PENGARUH KETERAMPILAN GURU DALAM
PENGELOLAAN KELAS TERHADAP HASIL
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA
NEGERI 7 TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh:
Yoga Oktafiansyah NIM. 109011000061
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
Yoga Oktafiansyah (109011000061). Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan guru dalam pengelolaan kelas terhadap hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan bersifat induktif, yaitu membiarkan permasalahan-permasalahan muncul melalui data yang ada disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam serta analisis dokumen dari hasil wawancara tersebut.
ABSTRACT
Yoga Oktafiansyah (109011000061). Influence Skills Teacher In Classroom Management Against Islamic Religious Education Learning Outcomes In SMAN 7 South Tangerang.
This study aims to investigate the influence of teachers in classroom management skills to the learning outcomes of Islamic Education. This research was conducted at SMAN 7 South Tangerang City. The method used is qualitative and inductive method, are let problems arise through existing data records with in-depth interviews and document analysis of the results of the interview.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil „alamiin, segala puji dan syukur hamba panjatkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis. Karena ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan seluruh
kewajiban dan perjuangan dalam membuat karya ilmiah skripsi ini yang berjudul
“Keterampilan Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan”.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarga dan para sahabatnya serta seluruh muslimin dan muslimah.
Karena beliaulah yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagai makhluk sosial
penulis tidak dapat hidup sendiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan
penelitian, penulis membutuhkan bantuan, dukungan, dan do‟a dari berbagai
pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu
sebagai ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Marhamah Saleh, Hj, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Siti Khadijah, MA. Selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan kepada penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini.
Semoga Ibu dan keluarga selalu berada dalam lindungan-Nya. Amin.
5. Ibu dan Bapak tercinta dan tersayang yang telah banyak memberikan
dukungan moril maupun materil. Juga tak henti-hentinya memanjatkan
ridho-Nya di setiap langkah perjuangan menempuh kesuksesan dunia dan
akhirat.
6. Siswa-siswaku tersayang yang telah memberikan semangat dan warna
baru serta pengalaman pembelajaran yang sangat luar biasa sebagai wujud
kesiapan dalam menghadapi hari esok. Tetap semangat.
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam peyusunan laporan penelitian
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis mohon maaf bila penulisan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati penulis sangat berharap
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Pamulang, Juni 2016
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ………... 8
D. Perumusan Masalah ………... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan ... 9
1. Pengertian Keterampilan ... 9
2. Jenis-jenis Keterampilan ... 9
3. Keterampilan Guru ... 10
B. Pengelolaan Kelas ... 14
1. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 14
2. Konsep Pengelolaan Kelas ... 15
3. Model Pengelolaan Kelas ... 17
4. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 24
5. Masalah Pengelolaan Kelas ………. 25
6. Prinsip Pengelolaan Kelas ………... 26
C. Pendidikan Agama Islam ... 28
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 28
2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 29
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 30
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 31
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam …..……….. 31
D. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas ... 33
E. Prestasi Belajar ……….……… 35
F. Hasil Penelitian yang Relevan ……….. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 40
B. Metode Penelitian ... 40
C. Jenis Penelitian ... 41
D. Sumber Data ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMA Negeri 7 Tangerang Selatan ……….... 46
B. Keterampilan Guru dalam Pengelolaan Kelas ……… 51
1. Permasalahan Pengelolaan Kelas yang Dihadapi Guru PAI Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan ……… 51
2. Penciptaan dan Pemeliharaan Iklim Pembelajaran yang Optimal ……….. 52
3. Keterampilan yang Berhubungan dengan Pengendalian Kondisi Belajar yang Optimal ... 53
4. Pengaturan Peralatan dalam Kelas ... 54
C. Pengaruh Keterampilan Guru dalam Pengelolaan Kelas
Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
SMA Negeri 7 Tangerang Selatan ……….. 56
1. Pengaruh Langsung ……….…. 56
2. Pengaruh Tidak Langsung ……….... 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagian penting sekolah atau kelas adalah Proses Belajar-Mengajar (PBM).
Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan
pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh
fungsi dan peran guru.
Sekolah mempunyai peran sebagai lembaga pendidikan yang
mengembangkan potensi-potensi siswa yang manusiawi, agar mampu
menjalani tugas-tugas dalam kehidupan, baik secara individual maupun sosial.
Sekolah sebagai suatu organisasi kerja yang terdiri dari beberapa kelas. Setiap
kelas mempunyai perjenjangan sendiri. Menurut Hadari Nawawi menegaskan
bahwa sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam mendidik siswa, yang tidak harus didewasakan dari aspek
intelektualnya saja, akan tetapi dalam aspek kepribadiannya.1
Sebagai calon penerus bangsa, siswa dalam dunia pendidikan lebih
ditekankan pada upaya membangkitkan semangat belajar yang tinggi.
1
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), h. 117.
Kemauan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat dan bangsa perlu lebih ditanamkan lagi kepada mereka. Hal ini
merupakan salah satu tantangan guru di dunia pendidikan. Para guru
diharapkan dan harus mampu menciptakan pembelajaran dengan efektif,
menyenangkan, tercipta suasana dan iklim pembelajaran yang kondusif,
terdapat interaksi balajar-mengajar yang bagus, sehingga keberhasilan belajar
dan prestasi dapat dicapai dengan baik sesuai tujuan pembelajaran.
Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di
pundak pendidik terdapat tanggung jawab yang amat besar dalam upaya
mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal
ini disebabkan pendidikan merupakan culture transition yang bersifat dinamis
ke arah suatu perubahan secara kontinyu, sabagai sarana vital bagi
membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini,
pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik
spiritual, intelektual, moral estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik.2
Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM.
Seringkali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa
ataupun guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut. Keluhan-keluhan
itu sebenarnya tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat
diminimalisasi-kan apabila semua pihak dapat menjalandiminimalisasi-kan peran sebagainama mestinya,
terutama guru sebagai pengelola kelas.
Pada tahun 2002 pemerintah merancang Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) guna memacu akselerasi peningkatan mutu dalam pendidikan.
Kemudian pada tahun 2006 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini dibuat dengan konsep kurikulum
yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,
karakteristik sekolah/daerah, keadaan sosial budaya masyarakat setempat, dan
2Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 41.
karakteristik peserta didik, namun disamping itu tetap mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan.3
Pembaharuan dunia pendidikan saat ini memberikan pengaruh besar
terhadap persiapan dan cara mengajar seorang guru serta mempengaruhi
persiapan dan kondisi belajar siswa di kelas, Metode mengajar yang berbeda
memberikan pengaruh terhadap suasana belajar di dalam kelas. Oleh karena
itu guru perlu terampil dalam mengelola kelas.
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang menunjuk kepada
kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar.
Manajemen kelas merupakan bagian dari pengelolaan sekolah yang ikut
menentukan mutu pendidikan. Kemampuan seorang guru dalam pengelolaan
kelas, memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana,
pelaksana, maupun evaluator pembelajaran. Hal ini harus dipahami bahwa
pendukung utama tercapainya tujuan pembelajaran sebagai media pertemuan
segala komponen pendidikan. Pengelolaan kelas merupakan tugas utama guru
dan wali kelas dalam menciptakan suasana kelas yang memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran semaksimal mungkin, meningkatkan,
memperbaiki belajar siswa sehingga tetap tertarik terlibat dalam kegiatan
belajar mengajar dan lebih mudah dalam menerima pelajaran.
Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran
sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat menciptakan
situasi yang memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga merupakan
titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan baik dalam
suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk
belajar. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar,
meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka
diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.
Sementara ini pemahaman mengenai pengelolaan kelas nampaknya masih
keliru. Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan
kelas yang bersifat fisik seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat
mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar mengajar di kelas hanyalah
sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas, artinya
bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di
kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan
baik.
Sebagai bentuk pengkajian, Saya melakukan observasi di salah satu
Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk mengetahui benar tidaknya pernyataan
bahwa sejauh ini jarang sekali ada sekolah di Indonesia yang melaksanakan
pengelolaan kelas dengan tepat, meskipun Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) sudah memberikan dan mensosialisasikan pengelolaan kelas yang
seharusnya dilakukan. Depdiknas pernah melakukan pelatihan bagi guru dan
kepala sekolah mengenai pengelolaan kelas, Namun hasilnya belum terlihat
secara nyata dalam pengelolaan kelas.
Pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali
dengan akal dan pikiran. Oleh sebab itu, manusia dan pendidikan tidak dapat
dipisahkan. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin
perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan
merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia.4
Hal ini harus dipahami bahwa pendukung utama tercapainya tujuan
pembelajaran sebagai media pertemuan segala komponen pendidikan.
Pengelolaan kelas merupakan tugas utama guru dan wali kelas dalam
menciptakan suasana kelas yang memungkinkan terjadinya interaksi
4
pembelajaran semaksimal mungkin, meningkatkan, memperbaiki belajar siswa
sehingga tetap tertarik terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dan lebih
mudah dalam menerima pembelajaran.
Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak
selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang
efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan
bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk
menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus
mereka capai.5
Seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan program pembelajaran
yang optimal, sehingga terwujud proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Belajar merupakan proses yang sangat penting dilakukan siswa.6
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi
interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
baik dan sungguh-sungguh. Untuk menciptakan suasana yang dapat
menumbuhkan semangat belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan
lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap
siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.
Untuk mencegah timbulnya tingkah laku-tingkah laku siswa yang
mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar, guru berusaha
mendayagunakan potensi kelas, memfokuskan perhatian kepada peserta didik,
memahami mereka secara individu dan memberi pelayanan-pelayanan tertentu
yang merupakan wujud dukungan dari warga sekolah.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar maupun di
Sekolah Menengah memiliki tujuan dan fungsi berbeda dari setiap komponen
materi yang dipelajari oleh siswa. Guru pendidikan agama Islam harus mampu
5
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),h. 21
6
memilih strategi yang tepat untuk pembelajaran dan mampu mengelola kelas
dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga prestasi yang dihasilkan
memungkinkan dapat membantu siswa dalam mencapai suatu kemudahan,
kecepatan mencapai kebiasaan, dan kesenangan murid dalam mempelajari
Islam untuk dijadikan pedoman dan petunjuk hidup dalam kehidupan siswa.
