• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching and learning terhadap keterampilan menulis surat pada siswa kelas iv SDN Cikarang Kota 04

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching and learning terhadap keterampilan menulis surat pada siswa kelas iv SDN Cikarang Kota 04"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SDN CIKARANG KOTA 04

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Sahid Ahmad Dahlan NIM :108018300043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Kelas IV SDN Cikarang Kota 04”. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pendekatan

Contextual Teaching and Learning terhadap keterampilan menulis surat siswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SDN Cikarang Kota 04. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen berjumlah 29 siswa dan kelompok kontrol 29 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning, sedangkan kelompok control adalah kelompok yang melaksanakan

pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa pendekatan Contextual Teaching and

Learning. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes menulis surat.

Berdasarkan analisis data uji-t pada posttest dengan taraf signifikansi 0,05%, menunjukkan bahwa kedua rata-rata keterampilan menulis surat yaitu dengan taraf signifikansi (0,001 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan kemampuan menulis surat dengan kelompok kontrol. Artinya, terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching

and Learning terhadap keterampilan menulis surat pribadi siswa.

(7)

Contextual Teaching and Learning approach to letter writing skills of Class IV

of State Elementary School (SDN Cikarang Kota 04) Thesis, Islamic

Elementary School Education Program, Islamic Education Department, Faculty

of Tarbiyah and Teaching Sceince. State Islamic University Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2015.

The aim of this research is to determine the influence of Contextual

Teaching and Learning approach to letter writing skills of students. This research

uses experimental-quasi method. The object of this research is the students of

State Elementary School (SDN Cikarang Kota 04). The sample consist of two

groups, the experiment and control groups which have 29 students each group.

The experiment group learns Indonesian with of Contextual Teaching and

Learning approach and the control group learns Indonesian without of

Contextual Teaching and Learning approach. The instrument of this research is

letter writing test.

Based on data analysis in the posttest of significance level 0.05 %,

indicating that the average skills of writing a letter that significance level (0,001

< 0, 05). It can be concluded that the experimental group there are differences in

the ability to write letters to the control group. That is, there are significant

Contextual Teaching and Learning approach to writing letters students.

(8)

Puji syukur kepada Allah swt yang senantiasa memberi nikmat dan kasih sayang kepada kita semua, selalu memberikan hidayah kepada orang-orang yang berkeinginan kuat dan sungguh-sungguh serta member keringanan untuk mengatasi jalan keluar dari setiap permasalahan dan kesulitan. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang menjadi uswah atau tuntunan dan tauladan bagi umatnya sehingga dapat selamat di dunia dan akhirat.

Setiap manusia pasti memiliki keyakinan akan pertolongan dan kasih sayang Allah. Begitu pula penulis meyakini terhadap Maha Kuasa Allah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan keyakinan dan keimanan penulis pula sebagai motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga dukungan serta bantuan dari berbagai pihak yang mampu memberikan keringanan dan kekuatan bagi penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, MA. Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Djunaidatul Munawaroh, MA. Dosen Penasehat Akademik Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya.

4. Dr. Fauzan, MA. sebagai pembimbing skripsi I, yang telah bersedia meluangkan waktu, memotivasi, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan. 8. Kepala sekolah SDN Cikarang Kota 04, Hartini, S.Pd beserta guru dan stafnya

yang telah memberikan izin penelitian.

9. Orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Hatta dan Ibu Siti Atikah yang telah memberikan kasih sayang dengan ikhlas, merawat, membesarkan, menjadi guru di keluarga dengan penuh kesabaran, menjadi tempat bersandarnya diri ini dalam keluarga. Yang terus menerus memberikan motivasi tanpa lelah, dan memanjatkan doa kepada Allah Yang Maha Kuasa pada setiap saat.

10.Kakak-kakakku tercinta, SitiAtiroh, Nurhayati, Nurhasanah, FitriaHandayani, dan Sahid Rahmatulah yang selalu memberikan nasehat, semangat, perhatian dan dukungan baik materi dan moral.

