• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kolorimetri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kolorimetri"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERCOBAAN 5

ANALISIS KUANTITATIF BERDASARKAN WARNA LARUTAN : KOLORIMETRI

I. TUJUAN

1.1Mampu membandingkan konsentrasi larutan berdasarkan kepekatan warnanya.

1.2Mampu menentukan konsentrasi larutan FeSCN2+.

1.3Mampu menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan FeSCN2+.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Kimia

Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, perubahan, dan energi yang terlibat dalam perubahan tersebut. Bila suatu zat atau beberapa dibiarkan atau dicampurkan maka dapat terjadi perubahan yang disebut dengan reaksi kimia.Persoalan yang timbul adalah bagaimana menentukan jumlah zat yang mengalami perubahan tersebut.Jumlah zat dapat langsung ditimbang bila zat awal adalah padat atau cair dan zat hasil perubahan adalah gas. Jumlah zat juga dapat ditentukan melalui tekanan dan warna. Untuk menentukan jumlah zat melalui tekanan adalah dengan persamaan :

PV = nRT

Keterangan :

P = tekanan

V = volume

N = mol zat terlarut

R = tetapan gas idea

(2)

Cara lain untuk menentukan jumlah zat adalah dengan metode kolorimetri. Kolorimetri atau pengukuran jumlah zat dari warnanya adalah salah satu metode analisa kimia yang didapatkan pada perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna larutan standar. Metode analisa ini merupakan bagian dari analisa kimia fotometri.

(Soemardjo, 1997) 2.2 Kolorimetri

Kolorimetri adalah suatu metode analisa kimia yang didasarkan pada perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna larutan standar. Metode analisa ini adalah bagian dari analisa fotometri. Pengukuran zat dan warnanya yaitu dengan melewatkan sinar melalui pelarutnya. Pengamatan dilakukan dengan memakai mata kita yang disebut fotosel. Cahaya masuk dari sebelah kiri.

larutanC

sensor mata Cahaya masuk dari bawah

Mata ( fotosel )

Cahaya yang diteruskan

Cahaya masuk

Jika sinar, baik monokromatis maupun polikromatis, mengenai suatu media, maka intensitasnya akan berkurang. Berkurangnya intensitas sinar terjadi karena adanya serapan media tersebut dan sebagian kecil dipantulkan atau dihamburkan.

(3)

I0 = Ia + If + Ir Keterangan :

I0 = intensitas mula-mula

Ia = sinar yang diserap

If= sinar yang diteruskan

Ir= sinar yang dipantulkan

(Underwood, 1986) Analisis fotometrik dibagi menjadi empat metode :

a. Analisa kolorimetri, apabila intensitas sinar yang diukur adalah sinar tampak.

b. Analisa turbudimetri, apabila intensitas sinar yang diukur adalah sinar terusan.

c. Analisa nefelometri, apabila intensitas sinar yang diukur adalah sinar hambur koloid.

d. Analisa fluometri, apabila intensitas sinar yang digunakan adalah sinar UV, maka mengalami fluorensi.

(Soemardjo, 1997)

2.3 Hukum Bougrer Lambert

Apabila sinar monokromatis melalui media yang transparan, maka berkurangnya intensitas sebanding dengan bertambahnya tebal media yang dilewati.

DI = K.I.di Keterangan:

I = Intensitas sinar mula-mula

K = koefisien senapan

T = tebal media yang ditembus

(4)

2.4 Hukum Beer

Menyelidiki suau hubungan antara intensitas serapan dan konsentrasi media berupa larutan pada tebak media tetap degan persamaan :

Log (Po/P )= Σ bc = A Keterangan : A = absorbansi B = tebal media c = konsentrasi materi Σ = absorbansi edar Syarat – syarat untuk penggunaan hukum Beer adalah :

a) Syarat konsentrasi

Konsentrasi harus rendah karena hukum Beer baik pada larutan yang encer.

b) Syarat kimia

Zat yang diukur harus stabil. c) Syarat cahaya

Cahaya yang digunakan harus yang monokromatik. d) Syarat kejernihan

Larutan yang akan diukur harus jernih.

(Khopkar, 1990) 2.5 Hukum Lambert – Beer

Hubungan antara jumlah zat / cahaya yang diserap olah larutan disebut absorban (ƒ) dengan jumlah zat – zat cdapat dinyatakan dengan :

A = abc

Keterangan :

a = tetapan semua jenis zat

(5)

Dua jenis larutan dari zat yang sama dengan absorbannya akan tampak secara visual dengan kepekatan warna yang sama, dirumuskan :

A1 = a1b1c1 A2 = a2b2c2 Bila kepekatan sama, A1 = A2 maka :

C2 =

(Brady, 1994) 2.6 Senyawa Kompleks

Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi grup d adalah kemampuannya untuk membentuk senyawa kompleks. Pembentukan ini dengan berbagai molekul netral, fosfin tersubtitusi, aisin dan stibin, karbon monoksida, isosianida, nitrat oksida dan berbagai jenis molekul dengan orbital π yang terdelokalisasi, seperti piridin, 2.2 hipiridin dan 1,10 fenantrolin. Dalam banyak kompleks ini, atom logam berada dalam oksidasi formal yang positif rendah, nol atau bahkan negatif. Ini adalah kekhasan ligan-ligan yang dapat menstabilkan keadaan oksidasi yang rendah.

