diskusi-diskusi dan dapat pula diwujudkan secara informal

(hubungan pribadi) dalam setiap kesempatan di dalam dan di luar

kelas/sekolah.

6) Kontrol kelas

Kontrol dihubungkan dengan program yang disusun, dengan

maksud menilai apakah tujuan telah dicapai atau sampai dimana

tujuan telah diwujudkan. Bentuk konkrit kontrol berupa realisasi

jadwal pelajaran, disiplin guru dan disiplin murid, pelaksanaan

tugas murid, partisipasi setiap personal dalam program kelas.

Melalui kontrol dapat diperoleh data tentang keberhasilan dan

(34)

b. Kegiatan Operatif Manajemen Kelas

Kegiatan manajemen administrasi kelas harus ditunjang dengan kegiatan

manajemen operatif agar seluruh program berlangsung efektif bagi

pencapaian tujuan dan keberhasilan belajar. kegiatan ini meliputi:

1) Tata usaha kelas

Tercakup seluruh kegiatan manajemen administratif kelas dan

manajemen operatif sebagai kegiatan yang berangkai dan

dikendalikan agar seluruhnya tertuju pada tujuan yang sama. Kegiatan

tata usaha dapat berupa menghimpun dan mencatat data murid

diantaranya nama, tempat dan tanggal lahir, data kesehatan dan nilai

hasil belajar, hubungan sosial, mencatat atau membuat buku

inventaris kelas, membuat jadwal pelajaran, mengirim laporan kelas.

Untuk itu dibutuhkan berbagai sarana penunjang seperti buku

stambuk, buku laporan pendidikan, dan lain-lain, yang menyangkut

aspek perbekalan dalam kegiatan manajemen operatif.

2) Perbekalan kelas

Perbekalan kelas merupakan alat bantu yang memungkinkan program

kelas berlangsung secara efekif. Perbekalan kelas dapat berupa: papan

tulis, dan berbagai alat peraga, raport, meja kursi guru dan murid.

3) Kegiatan keuangan kelas

Pengadaan, pemeliharaan perbekalan kelas, dan pelaksanaan beberapa

program kelas mengharuskan tersedianya sejumlah dana. Dana dari

murid untuk melakukan kegiatan kelas, pengelolaannya dilakukan

(35)

wali kelas. Sedangkan dana yang bersumber dari sekolah untuk

kepentingan kelas dibawah bimbingan guru dan kepala sekolah.

4) Pembinaan personal kelas

Pengelolaan personal yang terdiri dari siswa-siswa. Kegiatan ini

berkenaan dengan aspek penempatan murid, yaitu; tempat duduk

murid, besar kecilnya badan, kesehatan mata dan pendengaran murid

serta jenis kelamin dan persahabatan antar murid, pengelompokan

dalam kelompok belajar dengan memperhatikan aspek intelegensi,

bakat dan minat.

5) Hubungan masyarakat di lingkungan sekolah

Hubungan masyarakat diciptakan secara intern dan ekstern. Secara

intern menyangkut usaha memberikan informasi dan penjelasan pada

murid di kelas lain atau pada guru-guru yang tidak bertugas di kelas

tersebut, agar memahami program yang hendak direalisir di suatu

kelas. Sedangkan yang ekstern dapat dilakukan dengan orang tua/wali

murid, dengan memberikan informasi atau penjelasan tentang

program kelas

6) Kepemimpinan wali kelas

Kepemimpinan diartikan sebagai mengarahkan, membimbing,

mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan

tingkah laku orang lain. Guru kelas harus melakukan usaha

menggerakkan, memotivasi, menyatukan pikiran dan tingkah laku

para siswa dan guru terarah pada tujuan yang terdapat dalam program

(36)

4. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut, pertama:

mewujudkan situasi dan kodisi kelas, baik secara lingkungan belajar

maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk

mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. Kedua:

menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya

interaksi pembelajaran. Ketiga: menyediakan dan mengatur fasilitas serta

perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai

dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

Keempat: membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,

ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. 9

Sedangkan menurut Nurhasnawati tujuan pengelolaan kelas yaitu:

a. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab individu

terhadap tingkah lakunya

b. Membantu siswa agar mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata

tertib kelas

c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri sendiri diri dalam

tugas serta tingkah laku sesuai dengan kegiatan kelas 10

Selanjutnya Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan

pengelolaan kelas adalah agar setiap siswa dikelas dapat bekerja dengan

tertib sehingga segera tercapai tujuan pengejaran secara efektif dan

efisien.11

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa tujuan pengelolaan kelas

adalah untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan

menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik

sesuai dengan kemampuannya dan menghilangkan hambatan yang dapat

9

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 18 10

Nurhasnawati, Strategi Pengajaran Micro, (Pekanbaru: Suska Press, 2002), h. 31 11

(37)

mengganggu pembelajaran sehingga dapat tercapainya efektifitas atau

keberhasilan pembelajaran.