11.Teman-teman terbaikku seperjuangan baik di PGMI A dan di PGMI B tahun 2008 yang memberikan semangat, nasehat dan berbagi ilmu luar biasa bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, Juli 2015 Penulis

(10)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA…….. ... 8

A. Deskripsi Teoretis ... 8

1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 8

a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 8

b. Perbedaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan Pendekatan Tradisional ... 10

c. Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 13

d. Komponen Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 15

e. Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 19

f. Evaluasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning ... 21

2. Keterampilan Menulis…… ... 21

a. Pengertian Keterampilan Menulis ... 21

(11)

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

C. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 38

C. Desain Penelitian ... 38

D. Populasi dan Sampel ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 40

G. Validitas Penelitian ... 43

H. Variabel Penelitian... 44

I. Teknik Analisis Data ... 44

1. Uji Normalitas ... 45

2. Uji Homogenitas ... 45

3. Uji Hipotesis ... 46

J. Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 50

2. Perbandingan Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54

B. Hasil Analisis ... 55

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 55

a. Uji Normalitas ... 55

(12)

2. Pembahasan ... 59

a. Posttest Menulis Surat Siswa Kelompok Kontrol ... 61

b. Posttest Menulis Surat Siswa Kelompok Eksperimen ... 63

D. Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

Tabel 3.2 Skor Menulis Surat Pribadi ... 41 Tabel 3.3 Pedoman Penulisan Skor Menulis Surat Pribadi ... 41 Tabel 4.1 Daftar Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat kelompok

Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 49 Tabel 4.2 Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Keterampilan Menulis

Surat Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 50 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat

Kelompok Eksperimen ... 50 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat

Kelompok Kontrol ... 53 Tabel 4.5 Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol... 55

Tabel 4.6 Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 56 Tabel 4.7 Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ... 57 Tabel 4.8 Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok

(14)
(15)

“Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional”1

.

Berdasarkan Undang-undang tersebut, bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa utama dalam pengantar dan pemersatu bangsa tidak hanya dalam pendidikan nasional, tetapi bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa Indonesia dalam segala aspek kehidupan masyarakat, sehingga dalam penerapan pada pendidikan bahasa Indonesia menjadi salah syarat dari lulus atau tidak dalam mencapai jenjang pendidikan berikutnya melalui ujian nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah di akhir tahun kegiatan pembelajaran pada tingkat SD/MI (kelas VI), SLTP/MTs. (kelas IX), dan SMA/SMK/Aliyah (kelas XII).

Pendidikan ditinjau dari tujuan dan hakekatnya secara umum dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk mengantarkan seorang menuju perubahan yaitu dengan cara mengembangkan secara optimal segala potensi yang ada pada dirinya, sehingga pada akhirnya ia mendapatkan kedewasaan berupa kepuasan diri, menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi masyarakat lingkungannya.

Menurut para penganut paham Ilmu Jiwa Asosiasi yang di pelopori oleh John Locke & Herbart, “bahwa belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan, atau perkayaan pola-pola sambutan (respons) atau perilaku baru (behavior)”. Hal ini dapat diartikan sebagai proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafalan. Dalam versi yang mutakhir, kaum behaviourisme ekstrem lebih berpendirian bahwa apa yang diamati dan diukur lebih penting dalam wujud perilaku. Dengan demikian, belajar dapat diartikan sebagai

1

(16)

proses memperoleh pengetahuan dalam pengalaman dalam bentuk pola-pola sambutan perilaku kognitif, afektif, dan psikomitorik.2

Menurut John B. Watson, “bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti”. Selanjutnya Watson menuturkan bahwa manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui conditioning.3

Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Sejak lahir manusia telah membawa beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, naluri dan potensi tersebut tidak akan berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia lain. Di samping kepandaian yang bersifat jasmaniah, manusia membutuhkan kepandaian ruhaniah karena manusia adalah makhluk sosial budaya.4

Belajar merupakan suatu perubahan yang berarti bahwa sesorang mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya, misalnya: dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengeri menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan

2

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung:

PT. Remaja Rosydakarya, 2005) h. 160 3

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007) h. 32

4

Muhammad Thobroni & Arif, Belajar & Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik

(17)

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.