(Cotton, 1989) 2.7 Metode Kolorimetri

Metode kolorimetri merupakan metode spektroskopi sinar tampak, berdasarkan panjang sinar tampak oleh suatu larutan berwarna, hanya senyawa berwarna yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarnya, misalnya ion Fe3+ dan SCN- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya, kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama dengan menggunakan tabung Messler atau kolorimetri Dubuscog. Dengan kolorimetri elektronik, jumlah cahaya yang diserap berbanding lurus

(6)

dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan konsentrasi besi di dalam air minum.

(Soemardjo, 1997) 2.8Metode Kolorimetri

2.8.1 Metode Deret Standar (Tabung Messier)

Digunakan untuk penampung larutan berwarna dengan jumlah volume tertentu. Kemudian dibandingkan dengan larutan standar yang dibuat dari komponen yang sama dengan yang dianalisis tetapi konsentrasinya telah diketahui. Pengukuran Messier bekerja berdasarkan prinsip perbandingan warna.

2.8.2 Metode Pengenceran (Metode Silinder Hehner)

Larutan sampel dan larutan standar dengan konsentrasi Cx dan Cy ditempelkan pada tabung kaca dengan ukuran yang sama. Larutan yang lebih pekat diencerkan sampai warnanya memiliki intensitas yang sama dengan yang lebih encer. Untuk memperoleh kesamaan intensitas tinggi larutan akan dihitung by(b2) dapat divariasikan sedemikian rupa sehingga :

Cx.bx = Cy.by atau Cy =

2.8.3 Metode Kesetimbangan (Kolorimetri Duboscq)

Pada metode ini, Cxby dijaga agar tetap dan konsentrasi larutan yang diukur adalah Cy, panjang jalan yang ditempuh sinar divariasikan hingga intensitas warna pada kedua tabung sama.

(7)

2.9 Kolorimetri Visual

Pada kolorimetri, suatu duplikasi warna dilakukan dengan larutan yang mengandung sejumlah zat yang sama pada kolom dengan acameter penampang yang sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Biasanya zat-zat yang bisa menimbulkan warna ialah ion-ion kompleks, dimana warna tersebut timbul karena adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan. Konsentrasi larutan berwarna dapat diperkirakan secara visual dengan membandingkan cuplikan dengan sederet larutan yang diketahui konsentrasinya yang disebut larutan standar. Cara menentukan konsentrasinya antara lain dengan menggunakan kolorimetri visual dubuscq dengan mengukur kepekatan melaui mata. Pada alat ini ditemui dua tabung yang dapat dinaikkan dan diturunkan. Jumlah zat pada suatu sampel dapat ditentukan dengan “Hukum Leimber Beer”, dimana salah satu larutan telah diketahui konsentrasinya untuk kedua larutan tersebut, maka :

A1 = a.b1.c1

A2 = a.b2.c2 Keterangan :

a = tetapan jenis zat

b = tebal larutan yang disinar

(8)

Bila kedua larutan tersebut memiliki kepekatan yang sama maka A1 = A2a.b1.c1 = a.b2.c2 b1.c1 = b2.c2 = (Khopkar, 1990) 2.10 Spektrofometri

Spektrofometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari visual suatu studi lebih mngenai penyerapan energy cahaya oleh spesies kimia yang memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif.Dengan menggunakan mata manusia dan dengan depektor. Depektor lain dimungkinkan study adsorbs (serapan) di luar daerah spektrum tampak dan sering kali eksperimen spektrometri dilakukan secara autometik.

(Underwood, 1996) 2.11 Faktor yang Mempengaruhi Kolorimetri

Pemakaian indikator tidak mempengaruhi pH kolorimetri, karena umumnya indikator adalah asam atau basa yang sangat lemah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pemakaian indikator yang tidak cocok dengan pH larutan. Dengan adanya protein dan asam amino, karena bersifat amfoter sehingga dapat bereaksi dengan indikator asam maupun basa.