Prestasi ini tidak hanya terlihat dalam lingkungan sekolah saja, tetapi juga
teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Aktivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas yang hanya
terjadwal dengan dua jam mata pelajaran setiap minggunya pada SMA Negeri
7 Tangerang Selatan, memiliki nilai kebutuhan yang tinggi bagi siswa.
Dengan waktu sangat minim dan komponen materi pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang bermacam-macam tujuan dan fungsinya, maka dibuatlah
perencanaan pembelajaran dengan matang agar proses pembelajaran
berlangsung secara efektif dan menyenangkan.
Namun dalam proses belajar mengajar di kelas sering ditemui sikap atau
tingkah laku siswa yang dapat mengganggu selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Untuk mencegah timbulnya tingkah
laku-tingkah laku siswa yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar,
guru berusaha mendayagunakan potensi kelas, memfokuskan perhatian kepada
peserta didik, memahami mereka secara individu dan memberi
pelayanan-pelayanan tertentu yang merupakan wujud dukungan dari warga sekolah.
Upaya-upaya yang dilakukan ini merupakan usaha dalam menciptakan kondisi
belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran
prestasi dapat dicapai dengan maksimal.
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
bersifat menantang dan memacu siswa untuk belajar, memberikan rasa ramah
dan kepuasan dalam mencapai tujuan.7
Meskipun pengelolaan kelas berkedudukan penting seperti dijelaskan di
atas, namun banyak aspek pengelolaan kelas yang diabaikan guru. Sehingga
hal itu mempunyai efek negatif terhadap proses belajar siswa baik dari segi
menurunnya motivasi belajar, menurunnya kedisplinan murid, serta hal-hal
yang tidak diharapkan.
Dengan demikian, dalam proses belajar-mengajar, seorang guru tidak
hanya memiliki pengetahuan untuk diberikan kepada murid-muridnya. Tetapi
guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memanage atau mengelola
kelas baik secara fisik maupun kelas dalam artian siswa di kelas, ketika guru
dapat mengelola kelas, maka akan tercipta suasana kelas yang kondusif
sehingga mendukung kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien.8
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk
meneliti lebih lanjut tentang realisasi pengelolaan kelas serta faktor-faktor
pendukung dan penghambatnya. Untuk itu, penelitian ini diberi judul:
"PENGARUH KETERAMPILAN GURU DALAM PENGELOLAAN
KELAS TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SMA NEGERI 7 TANGERANG SELATAN"
7Idem…
h. 34 8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun kondisi yang ada saat ini
adalah:
1. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran PAI
2. Waktu belajar yang sangat minim menuntut guru untuk dapat membuat
sebuah perencanaan dan pengelolaan pembelajaran dengan matang
C. Pembatasan Masalah
Kajian dalam penelitian ini mencakup tentang masalah-masalah
pengelolaan kelas yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 7 Tangerang Selatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, dapat dirumuskan pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
Apakah keterampilan guru dalam pengelolaan kelas mampu menghasilkan
peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMAN 7 Tangerang
Selatan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan keterampilan guru dalam pengelolaan kelas pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 7 Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kecakapan/kemampuan dalam menyelesaikan suatu tugas.1 Sedangkan
menurut istilah berarti kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil latihan dan
pengalaman yang telah didapat.
2. Jenis-jenis Keterampilan
Pada dasarnya keterampilan ada 4 jenis, yaitu:2
a. Basic Literacy Skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib
dimiliki oleh kebanyakan orang seperti; membaca, menulis, dan
mendengar.
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2
b. Technical Skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan
teknik yang dimiliki seperti; menghitung secara tepat, dan
mengoperasikan computer.
c. Interpersonal Skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara
efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan
kerja seperti; pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara
jelas, dan bekerja dalam satu tim.
d. Problem Solving
Menyelesaikan masalah adalah proses aktifitas untuk menajamkan
logika, berargumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan
untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternative dan
menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.
3. Keterampilan Guru
Keterampilan guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan
guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang
serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada
lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan guru adalah
penilaian berupa tanggapan atau pendapat siswa terhadap
kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Untuk mencampai hal tersebut maka dibutuhkan
keterampilan-keterampilan dasar seorang guru dalam mengajar. Turney mengemukakan
8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:3
3
a. Keterampilan bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari
seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa
pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang
mendorong kemampuan berpikir.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan
penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik
pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap
siswa.Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik
itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan
mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan
umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa
atau peserta didik. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam
ketrampilan bertanya: Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut, Teknik
Bertanya, Jenis pertanyaan.
b. Keterampilan memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik
bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, bertujuan
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima
(siswa), atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Penguatan juga merupakan respon terhadap tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut.