5. Masalah Pengelolaan Kelas

a. Masalah pada aspek fisik

Bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual, yaitu:12

1) Tingkah laku menarik perhatian

Siswa mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk

melakukan perbuatan yang dianggapnya dapat menarik perhatian

orang lain. Sehingga diberi bantuan ekstra.

2) Tingkah laku mencari kekuasaan

Siswa berperilaku yang dapat menguasai orang lain seperti

mendebat, marah, dan selalu lupa pada peraturan kelas yang

disepakati sebelumnya.

3) Tingkah laku membalas dendam

Siswa yang berperilaku seperti ini biasanya merasa lebih kuat,

misalnya mengancam, menendang, dan sebagainya.

4) Peragaan ketidakmampuan.

Siswa biasanya sangat apatis terhadap pekerjaan apapun.

b. Masalah pada aspek non-fisik

Masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut Lois V.

Johnson dan Marry A. Bany adalah:13

12 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Manajemen Pendidikan, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), h. 201.

13

(38)

1) Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan

tingkatan sosio-ekonomi, dan sebagainya.

2) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.

Misalnya mengejek kelas yang dalam pengajaran Seni Suara

menyanyi dengan suara sumbang.

3) “Membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma

kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.

4) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas

yang tengah digarap.

5) Semangat kerja rendah. Misalnya aksi protes kepada guru karena

menganggap tugas yang diberikan kurang adil.

6) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Misalnya guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.

Masalah pengelolaan kelas aspek fisik biasanya cenderung tidak

menjadi sesuatu berkepanjangan. Tetapi aspek nonfisik seringkali

menjadi masalah serius. Namun masalah tersebut tetap harus

ditangani secara baik.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru

mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta

mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk

mencapai tujuan pengajaran. Selain itu hubungan interpersonal

yang baik antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik

merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.

6. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas

dibagi menjadi dua golongan, yaitu: faktor intern siswa dan faktor ekstern

siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan

(39)

suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa,

jumlah siswa dan sebagainya.

Oleh karena itu, untuk memperkecil masalah gangguan dalam

pengelolaan kelas, perlu dikuasai oleh guru prinsip-prinsip pengelolaan

kelas, yang meliputi:14

a. Hangat dan Antusias

Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu

menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan

berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang

menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar

sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang

menyimpang, selanjutnya akan menambah menarik parrhatian

siswa dan dapat mengendalikan gairah belajar siswa.

c. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi

antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan,

meningkatkan perhatian anak didik. Kevariasian dalam

penggunaannya merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan

kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

d. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi

mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan

anak didk serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.

keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan

seperti keributan, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan

sebagainya.

(40)

e. Penekanan pada hal-hal yang positif

Penekanan yang dilakukan guru tarhadap tingkahlaku anak didik

yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang

negative.penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian

penguatan positif, dn kesadaran guru untuk menghindari kesalahan

yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

f. Penanaman disiplin diri

Siswa dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Oleh karena itu,

guru selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri

sendiri dan guru menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan

pelaksanaan tanggung jawab.

Keakraban guru, pola interaksi, cara kerja yang menantang,

kevariasian dalam pembelajaran, keluwesan tingkah laku guru untuk

mengubah strategi mengajarnya, penekanan guru tarhadap tingkah laku

siswa yang positif, dan keteladanan guru merupakan modal awal dalam

penanaman disiplin diri pada siswa yang dapat mengurangi

kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang, dan

menambah menarik perhatian anak didik, Prinsip-prinsip pengelolaan

kelas ini merupakan konsep-konsep yang harus diterapkan dalam

proses belajar mengajar.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan pribadi

manusia (dalam aspek rohani dan jasmani) yang berlangsung secara

bertahap agar menjadi lebih baik.15

15

(41)

Agama Islam merupakan sebuah agama yang mengajarkan ketauhidan

untuk dapat beriman dan bertakwa kepada Allah SWT namun tetap

menghormati kerukunan antarumat beragama.

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa

dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional.16

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai

suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan

kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus mempunyai landasan

ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan agama

Islam itu dihubungkan, yaitu:17

a. Al-Quran

Al-Quran adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh

Jibril kepada nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran

pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek

kehidupan.

b. As-Sunnah

As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul

Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.

16

Drs. Muhaimin MA, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 75

17

(42)

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berfikir dengan menggunakan

seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk

menetapkan/menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal

yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Jika kita berbicara tentang tujuan Pendidikan Islam, berarti berbicara

tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Hal ini mengandung makna

bahwa tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang

merealisasikan identitas Islami. Sedangkan identitas Islami itu sendiri pada

hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau

dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan

mutlak yang harus ditaati.18

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam:19

a. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu

meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,

penampilan, kebiasaan, dan pandangan.

b. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya

terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Oleh karena

itu, orang yang sudah takwa dalam bentuk Insan Kamil masih perlu

mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan

penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak

luntur dan berkurang.

