BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
4. Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa biasanya tanggung jawabnya diserahkan pada guru bahasa Indonesia. Hal itu perlu diluruskan kalau ada anggapan demikian. Setiap guru dalam mata pelajaran apa pun harus turut bertanggung jawab atas keterampilan para siswanya, sebab faktor sangat dominan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Setiap keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu erat sekali hubungannya dengan keterampilan lainnya dengan beraneka ragam.
Penggunaan bahasa dalam interaksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Kemampuan berbahasa lisan, meliputi berbicara dan menyimak.
2) Kemampuan bahasa tulisan, meliputi kemampuan membaca dan
menulis.20
Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:
19
Ibid, hl. 27
20
Dr. Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta, Prenadamedia Group, Edisi pertama, 2013), cet. 1, hl.242-243.
1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
2) Korelasi aksara berserta tanda-tanda baca dengan unsure-unsur
linguistik yang formal.
3) Hubungan lebih lanjut dari a dan b dengan makna atau meaning.21
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai lingkungan keluarga sebelum masuk sekolah anak belajar menyimak dan berbicara, setelah sekolah baru belajar membaca dan menulis. Dari jaman ke jaman model membaca selalu dipengaruhi perkembangan peradaban manusia dan ilmu pengetahuan. Pada antara tahun 1950 an dan tahun 1960 an model membaca dipengaruhi definisi dan penjelasan membaca, pada tahun 1970 an timbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli psikologi perkembangan, psikologi kognitif, proses informasi psikolinguistik, sedangkan pada tahun 1980 an proses membaca dipengaruhi psikologi eksperimental. Membaca merupakan suatu keterampilan yang pemilikan
keterampilannya memerlukan suatu latihan yang intensif, dan
berkesinambungan.
Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan menentukan kualitas dan keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam studinya. Seorang guru di sekolah hendaknya dapat memberi motivasi siswa yakni keterampilan membaca. Agar dapat tercapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus dapat menentukan metode yang dianggap lebih mudah pelaksanaanya dari metode atau alat lain.
b. Mengembangkan Keterampilan Membaca
Usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca itu, antara lain:
1) Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata.
21
Prof.Dr.Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, Edisi Revisi, 2008), cet. 1, hl. 11.
2) Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur- struktur kata, kalimat, dan sebagainya.
3) Kalau perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau
pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, pribahasa, dan lain- lain.
4) Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar
dengan berbagai cara, misalnya “Ali dokter”.
5) Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar.22
Singkatnya, dalam mengembangkan serta meningkatkan
keterampilan membaca para pelajar, sang guru mempunyai tanggung jawab berat, paling sedikit meliputi enam hal utama, yaitu:
1) Memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka akan
memahami keadaan dan selak-beluk kebudayaan.
2) Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna-makna kata-kata
baru.
3) Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol.
4) Membantu para pelajar memahami struktur-struktur (termasuk
struktur kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi pelajar bahasa).
5) Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman
(comprehension skills) kepada para pelajar.
6) Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam
membaca.23 22 Ibid, hl.14-15. 23 Ibid, hl. 16.
c. Bacaan yang Baik dan Ciri-Cirinya
1) Bacaan itu merupakan nilai kehidupan tertentu, berupa kebenaran,
keadilan, kebijakan, kemanusiaan, atau keahlian.
2) Bacaan itu mempunyai sifat edukatif, artinya ia memberikan
pengaruh positif pada pembacanya, bermanfaat memacu orang untuk berbuat lebih baik dan lebih tertib.
3) Bacaan itu mempunyai kadar inteletualitas tertentu, mengajak
pembacanya aktif berpikir dan merenungkan kehidupan ini.
4) Bacaan itu bersifat inovatif, baik dalam ide-ide maupun pilihan
kata-katanya, mengedepankan sesuatu yang baru, serta
memancarkan semangat kreativitas.
5) Bacaan itu bersifat otentik (murni dan punya kesejatian), ada unsur
orisionalitas (keaslian) dan keunikan atau kekhasan di dalamnya, tidak imilatif/pulasan dan tidak pula epigonistik.
6) Bacaan itu disampaikan dalam bahasa yang benar, baik dan
menarik, segar, dinamis dan bernas, tidak klise, dan tidak klobotistik.
7) Bacaan menyampaikan ide-ide secara runtut, komunikatif, dan
cukup efektif, tidak acak-acakan, tidak membingungkan dan juga tidak terlalu cair.
8) Cukup etis dan sublim, menjauhi pornografi dan kevulgaran.
9) Berwawasan luas serta membahas suatu persoalan secara intensif
atau mendalam.
10) Mempunyai selera artistik tertentu, lebih-lebih kalau bacaan itu
karya sastra.
11) Bersifat inspiratif, bacaan itu bisa mengubah semangat kretif para
pembacanya, mengilhami seseorang untuk aktif menulis.24
24
Kundharu Saddhono-St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Bahasa Indonesia, (Bandung: IKAPI Jawa Barat, 2012), cet. 1, hl. 79-80.
d. Membaca yang Baik dan Pembaca yang Baik
1) Sikap mental dan sikap nalar yang baik.
2) Sikap fisik yang baik.
3) Bahan yang baik, yang memberi makna kepada kehidupan.
4) Bahan yang banyak dan beraneka ragam.