Teknik pemberian penguatan dalam KBM yang bersifat verbal
dapat dinyatakan melalui pujian, penghargaan atau pun persetujuan,
sedangkan penguatan non verbal dapat dinyatakan melalui gesture,
mimik muka (ekspresi), penguatan dengan cara mendekati, penguatan
dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang
c. Keterampilan mengadakan variasi
“Variasi” dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai
perubahan dalam proses interaksi belajar mengajar. Dalam konteks ini,
“variasi” merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan dan
mengikat perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Tujuan
utama dari “variasi” dalam kegiatan pembelajaran ini adalah untuk
mengurangi rasa bosan yang membuat siswa tidak lagi fokus pada
proses KBM yang sedang berlangsung. Untuk itu guru perlu
melakukan berbagai “variasi” sehingga perhatian siswa tetap terpusat
pada pelajaran.
d. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan
yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen
keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu: Merencanakan, hal ini
mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis
hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan
penggunaan hukum, rumus yang sesuai dengan hubungan yang telah
ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi,
pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
1) Membuka Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah
usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses KBM
untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun
perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajari, dan usaha
tersebut diharapkan akan memberikan efek positif terhadap
kegiatan belajar. Komponen ketrampilan membuka pelajaran
memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau
hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari.
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu
keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan
pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal
pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat
menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan
pelajaran.
2) Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk mengakhiri proses KBM. Jangan akhiri pelajaran
dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik
mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan closing yang baik
dan tidak tergesa-gesa. Jangan lupa sertakan pula doa.
“Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam menutup pelajaran: Merangkum Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya
guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah
disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi
kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi
ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran
dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut.
f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan
strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk
di dalamnya keterampilan berbahasa.
g. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain
kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya
penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh
siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu
berkisar antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang
untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan
siswa.
B. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan
kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan. 4
4
Menurut Hamalik dalam Djamarah ”kelas adalah suatu kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari
guru.” 5
Sedangkan menurut Made Pidarta dalam Djamarah, “Pengelolaan
kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap
problem dan situasi kelas.” Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara sistem atau organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat
memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas
individual. 6
Kemudian menurut Mulyasa, “Pengelolaan kelas merupakan
ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” 7
Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses
belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana
dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi
proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan baik.
2. Konsep Pengelolaan Kelas
Keterampilan pengelolaan kelas memiliki komponen sebagai berikut: 8
a. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, antara
lain:
1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang secara
seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan
memberikanreaksi terhadap gangguan di kelas
2) Membagi perhatian secara visual dan verbal
5
Ibid, h. 172 6
Ibid, h. 175 7
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91 8
3) Memberi teguran secara bijaksana
4) Memberikan penguatan ketika diperlukan
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar
yang optimal, antara lain:
1) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
2) Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan
3) Mengurangi perilaku yang buruk dengan hukuman
4) Pengelolaan kelompok dengan cara peningkatan kerjasama dan
keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah
c. Pengaturan peralatan dalam kelas, antara lain:
1) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
2) Pengaturan tempat duduk
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya
4) Pengaturan penyimpanan barang-barang
d. Kondisi sosio-emosional
1) Tipe kepemimpinan
2) Sikap guru
3) Suara guru
4) Pembinaan hubungan baik
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa komponen pengelolaan terdiri dari penciptaan dan pemeliharaan
iklim pembelajaran yang optimal, keterampilan yang berhubungan dengan
pengendalian kondisi belajar yang optimal, pengaturan peralatan dalam
3. Model Pengelolaan Kelas
Terdapat beberapa model dalam pengelolaan kelas yang dapat
diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu model humanistik, model
democratik, model behavioristic dan model konstruktivis. 14
a. Model Humanistic
Aplikasi teori belajar humanistik dalam prakteknya cenderung
mendorong mahasiswa untuk berpikir induktif (dari contoh ke konsep,
dari konkrit ke abstrak, dari khusus ke umum, dan sebagainya). Teori
ini mementingkan faktor pengalaman (keterlibatan aktif) mahasiswa di
dalam proses belajar.
Prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah;
1) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran
dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud
sendiri.
3) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung
untuk ditolaknya.
b. Model Demokratik
Model demokratik juga sangat menghargai perbedaan dan hak-hak
individual pebelajar,dan bahkan menekankan pada pentingnya
kebebasan bersuara. Model ini, para pebelajar diberikan hak dan
kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam mengambil keputusan
mengelola kelas mereka. Pembelajaran yang diterapkan adalah
relativelt student-centerd. Pada saat yang sama pula, peran pembelajar
14
dalam mengelola kelas juga besar. Terkadang para pembelajar
diharapkan mampu menunjukkan alasan yang rasional untuk menerima
perilaku pembelajar.
Ada tiga cara bagi para pembelajar yang dapat digunakan untuk
memprtahankan dan memelihara focus pebelajar dalam
prosespembelajaran. Yaitu:
1) Mengembangkan cara-cara yang dapat membuat para pebelajar
memiliki sikap tanggung jawab, seperti: pemberian tugas
individual, presentasi, produk dan uji kompetensi.
2) Menggunakan kelompok, dan
3) Memformat kelas atau materi pelajaran yang minim dengan
kebosanan.
c. Model Behaviristik
Behavioristik merupakan salah satu aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
d. Model Konstruktivis
Teori belajar kontruktivistik memahami belajar sebagai proses
pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri.