18

Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam,… h. 108

19

(43)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai Muslim yang

merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan Kamil yang mati dan

akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses

pendidikan Islam.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Fungsi pendidikan agama Islam adalah secara sadar dapat

membimbing, mengajar, dan melatih siswa agar dapat:

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. yang

telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga

b. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama

serta mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat

dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi

orang lain.

c. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan

kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman dan

pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.20

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup PAI di SMA menurut PERMENDIKNAS RI NO 22

Tahun 2006 meliputi Keimanan, Al-Qur’an dan Hadits, Akhlak,

Fiqih/Ibadah, serta Tarikh/Sejarah Islam 21

Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, pendidikan agama

Islam sebagai mata pelajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 7 Tangerang

Selatan di antaranya:

20

Drs. Muhaimin MA, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,… h. 83

21

(44)

a. Pengajaran keimanan22

Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada Dzat Mutlak yang Maha Esa

yaitu Allah beserta sifat dan wujud-Nya yang sering disebut dengan

tauhid. Keimanan merupakan akar suatu pokok agama, pengajaran

keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek

kepercayaan.

b. Pengajaran akhlak

Kata akhlak berawal dari bahasa Arab yang berarti bentuk kejadian dalam

hal ini bentuk batin atau psikis manusia. Akhlak merupakan aspek sikap

hidup atau kepribadian hidup manusia sebagai sistem yang mengatur

hubungan manusia dengan Allah. Manusia dan lainnya yang dilandasi oleh

aqidah yang kokoh. Dalam pelaksanaannya pengajaran ini berarti proses

kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar

berakhlak baik.

c. Pengajaran ibadah

Ibadah menurut bahasa artinya, taat, tunduk, turut, ikut dan doa. Dalam

pengertian yang khusus ibadah adalah segala bentuk pengabdian yang

sudah digariskan oleh syariat Islam baik bentuknya, caranya, waktunya

serta syarat dan rukunnya seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain.

Pengajaran ibadah ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang

ibadah tetapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga

situasi proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

d. Pengajaran al-Qur’an dan Hadist

Al-Qur’an dan Hadist adalah sumber ajaran agama Islam pertama dan

utama. Al-Qur’an dan Hadist adalah kitab suci yang memuat

firman-firman (wahyu) Allah dan sabda Rasulullah.

22

(45)

Dalam hal ini pada tingkatan SMA, memahami dan menghayati

pokok-pokok al-Qur’an dan Hadist serta menarik hikmah yang terkandung di

dalamnya secara keseluruhan dalam setiap aspek kehidupan.

e. Pengajaran tarikh atau sejarah Islam

Tarikh merupakan suatu bidang studi yang memberikan pengetahuan

tentang sejarah dan kebudayaan Islam meliputi masa sebelum kelahiran

Islam, masa nabi dan sesudahnya baik pada daulah Islamiah maupun pada

negara-negara lainnya di dunia, khususnya perkembangan agama Islam di

tanah air.

Pelaksanaan pengajaran tarikh ini diharapkan mampu membantu

peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan pribadi muslim

disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap Islam dan

kebudayaannya, memberikan bekal kepada siswa dalam melanjutkan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau untuk menjalani kehidupan

pribadi mereka bila putus sekolah, mendukung perkembangan Islam masa

kini dan mendatang. Di samping meluaskan cakrawala pandangan

terhadap makna Islam bagi kepentingan umat Islam.

D. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan

untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya

proses belajar-mengajar.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu

mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana

yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan

(46)

merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang

efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar

yang efektif.

Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu

mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari

lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi, lingkungan ini diatur dan diawasi

agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.

Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana

lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang

baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,

memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan

fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar

mencapai hasil yang baik.

Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa

dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang

memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk

memperoleh hasil yang diharapkan.

Peran guru pada pada kegiatan belajar siswa sangat menentukan prestasi

siswa. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan

segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan

dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran

dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan

pembelajaran.

Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus

dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu

seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas

(47)

Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat

penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu setiap guru

dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas.

E. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi, untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan evaluasi, tujuanya untuk

mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar

berlangsung. Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni prestasi

merupakan hasil belajar yang berasal dari infomasi yang telah diperoleh

pada tahap proses belajar sebelumnya.

