• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN DOSEN"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

Peningkatan Keterampilan Konselor dalam BKP tentang Melalui layanan

Layanan Penguasaan Konten

( Penelitian Tindakan pada Konselor SLTP/MTS se-Kota Padang Panjang)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

(2)

PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

Peningkatan Keterampilan Konselor dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Melalui layanan Layanan Penguasaan Konten

( Penelitian Tindakan pada Konselor SLTP/MTS se-Kota Padang Panjang)

PENELITI Dasril S.Ag.,M.Pd

DILAKSANAKAN ATAS BIAYA DIPA STAIN BATUSANGKAR SESUAI SURAT PERJANJIAN KONTRAK PENELITIAN

NOMOR : Sti.02/IX/TL.00/.../2014 TANGGAL...2014

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

(3)

PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

PENELITI MUDA

Peningkatan Kompetensi Profesional Konselor dalam layanan Peminatan

dengan Bimbingan Kelompok melalui Layanan Penguasaan Konten

( Penelitian Tindakan pada Konselor SLTP/MTS se-Kota Padang Panjang)

PENELITI Dasril S.Ag.,M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

(4)

PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN

Peningkatan Kompetensi Profesional n Konselor dalam layanan Peminatan

dengan Bimbingan Kelompok melalui Layanan Penguasaan Konten

( Penelitian Tindakan pada Konselor SLTP/MTS se-Kota Padang Panjang)

PENELITI Dasril S.Ag.,M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

(5)

2014

PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN

Peningkatan Kompetensi Profesional n Konselor dalam layanan Peminatan

dengan Bimbingan Kelompok melalui Layanan Penguasaan Konten

( Penelitian Tindakan pada Konselor SLTP/MTS se-Kota Padang Panjang)

PENELITI Dasril S.Ag.,M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

(6)
(7)

ABSTRAK

Masalah pokok yang menjadi dasar diangkatnya penelitian ini adalah masalah wawasan pengetahuan keterampilan nilai dan sikap (WPKNS) konselor yang masih rendah. Di antaranya berkaitan dengan aspek K (keterampilan) dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Yaitu masih adanya keterampilan konselor sekolah/madrasah yang rendah dalam layanan bimbingan kelompok, walaupun sudah mengikuti berbagai seminar dan pelatihan . Hal ini terlihat dari gejala jarangnya konselor melaksanakan layanan bimbingan kelompok di sekolah.

Berdasarkan persoalan di atas tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan keterampilan konselor dalam layanan bimbingan kelompok melalui layanan penguasaan konten. Secara lebih rinci penelitian ini diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang menjadi batasan masalah, yaitu : (1) bagaimana keterampilan konselor pada tahap pembentukan, peralihan kegiatan dan pengakhiran sebelum diberikan tindakan layanan penguasaan konten dan peningkatannya setelah layanan penguasaan konten. Sasaran dan tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan keterampilan konselor dalam layanan bimbingan kelompok melalui layanan penguasaan konten.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan (action risearch) . Subjek penelitian adalah 20 orang konselor sekolah yang tergabung dalam MGP (Musyawarah Guru Pembimbing) SMP/MTS se-Kota Padang Panjang yang punya keinginan untuk senantiasa meningkatkan WPKNS mereka dalam layanan bimbingan kelompok. Untuk mewujukan tujuan ini, maka penelitian dilakukan melalui proses pengkajian berdaur (

cyclical) yang terdiri atas beberapa siklus. Untuk itu dalam penelitian ini, kegiatan

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi dlakukan minimal dua siklus tergantung pada ketercapaian tujuan penelitian.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah... 3

B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah... 4

C. Sasaran dan Tujuan Penelitian... 4

D. Defenisi Operasional... 4

E. Kajian Riset Sebelumnya... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Profil Konselor... 6

B. Layanan Bimbingan Kelompok... 9

C. Layanan Pengusaan Konten... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 21

B. Setting Penelitian... 21

C. Prosedur Penelitian... 22

D. Tekhnik Pengumpulan Data... 23

E. Teknik Analisis Data... 24

F. Luaran... 24

G. Waktu Penelitian... 25

H. Alokasi Biaya penelitian... 26

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

F. Latar Belakang Masalah... 3

G. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah... 4

H. Sasaran dan Tujuan Penelitian... 4

I. Defenisi Operasional... 4

J. Kajian Riset Sebelumnya... 5

BAB II KAJIAN TEORI D. Profil dan Kompetensi Konselor... 6

E. Layanan Peminatan dalam Kurikulum 2013... 9

F. Layanan Peminatan dengan Bimbingan Kelompok... 10

G. Layanan Pengusaan Konten... 17

BAB III METODE PENELITIAN I. Jenis Penelitian... 19

J. Setting Penelitian... 19

K. Prosedur Penelitian... 20

L. Tekhnik Pengumpulan Data... 21

M. Teknik Analisis Data... 22

N. Luaran... 22

O. Waktu Penelitian... 23

P. Alokasi Biaya penelitian... 23

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

1

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan kurikulum di sekolah berdampak pada aktivitas peserta didik, termasuk guru bimbingan dan konseling atau konselor. Ada penekanan yang perlu mendapatkan perhatian secara proporsional yakni program peminatan peserta didik. Banyak peran yang mesti dilakukan konselor dalam rangka peminatan peserta didik baik melalui layanan secara klasikal, layanan bimbingan kelompok dan konseling individual dalam program peminatan peserta didik.

Dalam bimbingan klasikal tekanan diberikan pada bagaimana mengajak peserta didik belajar melalui pengalamannya sendiri sehingga dalam pengambilan keputusan peminatan mereka menyadari bahwa itu adalah keputusannnya sendiri, bukan keputusan pihak lain yang dipaksakan. Sedangkan dalam bimbingan kelompok lebih diakomodasi peran kolaborasi di antara anggota kelompok untuk saling mengekalkan keputusannya dalam peminatan sekolah. Bagian konseling individual merupakan wadah bagi peserta didik yang masih mengalani berbagai persoalan peminatan di mana mereka tidak mampu menyelesaikan sendiri masalahannya.

Akhir dari semua jenis pelayanan di atas adalah agar semua peserta didik mampu dan memilih dan mengambil keputusan secara bijak dalam program peminatan mereka. Tentu semua itu akan tetap berjalan dengan baik manakala guru pembimbing atau konselor memiliki kompetensi yang mantap dan serius dalam melaksanakan layanan tersebut.

Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan

(11)

2

yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli atau klien, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor.

Konselor atau juga sering disebut guru pembimbing mempunyai tugas yang berbeda dengan guru mata pelajaran, maupun guru praktek. Secara garis besar, konselor mempunyai tugas dan tanggung jawab menangani beragam masalah, siswa. misalnya (1) masalah kesulitan belajar, yaitu metode belajar dan fasilitas belajar; (2) kelanjutan sekolah bagi peserta didik; (3) pemilihan jabatan; (4) penyesuaian diri terhadap sekolah, keluarga, masyarakat dan diri sendiri; (5) sosial, ekonomi dan kesehatan; (6) penggunaan waktu luang; dan (7) masalah-masalah kepribadian.

Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut konselor konselor dapat memberikan atau melaksanakan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung. Di antara layanan tersebut adalah layanan bimbingan kelompok. Untuk dapat melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan baik maka konselor mesti memiliki skil/atau kompetensi profesional yang berkaitan dengan bimbingan kelompok. Di antara kompetensi yang mesti dimiliki konselor dalam bimbingan kelompok antara lain menurut prayitno konselor mesti dapat menguasai 4 tahap dari 24 langkah pelaksanaan bimbingan kelompok.