(Sukardjo, 1985) 2.12 Komposisi dan Kompleks Berwarna

Komposisi dan kompleks berwarna dapat ditentukan dengan spektrofometri. Metode yang biasa digunakan adalah metode perbandingan Molle Job. Pada perbandingan mol adsorbansinya diukur pada deret larutan yang bervariasi konsentrasi salah satu konstituen baik logamnya maupun reagennya, sedangkan jumlah zat lain tetap. Pada metode job variasi

(9)

kontinyu sederet larutan dengan berbagai fraksi mol logam

atau

pereaksi

dimana jumlah antara keduanya tetap. Semua metode ini

memiliki keterbatasan dan tidak dapat digunakan untuk menentukan komposisi spesies berwarna. Aplikasi lain untuk spektrofometri adalah menentukan pH larutan dengan persamaan :

pH = pKa + log

(Khopkar, 1990) 2.13 Tetapan Kesetimbangan

Tetapan kesetimbangan adalah suatu reaksi untuk mendapatkan tetapan derajat lengkap.Reaksi itu berjalan pada seperangkat kondisi-kondisi yang diberikan konsentrasi keseimbangan menunjukkan kecenderungan intrinsik atom-atom berada pada molekul pereaksi atau hasil reaksi.

Untuk mendapat reaksi umum dalam air :

A(aq) + B(aq)

C(aq) + D(aq)

K= ; K = tetapan kesetimbangan

(Underwood,1996) 2.14 Faktor – faktor Kesetimbangan

2.14.1 Konsentrasi Pereaksi

Konsentrasi yang besar akan meningkatkan frekuensi tumbukan antar molekul karena molaritas semakin pekat. Semakin besar konsentrasi, kesetimbangan makin kecil.

(10)

2.14.2 Tekanan

Secara kualitatif dapat dikatakan, bila tekanan diperbesar maka

Kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah molekulnya sedikit.

(Sukardjo,1984) 2.14.3 Suhu

Kesetimbangan dapat juga dipercepat dengan mengubah suhunya. Reaksi akan berlangsung cepat jika suhunya lebih tinggi dan oleh sebab itu tumbukan yang terjadi akan lebih sering.

(Petrucci, 1985) 2.15 Azas Le Chatellier

Bila suatu sistem ada dalam keadan setimbang diberi faktor yang dapat mengubah keadaan kesetimbngan makan kesetimbangan akan bergeser sedemikian, sehingga berpengaruh dari faktor tadi sekecil-kecilnya

(Sukardjo,1984) 2.16 Analisa Bahan

2.16.1 Fe(NO3)3

Berbentuk kristal, berwarna ungu tua sampai putih keabu-abuan, titik didih 47OC, dipakai untuk reagen dalam kimia analisa.

(Budaveri, 1959)

2.16.2 KSCN

Berupa kristal berwarna, titik lebur 172OC, lembaran garamnya secara bergilir dari coklat, hijau, biru lalu kembali putih dalam keadaan pendinginan. Digunakan dalam percetakan dan pencucian tekstil, menyebabkan iritasi bagi kulit.

(Budaveri,1959) 2.16.3 Na2HPO4

(11)

Berupa bubuk higroskopis dalam udara terbuka, mampu menyerap 2-7 mol H2O, bergantung pada kelembaban suhu, kelarutan lebih besar di air panas, dalam bentuk kristal, stabil di udara, larutan bersifat alkali dengan pH ± 9,8.

(Budaveri, 1959) 2.16.4 Aquades (H2O)

Tidak berwarna, pH netral = 7, jernih, titik didih 100OC, titik beku 0OC, pelarut universal.

(Budaveri, 1959)

III METODE PERCOBAAN 3.1 Alat 1. Gelas kimia 2. Tabung reaksi 3. Gelas ukur 4. Pipet tetes 5. Labu ukur 3.2 Bahan 1. Fe(NO3)3 2. KSCN 3. Aquades (H2O) 4. Na2HP04 3.3 Gambar Alat

(12)

e. Pipet tetes f. Labu ukur

3.4 Skema Kerja

3.4.1 Reaksi- reaksi pendahuluan

10 mL KSCN 0,002 M Gelas kimia

Campuran I Campuran II Campuran III Campuran IV Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi Tabung reaksi

Sebagai penambahan penambahan penambahan

pembanding 1 tetes KSCN 3 tetes Fe(NO3)3 sebutir

Pekat 0,2 M Na2HPO4

(13)

3.4.2 Penentuan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan FeSCN2+ 5 mL Fe(NO3)3 0,2 M Labu ukur Penambahan 0 mL KSCN 0,002 M Penggojogan campuran Penambahan aquades

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi I

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M Labu ukur

Penambahan 1 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan aquades

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi II

(14)

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M Labu ukur

Penambahan 2 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan aquades

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi III

Hasil 5 mL Fe(NO3)3 0,2 M Labu ukur Penambahan 3 mL KSCN 0,002 M Penggojog ancampuran Penambahan aquades

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi IV

(15)

