• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A.Deskripsi Teoretis

2. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan keterampilan yang lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil manusia belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis.Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis umumnya dipelajari di sekolah.

Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa.Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil berbahasa, semakin jernih dan jelas dalam pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai jika dipraktikkan secara berkelanjutan dan

19

teratur. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.

Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian menulis yaitu sebagai berikut:

1) Dalam KBBI menulis adalah membuat huruf (angka, dsb) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti merangang, membuat surat) dengan tulisan; mengarang di majalah, mengarang roman (cerita, membuat surat).

2) Guntur dalam bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang

grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.20

3) Suriamiharja mengemukakan bahawa menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.21

Berdasarkan beberapa pengertian tentang menulis dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu aktivitas yang melahirkan gagasan dan sebagai suatu keterampilan berbahasa yang diaplikasikan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembaca dalam berbagai bahasa tertulis.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang memegang peranan strategis dalam upaya memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Keterampilan menulis perlu dikembangkan karena merupakan keterampilan dasar secara mutlak harus dikuasai siswa untuk mencurahkan ide dan gagasannya kedalam bentuk tulisan.

20

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,

2008), h. 22

21

Novi Resmini, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007) h.

Unsur-unsur yang menjadi bahan keterampilan menulis, dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Isi karangan, merupakan gagasan atau ide pengarang yang dituangkan dalam keseluruhan karangan. Biasanya gagasan ini disebut topik atau tema karangan. Yang menjadi penilaian tentulah sampai sejauh mana topik atau tema tersebut merupakan bahan atau masalah yang menarik. b. Bentuk karangan, berupa surat, laporan, makalah, tulisan ilmiyah

lainnya, dan lain-lain. Masing-masing bentuk mempunyai spesifikasi sendiri yang harus diikuti dan ditaati pengarang.

c. Gramatika, perangkat kebahasaan yang harus sesuai dengan kaidah yang berlaku serta memenuhi syarat sebagai bahasa tulis. Dengan kecermatan pemakaian bahasa, kemungkinan gagasan atau ide pokok karangan dapat terbungkus dengan baik, dan dengan cara itu pula dapat dengan mudah pesan atau gagasan tersebut diterima pembaca.

d. Gaya penulisan, biasanya tergambar dari struktur penulisan dan pemilihan kata. Gaya penulisan memberi warna tertentu terhadap karangan.

e. Ejaan, merupakan suatu perangkat sistem yang mengatur mekanisme pemindahan bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Ketepatan penggunaan ejaan yang meliputi: cara penulisan huruf, cara penulisan kata, cara penulisan serapan, dan pemakaian tanda baca, memberi pengaruh yang cukup besar dalam membangun keutuhan karangan.22

Kemampuan menulis erat kaitannya dengan kepemimpinan atau posisi seseorang. Semakin tinggi jabatan dan kedudukan seseorang semakin tinggi pula tuntutan keterampilan menulis yang harus dimilikinya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu persyaratan bagi siapapun dalam setiap organisasi, perusahaan, pendidikan ataupun pemerintahan.

22

ME. Suhendar, Efektivitas Metode Pengajaran Bahasa Indonesia,( Bandung: CV. PIONIR

Demikian pula halnya dengan siswa di Sekolah Dasar yang harus memiliki kemampuan berbahasa, terutama keterampilan menulis sebagai bekal kemampuan dasar bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya yang lebih tinggi.

b. Macam-macam Menulis

Macam-macam menulis yang dapat diajarkan di SD dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Menurut tingkatannya

a) Menulis Permulaan (kelas 1 dan 2) b) Menulis lanjut (kelas 3-6)

2. Menurut isi/bentuknya

a) Karangan laporan, umumnya diberikan di kelas-kelas rendah, misalnya menceritakan kembali secara tertulis apa-apa yang dialami dalam Pengajaran Lingkungan

b) Karangan fantasi: mengeluarkan isi jiwa sendiri (ekspresi jiwa), misalnya “Aku ingin jadi Ilmuwan”.

c) Karangan reproduksi, umumnya bersifat menceritakan/menguraikan suatu perkara yang telah dipelajari atau dipahami, seperti hal-hal yang mengenai gejala alam atau melukiskan dengan kata-kata sendiri tentang apa yang telah dibaca dan lain-lain.

d) Karangan argumentasi yaitu karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan pendapat atau pun pikirannya berdasarkan alasan yang tepat.

3. Menurut susunannya a) Karangan terikat b) Karangan bebas

c) Karangan setengah bebas setengah terikat.23

23

Ibid, h. 119

23

. Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,

c. Tujuan Menulis

Pada hakikatnya tujuan keterampilan menulis mengacu pada perkembangan aspek logika dan aspek linguistik. Aspek logika hubungannya dengan isi dan pengorganisasiannya, dan aspek linguistik berhubungan dengan cara penyampaiannya secara tertulis. Pengembangan aspek logika mengacu pada disiplin berpikir, pengembangan aspek linguistik mengacu pada disiplin dalam berbahasa.

Setiap orang yang hendak menulis tentu mempunyai niat atau maksud dalam hati atau pikiran apa yang hendak dicapainya dengan menulis tersebut. Niat dan maksud itulah yang ada suatu tujuan, jika menulis mempunyai tujuan maka dengan sendirinya berusaha memikirkan gagasan atau ide yang hendak disampaikan dan dituangkan ke dalam sebuah karya tulis.