Dari hasil wawancara penulis dengan koordinator Guru Pembimbing SMP/MTS Kota Padang Panjang diperoleh informasi bahwa sebagian besar dari guru pembimbing masih lemah/rendah kompetensinya dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok, walaupun sebelumnya sudah mengikuti berbagai pelatihan tentang layanan tersebut. Karena masih lemahnya keterampilan mereka dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling kelompok, maka seringkali kegiatan bimbingan dan konseling kelompok yang sudah diprogramkan tidak terlaksana dengan baik atau kurang. Hal ini juga didukung oleh pernyataan konselor lainnya yang mengakui bahwa layanan bimbingan kelompok belum terealisasi dengan baik.

(12)

3

Berdasarkan beberapa fenomena tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melihat lebih jauh bagaimana sebetulnya keterampilan konselor SMP/MTS se-Kota Padang Panjang dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok dan sekaligus berupaya memberikan wawasan dan memberikan pelatihkan untuk meningkatkan keterampilan tersebut dengan layanan penguasaan konten , dengan sebuah penelitian dengan judul “ Peningkatan Keterampilan Konselor dalam Bimbingan Kelompok melalui Layanan Penguasaan Konten “ ( Penelitian Tindakan pada Guru BK SLTP/Mts se Kota Padang Panjang.)

B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah

Bertitik tolak dari pemikiran dan persoalan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Peningkatan Keterampilan Konselor dalam Bimbingan Kelompok melalui Layanan Penguasaan Konten “ ( Penelitian Tindakan pada Guru BK SLTP/Mts se Kota Padang Panjang.)

Secara lebih rinci penelitian ini diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan yang menjadi batasan masalah penelitian ini, yaitu :

a. Bagaimana mutu kompetensi profesional konselor dalam melaksanakan bimbingan kelompok sebelum diberikan tindakan, meliputi :Keterampilan konselor dalam bimbingan kelompok pada tahap pembentukan, pada tahap peralihan, pada tahap kegiatan, pada tahap pengakhiran

b. Bagaimana kompetensi profesional konselor dalam melaksanakan bimbingan kelompok setelah diberikan tindakan, meliputi :Keterampilan konselor dalam bimbingan kelompok pada tahap pembentukan, pada tahap peralihan, pada tahap kegiatan, pada tahap pengakhiran

C. Sasaran dan tujuan Penelitian

Sasaran dan tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan keterampilan konselor dalam bimbingan kelompok. Sedangkan yang menjadi tujuan secara khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan

(13)

4

data tentang : Keterampilan konselor dalam melaksanakan bimbingan kelompok sebelum diberikan tindakan layanan penguasaan konten dan setelah diberikan tindakan.

D. Defenisi Operasional

Agar tidak ada kerancuan dalam memahami proposal penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan dari beberapa kata atau istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini sebagai berikut ;

1. Peningkatan, menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991 : 1060) artinya proses, perbuatan, cara meningkatkan, usaha, kegiatan . yang penulis maksud di sini adalah kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kematangan landasan hidup religius mahasiswa melalui tindakan layanan.

2. Keterampilan, yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan/skil guru pembimbing dalam melaksanakan bimbingan kelompok.

3. Konselor, konselor atau di sebut juga guru pembimbing adalah “ Guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik”

4. Layanan Bimbingan elompok, menurut Prayitno (2004:1) merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling yang mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok”.

5. Layanan Penguasaan Konten (PKO) . Menurut Prayitno (2004 : 2) Layanan Penguasaan Konten merupakan Layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun kelompok) untuk menguasai kemampuan atau konten tertentu melalui kegiatan belajar.

(14)

5

Beberapa hasil penelitian dan hasil kajian yang telah diakses dan penulis berpandangan bahwa penelitian dan kajian yang akan diuraikan sangat relevan dengan kajian penelitian ini. Di antara hasil penelitian kajian tersebut yaitu ;

Pertama , Masril, dkk (2009 : 53) melakukan kegiatan penelitian pada MGP

SMA Se Tanah Datar, tentang Peningkatan aktifitas dan Keterampilan Guru Pembimbing melalui Pelatihan Pelayanan Konseling berbasis Data dengan model kooperatif dan Performance Assesment. Beberapa kesimpulan kegiatannya adalah; (a) model kooperatif assessment dapat meningkatkan aktifitas dan keterampilan guru pembimbing dalam menyusun program dan melaksanakan layanan konseling berbasis data. (b) beberapa keterampilan yang yang mendapat perhatian dan terjadi peningkatannya adalah ; keterampilan menganalisis data yang telah diolah, keterampilan merumuskan kompetensi dan indicator kompetensi yang ingin dicapai berdasarkan apa yang digunakan.

Kedua, Ardimen (2003,58-65) dalam tulisannya reaktualisasi laboratorium

bimbingan dan konseling dalam pengembangan keilmuan dan keterampilan calon guru pembimbing. Dalam tulisannya ditegaskan bahwa profesi bimbingan dan konseling merupakan profesi yang membutuhkan keahlian dan keterampilan tersendiri yang tidak bisa dilakukan semua orang, kemudian juga ditegaskan untuk mencapai keterampilan tersebut diperlukan laboratorium yang berfungsi untuk; menyelenggarakan latihan layanan, membantu praktek pengalaman lapangan, melaksanakan sendiri ataupun membantu penelitian dala rangka pengembangan ilmu bimbingan dan konseling baik yang bersifat teori maupun terapan.

(15)

6 BAB II KAJIAN TEORI A. Profil Konselor 1. Pengertian Konselor

Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli atau klien, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor.

Jadi, pada hakikatnya konselor adalah tenaga ahli di bidang bimbingan dan konseling yang berwenang memberikan bantuan layanan kepada konseli atau individu untuk membantu dalam penyelesaian masalah baik dalam bidang pribadi, belajar, sosial, karir keluarga dan agama. Sehingga terkembangkan potensi yang dimiliki konseli dan mampu mencapai kehidupan efektif sehari-hari (KES).

2. Konselor sebagai Pendidik

Pasal 1 ayat (1) UU No.20/2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dannegara” Sementara itu, Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang yang sama menyatakan bahwa konselor termasuk kedalam kategori pendidik

Dengan rumusan dalam ke dua pasal di atas tereksplisitkan bahwa tugas konselor sebagai pendidik) adalah mewujudkan (a) suasanabelajar, dan (b) proses

(16)

7

pembelajaran. Kea rah terwujudkannnya dua hal tersebut itulah konselor melaksanakan tugas-tugas profesionalnya termasuk di dalamnya melaksanakan layanan bimbingan kelompok.

3. Karakteristik Konselor

Menurut Munro, (1983: 29) "walaupun tidak ada pola yang tegas terhadap karakteristik konselor namun sekurang-kurangnya seorang konselor memiliki sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka dan merasakan penderitaan orang lain, tidak mau menang sendiri, dan objektif.

Sejalan dengan pendapat di atas Willis (2004 : 86) juga menyimpulkan bahwa karakteristik dari konselor profesional itu, antara lain:

a. Beriman, bertaqwa b. Menyenangi manusia c. Komunikator yang terampil

d. Memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial budaya yang merupakan nara sumber yang kompeten

e. Fleksibel, tenang dan sabar

f. Menguasai keterampilan teknik, memiliki institusi g. Memahami etika profesi

h. Respek, jujur, asli, menghargai, tidak menilai i. Empati, memahami, menerima, hangat, bersahabat j. Fasilitator, motivator

k. Emosi, stabil, pikiran jernih, cpat dan mampu l. Objektif, rasional, logis, konkrit

m. Konsisten dan tanggung jawab.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa karakteristik konselor yang begitu banyak dan yang harus ada dalam diri seorang konselor tersebut itulah yang nantinya akan mendukung terhadap kompetensi profesional seorang konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Karena seorang konselor merupakan sebagai panutan dan suri tauladan yang baik bagi siswa atau kliennya.