5) Jenis yang sesuai dengan tujuan dan kepentingan pembaca.25
e. Ciri-Ciri Pembaca yang Baik
1) Bisa bersikap selektif, artinya ia bisa memilih bahan-bahan yang
penuh nilai guna baginya.
2) Bisa mencerna manakah naskah dengan baik atau memahami
secara tepat, dengan pemahaman ide-ide naskah sampai ke relung- relungnya.
3) Bersikap kritis dan terbuka, tidak asal mengiyakan ide-ide naskah,
cukup punya wawasan yang luas.
4) Punya daya interaktif dan asosiatif, punya kemampuan
mengabstraksi.
5) Punya atensi yang tinggi terhadap dunia keilmuan pada umumnya,
juga kebudayaan dalam arti luas dan agama.
6) Punya sikap apresiatif dan kecintaan terhadap nilai-nilai kehidupan,
baik ilmiah maupun literis, baik yang berdimensi humanistik maupun religius.
7) Punya kemampuan merespon/mengomentari dan menganalisis
naskah.
8) Punya kepekaan yang baik terhadap nilai-nilai moral dan social,
cukup sensitive juga dalam hal menangkap hal-hal yang etis dan tidak benar, cukup korektif, bisa membetulkan yang salah dan janggal.
25
9) Punya semangat baca yang menggebu-gebu, tidak pembosan, bisa memanfaatkan setiap waktu luang untuk kegiatan ini, di samping kegiatan lain.
10) Punya kreativitas dan daya mengolahkembangkan apa-apa yang
dibacanya dalam ekpresi lisan dan tulis.26
f. Kendala-Kendala Membaca dan Cara Mengatasinya
1) Sikap mental yang menganggap bahwa banyak membaca tidak ada
bedanya dengan sedikit membaca, tidak ada pengaruhnya dalam berbagai kegiatan hidup.
2) Sikap asing orang tertentu terhadap mereka yang rajin membaca
dengan menyebut mereka sebagai kutu buku, sebagai sekelompok orang-orang yang bermental priyayi yang kurang mempunyai etos kerja.
3) Langkanya buku-buku, mahalnya harga buku sehingga tidak
terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah, ketidaklengkapan buku-buku perpustakan, prosedur peminjaman yang rumit, pelayanjan perpustakaan yang kurang simpatik.
4) Rendahnya kompetensi bahasa dan tingkat pemahaman membaca.
5) Budaya santai dan menerebas, orang berambisi cepat sukses tanpa
mau berusaha payah. Akibatnya jalan yang ditempuh bukanlah
ketekunan belajar dan bekerja keras melainkan politik Machiavelli
(menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan).27
Masalah yang dihadapi anak dalam membaca, yakni:
1) Kurang mengenali huruf
2) Membaca kata demi kata yang seringkali disebabkan oleh gagal
menguasai keterampilan pemecahan kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar membaca.
3) Pemparafrasekan yang salah.
4) Miskin pelafalan/penghilangan. 26 Ibid, hl. 81-82. 27 Ibid, hl. 82.
5) Pengulangan.
6) Pembalikan.
7) Penyisipan.
8) Penggantian.
9) Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk, dan menggerakan kepala.
10) Kesulitan konsonan, kesulitan kluster, diftong, dan digrapf.
11) Kesulitan menganalisis struktur kata
12) Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara
mengucapkannya.28
g. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca
Tiga hal pokok yang perlu diperhatiakan guru dalam pengajaran bahasa membaca, yakni:
1. Pengembangan aspek sosial anak, yakni: kemampuan bekerja
sama, percaya diri, kestabilan emosi, dan rasa tanggungjawab.
2. Pengembangan fisik, yaitu pengaturan gerakan motorik.
3. Perkembangan kognitif, yakni membedakan bunyi, huruf,
menghubungkan kata dan makna.
Strategi meningkatkan kemampun membaca, yaitu:
1) Pemilihan Bahan Ajar Membaca.
2) Metode Pengajaran Membaca.
3) Strategi pengucapan.
4) Strategi pengenalan makna kata.29
h. Langkah-Langkah Penting yang Kita Tempuh/Lakukan dalam Mengatasi Kendala-Kendala Membaca
1) Mengubah sikap mental dengan menunjukkan diri sendiri dan
orang lain dengan banyak membaca, kita bisa meningkatkan kualitas intelektual, spiritual, dan sosialitas kita.
28
Dra. Isah Cahyani, M. Pd dan Dra. Hodijah, M. Pd, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. 1, hl. 101
29
2) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sehingga kita memiliki daya beli yang kuat.
3) Kita mempelajari bahas dan selak-beluknya, baik struktur,
kosakata, semantik maupun penerapannya, sehingga kita bisa meningkatkan kompetensi bahasa kita.
4) Tidak henti-hentinya membina minat baca dengan berbagai upaya
yang memungkinkan kita selalu bergaul akrab dengan buku-buku, dan bila kita sudah membaca buku-buku, kita pusatkan perhatian, pemikiran, perenungan kita terhadap buku-buku tersebut.
5) Terus menerus membina etos studi, dengan jalan banyak
mengadakan observasi lingkungan, berbagai penelitian, aktif dalam dunia tulis- menulis, dan karang-mengarang, mempunyai cita-cita
untuk mencetak prestasi tertentu.30