Adapun maksud atau tujuan penulis (the writer’s intention) adalah ”responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca”. Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan, bahwa:

1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).

2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse).

3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse).

4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).

Menurut Hugo Hartig dalam Henry Guntur Tarigan merangkumkannya sebagai berikut:

1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.

Penulis bertujan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.

5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sangpengarang kepada para pembaca.

6) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik nilai-nilai kesenian.

7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.24

Sedangkan Atar Semi mengemukakan mengenai tujuan menulis: 1) Untuk menceritakan sesuatu

Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang yang dialami oleh yang bersangkutan. Dengan begitu, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan.

2) Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan

24

Tujuan menulis yang kedua ini adalah untuk memberi petunjuk atau pengarahan kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar.

3) Untuk menjelaskan sesuatu

Tulisan yang dibuat dengan tujuan menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan menjadi bertambah, dan pemahaman pembaca tentang topik yang disampaikan menjadi lebih baik.

4) Untuk meyakinkan

Tulisan yang dibuat untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu sehingga pembaca mempercayainya dan membenarkannya.

5) Untuk merangkum

Tujuan menulis untuk merangkum ini umum dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Hal ini mempermudah mereka dalam mempelajari isi buku, dan menguasai bahan pelajaran.25

d. Mekanisme Menulis

Menulis merupakan proses kreatif yang harus dilalui secara bertahap sampai terwujudnya sebuah karya tulis. Tahapan atau proses penulisan itu bisa dapat dipahami dan dipelajari. Tahapan-tahapan menulis, diantaranya sebagai berikut:

1). Tahap Pratulis

Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan ditulisnya. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa dalam memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Gagasan yang akan ditulis siswa, sangat terkait erat dengan pengetahuan siswa. Semakin banyak pengetahuan siswa, akan semakin banyak gagasan yang

25

akan muncul untuk dituliskan. Dengan demikian, tahap pramenulis ini menjadi penting keberadannya untuk memunculkan gagasan yang terpendam dalam pikiran siswa atau mengisi gagasan agar dapat menulis dengan lancar.

Pramenulis sebagai suatu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, memahami, dan menyeleksi pengetahuan awalnya sesuai denga topik tulisanya. Topik yang akan ditulis siswa akan lebih baik bila sesuai dengan minatnya. Siswa akan menemukan kesulitan untuk membuat gagasan dan mengorganisasikan yang dipola guru, jika guru terlibat untuk menentukan topik yang akan siswa tulis. Untuk mendapatkan topik yang sesuai dengan minat siswa dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, misalnya curah pendapat, pemetaan pikiran, menggambar, membaca cerita, wawancara dan dramatisasi.

2). Menulis

Pada tahap ini siswa membuat suatu konsep atau produk karangannya dalam bentuk tulisan. Siswa dibiarkan menuangkan gagasan dengan apa adanya dan sebebas mungkin. Tidak terkait dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapihan tulisan.Untuk membantu siswa dalam mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemetaaan pikiran yang sudah dibuatnya pada langkah pramenulis.

3). Pascamenulis

Pada tahap akhir ini terdapat berbagai kriteria yang akan menjadi syarat pascamenulis, diantaranya:

a). Merevisi

Tahap ini merupakan perbaikan dari tulisan siswa dengan cara membaca kembali tulisanya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya. Siswa berkesempatan untuk merevisi kekeliruan yang dibuatnya, baik kekeliruan dalam penempatan gagasan, penyusunan tulisan atau isi tulisan tersebut.

b). Mengedit

Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan yang dilakukan sebelum dipublikasikan. Tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanis yang dibuatnya pada waktu menulis. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanis lainya. Dengan cara berkelompok, tulisan siswa bisa diedit oleh siswa yang lain baik dalam berkelompok maupun dalam kelas. Inti pada tahap ini, siswa harus menyadari kesalahan dari hasil karya tulisannya, sehingga tidak akan terulang dalam menulis selanjutnya.

c). Publikasi

Setelah seluruh tahap terlaksanakan, maka tahap akhir adalah dipublikasikan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada mading kelas atau sekolah.

Pelaksanaan untuk publikasi dikelas, siswa dapat berpura-pura sebagai pengarang. Ia menjadi pengarang yang harus menjelaskan hasil karangannya kepada audien. Di sanalah terjadi Tanya jawab antara pengarang dengan pembacanya.

e. Surat

Menulis surat sebenarnya tidak jauh beda dengan menulis-menulis lainnya. Dalam menulis surat, kita juga perlu mengetahui untuk keperluan apa surat itu kita tulis. Namun demikian, karena bentuk surat berbeda dengan bentuk tulisan lain cerita anak, dialog, pidato dan lainnya, maka dalam penulisannya pun sedikit memiliki perbedaan.26

Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan suatu pesan dari satu pihak ke pihak lain baik perorangan maupun organisasi. Pesan tersebut bisa berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan,

26

Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka), Cet. 17, h. 8.49

laporan, pemikiran, sanggahan, dan lain sebagainya. Sebagai salah satu sarana komunikasi tertulis, surat harus dapat menjebatani ketersampaian pesan pengirim pada penerima surat.

Menurut kepentingan pengirimnya surat dapat dikelompokkan menjadi surat pribadi dan dinas. Surat pribadi yaitu surat yang dikirimkan seseorang kepada orang lain, sedangkan surat dinas yaitu surat resmi yang digunakan instansi untuk kepentingan administrasi pemerintah/ dinas.

Dokumen terkait