4. Tugas Pokok Konselor Sekolah

Menurut Anas Salahudin (2010:106) seorang konselor mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan, misalnya mengadakan penelitian terhadap lingkungan

(17)

8

sekolah, membimbing anak-anak, serta memberikan saran-saran yang berharga. Karena itu konselor tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan.

Menurut HM Umar dan Sartono ( 1998 : 42) tugas seorang konselor di sekolah adalah membantu kepala sekolah beserta stafnya dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah, sehubungan dengan hal tersebut konselor sekolah mempunyai tugas mengadakan penelitian atau observasi terhadap situasi atau keadaan sekolah, baik mengenai peralatan, tenaga, penyelanggara maupun aktifitas lainnya.

Secara garis besar, konselor mempunyai tugas dan tanggung jawab menangani beragam masalah, misalnya (1) masalah kesulitan belajar, yaitu metode belajar dan fasilitas belajar; (2) kelanjutan sekolah bagi peserta didi; (3) pemilihan jabatan; (4) penyesuaian diri terhadap sekolah, keluarga, masyarakat dan diri sendiri; (5) sosial, ekonomi dan kesehatan; (6) penggunaan waktu luang; dan (7) masalah-masalah kepribadian.

Dari uraian di atas terlihat di antara tugas konslor adalah menangani masalah kesulitan belajar siswa. Untuk bisa menangani masalah kesulitan belajar siswa tentu konselor mesti melakukan aplikasi instrumentasi non tes, yairtu mengadministrasikan AUM Umum dan AUM Belajar atau PTSDL.

Jadi dapat dipahami bahwasanya antara tugas dan tanggung jawab adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan begitu saja. Keterkaitan keduanya memiliki pengaruh yang penting dalam pelayanan konseling yang diberikan. Dapat diketahui bahwa tugas dan tanggung jawab seorang konselor tersebut adalah untuk membantu individu dengan memberikan pelayanan konseling kepada peserta didik atau klien dalam rangka mengembangkan pribadi yang positif sehingga bisa mencapai kebahagiaan hidup dunia dan hidup diakhirat dengan konteks tugas bidang pengembangan kemampuan pribadi, sosial, belajar, karir, agama dan keluarga.

(18)

9

Untuk menegakkan sosok profesinya, konselor dituntut untuk menguasai berbagai kompetensi profesional dengan posisi serta tugas pokok dan kegiatan profesionalnya.( Abkin : 2005 :4)

a. Sebagai pendidik, konselor dituntut menguasai kompetensi dasar proses pembelajaran melalui bahasa dan penerapan pendekatan, metode dan kegiatan pendukung pelayanan konseling. kompetensi profesional konselor terbentang dalam spektrum kompetensi keilmuan, keahlian dan prilaku profesi

b. Spektrum profesi. Dalam spektrum kompetensi konselor trdapat tiga pilar kompetensi, yaitu kompetensi keilmuan, kompetensi eahlian/keterampilan dan kompetensi prilaku profesi. Ketiga kompetensi tersebut harus dikuasai oleh konselor.( Abkin : 2005 : 4)

Dari uraian tentang spektrum profesi di atas terlihat bahwa kompetensi profesional konselor dalam bimbingan kelompok yang menjadi fokus penelitian peneliti, merupakan salah satu kompetensi keahlian atau keterampilan yang mesti dikuasai oleh konselor

B. Layanan Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan dan konseling memiliki sepuluh jenis layanan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa/ klien dalam pengentasan permasalahan yang dialami klien serta membantu mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh klien, misalnya dalam hal mengeluarkan ide, pendapat ataupun gagasan-gagasan lainnya, dan juga bagaimana klien bisa mengendalikan dirinya ketika berpendapat tersebut. Salah satu layanan yang dapat digunakan untuk hal itu adalah layanan bimbingan kelompok.

Menurut Deawa Ketut Sukardi (2008:78) layanan bimbingan kelompok ini merupakan layanan yang memungkinkan peserta didik (konseli) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing/ konselor) dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya

(19)

10

baik sebagai individu maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan tertentu.

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa layanan bimbingan kelompok dilakukan dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang secara bersama membahas topik-topik umum yang berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman anggota kelompok serta bagaimana individu mampu mengambil keputusan secara tepat dan mampu mengambil tindakan yang tepat untuk suatu permasalahan. Senada dengan apa yang dipaparkan Dewa Ketut di atas, Prayitno (2008 :1) memberikan definisi layanan bimbingan kelompok sebagai layanan dalam bimbingan dan konseling yang mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok.

Sedangkan Gazda (dalam Prayitno (1999:309) mendefinisikan bimbingan kelompok di sekolah sebagai suatu “kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.”

Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa bimbingan kelompok itu merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui pemanfaatan dinamika kelompok yang membahas berbagai topik umum yang dirasakan oleh setiap individu yang berguna bagi perkembangannya dalam kehidupan serta bagaimana individu tersebut mampu menyusun rencananya dan mengambil keputusan yang tepat.“Dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok itu akan dapat efektif dan bermanfaat bagi pembinaan anggota kelompok apabila jumlah anggota kelompoknya tidak terlalu besar.”(Dewa Ketut Sukardi , 2008: 65)

Pendapat di atas juga diperkuat oleh Tohirin ( 2007:170) yang menyatakan bahwa bimbingan kelompok tersebut merupakan “suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu melalui kegiatan kelompok.” Melalui kutipan pendapat di atas dapat terlihat bahwa bimbingan kelompok diberikan sebagai salah satu bentuk bimbingan atau bantuan yang dilakukan oleh konselor dalam

(20)

11

rangka mengembangkan dan menambah wawasan klien atau anggota kelompok terkait dengan topik umum yang dibahas pada bimbingan kelompok tersebut.

Kegiatan bimbingan kelompok ini dilakukan melalui “kegiatan home room yang berfungsi untuk penyampaian informasi dan pengembangan , psikodrama yang berfungsi untuk keperluan terapi untuk masalah-masalah psikologis, sosiodrama yang berfungsi untuk keperluan terapi bagi masalah-masalah konflik sosial.”

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan dan dipimpin oleh pemimpin kelompok (konselor) terhadap beberapa orang anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok dengan tujuan untuk membahas topik-topik umum yang berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan para anggota kelompok serta membantu mengembangkan kemampuannya dalam mengambil keputusan dan tindakan yang tepat.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok yang dilakukan memiliki tujuan tertentu agar tercapainya suatu hasil yang optimal dan pelaksanaannya dapat menjadi terarah dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Adapun tujuan bimbingan kelompok tersebut secara umum adalah “berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan kelompok tersebut membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta.”

Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok tersebut merupakan topik-topik yang sedang hangat-hangatnya berkembang pada saat ini, seperti membahas tentang dampak media sosial terhadap perkembangan remaja, narkoba, HIV-AIDS, kenaikan BBM, dan lain sebagainya. Dengan membahas topik tersebut diharapkan para anggota kelompok dapat melatih kemampuan komunikasinya dengan cara mengeluarkan pendapat dan ide-idenya terkait dengan topik yang dibahas, serta membantu mengambangkan kemampuan sosialisasi

(21)

12

anggota kelompok, misalnya dalam hal menghargai pendapat-pendapat yang ada, kemudian mengembangkan sikap positif dalam mengendalikan diri terkait dengan topik yang dibahas. Sebagaimana yang dipaparkan Samsul Munir Amin (2010 : 291) bahwa: “melalui layanan bimbingan kelompok para peserta didik dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Selain itu bimbingan kelompok dapat membuahkan hubungan yang baik di antara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antarindividu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap di dalam kelompok.”