Proses pembelajaran di sekolah tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya hasil belajar siswa, seperti yang diungkapkan oleh guru bahasa Indonesia kelas IV SDN 04 Cikarang Kota, bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai ulangan tengah semester genap tahun 2012/2013 rata-rata kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65, hal ini merupakan masalah yang mendorong dilakukannya penelitian.5

Seharusnya pada kelas IV SD harus dapat membuat suatu tulisan yang mengembangkan daya kreativitas anak, sehingga anak mampu menuaikan pemikirannya melalui tulisan. Pentingnya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan mengajak siswa untuk aktif adalah bagian terpenting untuk mencapai proses pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapainya. Realita yang ada sekarang ini di SDN Cikarang Kota 04 adalah rendahnya penguasaan metode pembelajaran guru yang berdampak pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di SDN Cikarang Kota 04 bahwa masih banyak siswa kelas IV semester ganjil yang kurang menyukai bahasa Indonesia dan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan. Di pihak siswa sendiri, merespons dengan tanggapan bahwa pelajaran bahasa Indonesia memang kurang maksimal dengan diberikan tugas tindak lanjut atau pekerjaaan rumah, sehingga banyak siswa belum memahami secara maksimal materi yang telah diajarkan dan memberikan kesan yang membosankan.

Berdasarkan data tersebut di atas, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh banyaknya mempengaruhi proses belajar-mengajar, di antaranya kemampuan

5

(18)

siswa, metode pembelajaran disampaikan guru, pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, kondisi ruang belajar secara fisik, emosional dan sosial. Pada umumnya di sekolah, guru-guru menggunakan metode pembelajaran klasik, hanya menggunakan ceramah dan penugasan yang menjadi alternatif dalam pembelajaran. Hal ini menjadikan siswa merasa bosan dan kurangnya motivasi dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Inilah realita yang terjadi di lapangan pada umumnya. Pembelajaran bahasa Indonesia masih menggunakan pendekatan konvensional, cara pembelajaran yang membosankan, kemudian guru hanya memberikan tugas rumah sebagai tambahan pemahaman siswa tanpa unsur keaktifan siswa dalam belajar.

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan adanya pendekatan pembelajaran yang inovatif, siswa lebih proaktif untuk merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan lingkungannya.

Pembelajaran bahasa Indonesia menitikberatkan kepada empat keterampilan. Keempat keterampilan itu adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Jadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengetahui dan mengenal teori sastra saja, melainkan dituntut untuk mahir dalam keterampilan, kemampuan berbahasa dan apresiasi sastra.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik.6

Melalui pendekatan pembelajaran kontekstual ini di dalam menyampaikan materi bahasa Indonesia diharapkan dapat menghasilkan proses belajar yang lebih

6

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.(Jakarta: Prestasi

(19)

efektif dan pemahaman dalam belajar lebih mudah didapatkan oleh siswa pada pokok bahasan pengumuman sehingga hasil belajar bahasa Indonesia dapat menjadi lebih baik sebagaimana yang diharapkan.

Dari latar belakang tersebut, penulis ingin mengadakan penelitian tentang

pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI dengan judul “ Pengaruh Penerapan

Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Keterampilan Menulis Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD/MI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya penggunaan pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran bahasa Indonesia

2. Lambatnya siswa dalam memahami konsep dan keterampilan berbahasa Indonesia

3. Kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

4. Lemahnya kemampuan siswa dalam menerima dan menangkap informasi atau penjelasan dalam pembelajaran

5. Proses belajar yang belum efektif disebabkan penggunaan pendekatan konvensional.

C. Pembatasan Masalah

(20)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat peneliti rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penerapan pendekatan CTL terhadap keterampilan menulis surat dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN 04 Cikarang Kota?