Pengetahuan ada dalam diri seseorang. Si pelajar dihadapkan kepada
lingkungan belajar yang bebas. Kontruktivistik menekankan
perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam , pengetahuan
Pembelajaran berbasiskan konstruktivisme memiliki ciri-ciri
sebagai berikut;
1) Pengetahuan adalah non-objektif, temporer, selalu berubah dan
tidak menentu.
2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman
kongkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi.
3) Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi
dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.
Sistem pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran dimasa kini dan masa
akan datang semakin kompleks. Kompleksitas itu menghendaki guru-guru
perlu memiliki suatu wawasan tentang bagaimana mengelola
kelas-kelasnya secara lebih efektif. Guru dalam memainkan perannya dan
tugasnya mempunyai responsibilitas untuk menyelenggarakan
program-program instruksional (pengajaran dan pembelajaran) dan menciptakan
lingkungan kelas yang menyenangkan guna memungkinkan setiap siswa
mengembangkan potensi-potensinya secara maksimal.
Kelas yang diorganisasi dengan baik dan dikelola secara efektif dan
efisien merupakan fundasi esensial bagi terselenggaranya suatu program
instruksional yang baik dan terciptanya suatu iklim saling merespek dan
memperdulikan antara siswa dan guru. Oleh karena itu dapat diidentifikasi
dengan 2 kunci sebagai komponen yang penting dalam sebuah kelas yang
a. Kegiatan Administrasi Manajemen
Kegiatan administrasi pendidikan tidak terlepas dari proses
manajemen. Sebuah kelas sebagai suatu unit kerja yang di dalamnya
bekerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
dalam mengelola suatu kelas, guru atau wali kelas melakukan
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
koordinasi, komunikasi, dan kontrol.
1) Perencanaan kelas
Program umum berupa kurikulum sebagai program umum harus
diterjemahkan menjadi program-program yang kongkrit dengan
mengkaitkannya menurut waktu yang tersedia, yang dapat
berbentuk program tahunan, program semester atau caturwulan,
program bulanan, program mingguan dan bahkan mungkin pula
berupa program harian
2) Pengorganisasian kelas
Program kelas sebagai rencana kerja untuk mencapai suatu tujuan
harus bersifat realistis dalam arti benar-benar dapat dilaksanakan
dan diwujudkan. Aspek terpenting dalam pengorganisasian ini
adalah usaha dalam menempatkan personal yang tepat pada tempat
yang tepat, dengan memperhatikan kemampuannya, tingkat
pendidikannya, masa kerja dan pengalamannya dan lain-lain.
Kemudian melengkapinya dengan alat-alat yang memugkinkan
personal tersebut melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Pengarahan
Setelah program dan organisasi disusun, selanjutnya kegiatan
dilaksanakan, yang mana kegiatan ini harus diusahakan untuk tidak
itu diperlukan instruksi-instruksi dan petunjuk-petunjuk bahkan
bimbingan-bimbingan agar kegiatan tidak menyimpang dari rel
yang seharusnya.
4) Koordinasi kelas
Koordinasi kelas merupakan kegiatan membawa personal,
material, semua fasilitas, teknik-teknik dan tujuan kedalam suatu
hubungan kerja yang harmonis dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Koordinasi kelas dapat diwujudkan dengan
menciptakan kerja sama yang didasari saling pengertian akan tugas
dan peran masing-masing. Setiap personal menyampaikan saran,
pendapat, dan gagasan baik dalam bidang kerjanya sendiri maupun
bidang kerja orang lain
5) Komunikasi kelas
Komunikasi disalurkan berupa kesediaan menyampaikan
keterangan dan penjelasan yang diperlukan oleh pihak lain sebagai
anggota kelas untuk mewujudkan program kelas. Komunikasi antar
personal di kelas dapat berlangsung secara formal di dalam rapat
atau diskusi-diskusi dan dapat pula diwujudkan secara informal
(hubungan pribadi) dalam setiap kesempatan di dalam dan di luar
kelas/sekolah.
6) Kontrol kelas
Kontrol dihubungkan dengan program yang disusun, dengan
maksud menilai apakah tujuan telah dicapai atau sampai dimana
tujuan telah diwujudkan. Bentuk konkrit kontrol berupa realisasi
jadwal pelajaran, disiplin guru dan disiplin murid, pelaksanaan
tugas murid, partisipasi setiap personal dalam program kelas.
Melalui kontrol dapat diperoleh data tentang keberhasilan dan
b. Kegiatan Operatif Manajemen Kelas
Kegiatan manajemen administrasi kelas harus ditunjang dengan kegiatan
manajemen operatif agar seluruh program berlangsung efektif bagi
pencapaian tujuan dan keberhasilan belajar. kegiatan ini meliputi:
1) Tata usaha kelas
Tercakup seluruh kegiatan manajemen administratif kelas dan
manajemen operatif sebagai kegiatan yang berangkai dan
dikendalikan agar seluruhnya tertuju pada tujuan yang sama. Kegiatan
tata usaha dapat berupa menghimpun dan mencatat data murid
diantaranya nama, tempat dan tanggal lahir, data kesehatan dan nilai
hasil belajar, hubungan sosial, mencatat atau membuat buku
inventaris kelas, membuat jadwal pelajaran, mengirim laporan kelas.
Untuk itu dibutuhkan berbagai sarana penunjang seperti buku
stambuk, buku laporan pendidikan, dan lain-lain, yang menyangkut
aspek perbekalan dalam kegiatan manajemen operatif.
2) Perbekalan kelas
Perbekalan kelas merupakan alat bantu yang memungkinkan program
kelas berlangsung secara efekif. Perbekalan kelas dapat berupa: papan
tulis, dan berbagai alat peraga, raport, meja kursi guru dan murid.
3) Kegiatan keuangan kelas
Pengadaan, pemeliharaan perbekalan kelas, dan pelaksanaan beberapa
program kelas mengharuskan tersedianya sejumlah dana. Dana dari
murid untuk melakukan kegiatan kelas, pengelolaannya dilakukan
wali kelas. Sedangkan dana yang bersumber dari sekolah untuk
kepentingan kelas dibawah bimbingan guru dan kepala sekolah.
4) Pembinaan personal kelas
Pengelolaan personal yang terdiri dari siswa-siswa. Kegiatan ini
berkenaan dengan aspek penempatan murid, yaitu; tempat duduk
murid, besar kecilnya badan, kesehatan mata dan pendengaran murid
serta jenis kelamin dan persahabatan antar murid, pengelompokan
dalam kelompok belajar dengan memperhatikan aspek intelegensi,
bakat dan minat.
5) Hubungan masyarakat di lingkungan sekolah
Hubungan masyarakat diciptakan secara intern dan ekstern. Secara
intern menyangkut usaha memberikan informasi dan penjelasan pada
murid di kelas lain atau pada guru-guru yang tidak bertugas di kelas
tersebut, agar memahami program yang hendak direalisir di suatu
kelas. Sedangkan yang ekstern dapat dilakukan dengan orang tua/wali
murid, dengan memberikan informasi atau penjelasan tentang
program kelas
6) Kepemimpinan wali kelas
Kepemimpinan diartikan sebagai mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan
tingkah laku orang lain. Guru kelas harus melakukan usaha
menggerakkan, memotivasi, menyatukan pikiran dan tingkah laku
para siswa dan guru terarah pada tujuan yang terdapat dalam program
4. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut, pertama:
mewujudkan situasi dan kodisi kelas, baik secara lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. Kedua:
menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran. Ketiga: menyediakan dan mengatur fasilitas serta
perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Keempat: membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. 9
Sedangkan menurut Nurhasnawati tujuan pengelolaan kelas yaitu:
a. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab individu
terhadap tingkah lakunya
b. Membantu siswa agar mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata
tertib kelas
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri sendiri diri dalam
tugas serta tingkah laku sesuai dengan kegiatan kelas 10
Selanjutnya Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap siswa dikelas dapat bekerja dengan
tertib sehingga segera tercapai tujuan pengejaran secara efektif dan
efisien.11
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa tujuan pengelolaan kelas
adalah untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
sesuai dengan kemampuannya dan menghilangkan hambatan yang dapat
9
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 18 10
Nurhasnawati, Strategi Pengajaran Micro, (Pekanbaru: Suska Press, 2002), h. 31 11
mengganggu pembelajaran sehingga dapat tercapainya efektifitas atau
keberhasilan pembelajaran.
5. Masalah Pengelolaan Kelas
a. Masalah pada aspek fisik
Bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual, yaitu:12
1) Tingkah laku menarik perhatian
Siswa mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk
melakukan perbuatan yang dianggapnya dapat menarik perhatian
orang lain. Sehingga diberi bantuan ekstra.
2) Tingkah laku mencari kekuasaan
Siswa berperilaku yang dapat menguasai orang lain seperti
mendebat, marah, dan selalu lupa pada peraturan kelas yang
disepakati sebelumnya.
3) Tingkah laku membalas dendam
Siswa yang berperilaku seperti ini biasanya merasa lebih kuat,
misalnya mengancam, menendang, dan sebagainya.
4) Peragaan ketidakmampuan.
Siswa biasanya sangat apatis terhadap pekerjaan apapun.
b. Masalah pada aspek non-fisik
Masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut Lois V.
Johnson dan Marry A. Bany adalah:13
12 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Manajemen Pendidikan, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), h. 201.
13
1) Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan
tingkatan sosio-ekonomi, dan sebagainya.
2) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
Misalnya mengejek kelas yang dalam pengajaran Seni Suara
menyanyi dengan suara sumbang.
3) “Membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma
kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
4) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas
yang tengah digarap.
5) Semangat kerja rendah. Misalnya aksi protes kepada guru karena
menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
6) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Misalnya guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
Masalah pengelolaan kelas aspek fisik biasanya cenderung tidak
menjadi sesuatu berkepanjangan. Tetapi aspek nonfisik seringkali
menjadi masalah serius. Namun masalah tersebut tetap harus
ditangani secara baik.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru
mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Selain itu hubungan interpersonal
yang baik antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik
merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.
6. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas
dibagi menjadi dua golongan, yaitu: faktor intern siswa dan faktor ekstern
siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan
suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa,
jumlah siswa dan sebagainya.
Oleh karena itu, untuk memperkecil masalah gangguan dalam
pengelolaan kelas, perlu dikuasai oleh guru prinsip-prinsip pengelolaan
kelas, yang meliputi:14
a. Hangat dan Antusias
Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu
menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan
berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar
sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang, selanjutnya akan menambah menarik parrhatian
siswa dan dapat mengendalikan gairah belajar siswa.
c. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi
antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan,
meningkatkan perhatian anak didik. Kevariasian dalam
penggunaannya merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan
kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan
anak didk serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan
seperti keributan, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan
sebagainya.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Penekanan yang dilakukan guru tarhadap tingkahlaku anak didik
yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang
negative.penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan positif, dn kesadaran guru untuk menghindari kesalahan
yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
f. Penanaman disiplin diri
Siswa dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Oleh karena itu,
guru selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri
sendiri dan guru menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab.
Keakraban guru, pola interaksi, cara kerja yang menantang,
kevariasian dalam pembelajaran, keluwesan tingkah laku guru untuk
mengubah strategi mengajarnya, penekanan guru tarhadap tingkah laku
siswa yang positif, dan keteladanan guru merupakan modal awal dalam
penanaman disiplin diri pada siswa yang dapat mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang, dan
menambah menarik perhatian anak didik, Prinsip-prinsip pengelolaan
kelas ini merupakan konsep-konsep yang harus diterapkan dalam
proses belajar mengajar.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia (dalam aspek rohani dan jasmani) yang berlangsung secara
bertahap agar menjadi lebih baik.15
15
Agama Islam merupakan sebuah agama yang mengajarkan ketauhidan
untuk dapat beriman dan bertakwa kepada Allah SWT namun tetap
menghormati kerukunan antarumat beragama.
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.16
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan
kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus mempunyai landasan
ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan agama
Islam itu dihubungkan, yaitu:17
a. Al-Quran
Al-Quran adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
Jibril kepada nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran
pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan.
b. As-Sunnah
As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul
Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau
perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan
saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.
16
Drs. Muhaimin MA, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 75
17
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berfikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk
menetapkan/menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal
yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Jika kita berbicara tentang tujuan Pendidikan Islam, berarti berbicara
tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Hal ini mengandung makna
bahwa tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang
merealisasikan identitas Islami. Sedangkan identitas Islami itu sendiri pada
hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan
mutlak yang harus ditaati.18
Ada beberapa tujuan pendidikan Islam:19
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu
meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,
penampilan, kebiasaan, dan pandangan.
b. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Oleh karena
itu, orang yang sudah takwa dalam bentuk Insan Kamil masih perlu
mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak
luntur dan berkurang.
18
Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam,… h. 108
19
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai Muslim yang
merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas
berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang
dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan Kamil yang mati dan
akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses
pendidikan Islam.
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi pendidikan agama Islam adalah secara sadar dapat
membimbing, mengajar, dan melatih siswa agar dapat:
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. yang
telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga
b. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama
serta mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi
orang lain.
c. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan
kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.20
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup PAI di SMA menurut PERMENDIKNAS RI NO 22
Tahun 2006 meliputi Keimanan, Al-Qur’an dan Hadits, Akhlak,
Fiqih/Ibadah, serta Tarikh/Sejarah Islam 21
Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, pendidikan agama
Islam sebagai mata pelajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 7 Tangerang
Selatan di antaranya:
20
Drs. Muhaimin MA, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,… h. 83
21
a. Pengajaran keimanan22
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada Dzat Mutlak yang Maha Esa
yaitu Allah beserta sifat dan wujud-Nya yang sering disebut dengan
tauhid. Keimanan merupakan akar suatu pokok agama, pengajaran
keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek
kepercayaan.
b. Pengajaran akhlak
Kata akhlak berawal dari bahasa Arab yang berarti bentuk kejadian dalam
hal ini bentuk batin atau psikis manusia. Akhlak merupakan aspek sikap
hidup atau kepribadian hidup manusia sebagai sistem yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah. Manusia dan lainnya yang dilandasi oleh
aqidah yang kokoh. Dalam pelaksanaannya pengajaran ini berarti proses
kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar
berakhlak baik.
c. Pengajaran ibadah
Ibadah menurut bahasa artinya, taat, tunduk, turut, ikut dan doa. Dalam
pengertian yang khusus ibadah adalah segala bentuk pengabdian yang
sudah digariskan oleh syariat Islam baik bentuknya, caranya, waktunya
serta syarat dan rukunnya seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain.
Pengajaran ibadah ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang
ibadah tetapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga
situasi proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
d. Pengajaran al-Qur’an dan Hadist
Al-Qur’an dan Hadist adalah sumber ajaran agama Islam pertama dan
utama. Al-Qur’an dan Hadist adalah kitab suci yang memuat
firman-firman (wahyu) Allah dan sabda Rasulullah.