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M Labu ukur

Penambahan 4 mL KSCN 0,002 M

Penggojogan campuran

Penambahan aquades

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi V

Hasil 5 mL Fe(NO3)3 0,2 M Labu ukur Penambahan 5 mL KSCN 0,002 M Penggojogan campuran Penambahan aquades

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi VI

(16)

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M Labu ukur

Penambahan larutan x

Penggojogan campuran

Penambahan aquades

Penggojogan hingga bercampur

Penuangan dalam tabung reaksi VII

(17)

IV. DATA PENGAMATAN 4.1 Reaksi – reaksi Pendahuluan

Tabung

Reaksi

Perlakuan

Hasil

1 10 mL KSCN 0,002 M + 3mL lar Fe(NO3)3 0,2 M Sebelum penambahan Fe(NO3)3 0,2 M, larutan berwarna bening, Sesudah penambahan Fe(NO3)3 0,2 M, larutan berubah warna menjadi merah darah

2

10 mL KSCN 0,002 M +3 mL lar Fe(NO3)3 0,2 M + 1 tetes KSCN pekat

Sebelum penambahan Fe(NO3)3 0,2 M, larutan berwarna bening, Sesudah penambahan Fe(NO3)3 0,2 M, larutan berubah warna menjadi merah darah

Setelah penambahan I tetes KSCN pekat, larutan bewarna merah kehitaman.

3

10 mL KSCN 0,002 M + 3mL lar Fe(NO3)3 0,2 M + 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M

Sebelum penambahan Fe(NO3)30,2 M, larutan berwarna bening, Sesudah penambahan Fe(NO3)30,2 M, larutan berubah warna menjadi

(18)

merah darah.

Setelah penambahan 3 tetes Fe(NO3)30,2 M, warna tetap merah darah

4

10 mL KSCN 0,002 M + 3mL lar Fe(NO3)30,2 M + 1 butir Na2HPO4

Sebelum penambahan Fe(NO3)30,2 M, larutan berwarna bening, Sesudah penambahan Fe(NO3)3 0,2 M, larutan berubah warna menjadi merah darah, Setelah penambahan sebutir Na2HPO4, larutan berwarna orange, terdapat endapan putih.

4.2Penentuan Tetapan Kesetimbangan Reaksi Pembentukan FeSCN2+ Tabung

Reaksi Perlakuan Pengamatan

1 5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 0 mL KSCN 0,002 M

Warna larutan berwarna kuning

2

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 1 mL KSCN 0,002 M, pengenceran dengan aquades hingga volume 10 mL.

Sebelum penambahan KSCN, larutan berwarna

kuning, setelah

(19)

larutan berubah warna merah darah, Setelah penamabahan aquades, larutan berwarna kuning

3

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 2 mL KSCN 0,002 M, pengenceran dengan aquades hingga volume 10 mL.

Sebelum penambhan KSCN, larutan berwarna

kuning, setelah

penambahan KSCN,

larutan berubah warna merah darah, Setelah penamabahan aquades, larutan berwarna kuning kemerahan.

4

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 3 mL KSCN 0,002 M, pengenceran dengan aquades

hingga volume 10 mL.

Sebelum penambhan KSCN, larutan berwarna

kuning, setelah

penambahan KSCN,

larutan berubah warna merah darah, Setelah penamabahan aquades, larutan berwarna merah, tetapi lebih terang dari larutan x.

5

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 4 mL KSCN 0,002 M, pengenceran dengan aquades hingga volume 10 mL

Sebelum penambahan KSCN, larutan berwarna

kuning, setelah

penambahan KSCN,

(20)

merah darah, Setelah penamabahan aquades, larutan berwarna merah darah mendekati larutan x. 6 5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 5 mL KSCN 0,002 M. Sebelum penambahan KSCN, larutan berwarna kuning, setelah penambahan KSCN,

larutan berubah warna merah darah, Setelah penamabahan aquades, larutan berwarna merah tua tetapi lebih pekat dari larutan x.

7

5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + Larutan x, pengenceran dengan aquades hingga volume 10 mL

Sebelum penambahan KSCN larutan berwarna

kuning, setelah

penambahan larutan x, larutan berubah warna menjadi merah darah.

(21)

V PEMBAHASAN

5.1 Reaksi – reaksi Pendahuluan

Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan konsentrasi larutan berdasarkan kepekatan warna..Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan campuran bahan uji 10 mL KSCN 0.002 M dan 3 mL Fe(NO3)30,2 M.. Warna KSCN mula-mula adalah bening, sedangkan warna Fe(NO3)3 Kuning. Setelah KSCN dan Fe(NO3)3dicampurkan larutan berubah warna menjadi merah darah. Perubahan warna tersebut terjadi karena adanya pembentukan senyawa kompleks.Dengan persamaan reaksi

3KSCN + Fe(NO3)3 3KNO3+Fe(SCN)2++2SCN-

(Fatih,2008) Senyawa kompleks adalah senyawa yang terdiri dari ion pusat dan ligan. Ion pusat ion-ion dari unsure transisi dan bermuatan positif’ sedangkan ligan adalah molekul- molekul atau ion yang mengelilinngi pusat. Pada senyawa kompleks terjadi perubahan warna, hal ini disebabkan karena:

 Reaksi pembenntukan senyawa kompleks memiliki warna yang khas.