2. Bagaimana perbedaan tingkat keterampilan menulis surat antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan pengaruh penerapan pendekatan CTL terhadap keterampilan menulis surat pada siswa kelas IV SDN Cikarang Kota 04 2. Mendeskripsikan perbedaan tingkat keterampilan menulis surat antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan hasil positif bagi:

1. Guru

a) Menambah wawasan guru terhadap salah satu model pembelajaran kontekstual.

(21)

2. Siswa

Mendapatkan sebuah inovasi pembelajaran yang baru dalam proses belajar bahasa Indonesia, yang dapat menambah motivasi belajar bahasa Indonesia dalam meraih hasil belajar yang baik.

3. Sekolah

Dapat menjadikan salah satu pertimbangan dan penentuaan kebijakan bagi kurikulum sekolah untuk meningkatkan kemapuan mengajar guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

4. Penulis

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoretis

1. Pendekatan CTL

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Contextual Teaching and Learning” adalahsuatu pendekatan

pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat dan bangsa).7

Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.8

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang

7Andi, “

MBS, Life Skill KBK, CTL & saling keterkaitannya” , dalam pelangi (Buletin Pendidikan),

Jakarta, Desember 2005, Edisi III

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:

(23)

mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara penyelesaiannya.

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya/ cara siswa belajar. Konteks memberikan arti, relevansi dan manfaat penuh terhadap belajar.

The Northwest Regional Education Laboratory USA dalam LAPIS PGMI mengidentifikasikan adanya 6 kunci dasar pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

1) Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa mendatang. 2) Penerapan pengetahuan adalah kemampuan siswa untuk memahami apa

yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi di masa sekarang atau di masa depan.

3) Berpikir tingkat tinggi siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan berpikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.

(24)

5) Responsifterhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa teman pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok serta hubungan antara budaya tersebut akan mempengaruhi pembelajaran dan sekaligus akan berpengaruh terhadap cara mengajar guru.

6) Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian (misalnya penilaian proyek tugas terstruktur, kegiatan siswa, penggunaan portofolio, rubrik, daftar cek, pedoman observasi, dan sebagainya) akan merefleksikan hasil belajar yang sesungguhnya.9

b. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan konvensional menyandarkan pada pemahaman makna. Pembelajaran konvensional terletak pada penekananannya, di mana pada model konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai, sementara program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap-demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, mendiskusikan, menambah daya pikir kritis, atau mengerjakan proyek dan memecahkan masalah. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subjektif.10

Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

9

Jauharoti Alfin, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, LAPIS PGMI, 2009, h. 3, 12

10

Nanik Rubiyanto, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya,

(25)

Berikut ini perbedaaan antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional: 11

NO Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisional 1 Siswa secara aktif terlibat dalam

proses pembelajaran

Siswa adalah penerima informasi secara pasif

2 Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi

Siswa belajar secara individual

3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan teoretis

4 Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan

5 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman

Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman

8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata

Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural, rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (driil)

9 Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa

Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan

10 Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dan

Rumus adalah kebenaran absolut. Hanya ada dua kemungkian, yaitu

11

(26)

lainnya. pemahaman rumus yang salah atau pemahaman rumus yang benar 11 Siswa menggunakan kemampuan

berpikir kritis

Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah

12 Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri.

Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkai fakta, konsep, atau hukum yang berada diluar diri manusia.

13 Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia sendiri

Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final

14 Siswa diminta bertanggung jawab memonitoring dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing

Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

15 Penghargaan terhadap pengalaman siswa diutamakan

Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa

16 Hasil belajar diukur dengan cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dan lain-lain

Hasil belajar hanya diukur dengan tes

17 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting.

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

18 Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek

19 Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik

Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik

20 Seseorang berperiaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.

(27)

hadiah yang menyenangkan. Sumber :Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, LAPIS PGMI, 2009, halaman. 3.13

c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Sounders (1999: 5-10) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT (Relating: belajar dalam konteks pengalaman hidup, Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan; Applying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan saling berbagi; Transfering: belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru. Penjelasan masing-masing prinsip pembelajaran kontekstual tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keterkaitan, relevansi (relating)

Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan (relevansi) dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa (relevansi antarfaktor internal) seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat, dan minat dengan faktor eksternal seperti pengalaman dalam kehidupan dunia nyata.

