• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

2.1.3.1 Keterampilan Guru

Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang me- nuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif (Anitah, 2008:7.1). Selanjutnya Mulyasa, (2011:69) keteram- pilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Menurut Rusman, (2012:80) keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah segala bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara terencana dan profesional.

Menurut Turney (dalam Mulyasa, 2011:69) terdapat 8 keterampilan dasar mengajar guru yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan pembelajar- an. Berikut keterampilan dasar mengajar guru tersebut.

2.1.3.1.1 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Menurut Sanjaya, (2012:42-43) membuka pelajaran atau set induction

adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk men- ciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pe- ngalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Lebih lanjut Rusman, (2012:80), membuka pelajaran itu adalah perbuatan guru menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar siswa terpusat pada apa yang akan dipelajari. Menurut Sardiman, (2011:65) dalam membuka pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran penting karena dapat

dijadikan pedoman atau petunjuk praktis sejauh mana kegiatan belajar mengajar. Dengan perumusan tujuan pembelajaran yang benar akan dapat memberikan arah bagi siswa dalam menyelesaikan materi pembelajarannya. Sedangkan menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksa- naan proses pembelajaran.

Komponen membuka pembelajaran: 1) membangkitkan perhatian/minat siswa; 2) menimbulkan motivasi; 3) memberi acuan atau struktur; 4) menunjuk- kan kaitan. Sedangkan menutup pembelajaran : 1) meninjau pembelajaran; 2) me- ngevaluasi; 3) memberi dorongan psikologi atau sosial.

2.1.3.1.2 Keterampilan Bertanya

Menurut Marno dan Idris, (2012:115) keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk menjawab/balikan dari orang lain. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Res- pon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang me- rupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang men- dorong kemampuan berpikir. Lebih lanjut Rusman, (2012:82-83) pertanyaan yang tersusun dengan baik dan penggunaan teknik melontarkan pertanyaan yang tepat dalam memberikan pertanyaan akan memberikan dampak positif terhadap akti- vitas dan kreativitas siswa. Tujuan memberikan pertanyaan kepada siswa yaitu: (1) merangsang kemampuan berpikir siswa, (2) membantu siswa dalam belajar,

(3) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri, (4) mening- katkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan (5) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan (Hasibuan dan Moedjiono, 2009: 62).

Komponen keterampilan bertanya yaitu: 1) kejelasan dan kaitan per- tanyaan; 2) kecepatan dan selang waktu; 3) arah dan distribusi penunjukkan (penyebaran); 4) teknik penguatan; 5) teknik menuntun; 6) teknik menggali; 7) pemusatan: 8) pindah gilir.

2.1.3.1.3 Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku (Mulyasa, 2011:80). Selanjutnya Anitah, (2008:7.54) mengemukakan bahwa ke- terampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percaka- pan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut Rusman, (2012:86) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran guru dapat menggunakan, media pembelajaran dan sumber-sumber belajar yang relevan. Media dan sumber belajar yang relevan dapat membantu memperjelas materi yang diajarkan saat guru menjelaskan.

Komponen keterampilan menjelaskan yaitu: 1) kejelasan; 2) penggunaan contoh ilustrasi; 3) pemberian tekanan 4) balikan.

2.1.3.1.4 Keterampilan Menggunakan Variasi

Menurut Anitah, (2008:7.38-7.40) variasi adalah keanekaan yang mem- buat sesuatu tidak monoton. Variasi didalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, mengembangkan keinginan siswa untuk me- ngetahui dan menyelidiki hal-hal baru, melayani gaya belajar siswa yang bera- gam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu an- tusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar pe- serta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa, 2011:78).

Komponen keterampilan memberi variasi : 1) variasi gaya mengajar yaitu suara guru, mimik dan gestural, perubahan posisi, kesenyapan, pemusatan perha- tian dan kontak pandang ; 2) variasi pola interaksi dan kegiatan yaitu klasikal, ke- lompok kecil, berpasangan dan perorangan; 3) variasi alat bantu pembelajaran ya- itu alat bantu pembelajaran yang dapat didengar, dilihat, dapat diraba dan dimani- pulasi.