Melalui pelaksanaan layanan bimbingan kelompok ini diharapkan hal-hal yang mengganggu pikiran, persepsi dan wawasan siswa dapat terbantu dan berkembang menjadi lebih baik. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok akan mendorong terjadinya pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap peserta layanan ke arah yang lebih baik, sehingga anggota kelompok dapat bertingkah laku yang positif dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Selain yang dipaparkan Prayitno di atas, Menurut Tatik Romlah ( 2000 : 14-15) adapun tujuan bimbingan kelompok tersebut menurut Tatiek Romlah antara lain:

a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok. c. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif

daripada melalui kegiatan bimbingan individual.

d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif dengan mempelajari masalah-masalah yang umum dialami oleh individu dan dengan

(22)

13

meredakan atau menghilangkan hambatan-hambatan emosional melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap masalah individu menjadi lebih mudah.

Berdasarkan pendapat dari tujuan di atas dapat dipahami bahwa tujuan layanan bimbingan kelompok selain mengembangkan kemampuan komunikasi dan membahas topik-topik umum, bimbingan kelompok juga bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan dan meningkatkan potensi yang dimiliki dalam segala aspek kehidupannya.Layanan bimbingan kelompok yang dilakukan memiliki fungsi pemahaman dan pengembangan.Di mana dalam pembahasan topik-topik umum tersebut para anggota kelompok dapat memahami berbagai informasi atau topik yang dibahas dalam kegiatan tersebut kemudian mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggota kelompok tersebut.

3. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dipimpin oleh seorang pemimpin kelompok (konselor) dan diikuti oleh anggota kelompok.

a. Pemimpin kelompok (PK)

Pemimpin kelompok (PK) itu merupakan seorang konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional.Adapun tugas pemimpin kelompok (PK) adalah “memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui “bahasa” konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling.Secara khusus pemimpin kelompok (PK) diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut di atas.”

1) Karakteristik pemimpin kelompok (PK)

Seorang pemimpin kelompok yang melaksanakan layanan bimbingan kelompok memiliki berbagai karakteristik, seperti yang diutarakan Prayitno: a) Mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi

dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka, dan demokratik, konstruktif, saling mendukung dan

(23)

14

meringankan beban, menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman, menggembirakan, dan membahagiakan, serta mencapai tujuan bersama kelompok.

b) Berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas, mensinergikan konten bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok.

c) Memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan , demokratik dan kompromistik (tidak antagonistik) dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.

2) Peran pemimpin kelompok (PK)

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok tersebut, adapun peran pemimpin kelompok (PK) tersebut, antara lain dalam:

a) Pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta, sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu terjadinya hubungan antara anggota-anggota kelompok menuju keakraban di antara mereka, tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok dalam suasana kebersamaan, berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok, terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara, dan terbinanya kemandirian kelompok.

b) Penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok apa, mengapa, dan bagaimana layanan bimbingan kelompok tersebut dilaksanakan.

c) Pentahapan kegiatan bimbingan kelompok (BKp)

d) Penilaian segera (laiseg) hasil layanan bimbingan kelompok. e) Tindak lanjut layanan.

b. Anggota kelompok (AK)

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok.Kegiatan ataupun

(24)

15

kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud tampa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok.

Kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan, dan berbagai reaksi pun dapat merupakan peluang yang amat berharga bagi masing-masing anggota kelompok. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupa kelompok (dinamika kelompok) yang akan membawakan kemanfaatan bagi para anggota. Peranan anggota kelompok amat menentukan. Peranan yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok itu benar-benar seperti yang diharapkan ialah:

a. Membantu terbinanya suasana keakaraban dalam hubungan antar anggota kelompok

b. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok

c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan

baik

e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok

f. Mampu berkomunikasi secara terbuka g. Berusaha membantu anggota lain

h. Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan peranannya

i. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu. (Prayitno: 2010 :32)

Beranjak dari penjelasan diatas maka para anggota kelompok sangat diharapkan berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan kelompok. Masing-masing anggota kelompok menerapkan teknik 3M dalam konseling, yaitu mendengar, memahami,dan merespon dengan tepat dan positif, selain itu para anggota kelompok juga berperan dalam menganalisis dan beragumentasi terkait dengan topik pembahasan yang dibahas pada kegiatan layanan bimbingan kelompok.

(25)

16

4. Asas-Asas Layanan Bimbingan Kelompok

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan kelompok tidak terlepas dengan adanya asas-asas yang digunakan dalam layanan bimbingan kelompok itu sendiri. Asas yang terpenting dalam pelayanan ini di antaranya adalah asas kerahasiaan dan asas kesukarelaan, dan asas lain yang mendukung kegiatan layanan bimbingan kelompok.

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebar luaskan ke luar kelompok termasuk dalam kelas.Selain itu yang terpenting sekali dalam bimbingan kelompok ini adalah asas kesukarelaan.Seluruh anggota kelompok diminta untuk sukarela dalam mengemukakan pendapat dan tidak malu.Hal ini sangat mendukung sekali untuk menghidupkan dinamika dalam kelompok.

Dinamika kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas kegitan dan keterbukaan. Anggota kelompok secara aktif dan terbuka menampilkan diri tampa rasa takut, malu ataupun ragu-ragu. Asas kekinian memberikan isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan.Selain itu, asas kenormatifan dipraktekkan berkenaan dengan cara-cara berkomunikas dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok. Sedangkan asas keahlian diperlihatkan oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

5. Teknik-Teknik Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok dilakukan menggunakan berbagai teknik yang dilakukan oleh pemimpin kelompok, hal ini digunakan untuk merangsang pengembangan sikap anggota kelompok dalam mengikuti pelayanan bimbingan kelompok.

(26)

17

Menurut Praytino ( 2010 : 27) Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam layanan bimbingan kelompok tersebut, antara lain: (a) teknik umum: pengembangan dinamika kelompok, dan (b) permainan kelompok.

a. Teknik umum: Pengembangan dinamika kelompok

Secara umum, teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok dalam rangka mencapai tujuan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Teknik-teknik tersebut meliputi:

1) Komunikasi multiarah secara efektif, dinamis dan terbuka.

2) Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, argumentasi dan pembahasan.

3) Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas anggota kelompok.

4) Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan.

5) Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku (baru) yang dikehendaki. Teknik-teknik tersebut diawali dengan tahap penstrukturan, di mana pada tahap penstrukturan ini pemimpin kelompok menjelaskan apa dan mengapa layanan bimbingan kelompok tersebut, setelah itu dilakukanlah kegiatan selingan ataupun permainan kelompok untuk menghidupkan suasana rileks dalam kelompok dan diakhiri dengan kegiatan pengakhiran. Semua teknik tersebut dapat diterapkan oleh pemimpin kelompok secara tepat waktu, tepat isi dan tetap sasaran, sehingga tampaklah kewibawaan, kebijaksanaan, semangat, wawasan luas dan keterampilan dari pemimpin kelompok (konselor) dalam melaksanakan pelayanan bimbingan kelompok.

b. Permainan kelompok

Kegiatan layanan bimbingan kelompok ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai selingan atau permainan baik permainan tersebut hanya sebatas selingan ataupun sebagai hal yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang dilakukan adalah permainan kelompok yang efektif, di mana “ciri-ciri permainan kelompok yang efektif itu, di antaranya: (1) sederhana,

(27)

18

(2) menggembirakan, (3) menimbulkan suasana relaks dan tidak melelahkan, (4) meningkatkan keakraban, dan (5) diikuti oleh semua anggota kelompok”.

Diharapkan permainan kelompok dapat dilakukan oleh pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok, hal tidak mengurangi semangat para anggota kelompok dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok.Tujuan dari adanya teknik permainan dalam layanan bimbingan kelompok ini adalah “untuk membangun suasana yang hangat dalam hubungan antar anggota kelompok dan sekaligus suasana kebersamaan”.

Selain dari teknik yang digunakan untuk mengembangkan kedinamikaan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok adalah “teknik pertanyaan dan jawaban, serta teknik perasaan dan tanggapan”. Teknik-teknik ini dilakukan apabila dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok suasana keterbukaan dan keikutsertaan para anggota kelompok belum berkembang.

6. Standar Prosedur Operasional Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok dilakukan secara tertib dan teratur dalam perancanaan dan pelaksanaannya. Di antara standar prosedur pelaksanaan layanan bimbingan kelompok itu menurut Prayitno antara lain:

a. Perencanaan

Perencanaan layanan bimbingan kelompok dilakukan dengan cara: (1) mengidentifikasi topik yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok (topik tugas atau topik bebas), (2) membentuk kelompok, (3) menyusun jadwal kegiatan, (4) menetapkan prosedur layanan, (5) menetapkan fasilitas layanan, (6) menyiapkan kelengkapan administrasi.

b. Pelaksanaan

Layanan bimbingan kelompok dilaksanakan dengan cara: 1) mengkomunikasikan rencan layanan bimbingan kelompok 2) mengorganisasikan kegiatan layanan bimbingan kelompok

3) menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok melalui tahap-tahap pelaksanaannya yaitu pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran. c. Evaluasi

(28)

19

Evaluasi layanan bimbingan kelompok dapat dilakukan melalui prosedur (1) menetapkan evaluasi, (2) menetapkan prosedur evaluasi, (3) menyusun instrumen evaluasi, (4) mengoptimalisasikan instrumen evaluasi, (5) mengolah hasil aplikasi instrumen.

d. Analisis hasil evaluasi

Setelah dilakukan evaluasi, kemudian dilakukan analisis evaluasi yang dilakukan dengan cara menetapkan norma/ standar analisis, melakukan analisis, menafsirkan hasil analisis.

e. Tindak lanjut

Tindak lanjut dalam layanan bimbingan kelompok dilakukan dengan cara (1) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (2) mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait, (3) melaksanakan rencana tindak lanjut.

f. Laporan

Laporan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dilakukan dengan cara menyusun laporan layanan bimbingan kelompok, menyampaikan laporan kepada pihak terkait, dan mendokumentasikan laporan layanan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat bahwa tahap pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang pertamanya adalah perencanaan, pada perencanaan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi topik apa yang akan dibahas pada kegiatan layanan bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan, apakah itu akan membahas topik tugas ataupun topik bebas. Begitu selanjutnya sampai kegiatan selesai, semua telaksana dengan teratur sampai kepada tahap pelaporan yang dilakukan oleh seorang konselor sebagai pemimpin kelompok yang selanjutnya memberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait.

C. Layanan Penguasaan Konten 1. Pengertian dan Tujuan

Layanan penguasaan konten (PKO) merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melaui kegiatan belajar. Tujuan layanan PKO ialah

(29)

20

dikuasainya suatu konten tertentu.Penguasaan konten ini perlu bagi individu untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengerahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara atau kebiasan tetentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalahnya.( Prayitno 2004 :10)

Layanan penguasaan konten dapat dilakukan untuk mengembangkan berbagai hal yang kemudian dikemas menjadi topik bahasan, bahan latihan dan atau isi kegiatan yang diikuti oleh peserta layanan PKO. Konten dalam hal ini bisa temasuk kemampuan atau kompetensi konselor dalam aplikasi instrumentasi

2. Pendekatan dan teknik

Pendekatan yang dilakukan dalam Layanan PKO biasanya dilakukan secara lansung ( bersifat directif) dan tatap muka, dengan format klasikal, kelompok atau individual. Penyelenggara layanan secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, meransang, mendorong peserta untuk berpartisipasi aktif mengikuti materi layanan.

Adapun teknik yang dapat digunakan oleh seorang nara sumber atau konseor dalam layanan PKO antara lain :

1) Penyajian, konselor menyajikan materi pokok konten, setelah para peserta disiapkan sebagaimana mestinya

2) Tanya jawab dan diskusi ; Konselor mendorong partisipasi aktif dan lansung para peserta, untuk memantapkan wawasan dan pemahaman pesert, serta berbagai kaitan dengan segenap aspek-aspek konten.

3) Kegiatan lanjutan; sesuai dengan penekatan aspek tertentu dari konten dilakukan berbagai kegiatan lanjutan.

3. Penilaian

Secara umum penilaian terhadap hasil layanan PKO diorientasikan kepada diperolehnya UCA ( Understanding--pemahaman, Comfort—perasaan lega dan action –rencana kegiatan pasca layanan). Secara khusus penilaian hasil layanan PKO ditekankan kepada penguasaan peserta ( dala hal ini konselor sekolah) atas aspek-aspek konten yang dipelajari

(30)

21

1) Penilaian segera (laiseg)

2) Penilaian jangka Pendek ( Laijapen) 3) Penilaian jangka panjang ( laijapang)

(31)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action

Research ), karena merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh

pelaku tindakan. Pada keilmuan bimbingan dan konseling lebih dikenal dengan Penelitian Tindakan Layanan (PTL), karena merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh prilaku tindakan. Penelitian tindakan menurut Sulipan (2010) adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakanya,untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Menurut Sukidi dkk (2002 : 16) PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam kaitannya dengan rancangan penelitian ini, Penelitian Tindakan ini dilaksanakan untuk membantu mahasiswa dalam meningkatkan kompetensi profesional konselor dalam melaksnakan layanan bimbingan kelompok.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian menyangkut dengan lokasi dan subjek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada konselor SLTP se-Kota Padang Panjang. Pemilihan Konselor SLTP se-Kota Padang Panjang sebagai lokasi penelitian didasarkan pada kondisi objektif dimana adanya keluhan tentang permasalahan rendahnya keterampialn dalam melaksanakan bimbingan kelompok. Subjek penelitian adalah konselor sekolah yang masih rendah kompetensi profesional mereka dalam layanan bimbingan kelompok

(32)

23

C. Prosedur Penelitian

Untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian sebagaimana tersebut di atas, maka penelitian ini akan terdiri atas beberapa siklus. Dalam satu siklus akan terdiri dari beberapa tahap, yaitu : tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Setiap tahap dilakukan berulang-ulang (bersiklus) sampai tujuan dicapai. Dalam penelitian ini siklus dilakukan minimal dua siklus tergantung kepada perkembangan di lapangan. Untuk masing-masing siklus kegiatan akan dirinci menjadi langkah-langkah sebagai berikut:

Siklus 1

Perencanaan, dalam siklus ini diawali dengan diskusi dan pemberian instrumen angket kepada konselor berkaitan dengan aspek-aspek kompetensi yang mesti dikuasai konselor dalam layanan bimbingan kelompok.

Setelah adanya perencanaan, maka kegiatan selanjutnya adalah memberikan tindakan (action). Tindakan yang dilakukan adalah pemberian materi layanan penguasaan konten berkaitan dengan materi-materi yang dapat meningkatkan kompetensi konselor dalam layanan bimbingan kelompok. Dalam pengamatan, peneliti melakukan analisis terhadap peningkatan komptensi profesional konselor dalam bimbingan kelompok. Sejalan dengan langkah pengamatan ini, dilakukan langkah refleksi, yakni merenungkan, memikirkan dan menilai segala tindakan yang dilakukan untuk selanjutnya direvisi. Dengan demikian selesailah siklus pertama dari penelitian tindakan ini.