2. Pengalaman langsung (experiencing)

Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui eksplorasi, penemuan, inventori, investigasi, penelitian dan sebagainya. Pengalaman langsung ini dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif.

3. Aplikasi (applying)

(28)

tujuan pembelajaran dalam bentuk menggunakan (use)‟‟ (Reigeluth dan Merril, 1987:17).

Kemampuan siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks yang bermamfaat juga dapat mendorong siswa untuk memikirkan karir dan pekerjaan di masa depan yang mereka minati. Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan pada dunia kerja.Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pengenalan dunia kerja ini dilaksanakan dengan menggunakan buku teks, video, laboratorium, dan bila memungkinkan ditindaklanjuti dengan memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan karyawisata, praktik kerja lapangan dan sebagainya.

4. Kerjasama (cooperating)

Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antarsesama siswa, antarsiswa dengan guru, antarsiswa dengan nara sumber, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.

Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran, tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk tim kerja. 5. Alih pengetahuan (transferring)

Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki tidak sekedar untuk dihafal, tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah-masalah baru merupakan penguasaan strategi kognitif (Gagne, 1988:19) atau „‟pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menemukan (finding)”12.

12

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT. Refika

(29)

Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan makna sehari-hari sebagai individual, anggota keluarga, anggota masyarakat dan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah hasil yang diharapkan dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual, di antaranya adalah:

1. Guru yang berwawasan luas 2. Materi dalam pembelajaran

3. Strategi metode dan teknik belajar mengajar 4. Media pendidikan yang memadai

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya.

1) Konstruktivisme

Konstruktivisme, yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Pada dasarnya, pengetahuan dibentuk pada diri manusia berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekelilingnya. Pengetahuan yang siswa peroleh itu adalah hasil interpretasi pengalaman tersebut yang disusun dalam pikirannya. Jadi siswa bukan

13

(30)

berasal dari apa yang diberikan guru, melainkan merupakan hasil usahanya sendiri berdasarkan hubungannya dengan dunia sekitar.14

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak mampu memberikan semua pengetahuan siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori ini adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan kata lain, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa membangun pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. 15

2) Inkuiri

Menemukan atau inkuiri, yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Siswa diberi pembelajaran untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata. Guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para siswa bekerja menggunakan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan, menggunakan prosedur penelitian, dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis, dan penjelasan yang relevan dengan pengalaman dunia nyata.16

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.17

14

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran,( Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 57

(31)

Dilihat dari segi kepuasan emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian.Di mana hasil pembelajaran merupakan hasil kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya mmerupakan pemberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pengalaman belajarnya sendiri, berdampak pada strategi yang dikembangkan oleh guru.

3) Bertanya

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”, Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

4) Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari siswa atau dalam contoh ini yang belajar hanya siswa, bukan guru. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar member informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

(32)

belajar lain diluar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar didalam kelas, akan tetapi sumber manusia lain diluar kelas (keluarga dan masyarakat). Ketika kita dan siswa dibiasakan untuk member pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat itu pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunitas lain.

5) Pemodelan

Perkembangan ilmu dan teknologi, telah mengantarkan dan memberi dampak kepada kemampuan guru. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru.

6) Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lampau. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

(33)

sehari-hari. Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dunia nyata dihadapinya akan mudah diaktualisasikan manakala pengalaman belajar siswa telah memasuki dalam setiap jiwa siswa dan di sinilah pentingnya menerapkan unsure refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran.

7) Penilaian Sebenarnya

Penilaian sebagai integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.

e. Penerapan Pendekatan Kontektual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungan pengetahuan siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal sebagai berikut:

1) Belajar berbasis masalah (Problem-Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

(34)

3) Belajar berbasis inkuri yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

4) Belajar berbasis projek/tugas terstruktur yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalam materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.

5) Belajar berbasis kerja yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di dalam tempat kerja.

6) Belajar jasa-layanan yang memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis.

7) Belajar kooperatif yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dengan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.18

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam pembelajaran sebagai berikut:

a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b) Laksana sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

18

(35)

g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.19 f. Evaluasi Pembelajaran CTL

Adapun evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran CTL antara lain: a. Penilaian Kinerja, yaitu penilaian berdasarkan hasil pengamatan

penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah mengidentifikasi semua aspek penting. Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan, usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat diamati dan tidak terlalu banyak. Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati.

b. Penilaian tes tertulis, penilaian ini dilakukan dengan tes tertulis tes tertulis yang digunakan adalah pilihan ganda. Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk kemampuan mengingat dan memahami. Dalam menyusun instrument penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut yaitu materi, konstruksi, dan bahasa.

2. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan keterampilan yang lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil manusia belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis.Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis umumnya dipelajari di sekolah.

Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa.Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil berbahasa, semakin jernih dan jelas dalam pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai jika dipraktikkan secara berkelanjutan dan

19

(36)

teratur. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.

Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian menulis yaitu sebagai berikut:

1) Dalam KBBI menulis adalah membuat huruf (angka, dsb) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti merangang, membuat surat) dengan tulisan; mengarang di majalah, mengarang roman (cerita, membuat surat).

2) Guntur dalam bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang

grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.20

3) Suriamiharja mengemukakan bahawa menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.21

Berdasarkan beberapa pengertian tentang menulis dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu aktivitas yang melahirkan gagasan dan sebagai suatu keterampilan berbahasa yang diaplikasikan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembaca dalam berbagai bahasa tertulis.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang memegang peranan strategis dalam upaya memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Keterampilan menulis perlu dikembangkan karena merupakan keterampilan dasar secara mutlak harus dikuasai siswa untuk mencurahkan ide dan gagasannya kedalam bentuk tulisan.

20

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,

2008), h. 22

21

Novi Resmini, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007) h.

(37)

Unsur-unsur yang menjadi bahan keterampilan menulis, dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Isi karangan, merupakan gagasan atau ide pengarang yang dituangkan dalam keseluruhan karangan. Biasanya gagasan ini disebut topik atau tema karangan. Yang menjadi penilaian tentulah sampai sejauh mana topik atau tema tersebut merupakan bahan atau masalah yang menarik. b. Bentuk karangan, berupa surat, laporan, makalah, tulisan ilmiyah

lainnya, dan lain-lain. Masing-masing bentuk mempunyai spesifikasi sendiri yang harus diikuti dan ditaati pengarang.

c. Gramatika, perangkat kebahasaan yang harus sesuai dengan kaidah yang berlaku serta memenuhi syarat sebagai bahasa tulis. Dengan kecermatan pemakaian bahasa, kemungkinan gagasan atau ide pokok karangan dapat terbungkus dengan baik, dan dengan cara itu pula dapat dengan mudah pesan atau gagasan tersebut diterima pembaca.

d. Gaya penulisan, biasanya tergambar dari struktur penulisan dan pemilihan kata. Gaya penulisan memberi warna tertentu terhadap karangan.

e. Ejaan, merupakan suatu perangkat sistem yang mengatur mekanisme pemindahan bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Ketepatan penggunaan ejaan yang meliputi: cara penulisan huruf, cara penulisan kata, cara penulisan serapan, dan pemakaian tanda baca, memberi pengaruh yang cukup besar dalam membangun keutuhan karangan.22

Kemampuan menulis erat kaitannya dengan kepemimpinan atau posisi seseorang. Semakin tinggi jabatan dan kedudukan seseorang semakin tinggi pula tuntutan keterampilan menulis yang harus dimilikinya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu persyaratan bagi siapapun dalam setiap organisasi, perusahaan, pendidikan ataupun pemerintahan.