2.1.3.1.5 Keterampilan Mengelola Kelas

Sanjaya, (2012:44) mengemukakan pengelolaan kelas adalah keteram- pilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar ynag optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Kemudian Sardiman, (2011:169) mengelola kelas juga berkaitan

dengan menciptakan iklim belajar yang serasi, guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas dan mengarahkan pada perilaku yang lebih produktif. Selanjutnya Mulyasa, (2011:91) menyebutkan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri.

Komponen keterampilan mengelola kelas yaitu 1) keterampilan yang ber- sifat preventif yaitu menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberi petujuk yang jelas, menegur, dan memberi pengu- atan; 2) keterampilan yang bersifat represif yaitu modifikasi tingkah laku, penge- lolaan kelompok.

2.1.3.1.6 Keterampilan Memberi Penguatan

Menurut Murni, (2012:49) penguatan merupakan respons terhadap suatu perilaku yang dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku ter- sebut. Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau korek- si. Fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) adalah untuk memberikan gan- jaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipa- sinya dalam setiap proses pembelajaran (Sanjaya, 2012:37).

Komponen keterampilan memberi penguatan yaitu 1) penguatan verbal yaitu kata-kata; 2) penguatan nonverbal yaitu mimik dan gerakan badan; gerak

mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan pemberian simbol atau benda.

2.1.3.1.7 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalani hubungan yang lebih akrab antar guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan ber- fikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh pe- serta didik (Mulyasa, 2011:92).

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu 1) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi; 2) mengorganisasi kegia- tan pembelajaran; 3) membimbing dan memudahkan belajar.

2.1.3.1.8 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembel- ajaran yang sering digunakan. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Menurut Anitah, (2009:8.19) melalui diskusi kelompok diharapkan siswa dapat berfikir kritis serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan baik. Dalam hal ini, guru berkewajiban untuk membimbing kegiatan diskusi kelompok kecil tersebut, misalnya keterampilan berbicara, mengungkapkan pendapat serta keterampilan berinteraksi sosial. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi

adalah sebagai berikut (1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas masalah atau urunan pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi (Mulyasa, 2011:89).

Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil yaitu 1) memusatkan perhatian; 2) memperjelas masalah dan uraian pendapat; 3) meng- analisis pandangan; 3) meningkatkan urunan; 4) menyebarkan kesempatan ber- partisipasi; 5) menutup diskusi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru adalah suatu kompetensi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang guru katika me- laksanakan pembelajaran agar dapat tercipta pembelajaran yang kondusif sehi- ngga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegra- si, maka guru akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapun jenis ke- terampilan guru yang diteliti adalah keterampilan menutup dan membuka pembel- ajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan, keterampilan memberi- kan penguatan, keterampilan memberikan variasi pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, dan keterampilan mengelola kelas.

Dalam penelitian ini indikator keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model siklus belajar (Learnig Cycle) dengan media Flashcard seba- gai berikut: 1) mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran; 2) menyam-

paikan tujuan pembelajaran; 3) memberi pertanyaan untuk menarik minat dan ke- ingintahuan siswa: 4) menjelaskan materi dengan bantuan Flashcard; 5) memilih dan menggunakan media Flashcard; 6) membimbing siswa dalam diskusi dan be- kerjasama dalam kelompok; 7) memotivasi siswa menjelaskan konsep yang diba- has dengan kalimatnya sendiri; 8) memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru ; 9) menutup pelajaran.

2.1.3.2 Aktivitas Siswa

Gardner (dalam Anni, 2007:126) menyatakan bahwa ketika seseorang melibatkan beberapa kecerdasannya dalam kegiatan belajar, maka kemampuan belajarnya akan meningkat pesat. Setiap jenis kecerdasan mewakili cara yang ber- beda dalam mempelajari suatu topik. Demikian pula pelbagai kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar itu dapat dimanfaatkan saat pembelajar perlu menangani suatu masalah. Menurut Hamalik, (2009:170-171) siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi berbeda-beda. Selanjutnya, Skinner (dalam Hamdani, 2011:17) berpandangan bahwa pada saat orang belajar, responnya menjadi kuat, apabila tidak belajar, responnya menurun. Dalam belajar ditemukan: (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar; (2) respon belajar; (3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon.