Siklus 2

Perencanaan, pada siklus 2 ini akan diawali dengan mendiskusikan aspek kompetensi konselor mana yang masih lemah dan mana yang sudah ada peningkatan. Kegiatan perencanaan pada siklus 2 ini adalah mendiskusikan materi program dan kendala-kendala pelaksanaannya. Dari diskusi akan dilakukan revisi-revisi yang mengarah pada penyempurnaan layanan penguasaan konten.

(33)

24

Adapun tindakan, yang diambil dalam siklus 2 ini adalah memantapkan kompetensi konselor dalam layanan bimbingan kelompok. Secara skematis prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bagan berikut :

Bagan 1 : Prosedure Penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data hasil penelitian ini digunakan teknik wawancara, angket dan observasi. Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif ( Nana Saodih : 2009 : 216) Teknik wawancara dan angket digunakan untuk memperoleh data tentang aspek-aspek kompetensi profesional dalam bimbingan dan konseling yang menjadi masalah bagi konselor. Sementara itu teknik observasi digunakan untuk memperoleh imformasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi selama proses tindakan berkaitan dengan peningkatan kompetensi profesional konselor..

Melakukan Tindakan Melalui Layanan Penguasaan konten Melakukan Pengamatan Melakukan Refleksi dan Evaluasi Merancang Dan melaksanakan Tindakan Lanjutan ( Siklus 2) Perencanaan 1. Mengidentifikasi aspek-aspek

kompetensi yang masih rendah 2. Menyiapkan hand out materi

(34)

25

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah kegiatan yang sangat penting dalam setiap kali melakukan penelitian. Semua data yang terkumpul tidak akan berarti kalau tidak dianalisis. Hasil analisis data akan memberikan gambaran, arah dan tujuan dan maksud penelitian. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan untuk melihat kompetensi profesional konselor dalam bimbingan kelompok dengan skor sebagai berikut :

Tabel 1 :

Klasifikasi Skor Keterapilan Konselor dalam Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok

No Skor Kategori Kompetensi Profesional F % 1 64-72 Sangat Tinggi

2 54-63 Tinggi

3 44-53 Sedang

4 34-43 Rendah

5 24-33 Sangat Rendah

Hasil skor peningkatan keterampilan konselor dalam layanan bimbingan kelompok setiap tindakan dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui peningkatan keterampilan konselor dalam layanan bimbingan kelompok.

F. Luaran.

Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan konselor sehingga dapat melakukan layanan yang berkualitas terhadap siswa asuhnya

(35)

26

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2014 sampai dengan 17 Nopember 2014 dengan schedul sebagai berikut berikut :

Tabel 2 :

Alokasi Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Ap r Me i Jun i Juli Agu s Se p Ok t No p De s 1 Identifikasi masalah v V 2 Rancangan Proposal V 3 Seminar Proposal V 4 Rancangan Perlakuan v v 5 Rancangan Instrumen v v 6 Pelaksanaan Tindakan V V V 7 Pengumpulan Data V V v v 8 Analisis Data dan

Pembuatan Laporan V V V 9 Seminar hasil V v 10 Penyerahan Laporan v

(36)

27

Penelitian berkaitan dengan peningkatan keterampilan konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok ini diperkirakan membutuhkan biaya lebih kurang Rp 7.500.000,-( Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah). Rincian terlampir.

(37)

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Konselor SMP/MTsN Kota Padang Panjang

Sebelum penulis menguraikan bagaimana kompetensi konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok, maka di sini penulis terlebih dahulu akan menampilkan bagaimana profil konselor SMP/MTSN se kota padang panjang yang tergabung dalam kegiatan MGBK Kota Padang Panjang. Konselor yang tergabung dalam MGBK Kota Padang Panjang menurut Pak Mulyadi S.Pd Kons Koordinator MGBK SLTP/MTS Kota Padang Panjang ada lebih kurang 17 orang. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel IV.1

Profil Konselor SMP/MTSN Kota Padang Panjang Tahun 2014/2015

No Nama Konselor Pendidikan Tempat Tugas

Lama

Bertugas Ket

1 Afrizal S1 BK SMPN 4 PP 15 tahun

2 Maradona SPd,Kons S1 BK + PPK SMP Hikmah PP 2 tahun

3 Fitria Ramayanti S1 BK MTSN PP 10 tahun

4 Rikawati, S.Pd S1 BK SMPN 2 PP 11 tahun

5 Rasydah Z.Day S>Psi S1.PSIKOLOGI MTS Diniyah 3 tahun

6 Ramayani TS.Pd S1 BK MTSN PP 3,5 tahun

7 Ilfi Khairani, S.Pd S1 BK MTSN PP 5,5 tahun

8 Hezy Desafri, S.Pd S1 BK MTSN PP 1 tahun

9 Eli Nofita S.Pd S1 BK SMPN 5 PP 12 tahun

10

Sri Murita Afriani,

S.Pd S1 BK SMPN 4 PP 10 tahun

11 Saatul fauziah S.Pd S1-Bk SMPN 5 PP 11 tahun

12 Nora Gusni Spdi S1 BK SMP Uswatun H 1 tahun

13 Rahmiwati, S.Pd S1 BK SMP 1 PP 5 tahun

14 Jonni Fitra, S.Pd S1 BK SMPN 1 PP 11 tahun

15 Musfa Yetti, S,Pd S1 BK SMPN3 PP 10 tahun

16 Mulyadi, S.Pd. Kons S1 BK dan PPK SMPN 2 PP 16 tahun

(38)

29

Dari tabel di atas terlihat ada 17 orang konselor yang tergabung dalam kegiatan MGBK SLTP/MTS se Kota Padang Panjang. Dari segi pendidikan terlihat tiga katagori yaitu pertama pendidikan S1 BK ditambah dengan PPK sebanyak 3 orang, S1 Bimbingan dan konseling saja 13 orang dan ada 1 orang dengan pendidikan Psikologi. Dari segi lama bertugas dari 1-5 tahun ada 6 orang, 6-10 tahun 3 orang dan sepuluh tahun ke atas ada sebanyak delapan orang.

B. Skor Mutu Keterampilan konselor dalam Layanan Bimbingan Kelompok sebelum Tindakan

Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menghendaki terjadinya perubahan dalam situasi tertentu, untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut. Pada Bab ini penulis akan menyajikan hasil penelitian yang mengungkapkan peningkatan keterampilan konselor yang tergabung MGBK SLTP/MTSn Kota Padang Panjang dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok melalui layanan penguasaan konten .

Sebelum tindakan dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberikan angket awal untuk mengetahui keterampilan konselor dalam layanan bimbingan kelompok pada empat tahapan dan 24 langkah bimbingan kelompok . Pemberian angket awal ini penulis lakukan dalam kegiatan MGBK yang dilaksankan pada tanggal 27 Agustus 2014. Pada kegiatan pertama tersebut hadir 17 orang konselor yang tergabung dalam MGBK SMP/MTS se-kota Padang Panjang . Dari 17 orang konselor di atas ada 8 orang konselor yang mengikuti kegiatan pemberian tindakan layanan mulai dari pemberian angket awal sampai dengan pemberian tindakan siklus pertama dan kedua.