22

ME. Suhendar, Efektivitas Metode Pengajaran Bahasa Indonesia,( Bandung: CV. PIONIR

(38)

Demikian pula halnya dengan siswa di Sekolah Dasar yang harus memiliki kemampuan berbahasa, terutama keterampilan menulis sebagai bekal kemampuan dasar bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya yang lebih tinggi.

b. Macam-macam Menulis

Macam-macam menulis yang dapat diajarkan di SD dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Menurut tingkatannya

a) Menulis Permulaan (kelas 1 dan 2) b) Menulis lanjut (kelas 3-6)

2. Menurut isi/bentuknya

a) Karangan laporan, umumnya diberikan di kelas-kelas rendah, misalnya menceritakan kembali secara tertulis apa-apa yang dialami dalam Pengajaran Lingkungan

b) Karangan fantasi: mengeluarkan isi jiwa sendiri (ekspresi jiwa), misalnya “Aku ingin jadi Ilmuwan”.

c) Karangan reproduksi, umumnya bersifat menceritakan/menguraikan suatu perkara yang telah dipelajari atau dipahami, seperti hal-hal yang mengenai gejala alam atau melukiskan dengan kata-kata sendiri tentang apa yang telah dibaca dan lain-lain.

d) Karangan argumentasi yaitu karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan pendapat atau pun pikirannya berdasarkan alasan yang tepat.

3. Menurut susunannya a) Karangan terikat b) Karangan bebas

c) Karangan setengah bebas setengah terikat.23

23

Ibid, h. 119

23

. Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,

(39)

c. Tujuan Menulis

Pada hakikatnya tujuan keterampilan menulis mengacu pada perkembangan aspek logika dan aspek linguistik. Aspek logika hubungannya dengan isi dan pengorganisasiannya, dan aspek linguistik berhubungan dengan cara penyampaiannya secara tertulis. Pengembangan aspek logika mengacu pada disiplin berpikir, pengembangan aspek linguistik mengacu pada disiplin dalam berbahasa.

Setiap orang yang hendak menulis tentu mempunyai niat atau maksud dalam hati atau pikiran apa yang hendak dicapainya dengan menulis tersebut. Niat dan maksud itulah yang ada suatu tujuan, jika menulis mempunyai tujuan maka dengan sendirinya berusaha memikirkan gagasan atau ide yang hendak disampaikan dan dituangkan ke dalam sebuah karya tulis.

Adapun maksud atau tujuan penulis (the writer’s intention) adalah ”responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca”. Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan, bahwa:

1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).

2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse).

3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse).

4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).

Menurut Hugo Hartig dalam Henry Guntur Tarigan merangkumkannya sebagai berikut:

1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.

(40)

Penulis bertujan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.

5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sangpengarang kepada para pembaca.

6) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik nilai-nilai kesenian.

7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.24

Sedangkan Atar Semi mengemukakan mengenai tujuan menulis: 1) Untuk menceritakan sesuatu

Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang yang dialami oleh yang bersangkutan. Dengan begitu, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan.

2) Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan

24

(41)

Tujuan menulis yang kedua ini adalah untuk memberi petunjuk atau pengarahan kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar.

3) Untuk menjelaskan sesuatu

Tulisan yang dibuat dengan tujuan menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan menjadi bertambah, dan pemahaman pembaca tentang topik yang disampaikan menjadi lebih baik.

4) Untuk meyakinkan

Tulisan yang dibuat untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu sehingga pembaca mempercayainya dan membenarkannya.

5) Untuk merangkum

Tujuan menulis untuk merangkum ini umum dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Hal ini mempermudah mereka dalam mempelajari isi buku, dan menguasai bahan pelajaran.25

d. Mekanisme Menulis

Menulis merupakan proses kreatif yang harus dilalui secara bertahap sampai terwujudnya sebuah karya tulis. Tahapan atau proses penulisan itu bisa dapat dipahami dan dipelajari. Tahapan-tahapan menulis, diantaranya sebagai berikut:

1). Tahap Pratulis

Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan ditulisnya. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa dalam memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Gagasan yang akan ditulis siswa, sangat terkait erat dengan pengetahuan siswa. Semakin banyak pengetahuan siswa, akan semakin banyak gagasan yang

25

(42)

akan muncul untuk dituliskan. Dengan demikian, tahap pramenulis ini menjadi penting keberadannya untuk memunculkan gagasan yang terpendam dalam pikiran siswa atau mengisi gagasan agar dapat menulis dengan lancar.