Menurut Asep Jihat, belajar adalah kegiatan berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis

dan jenjang pendidikan.23 Sedangkan menurut Sardiman, belajar

merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan

misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan

sebagainya.24 Prestasi belajar yang sering disebut juga hasil belajar yang

artinya apa yang telah dicapai oleh suatu siswa setelah melakukan

kegiatan balajar yang mencakup aspek kongnitif, afektif dan psikomotor.25

Prestasi siswa dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar

23

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Multi Pressindo, 2009), h. 37

24

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grafindo, 1996), h. 77

25

(48)

merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar

mengajar. Menurut Hadari Nawawi, Prestasi belajar adalah tingkatan

keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang

dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.26

Menurut Oemar Hamalik, untuk mengetahui sejauh mana prestasi

belajar siswa maka perlu diadakan pengukuran secara:27

a. Assessment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu

program intruksional

b. Pengukuran (measurement) berkenaan dengan pengumpulan data

deskriptif tentang produk siswa dan atau tingkah laku siswa, dan

hubungannya dengan standar prestasi atau norma

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki oleh siswa

dalam menerima, menolak dan menilai informasi – informasi sesuai

dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran,

yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah

mengalami proses belajar mengajar. Tinggi rendahnya prestasi

belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan penilaian hasil belajar.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto, mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan

menjadi dua yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Secara rinci faktor

tersebut adalah sebagai berikut:28

26

Hadari Nawawi, Administrasi sekolah, (Jakarta : Galio Indonesia, 1998), h. 29 27

Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan - Kesulitan Belajar. (Bandung: Tarsito, 1995), h. 63

28

(49)

a. Faktor interen meliputi :

1)Faktor jasmani yang terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh

2)Faktor psikologi yang terdiri atas intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, dan kelemahan

b. Faktor eksteren meliputi :

1)Faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi

keluarga

2)Faktor sekolah terdiri atas metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, disiplin, keadaan gedung, metode mengajar, dan

tugas belajar

3)Faktor masyarakat terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat,

media masa, temen bergaul, bentuk kehidupan masyarakat

Prestasi belajar atau hasil belajar siswa perlu diketahui oleh siswa

yang bersangkutan guna mengetahui seberapa besar kemajuan yang telah

dicapai oleh siswa serta seberapa baik kualitas dari proses pembelajaran

itu sendiri. Prestasi belajar siswa dapat ketahui melalui proses evaluasi

(50)

Menurut Muhibbin Syah, tujuan evaluasi adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah diketahui siswa dalam

kurun waktu proses belajar tertentu. Sehingga guru dapat mengetahui

kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses

pembelajaran.

b. untuk mengetahui posisi atau kedudukan siswa dalam kelompok

kelasnya. posisi yang dimaksud adalah mutu kemampuan yang

dimiliki siswa di kelas jika dibandingkan dengan teman – temen

lainnya.

c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.

Maka dengan evaluasi guru dapat mengetahui usaha yang dilakukan

(51)

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penulis temui tentang hasil penelitian yang relevan,

diantaranya:

1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Apry Purnomo yang berjudul:

”Hubungan Antara Pengelolaan Kelas dengan Minat Belajar Siswa di MTs. Assa’adatain Depok”

Hasil menunjukkan bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru

ada hubungan yang signifikan terhadap minat belajar siswa. Koefisiensi

determinasi sebesar 16.5% terhadap minat belajar siswa, sedangkan

faktor lain yang berpengaruh di luar pengelolaan kelas sebesar 83.5%

seperti, motivasi, bakat, dll.

2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Dwi Prasetiawati yang berjudul:

”Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motovasi Belajar Siswa di SMK 2

Mei Ciputat”

Hasil menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

pengelolaan

Gambar

Tabel Nilai Pendekatan Siswa dari Guru PAI:10
TABEL I, No. Item 10
TABEL II, No. Item 11
TABEL III, No. Item 9

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan buku ajar matematika dasar berbasis pemecahan masalah dimulai dengan tahap analisis yaitu menganalisis kebutuhan mahasiswa semester II, Program Studi Pendidikan

Analisis Kesesuaian Standar Kompetensi Pengelola Kursus Dengan Tuntutan Kompetensi Tenaga Kerja Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.Bahwa dengan

Slide diperiksa dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400X. Metode yang digunakan dalam melihat preparat adalah prosedur double blinded.. Bagan alur penelitian.

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, tingkat rata-rata skor servqual (selisih gap) yaitu -0,43 dan nilai harapan

Latian fisik dapat berupa senam kaki diabetes yang berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah perifer.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam kaki terhadap

Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar khususnya untuk pengelolaan persampahan ditangani oleh Bidang Persampahan dan Limbah B3

Tabung reaksi I digunakan sebagai pembanding untuk tabung reaksi yang lain karena pada percobaan ini menggunakan metode deret standar yang mana larutan yang akan

Studi analisis kelayakan dilakukan untuk menentukan apakah wirausaha berternak burung puyuh layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis,