HASIL PENELITIAN
C. Skor Mutu Keterampilan Konselor dalam Layanan Bimbingan kelompok Setelah Tindakan Layanan Penguasaan Konten Siklus pertama
31
Berdasarkan tabel IV.2 di atas dapat dipahami bahwa dari 8 orang konselor yang menjadi subjek penelitian ada yang keterampilannya dalam melaksanakan bimbingan kelompok yang klasifkasinya Sangat rendah sebanyak 2 orang (25%), klasifikasinya Rendah 1 orang (12,5%), sedang 4orang (50%), klasifikasinya tinggi tidak ada dan hanya satu orang yang klasifikasi nya sangat tinggi ( 12,5%). Dari data tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan konselor dalam melaksanakan bimbingan kelompok pada umumnya berada pada klasifikasi sedang, rendah dan sangat rendah. Oleh sebab itu sangat perlu ditingkatkan . Salah satu cara meningkatkan adalah melalui layanan penguasaan konten
C. Skor Mutu Keterampilan Konselor dalam Layanan Bimbingan kelompok Setelah Tindakan Layanan Penguasaan Konten Siklus pertama
Setelah penulis mendapatkan data tentang skor keterampilan konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok sebelum pemberian tindakan layanan, dimana terlihat skor tersebut sebagian besar berada pada katagori sedang dan rendah, dan sangat rendah. Maka langkah berikutnya yang akan penulis lakukan tentunya adalah melaksanakan tindakan layanan guna dapat meningkatkan skor keterampilan konselor tersebut dengan layanan penguasaan konten. Tindakan layanan ini akan dilakukan dalam dua siklus atau tahapan, yaitu siklus pertama dan siklus kedua.
Kegiatan penelitian pada siklus pertama ini terdiri atas empat tahap kegiatan yaitu, tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Uraian lengkapnya tentang tahapan siklus pertama ini akan dilaksanakan seperti dalam uraian berikut :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan untuk menjadi pedoman dan bahan pada kegiatan tahap pelaksanaan tindakan. Adapun hal-hal yang mesti direncanakan dan ditetapkan dalam tahapan ini yaitu :
32
a. Menetapkan subjek atau peserta layanan. Ada 8 orang konselor yang tergabung dalam MGBK SLTP Kota Padang Panjang ditetapkan sebagai peserta layanan berdasarkan wawancara penulis dengan koordinator MGBK SLTP Padang Panjang dan berdasarkan angket awal
b. Masalah keterampilan dalam melaksanakan bimbingan kelompok dapat dilihat pada tahapan dan langkah-langkah pelaksanaan bimbingan kelompok antara lain, mencakup ; 1) Tahapan pembentukan, dengan 7 langkah, 2) Tahap peralihan 4 langkah, 3) Tahap kegiatan 6 langkah dan 4) tahap pengakhiran 7 langkah.
c. Setelah masalah diketahui peneliti menyiapkan bahan untuk layanan penguasaan konten, kemudian peneliti membuat kesepakatan dengan koordinator MGBK untuk menyepakati waktu pelaksanaan tindakan layanan.
d. Langkah berikutnya peneliti menetapkan proses dan langkah-langkah pelaksanaan tindakan
e. Menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan, termasuk media dengan perangkat keras dan lunaknya
f. Menyiapkan kelengkapan administrasi
g. Materi tindakan layanan penguasaan konten yang akan diberikan pada tahap pertama ini berkaitan dengan peningkatan keterampilan konselor pada tahap pembentukan dan peralihan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan layanan pada siklus pertama disepakati dilakukan pada tanggal 10 September 2014 di Aula SMPN 2 Padang Panjang. Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus pertama ini dilaksanakan pemberian materi pada tahapan pembentukan dan peralihan. Untuk meningkatkan keterampilan konselor dalam tahap ini peneliti memberikan layanan penguasaan konten tentang langkah-langkah apa saja yang dilakukan konselor dalam tahap pembentukan dan tahap peralihan.
33
Untuk itu pada Tahap ini peneliti melakukan skenario dan kegiatan dalam kelas sebagai berikut:
a. Memberikan prites kepada konselor tentang wawasan konselor tentang bimbingan kelompok dan tahapan bimbingan kelompok.
b. Memberikan penyegaran materi tentang langkah-langkah bimbingan kelompok tahap pembentukan dan tahap peralihan.
c. Pemberian materi diikuti dengan tanya jawab dan juga strategi BMB3 dengan mendorong konselor untuk berfikir, merenung, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggungjawab tentang materi yang diberikan.
d. Pemberian materi juga langsung diiringi dengan praktek, di mana masing-masing peserta layanan diberikan kesempatan untuk mempraktekkan langkah-langkah bimbingan kelompok pada tahap pembentukan dan tahap peralihan secra bergantian
3. Pengamatan
Peneliti di samping langsung memberikan materi, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktifitas konselor dalam mengikuti kegiatan dan praktek .Hal-hal yang diamati untuk mengetahui antusiasme mereka dalam mengikuti layanan yang berujung nanti pada terjadinya peningkatan wawasan dan keterampilan mereka dalam melaksnakan layanan bimbingan kelompok.