 Memiliki orbital d yang kosong.

Terbukti dengan konfigurasi 26Fe dan 26Fe3+ Konfigurasi elektron 26Fe: [Ar] 4s2 3d6

Konfigurasi elektron 26Fe3+: [Ar] 4s2 3d3

Orbital kosong ini, menyebabkan senyawa komplek berwarna

 Menyerap raadiasi pada gelombang elektromagnetik pada cahaya tampak berwarna merah. 780nm

Hasil percampuran KSCN 0,002M dengan Fe(NO3)3dibagi kedalam 4 tabung reaksi. Pada masing –masing tabung diberi perlakuan yang berbeda.Pada tabung I sebagai pembanding, sedangkan pada tabung

(22)

2dan 3. Perlakuan ditujukan untuk mengetahui beberapa pengaruh kesetimbangan seperti yang dinyatakan dalam Asas Lee Catelier: “Jika suatu persamaan reaksi kesetimbangan diberi suatu perlakuan,maka kesetimbangan akan bergeser (kekiri atau kekanan)”

(Sukarjo,1984)

 Tabung I

Percampuran antara KSCN dan Fe(NO3)3menunjukan warna merah darah. Persamaan reaksi:

3KSCN + Fe(NO3)3 3KNO3 + Fe(SCN)2++ 2SCN-

(Fatih,2008) Warna merah adalah warna ion Fe(SCN)2+. Tabung reaksi I digunakan sebagai pembanding untuk tabung reaksi yang lain karena pada percobaan ini menggunakan metode deret standar yang mana larutan yang akan dianalisa dibandingkan warnanya dengan suatu larutan standar yang volume larutannya sama.

 Tabung II

Dalam tabung II dilakukan penambahan 1 tetes KSCN pekat menghasilkan warna merah kehitaman.Penambahan KSCN pekat bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan.

Kesetimbangan yaitu keadaan dimana jumlah masing-masing zat (zat pereaksi dan zat hasil ) tidak berubah lagi, karena jumlah partikel zat yang bereaksi dalam satuan waktu sama dengan jumlah zat yang terbentuk.

Sistem kesetimbangan dalam tabung II yaitu jika ditambahkan konsentrasi dikanan (produk) maka kesetimbangan akan bergeser kekiri

(23)

Persamaan reaksi:

Fe3+ +SCN- FeSCN2+

(Chang,2005)

 Tabung III

Dalam tabunng III dilakukan penambahan 3 tetes (FeNO3)3, penambahan (FeNO3)3 ini berfungsi untuk melihat pengaruh volume terhadap kesetimbangan.Dalam reaksi ini dihasilkan warna tetap berupa merah darah.Menurut Lee Catelier : “ Volume di perbesar, kesetimbangan bergeser ke jumlah koefisien yang besar” . Terbukti dengan volume reaktan warnanya tetap, arah kesetimbangan tetap atau tidak bergeser, karena jumlah koefisien reaktan dan produk sama. Persamaan reaksi:

3KSCN + Fe(NO3)3 3KNO3 + Fe(SCN)2++ 2SCN-

(Fatih,2008)

 Tabung IV

Dalam tabung IV ditambahkan sebutir Na2HPO4.Penambahan Na2HPO4 berfungsi untuk meminimalkan reaksi pengompleksan. Dalam uji ini menghasilkan larutan berwarna orange terdapat endapan putih.Endapan berwarna putih merupakan Na.

Persamaan reaksi:

Fe(NO3)3 + 3KSCN + Na2HPO4 3KNO3 + Fe(SCN)2+ + 2SCN- + HPO42+ + 2Na

(24)

2.14 Penentuan Tetapan Kesetimbangan Reaksi Pembentukan (FeSCN)2+ Tujuan dari percobaan ini yaitu, untuk membandingkan konsentrasi larutan berdasarkan kepekatan warna. Percobaan ini dilakukan dengan menyiapkan 7 buah labu ukur yang masing-masing diisi 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,02 M. Pada labu ukur 1-6 diberi penambahan KSCN 0,002 M sebanyak 0, 1, 2, 3, 4, 5 mL. Sedangkan labu ukur ketujuh ditambahkan dengan larutan x. Pada tabung VII larutan dijadikan sebagai pembanding yaitu bewarna merah darah. Semakin banyak KSCN yang ditambahkan, warna merah yang ditimbulkan semakin pekat.

