• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

5. Media

a. Pengertian Media

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.”Bila media adalah sumber belajar,

maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan

keterampilan.”31

Kata “media” berasal dari bahasa latin “medium”, yang secara harfiah berarti „tengah‟, ‟perantara’ atau „pengantar”. Dalam bahasa Arab,

media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

30

Kundharu Saddhono-St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Bahasa Indonesia, (Bandung: IKAPI Jawa Barat, 2012), cet. 1, hl. 82-83.

31

Dra. Hindun, M. Pd, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter diMadrasah Ibtidaiyah/sekolah dasar, (Depok: Nufa Citra mandiri, 2014), cet. 2, hl. 91

Menurut Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Menurut Heinich, dan kawan-kawan mengemukakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.

Menurut Hamidjojo dalam Latuheru member batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau penyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

Menurut Gagne‟ dan Briggs mengatakan bahwa media adalah

komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Menurut National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio- visual, dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi,

dilihat, didengar, atau dibaca.32

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

32

Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A., Media Pembelajaran (Jakarta: Edisi Revisi, 2014), cet. 17, hl. 3-4.

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.

Menurut Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanupulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa hingga proses belajar terjadi.33

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.

Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan

anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.34

Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari sumber kepada

penerimanya.35

33

Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan Manfaatnya), (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), cet. Ed. 1-13, hl. 6-7.

34

Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.ag. dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Edisi revisi, 2006), cet. 3, hl. 120.

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar.

Menurut Heinich, Molenda, dan Russel diungkapkan bahwa media

is a channel of communication. Derived from the Latin word for

”between”, the term refers “to anything that carries information between

a saurce and a receiver.

Menurut Gerlach dan Ely menyatakan: “A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acguire knowledge, skill and attitude”.

Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam

pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide,

bahkan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.

Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media

meliputi perangkat keras (hard-ware) dan perangkat lunak (software).

Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti Over Head Projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan soft-ware adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan,

grafik, diagram, dan lain sebagainnya.36

35

Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: 2015), cet. 1, hl. 134.

36

Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M. Pd, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 4, hl. 204-205.

b. Media Sebagai Alat Bantu

Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran

yang rumit dan kompleks.37

Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan palajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.

Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari, disebabkan pelajaran guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya. Hal ini harus dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.

Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu cukup lama. Itu berarti

37

Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag dan Drs, Aswan Zain, Starategi Belajar- Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Edisi Revisi, 2006), cet. 3, hl. 121.

kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan

proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.38

Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Apakah mampu atau tidak untuk mempergunakn media tersebut. Jika tidak, maka jangan mempergunakannya. Sebab hal ini akan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.

Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Dan gurulah yang mempergunakannya untuk

membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.39

c. Media Sebagai Sumber Belajar

Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikomsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, di perdesaan, dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima katagori, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan

pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.40

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber pengetahuan 38 Ibid, hl. 122. 39 Ibid, hl. 122 40 Ibid, hl. 122-123

bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan mengenai benda itu,

maka benda itu dijadikan sebagai sumber belajar.

Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu- satunya sumber belajar bagi anak didik, sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Perangkat teknologi penyebarannya masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untatan media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai. Untuk tercapainya tujuan uk mencapai tujuan. Ternyata teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar.

Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarang, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan intruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainnya.

Anjuran dalam penggunaan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari akan hal itu, disarankan kembali agar tidak memasakan diri untuk membelinya, tetapi cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai. Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai mengguanakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa manipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.

Dokumen terkait