4. Refleksi
Refleksi diberikan untuk mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan apakah tindakan tersebut memerlukan siklus selanjutnya. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis, mensintesis hasil pengamatan selama proses pemberian materi layanan. Pada tahap ini dirumuskan perlakuan yang harus diperbaiki, dipertahankan dan yang akan dibuang. Pada tahap ini juga didiskusikan keberhasilan atau kegagalan perlakuan untuk menentukan perlu atau tidaknya siklus selanjutnya.
34
Di sini juga penulis gambarkan bahwa peserta yang mengisi angket sebelum tindakan dengan peserta yang mengisi angket pada setelah mengikuti tindakan layanan pada siklus pertama dan siklus kedua jumlahnya berbeda . Dimana konselor yang mengisi angket sebelum tindakan layanan diberikan berjumlah 16 orang konselor, yang mengisi angket pada siklus pertama sebanyak 10 orang konselor dan yang mengisi angket pada siklus kedua sebanyak sebanyak 9 orang konselor. Dan peserta/konselor yang lengkap mengisi angket dan mengikuti kegiatan tindakan layanan ada sebanyak 8 orang konselor. Oleh sebab itu pada tabel selanjutnya penulis hanya akan memaparkan hasil olahan angket sebanyak delapan orang konselor saja.
Jadi skor keterampilan 8 orang konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok sebelum pemberian layanan diberikan dapat dibandingkan dengan skor 8 orang konselor tersebut setelah pemberian tindakan layanan pada siklus pertama di atas.
Adapun perbandingan skor keterampilan 8 orang konselor sebelum pemberian tindakan dengan setelah pemberian tindakan dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut .
Tabel IV.3
Perbandingan Skor Keterampilan Konselor dalam Bimbingan Kelompok sebelum Tindakan Layanan dengan setelah Pemberian Tindakan pada
Siklus Pertama N=8 No Responden Skor Sebelum Tindakan %
Skor angket Setelah Tindakan Siklus Pertama % Ket 1 01 ( RK) 66 91,66 67 93,05 Naik 1 poin 2 02 (RT) 48 66,66 55 76,38 Naik 7 poin 3 03 (HD) 49 68,05 58 80,55 Naik 9 poin 4 04 (SM) 31 43,05 60 83,33 Naik 29 poin 5 05 (SF) 29 40,27 63 87,50 Naik 34 poin 6 06 ( RH) 44 61,11 45 62,50 Naik 1 poin
7 07 (MY) 37 51,38 55 76,38 Naik 18 poin
35
Dari tabel IV.3 di atas terlihat bahwa dari 16 orang konselor sekolah yang mengisi angket awal sebelum tindakan layanan, ternyata hanya 8 orang yang tanya lengkap. Dari 8 orang konselor yang akan mengikuti kegiatan tindakan peningkatan keterampilan dalam layanan bimbingan kelompok, t ternyata skor mereka semuanya meningkat dengan berbagai variasi. Ada yang yang banyak peningkatannnya dan ada sedikit.
Untuk melihat perbandingan klasifikasi skor keterampilan konselor sebelum tindakan dengan setelah tindakan dapat dilihat pada tabel IV.4 berikuti ini :
Tabel IV 4.
Perbandingan Katagori Skor keterampilan Konselor dalam Layanan Bimbingan kelompok sebelum pemberian Tindakan dengan setelah
Tindakan Siklus Pertama N=16
No Skor Katagori Angket 1 % Angket 2 %
1 64-72 Sangat Tinggi 1 12,5 1 12,5 2 54-63 Tinggi 0 0 6 75 3 44-53 Sedang 4 37,5 1 12,5 4 34-43 Rendah 1 25 0 0 5 24-33 Sangat Rendah 2 25 0 0 8 100 8 100
Pada tabel IV.3 di atas s terlihat ada peningkatan keterampilan 8 orang konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Sebelum pemberian layanan terlihat skor keterampilan 8 orang konselor dalam layanan bimbingan kelompok 87,5 % (7 orang) berada pada posisi sedang, rendah dan sangat rendah , dan hanya 12,5 % (1 orang) yang berada pada posisi sangat tinggi. Sedangkan skor keterampilan konselor pada waktu setelah pemberian tindakan layanan pada siklus pertama sepertinya skor mereka lansung naik, dimana tidak ada lagi skor
36
yang berada pada katagori sangat rendah dan rendah, namun sudah sebagian besar (75%) berada pada katagori tinggi.
Idealnya skor keterampilan konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok tentu dapat menguasai semua langkah dan tahapan nya. Dalam bimbingan kelompokada 4 tahapan dan 24 langkah. Tentu idealnya seorang konselor atau pimpinan kelompok menguasai atau sangat terampil dalam melakukannya. Namun kenyataannya memang masih banyak dari langkah-langkah tersebut yang belum dikuasai. Jangankan dikuasai diingat saja tidak. Ini tentu akan berefek kepada keinginan konselor untuk melaksanakan bimbingan kelompok terhadap siswa asuhnya.
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus pertama, dimana terlihat skor keterampilan konselor dalam bimbingan kelompok masih perlu ditingkatkan, oleh sebab itu maka penulis menganggap sangat perlunya dilanjutkan pada tindakan ke dua pada siklus II.
D. Skor Mutu Keterampilan konselor dalam Layanan Bimbingan kelompok