Hasil dari percobaan

Tabung I : Larutan bewarna kuning Tabung II : Larutan bewarna kuning

Tabung III: Larutan bewarna kuning kemerahan

Tabung IV: Larutan bewarna merah lebih terang dari larutan x. Tabung V: Larutan mendekati x.

Tabung VI: Larutan bewarna merah lebih pekat dari x. Tabung VII: Larutan berwarna merah darah

Dari hasil percobaan intensitas warna diperoleh bahwa 1<2<3<4<5<6>7

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa larutan x mempunyai intensitas warna mendekati warna larutan pada tabung V, yaitu larutan yang ditambah 4 ml KSCN 0,002 M. Dengan demikian dapat diketahui bahwa konsentrasi larutan x sama dengan konsentrasi larutan 5 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 4 mL KSCN 0,002 M.

Pada percobaan ini dapat dihitung tetapan kesetimbangan larutan ini. Ketetapan kesetimbangan adalah reaksi untuk mendapatkan tetapan derajat lengkap. Reaksi itu berjalan pada seperangkat-seperangkat kondisi yang diberikan konsentrasi keseimbangan menyebabkan kecenderungan intrinsik atom-atom berada pada molekul peraksi atau hasil pereaksi

(25)

Reaksi umum :

A(aq)+B(aq) C(aq)+D(aq) K= [ ][ ]

[ ][ ]

K= Tetapan kesetimbangan

III. PENUTUP 6.1 Kesimpulan

3.1.1Pembandingan konsentrasi larutan dilakukan dengan pengamatan sesuai dengan kepekatan warnanya.

6.1.2 Konsentrasi larutan FeSCN2+ dapat ditentukan dengan metode kolorimetri. Tabung 1: [Fe3+] = 0,1 M Tabung 2: [FeSCN2+] 0,000067 mmol Tabung 3: [FeSCN2+] = 0,00013 mmol Tabung 4: [FeSCN2+] =0,00033 mmol Tabung 5: [FeSCN2+] =0,00026 mmol Tabung 6: [FeSCN2+] = 0,00033 mmol Tabung 7: [FeSCN2+] = 0,00026 mmol

(26)

6.1 .3 Menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan FeSCN2+. Tabung 2: k = 8,92 x 10-18 Tabung 3: k = 5,69 x 10-16 Tabung 4: k = 1,73 x 10-12 Tabung 5: k = 3,74 x 10-14 Tabung 6: k = 1,47 x 10-13 Tabung 7: k = 3,74 x 10-14 6.2 Saran

6.2.1 Pada saat pengenceran harus dilihat batas garis minikusnya pada labu ukur Agar tidak terjadi kesalahan dalam kerja.

6.2.2 Untuk membandingkan warna larutan dapat dilakukan dengan menggunakan kertas putih yang diletakkan di belakang tabung reaksi agar warna terlihat

jelas

6.2.3 Pada tabung reaksi dilakukan pemberian tabel agar tidak tetukar antara sampel satu dengan yang lain

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E, 1990, General Chemistry Principle and Structure, Wiley, United States.

Budaveri, Susan, 1989, The Merck Index Second Edition, The Merck Index Co, USA.

Chang, Raymond, 1994, Chemistry, edisi ke-5, Mc Grawhill, USA . Cotton, Albert F, 1989, Kimia Organik Dasar, UI Press, Jakarta. Fatih, Ahmad, 2008, Kamus Kimia, Panji Pustaka, Jakarta . Keenan, Wood, 1990, Kimia Universitas, Erlangga, Jakarta.

Khopkar, S.M, terjemahan oleh Saptoraharjo, a., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Sukardjo, 1984, Kimia Anorganik, Bina Aksa, Yogyakarta.

Sumarjo, Damin, 1997, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar, UNDIP Press, Semarang.

Parker, Sybil P, 1993, Encyclopedia of Chemistry, Mc. Graw Hill, USA. Petrucci, Ralph H, 1985, General Chemistry, Erlangga, Jakarta.

Underwood, A L, 1998, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Ke-6, Erlangga Jakarta.

(28)

7. LAMPIRAN 8.1. Tugas 1. Diketahui: M Fe(NO3)3= 0.2 M V Fe(NO3)3=5 mL Ditanya: [Fe(NO3)3] Jawaban:  Rumus Pengenceran: M1.V1=M2.V2 0.2 M. 5 mL= M2. 10 mL M2 = = 0.1 M nFe(NO3)3 = M.V = 0,2 M. 5 mL = 1 mmol

 Reaksi penguraian Fe(NO3)3: Fe(NO3)3 Fe3+ + 3NO3- Mula 1 mmol - -

Bereaksi 1 mmol 1 mmol 3 mmol Setimbang - 1 mmol 3 mmol

Mol (Fe3+) = 1 mmol, konsentrasinya, [Fe3+] =

=

(29)