22
Dalam hal ini pada tingkatan SMA, memahami dan menghayati
pokok-pokok al-Qur’an dan Hadist serta menarik hikmah yang terkandung di
dalamnya secara keseluruhan dalam setiap aspek kehidupan.
e. Pengajaran tarikh atau sejarah Islam
Tarikh merupakan suatu bidang studi yang memberikan pengetahuan
tentang sejarah dan kebudayaan Islam meliputi masa sebelum kelahiran
Islam, masa nabi dan sesudahnya baik pada daulah Islamiah maupun pada
negara-negara lainnya di dunia, khususnya perkembangan agama Islam di
tanah air.
Pelaksanaan pengajaran tarikh ini diharapkan mampu membantu
peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan pribadi muslim
disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap Islam dan
kebudayaannya, memberikan bekal kepada siswa dalam melanjutkan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau untuk menjalani kehidupan
pribadi mereka bila putus sekolah, mendukung perkembangan Islam masa
kini dan mendatang. Di samping meluaskan cakrawala pandangan
terhadap makna Islam bagi kepentingan umat Islam.
D. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar-mengajar.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan
merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang
efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar
yang efektif.
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi, lingkungan ini diatur dan diawasi
agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana
lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang
baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar
mencapai hasil yang baik.
Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa
dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Peran guru pada pada kegiatan belajar siswa sangat menentukan prestasi
siswa. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan
segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus
dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu
seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas
Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat
penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu setiap guru
dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas.
E. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan
siswa dalam memperoleh prestasi, untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan evaluasi, tujuanya untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung. Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni prestasi
merupakan hasil belajar yang berasal dari infomasi yang telah diperoleh
pada tahap proses belajar sebelumnya.
Menurut Asep Jihat, belajar adalah kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan.23 Sedangkan menurut Sardiman, belajar
merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
sebagainya.24 Prestasi belajar yang sering disebut juga hasil belajar yang
artinya apa yang telah dicapai oleh suatu siswa setelah melakukan
kegiatan balajar yang mencakup aspek kongnitif, afektif dan psikomotor.25
Prestasi siswa dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya
aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar
23
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Multi Pressindo, 2009), h. 37
24
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grafindo, 1996), h. 77
25
merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar
mengajar. Menurut Hadari Nawawi, Prestasi belajar adalah tingkatan
keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.26
Menurut Oemar Hamalik, untuk mengetahui sejauh mana prestasi
belajar siswa maka perlu diadakan pengukuran secara:27
a. Assessment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu
program intruksional
b. Pengukuran (measurement) berkenaan dengan pengumpulan data
deskriptif tentang produk siswa dan atau tingkah laku siswa, dan
hubungannya dengan standar prestasi atau norma
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki oleh siswa
dalam menerima, menolak dan menilai informasi – informasi sesuai
dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran,
yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar. Tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan penilaian hasil belajar.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto, mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan
menjadi dua yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Secara rinci faktor
tersebut adalah sebagai berikut:28
26
Hadari Nawawi, Administrasi sekolah, (Jakarta : Galio Indonesia, 1998), h. 29 27
Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan - Kesulitan Belajar. (Bandung: Tarsito, 1995), h. 63
28
a. Faktor interen meliputi :
1)Faktor jasmani yang terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh
2)Faktor psikologi yang terdiri atas intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kelemahan
b. Faktor eksteren meliputi :
1)Faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga
2)Faktor sekolah terdiri atas metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, disiplin, keadaan gedung, metode mengajar, dan
tugas belajar
3)Faktor masyarakat terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat,
media masa, temen bergaul, bentuk kehidupan masyarakat
Prestasi belajar atau hasil belajar siswa perlu diketahui oleh siswa
yang bersangkutan guna mengetahui seberapa besar kemajuan yang telah
dicapai oleh siswa serta seberapa baik kualitas dari proses pembelajaran
itu sendiri. Prestasi belajar siswa dapat ketahui melalui proses evaluasi
Menurut Muhibbin Syah, tujuan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah diketahui siswa dalam
kurun waktu proses belajar tertentu. Sehingga guru dapat mengetahui
kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran.
b. untuk mengetahui posisi atau kedudukan siswa dalam kelompok
kelasnya. posisi yang dimaksud adalah mutu kemampuan yang
dimiliki siswa di kelas jika dibandingkan dengan teman – temen
lainnya.
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
Maka dengan evaluasi guru dapat mengetahui usaha yang dilakukan
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penulis temui tentang hasil penelitian yang relevan,
diantaranya:
1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Apry Purnomo yang berjudul:
”Hubungan Antara Pengelolaan Kelas dengan Minat Belajar Siswa di MTs. Assa’adatain Depok”
Hasil menunjukkan bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru
ada hubungan yang signifikan terhadap minat belajar siswa. Koefisiensi
determinasi sebesar 16.5% terhadap minat belajar siswa, sedangkan
faktor lain yang berpengaruh di luar pengelolaan kelas sebesar 83.5%
seperti, motivasi, bakat, dll.
2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Dwi Prasetiawati yang berjudul:
”Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motovasi Belajar Siswa di SMK 2
Mei Ciputat”
Hasil menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara
pengelolaan