Untuk melihat bagaimana kompetensi konselor SLTP /MTS se Kota padang panjang yang mengikuti kegiatan layanan pengusaan konten dalam rangka peningkatan kompetensi mereka dalam layanan bimbingan kelompok, maka pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil pengolahan angket awal atau kompetensi konselor dalam layanan bimbingan kelompok sebelum

(39)

30

diberikan tindakan layanan penguasaan konten. Adapun Hasil pengolahan angket awal dari 8 orang konselor tersebut dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut :

Tabel IV.2

Skor Keterampilan Konselor dalam BKP sebelum tindakan N= 8 No Responden Skor Keterampilan Bkp Persentase Keterangan 1 01 ( RK) 66 91,66 2 02 (RT) 48 66,66 3 03 (HD) 49 68,05 4 04 (SM) 31 43,05 5 05 (SF) 29 40,27 6 06 ( RH) 44 61,11 7 07 (MY) 37 51,38 8 08 (MY) 50 69,44

Dari tabel IV.2 di atas terlihat skor keterampilan 8 orang konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Di mana dari data di atas terlihat juga persentase skor keterampilan konselor dari skor idealnya sebanyak 72 skor ( jumlah item dikali skor maksimal) yaitu 24 dikali 3 yaitu 72. Selanjutnya untuk melihat klasifikan skor tersebut di atas, penulis membaginya dalam lima katagori yaitu Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, rendah dan Sangat Rendah. Adapun hasil rekap katagori skor di atas dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut :

Tabel IV 2.

Katagori Skor keterampilan Konselor dalam Layanan Bimbingan kelompok sebelum pemberian Tindakan

N=8

No Skor Kategori Kompetensi Profesional F % Ket

1 64-72 Sangat Tinggi 1 12,5% 2 54-63 Tinggi 0 0 % 3 44-53 Sedang 4 50% 4 34-43 Rendah 1 12,5% 5 24-33 Sangat Rendah 2 25% 8 100%

(40)

31

Berdasarkan tabel IV.2 di atas dapat dipahami bahwa dari 8 orang konselor yang menjadi subjek penelitian ada yang keterampilannya dalam melaksanakan bimbingan kelompok yang klasifkasinya Sangat rendah sebanyak 2 orang (25%), klasifikasinya Rendah 1 orang (12,5%), sedang 4orang (50%), klasifikasinya tinggi tidak ada dan hanya satu orang yang klasifikasi nya sangat tinggi ( 12,5%). Dari data tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan konselor dalam melaksanakan bimbingan kelompok pada umumnya berada pada klasifikasi sedang, rendah dan sangat rendah. Oleh sebab itu sangat perlu ditingkatkan . Salah satu cara meningkatkan adalah melalui layanan penguasaan konten

C. Skor Mutu Keterampilan Konselor dalam Layanan Bimbingan kelompok Setelah Tindakan Layanan Penguasaan Konten Siklus pertama

Setelah penulis mendapatkan data tentang skor keterampilan konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok sebelum pemberian tindakan layanan, dimana terlihat skor tersebut sebagian besar berada pada katagori sedang dan rendah, dan sangat rendah. Maka langkah berikutnya yang akan penulis lakukan tentunya adalah melaksanakan tindakan layanan guna dapat meningkatkan skor keterampilan konselor tersebut dengan layanan penguasaan konten. Tindakan layanan ini akan dilakukan dalam dua siklus atau tahapan, yaitu siklus pertama dan siklus kedua.

Kegiatan penelitian pada siklus pertama ini terdiri atas empat tahap kegiatan yaitu, tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Uraian lengkapnya tentang tahapan siklus pertama ini akan dilaksanakan seperti dalam uraian berikut :

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan untuk menjadi pedoman dan bahan pada kegiatan tahap pelaksanaan tindakan. Adapun hal-hal yang mesti direncanakan dan ditetapkan dalam tahapan ini yaitu :

(41)

32

a. Menetapkan subjek atau peserta layanan. Ada 8 orang konselor yang tergabung dalam MGBK SLTP Kota Padang Panjang ditetapkan sebagai peserta layanan berdasarkan wawancara penulis dengan koordinator MGBK SLTP Padang Panjang dan berdasarkan angket awal

b. Masalah keterampilan dalam melaksanakan bimbingan kelompok dapat dilihat pada tahapan dan langkah-langkah pelaksanaan bimbingan kelompok antara lain, mencakup ; 1) Tahapan pembentukan, dengan 7 langkah, 2) Tahap peralihan 4 langkah, 3) Tahap kegiatan 6 langkah dan 4) tahap pengakhiran 7 langkah.

c. Setelah masalah diketahui peneliti menyiapkan bahan untuk layanan penguasaan konten, kemudian peneliti membuat kesepakatan dengan koordinator MGBK untuk menyepakati waktu pelaksanaan tindakan layanan.

d. Langkah berikutnya peneliti menetapkan proses dan langkah-langkah pelaksanaan tindakan

e. Menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan, termasuk media dengan perangkat keras dan lunaknya

f. Menyiapkan kelengkapan administrasi

g. Materi tindakan layanan penguasaan konten yang akan diberikan pada tahap pertama ini berkaitan dengan peningkatan keterampilan konselor pada tahap pembentukan dan peralihan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan layanan pada siklus pertama disepakati dilakukan pada tanggal 10 September 2014 di Aula SMPN 2 Padang Panjang. Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus pertama ini dilaksanakan pemberian materi pada tahapan pembentukan dan peralihan. Untuk meningkatkan keterampilan konselor dalam tahap ini peneliti memberikan layanan penguasaan konten tentang langkah-langkah apa saja yang dilakukan konselor dalam tahap pembentukan dan tahap peralihan.

(42)

33

Untuk itu pada Tahap ini peneliti melakukan skenario dan kegiatan dalam kelas sebagai berikut:

a. Memberikan prites kepada konselor tentang wawasan konselor tentang bimbingan kelompok dan tahapan bimbingan kelompok.

b. Memberikan penyegaran materi tentang langkah-langkah bimbingan kelompok tahap pembentukan dan tahap peralihan.

c. Pemberian materi diikuti dengan tanya jawab dan juga strategi BMB3 dengan mendorong konselor untuk berfikir, merenung, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggungjawab tentang materi yang diberikan.

d. Pemberian materi juga langsung diiringi dengan praktek, di mana masing-masing peserta layanan diberikan kesempatan untuk mempraktekkan langkah-langkah bimbingan kelompok pada tahap pembentukan dan tahap peralihan secra bergantian

3. Pengamatan

Peneliti di samping langsung memberikan materi, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktifitas konselor dalam mengikuti kegiatan dan praktek .Hal-hal yang diamati untuk mengetahui antusiasme mereka dalam mengikuti layanan yang berujung nanti pada terjadinya peningkatan wawasan dan keterampilan mereka dalam melaksnakan layanan bimbingan kelompok.

4. Refleksi

Refleksi diberikan untuk mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan apakah tindakan tersebut memerlukan siklus selanjutnya. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis, mensintesis hasil pengamatan selama proses pemberian materi layanan. Pada tahap ini dirumuskan perlakuan yang harus diperbaiki, dipertahankan dan yang akan dibuang. Pada tahap ini juga didiskusikan keberhasilan atau kegagalan perlakuan untuk menentukan perlu atau tidaknya siklus selanjutnya.

(43)

34

Di sini juga penulis gambarkan bahwa peserta yang mengisi angket sebelum tindakan dengan peserta yang mengisi angket pada setelah mengikuti tindakan layanan pada siklus pertama dan siklus kedua jumlahnya berbeda . Dimana konselor yang mengisi angket sebelum tindakan layanan diberikan berjumlah 16 orang konselor, yang mengisi angket pada siklus pertama sebanyak 10 orang konselor dan yang mengisi angket pada siklus kedua sebanyak sebanyak 9 orang konselor. Dan peserta/konselor yang lengkap mengisi angket dan mengikuti kegiatan tindakan layanan ada sebanyak 8 orang konselor. Oleh sebab itu pada tabel selanjutnya penulis hanya akan memaparkan hasil olahan angket sebanyak delapan orang konselor saja.

Jadi skor keterampilan 8 orang konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok sebelum pemberian layanan diberikan dapat dibandingkan dengan skor 8 orang konselor tersebut setelah pemberian tindakan layanan pada siklus pertama di atas.