2. Diketahui: MFe(NO3)3 = 0,2 M V Fe(NO3)3 = 5 mL MKSCN = 0,002 M VKSCN = 1 mL Ditanya : [Fe3+] dan [FeSCN] Jawaban :

n Fe(NO3)3= M . V = 0,2 M. 5 mL = 1 mmol

Fe(NO3)3 + 3KSCN (FeSCN)2+ + 3KNO3 + 2SCN -Mula 1 mmol 0,002 mmol - - -

Bereaksi 0.00067 mmol 0,002 mmol 0.00067 mmol 0,002 mmol 0.0013 mmol Setimbang 0,99933 mmol - 0.00067 mmol 0,002 mmol 0.0013 mmol

Mol (FeSCN)2+ = 0,00067 mmol, konsentrasinya, [FeSCN2+] = = = 0,000067 M

 Reaksi pembentukan FeSCN2+

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ Mula 0.00067 mmol 0.00067 mmol -

Bereaksi 0.00067 mmol 0.00067 mmol 0.00067 mmol Setimbang - - 0.00067 mmol

[Fe3+] =

(30)

= = 0,000067 M 3.Diketahui: MFe(NO3)3 = 0,2 M V Fe(NO3)3 = 5 mL MKSCN = 0,002 M VKSCN = 2 mL Ditanya : [Fe3+] dan [Fe(NO3)3] Jawaban : n Fe(NO3)3= M . V = 0,2 M. 5 mL = 1 mmol n KSCN = M . V = 0,002 M. 2 mL = 0,004 mmol

Fe(NO3)3 + 3KSCN (FeSCN)2+ + 3KNO3 + 2SCN -Mula 1 mmol 0,004 mmol - - -

Bereaksi 0.0013 mmol 0,004 mmol 0.0013 mmol 0,004 mmol 0.0026 mmol Setimbang 0,9987 mmol - 0.0013 mmol 0,004 mmol 0.0026 mmol Mol (FeSCN)2+ = 0,0013 mmol, konsentrasinya,

[FeSCN2+] = = = 0,00013 M

 Reaksi pembentukan FeSCN2+

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ Mula 0.0013 mmol 0.0013 mmol -

(31)

Bereaksi 0.0013 mmol 0.0013 mmol 0.0013 mmol Setimbang - - 0.0013 mmol [Fe3+] = = = 0,00013 M 4. Tabung 2:

Fe(NO3)3 + 3KSCN (FeSCN)2+ + 3KNO3 + 2SCN -Mula 1 mmol 0,002 mmol - - -

Bereaksi 0.00067 mmol 0,002 mmol 0.00067 mmol 0,002 mmol 0.0013 mmol Setimbang 0,99933 mmol - 0.00067 mmol 0,002 mmol 0.0013 mmol

k = [ ] [ ][ ] [ ] [ ] = [ ][ ][ ] [ ] = 8,92 x 10-18

 Reaksi pembentukan FeSCN2+

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ Mula 0.00067 mmol 0.00067 mmol -

Bereaksi 0.00067 mmol 0.00067 mmol 0.00067 mmol Setimbang - - 0.00067 mmol

k = [

]

(32)

=

= 0,000067 M

Tabung 3

Fe(NO3)3 + 3KSCN (FeSCN)2+ + 3KNO3 + 2SCN -Mula 1 mmol 0,004 mmol - - -

Bereaksi 0.0013 mmol 0,004 mmol 0.0013 mmol 0,004 mmol 0.0026 mmol Setimbang 0,9987 mmol - 0.0013 mmol 0.0013 mmol 0.0026 mmol

k = [ ] [ ][ ] [ ] [ ] = [ ][ ][ ] [ ] = 5,69 x 10-16

 Reaksi pembentukan FeSCN2+

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ Mula 0.0013 mmol 0.0013 mmol -

Bereaksi 0.0013 mmol 0.0013 mmol 0.0013 mmol Setimbang - - 0.0013 mmol k = [ ] =

= 0,00013

(33)

Tabung 4:

Fe(NO3)3 + 3KSCN (FeSCN)2+ + 3KNO3 + 2SCN -Mula 1 mmol 0,006 mmol - - -

Bereaksi 0.002 mmol 0,006 mmol 0.002 mmol 0,006 mmol 0.004 mmol Setimbang 0,998 mmol - 0.002 mmol 0.006 mmol 0.004 mmol

k = [ ] [ ][ ] [ ] [ ] = [ ][ ][ ] [ ] = 1,73 x 10-12

 Reaksi pembentukan FeSCN2+

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ Mula 0.002 mmol 0.002 mmol -

Bereaksi 0.002 mmol 0.002 mmol 0.002 mmol Setimbang - - 0.002 mmol k = [ ] =

= 0,00013 M Tabung 5:

Fe(NO3)3 + 3KSCN (FeSCN)2+ + 3KNO3 + 2SCN -Mula 1 mmol 0,008 mmol - - -

Bereaksi 0.0026 mmol 0,008 mmol 0.0026 mmol 0,008 mmol 0.0053 mmol Setimbang 0,9974 mmol - 0.0026 mmol 0.008 mmol 0.0053 mmol

(34)

k = [ ] [ ][ ] [ ] [ ] = [ ][ ][ ] [ ] = 3,74 x 10-14

 Reaksi pembentukan FeSCN2+

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ Mula 0.0026 mmol 0.0026 mmol -

Bereaksi 0.0026 mmol 0.0026 mmol 0.0026 mmol Setimbang - - 0.0026 mmol k = [ ] = = 0,00026 M Tabung 6:

Fe(NO3)3 + 3KSCN (FeSCN)2+ + 3KNO3 + 2SCN -Mula 1 mmol 0,01 mmol - - - Bereaksi 0.0033 mmol 0,01 mmol 0.0033 mmol 0,01 mmol 0.0066 mmol Setimbang 0,9967 mmol - 0.0033 mmol 0.01 mmol 0.0066 mmol

k = [ ] [ ][ ] [ ] [ ] = [ ][ ][ ] [ ] = 1,47 x 10-13

(35)

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ Mula 0.0033 mmol 0.0033 mmol -

Bereaksi 0.0033 mmol 0.0033 mmol 0.0033 mmol Setimbang - - 0.0033 mmol k = [ ] = = 0,00033 M Tabung 7:

Fe(NO3)3 + 3KSCN (FeSCN)2+ + 3KNO3 + 2SCN -Mula 1 mmol 0,008 mmol - - -

Bereaksi 0.0026 mmol 0,008 mmol 0.0026 mmol 0,008 mmol 0.0053 mmol Setimbang 0,9974 mmol - 0.0026 mmol 0.008 mmol 0.0053 mmol

k = [ ] [ ][ ] [ ] [ ] = [ ][ ][ ] [ ] = 3,74 x 10-14

 Reaksi pembentukan FeSCN2+

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ Mula 0.0026 mmol 0.0026 mmol -

Bereaksi 0.0026 mmol 0.0026 mmol 0.0026 mmol Setimbang - - 0.0026 mmol

(36)

k = [ ] = = 0,00026 M

(37)

LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 02 Desember 20010

Praktikan 1,

Galih Purbo Utomo 24030110141026 Praktikan 3, Nur Ismawati 24030110141028 Asisten, Relita Florentika J2C007034 Praktikan 2, Rohayati Juita 24030110141027 Praktikan 4, Siti Nandiyah 24030110141030

(38)

PERCOBAAN 5

ANALISIS KUANTITATIF BERDASARKAN

WARNA LARUTAN :

KOLORIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PERCOBAAN V

ANALISIS KUANTITAIF BERDASARKAN WARNA LARUTAN : KOLORIMETRI Laporan ini dibuat untuk memenuhi nilai praktikum Kimia Dasar I

Disusun oleh :

Galih Purbo Utomo 24030110141026 Rohayati Juita 24030110141027 Nur Ismawati 24030110141028 Siti Nandiyah 24030110141030

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Referensi

Dokumen terkait

Pada percobaan hidrolisa sabun ini juga dilakukan pengocokan dengan vortex yang bertujuan agar larutan yang terdapat di dalam tabung reaksi tercampur

Dipipet ke tabung reaksi untuk masing-masing larutan standar, caranya : untuk konsentrasi 10 µg//ml maka dipipet larutan stok 1 ml dan ditambahkan 9 ml akuades, diaduk dengan

Percobaan pertama dengan uji Heller, yaitu dengan menambahkan 5 mL larutan asam nitrat pekat ke dalam tabung reaksi, Hasil dari uji benedict: tabung 1 dengan 4 tetes

setelah dingin ,amati larutan untuk mencari nilai T , dengan carama sukkan larutan pada. tabung reaksi, kemudian masukkan tabung reaksi pada alat spektofotometer,

Siapkan tiga tabung reaksi bersih dan masukkan ke dalam tabung reaksi berturut-turut 10 tetes larutan Klorin pada tabung pertama, 10 tetes larutan Bromin pada tabung kedua, 10

Untuk inokulasi pada tabung reaksi, tabung reaksi yang digunakan untuk menginokulasi Lactobacillus plantarum, menggunakan media NBA, terdapat koloni yang jelas dan

c) Pada tabung reaksi II diberi penambahan 1 tetes larutan NaOH 0,1 M. Aduk larutan, ukur pH menggunakan indikator universal. Catat hasil pengamatan! d) pada tabung reaksi III

3.4.3 Percobaan 3: Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah 1 mL larutan 1% BaCl2 Perubahan warna dan endapan yang terbentuk - dimasukkan ke dalam tabung reaksi.. - diamati apa