Menurut Anitah, (2008:2.13) proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar melalui interaksi de- ngan lingkungan. Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam

melakukan proses belajar adalah siswa itu sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang berbeda- beda. Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotor mem- berikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric) (Purwanto, 2011: 42- 43). Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak (Sanjaya, 2012:112).

Diedrich (dalam Sardiman, 2011:100-101) menggolongkan aktivitas sis- wa dalam pembelajaran sebagai proses belajar adalah sebagai berikut.

1) Visual activities, misalnya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eks- perimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau ber- main.

2) Oral activities, misalnya: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghu- bungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi sasaran, mengemu- kakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mende- ngarkan radio.

4) Writing activities, misalnya: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa kara- ngan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6) Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksa- nakan pameran, membuat model pembelajaran, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7) Mental activities, misalnya: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat ke- putusan.

8) Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah, minat, membeda- kan, berani, tenang dan lain-lain.

Sedangkan Whipple (dalam Hamalik, 2008:173) membagi aktivitas siswa sebagai berikut.

(1) Bekerja dengan alat-alat visualnya, diantaranya meliputi kegiatan mengumpul- kan gambar-gambar, mempelajari gambar, mencatat pertanyaan, memilih alat visual ketika menampilkan pameran.

(2) Ekskursi dan trip, diantaranya meliputi kegiatan mengunjungi museum, kebun binatang, menyaksikan demonstrasi tata cara pembuatan sesuatu.

(3) Mempelajari masalah-masalah, diantaranya meliputi mencari informasi dalam menjawab pertanyaan penting, mempelajari ensiklopedi dan referensi, melak- sanakan petunjuk yang diberikan oleh guru.

(4) Mengapresiasi literatur, diantaranya meliputi kegiatan membaca cerita yang menarik.

(5) Ilustrasi dan kontruksi diantara meliputi kegiatan membuat chart dan diagram, membuat poster, menyusun rencana permainan.

(6) Bekerja menyajikan informasi diantaranya meliputi kegiatan menulis dan me- nyajikan dramatisasi.

(7) Cek dan tes diantaranya meliputi kegiatan tes untuk murid lain dan menyusun grafik perkembangan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah rang- kaian kegiatan yang dilakukan siswa secara sadar dalam proses belajar melalui in- teraksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan perubahan perilaku dalam di- rinya. Adapun jenis aktivitas siswa yang difokuskan dalam penelitian ini adalah aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, akti- vitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.

Indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalaui model siklus belajar (Learning Cycle) dengan media Flashcard adalah sebagai berikut: 1) mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran; 2) memberi respon dengan bertanya dan menjawab pertanyaan sebagai pengembangan minat dan rasa ingin tahu tentang suatu konsep ; 3) memperhatikan penjelasan guru; 4) kegiatan siswa menggunakan media Flashcard dalam pembelajaran; 5) bekerjasama dalam kelompok; 6) melaporkan hasil diskusi kelompok; 7) menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru; 8) Melakukan refleksi pembelajaran.

2.1.3.3Iklim pembelajaran

Berdasarkan Depdiknas, (2004:9), iklim pembelajaran meliputi.

1) Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pem- belajaran yang menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna bagi pem- bentukan profesionalitas kependidikan.

2) Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreatifitas pendidik guru

3) Suasana sekolah latihan dan tempat berpraktik lainnya yang kondusif bagi tumbuhnya penghargaan mahasiswa calon guru terhadap jabatan dan profesionalitas guru.