Adapun perbandingan skor keterampilan 8 orang konselor sebelum pemberian tindakan dengan setelah pemberian tindakan dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut .

Tabel IV.3

Perbandingan Skor Keterampilan Konselor dalam Bimbingan Kelompok sebelum Tindakan Layanan dengan setelah Pemberian Tindakan pada

Siklus Pertama N=8 No Responden Skor Sebelum Tindakan %

Skor angket Setelah Tindakan Siklus Pertama % Ket 1 01 ( RK) 66 91,66 67 93,05 Naik 1 poin 2 02 (RT) 48 66,66 55 76,38 Naik 7 poin 3 03 (HD) 49 68,05 58 80,55 Naik 9 poin 4 04 (SM) 31 43,05 60 83,33 Naik 29 poin 5 05 (SF) 29 40,27 63 87,50 Naik 34 poin 6 06 ( RH) 44 61,11 45 62,50 Naik 1 poin

7 07 (MY) 37 51,38 55 76,38 Naik 18 poin

(44)

35

Dari tabel IV.3 di atas terlihat bahwa dari 16 orang konselor sekolah yang mengisi angket awal sebelum tindakan layanan, ternyata hanya 8 orang yang tanya lengkap. Dari 8 orang konselor yang akan mengikuti kegiatan tindakan peningkatan keterampilan dalam layanan bimbingan kelompok, t ternyata skor mereka semuanya meningkat dengan berbagai variasi. Ada yang yang banyak peningkatannnya dan ada sedikit.

Untuk melihat perbandingan klasifikasi skor keterampilan konselor sebelum tindakan dengan setelah tindakan dapat dilihat pada tabel IV.4 berikuti ini :

Tabel IV 4.

Perbandingan Katagori Skor keterampilan Konselor dalam Layanan Bimbingan kelompok sebelum pemberian Tindakan dengan setelah

Tindakan Siklus Pertama N=16

No Skor Katagori Angket 1 % Angket 2 %

1 64-72 Sangat Tinggi 1 12,5 1 12,5 2 54-63 Tinggi 0 0 6 75 3 44-53 Sedang 4 37,5 1 12,5 4 34-43 Rendah 1 25 0 0 5 24-33 Sangat Rendah 2 25 0 0 8 100 8 100

Pada tabel IV.3 di atas s terlihat ada peningkatan keterampilan 8 orang konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Sebelum pemberian layanan terlihat skor keterampilan 8 orang konselor dalam layanan bimbingan kelompok 87,5 % (7 orang) berada pada posisi sedang, rendah dan sangat rendah , dan hanya 12,5 % (1 orang) yang berada pada posisi sangat tinggi. Sedangkan skor keterampilan konselor pada waktu setelah pemberian tindakan layanan pada siklus pertama sepertinya skor mereka lansung naik, dimana tidak ada lagi skor

(45)

36

yang berada pada katagori sangat rendah dan rendah, namun sudah sebagian besar (75%) berada pada katagori tinggi.

Idealnya skor keterampilan konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok tentu dapat menguasai semua langkah dan tahapan nya. Dalam bimbingan kelompokada 4 tahapan dan 24 langkah. Tentu idealnya seorang konselor atau pimpinan kelompok menguasai atau sangat terampil dalam melakukannya. Namun kenyataannya memang masih banyak dari langkah-langkah tersebut yang belum dikuasai. Jangankan dikuasai diingat saja tidak. Ini tentu akan berefek kepada keinginan konselor untuk melaksanakan bimbingan kelompok terhadap siswa asuhnya.

Berdasarkan hasil tindakan pada siklus pertama, dimana terlihat skor keterampilan konselor dalam bimbingan kelompok masih perlu ditingkatkan, oleh sebab itu maka penulis menganggap sangat perlunya dilanjutkan pada tindakan ke dua pada siklus II.

D. Skor Mutu Keterampilan konselor dalam Layanan Bimbingan kelompok setelah Tindakan Layanan Konten pada Siklus ke dua

Siklus ke dua ini penulis lakukan sesuai dengan kesepakan dengan konselor atau peserta yaitu pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 di Aula SMPN 2 Padang Panjang. Kegiatan ini diikuti oleh 8 orang konselor sekolah yang hadir pada siklus pertama di tambah oleh mahasiswa PL Bimbingan danKonseling dari STAIN Bukit tinggi yang melaksanakan Pl di sekolah tersebut. Namun datanya yang penulis olah adalah data konselor yang 8 orang di atas. Kegiatan dilaksanakan mulai jam 09.00 sampai jam 12.00 Wib. Pelaksanaan kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam siklus 2 ini kegiatan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

(46)

37

a. Menentukan materi yang akan disajikan dalam rangka meningkatkan keterampilan konselor dalam melaksbanakan layanan Bimbingan kelompok setelah tindakan pertama, pada siklus kedua.

b. Merancang kegiatan yang menarik bagi peserta dalam memberikan materi layanan penguasaan konten.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Memberikan hand out kepada tiap peserta tentang materi yang akan

disajikan

b. Menyajikan materi tentang bagaimana pelaksanaan layanan Bimbingan kelompok pada tahap kegiatan dan tahap pengakhiran

c. Penyaji/peneliti sendiri memberikan penjelasan tentang bagaimana tahapan dan langkah-langkah bimbingan kelompok pada tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.

3. Pengamatan

Peneliti langsung melakukan pengamatan terhadap aktifitas peserta selama berlansungnya kegiatan layanan. Dari pengamatan penulis terlihat adanya keseriusan peserta dalam mengikuti kegiatan pemberian tindakan layanan. Setiap peserta juga diminta mempraktekkan langsung sebagai pimpinan kelompok mulai dari tahap pembentukan sampai dengan tahap pengakhiran. Pada siklus pertama ini penulis memperhatikan dari 8 orang konselor yang mengikuti kegiatan terlihat belum semuanya yang terampil dalam melaksanakan bimbingan kelompok pada tahap pembentukan dantahap peralihan ini. Hal ini mungkin saja disebaban karena jarangnya konselor melaksnakan kegiatan layanan kelompok dengan berbagai alasan yang mereka samapaikan.

4. Refleksi

Refleksi yaitu mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis yang telah dicatat dalam lembaran observasi. Tahap refleksi ini adalah

Gambar

Tabel IV.1
Tabel IV 2.
Tabel IV.3
Tabel IV 4.
+2

Referensi

Dokumen terkait

7) harga pasar terakhir dari Efek yang mendasari (jika berupa derivatif atas Efek). Dalam hal Manajer Investasi menganggap bahwa harga pasar wajar yang ditetapkan LPHE

Semua kelompok perlakuan yang diberi getah buah pepaya (Carica papaya L.) menunjukkan hasil berbeda bemakna dalam menyebabkan jumlah kumulatif kematian larva Aedes

Melalui kedua pertimbangan dinamika atmosfer diatas maka wilayah Banten dan DKI Jakarta dalam satu minggu ke depan secara umum didominasi oleh potensi terjadinya cuaca yang

Binjai Selatan Kota Binjai tepatnya di sebuah ruangan kelas lantai dua sekolah SMK HAIDIR NUR adanya para terdakwa yang sedang menggunakan Narkotika golongan I jenis

Eksperimen yang akan dilakukan adalah membandingkan nilai karakter dan hasil belajar dalam pembelajaran sosiologi pada siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah

Surakarta (Ana Wahyuni) (2) Pustakawan Masa Depan dan Pengembangan Teknologi Informasi (Peran, Sikap, Tantangan dan Hambatan dalam Implementasi) (Daryono) (3) Urgensi

Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran konstruktivistik dan berbasis pengalaman ( Experiental Learning ) dalam Meningkatkan kemandirian belajar peserta didik pada

[r]