Di samping itu, Hoy dan Miskell (dalam Nikhaastria, 2010) iklim pem- belajaran merupakan kualitas dari lingkungan yaitu kelas yang terus menerus di- alami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku, dan berdasar pada persepsi ko- lektif tingkah laku mereka. Pembelajaran efektif membutuhkan pengelolaan kelas yang kondusif. Dengan pengelolaan kelas yang kondusif iklim pembelajaran akan dapat memotivasi belajar siswa untuk belajar lebih baik sesuai dengan kemam- puan. Ini dikarenakan pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur se- gala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembel- ajaran di kelas (Uno, 2011:53)

Berdasarkan pada beberapa pengertian iklim dan pembelajaran di atas, maka dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar. Iklim

pembelajaran yang terbentuk mempengaruhi keefektifan sebuah pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus memperhatikan iklim pembelajaran dengan cara guru dapat menata dan mengelola lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam pembelajaran.

2.1.3.4 Materi pembelajaran

Menurut Sugandi dan Haryanto, (2007:29) materi pembelajaran merupa- kan komponen utama pembelajaran, karena materi pembelajaran akan memberi warna dan bentuk dalam kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran harus kom- prehensif, terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas. Berda- sarkan Depdiknas, (2004:9), materi pembelajaran yang berkualitas mencakup:

1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus di- kuasai.

2) Ada keseimbangan antara keluasaan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia.

3) Materi pembelajaran sistematis dan kontekstual.

4) Dapat mengakomodasikan partisipasi aktif mahasiswa dalam belajar se- maksimal mungkin.

5) Dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi dan seni.

6) Materi pembelajaran memenuhi kriteria filosofis, profesional, psiko- pedagogis, dan praktis.

Prinsip-prinsip dalam memilih materi pembelajaran meliputi a) prinsip relevansi, b) konsistensi, c) kecukupan. Prinsip relevasi artinya materi pembel- ajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kom- petensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang hatus dikuasai siswa. Prinsip kecukupan artinya materi tidak boleh terlalu sedikit dan terlalu banyak jadi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan waktu serta tenaga yang diperlukan dalam mempelajarinya (Arsyad, 2011:44).

Dari pengertian diatas materi pembelajaran adalah suatu komponen yang sangat berpengaruh terhadap intensitas proses pembelajaran yang memberi warna dan bentuk kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya dapat memilih dan mengorganisasikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang dikuasai siswa serta memenuhi perkembangan dan kemajuan IPTEK saat ini sehingga pembelajaran berlangsung intensif.

2.1.3.5 Media pembelajaran

Berdasarkan Depdiknas, (2004:9), kualitas media pembelajaran meliputi: a) dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna; b) mampu memfasi- litasi proses interaksi. c) media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman bel- ajar. d) media pembelajaran mangubah suasana belajar dari pasif menjadi aktif dan mencari informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada. Media pembel- ajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran (Hamdani, 2011: 243). Media pembelajaran menurut Sumiati dan Asra, (2009:160) yaitu segala se-

suatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Menurut Indriana, (2011:15) media pembelajaran adalah alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam proses belajar me- ngajar

Pemilihan media perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan pembel- ajaran. Menurut Asyhar, (2012:90) Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memi- lih media yaitu:

1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara umum me- ngacu pada tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Dapat mendukung isi pembelajaran. Media harus selaras dan sesuai dengan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

3. Praktis, luwes dan tahan. Menuntun guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, dan mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang terlihat disekitarnya,serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana. 4. Guru terampil menggunakannya. Guru harus mampu menggunakan dalam

proses pembelajaran

5. Cocok dengan sasaran. Disesuaikan dengan jumlah sasaran supaya efektif. 6. Berkualitas baik. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

jelas dan informasi atau pesan diterima baik oleh sasaran.

Dengan demikian media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi yang mengan-

dung maksud-maksud pembelajaran, merangsang pikiran, perasaan dan perhatian siswa sehingga keampuan siswa dapat medorong proses belajar. Media pembel- ajaran sangat membantu pendidik dalam memberikan pengajaran secara mak- simal, efektif serta efisien.

Dokumen terkait