Pramenulis sebagai suatu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, memahami, dan menyeleksi pengetahuan awalnya sesuai denga topik tulisanya. Topik yang akan ditulis siswa akan lebih baik bila sesuai dengan minatnya. Siswa akan menemukan kesulitan untuk membuat gagasan dan mengorganisasikan yang dipola guru, jika guru terlibat untuk menentukan topik yang akan siswa tulis. Untuk mendapatkan topik yang sesuai dengan minat siswa dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, misalnya curah pendapat, pemetaan pikiran, menggambar, membaca cerita, wawancara dan dramatisasi.

2). Menulis

Pada tahap ini siswa membuat suatu konsep atau produk karangannya dalam bentuk tulisan. Siswa dibiarkan menuangkan gagasan dengan apa adanya dan sebebas mungkin. Tidak terkait dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapihan tulisan.Untuk membantu siswa dalam mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemetaaan pikiran yang sudah dibuatnya pada langkah pramenulis.

3). Pascamenulis

Pada tahap akhir ini terdapat berbagai kriteria yang akan menjadi syarat pascamenulis, diantaranya:

a). Merevisi

(43)

b). Mengedit

Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan yang dilakukan sebelum dipublikasikan. Tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanis yang dibuatnya pada waktu menulis. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanis lainya. Dengan cara berkelompok, tulisan siswa bisa diedit oleh siswa yang lain baik dalam berkelompok maupun dalam kelas. Inti pada tahap ini, siswa harus menyadari kesalahan dari hasil karya tulisannya, sehingga tidak akan terulang dalam menulis selanjutnya.

c). Publikasi

Setelah seluruh tahap terlaksanakan, maka tahap akhir adalah dipublikasikan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada mading kelas atau sekolah.

Pelaksanaan untuk publikasi dikelas, siswa dapat berpura-pura sebagai pengarang. Ia menjadi pengarang yang harus menjelaskan hasil karangannya kepada audien. Di sanalah terjadi Tanya jawab antara pengarang dengan pembacanya.

e. Surat

Menulis surat sebenarnya tidak jauh beda dengan menulis-menulis lainnya. Dalam menulis surat, kita juga perlu mengetahui untuk keperluan apa surat itu kita tulis. Namun demikian, karena bentuk surat berbeda dengan bentuk tulisan lain cerita anak, dialog, pidato dan lainnya, maka dalam penulisannya pun sedikit memiliki perbedaan.26

Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan suatu pesan dari satu pihak ke pihak lain baik perorangan maupun organisasi. Pesan tersebut bisa berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan,

26

(44)

laporan, pemikiran, sanggahan, dan lain sebagainya. Sebagai salah satu sarana komunikasi tertulis, surat harus dapat menjebatani ketersampaian pesan pengirim pada penerima surat.

Menurut kepentingan pengirimnya surat dapat dikelompokkan menjadi surat pribadi dan dinas. Surat pribadi yaitu surat yang dikirimkan seseorang kepada orang lain, sedangkan surat dinas yaitu surat resmi yang digunakan instansi untuk kepentingan administrasi pemerintah/ dinas.

1. Contoh surat pribadi:

Makassar, 20 Juli 2004 Untuk sahabatku Lenggogeni

di Jakarta

Halo, Geni! Apa kabar? Alhamdulillah aku di sini sehat walafiat. Aku membaca majalah anak-anak CERDAS. Aku sangat bangga sekali melihat lukisan karya mu di majalah itu. Kamu pintar sekali melukis keadaan lingkungan Jakarta yang macet. Selamat ya, Gen! kamu berhasil meraih juara pertama.

Geni sahabatku, sebagai tanda persahabatan kita, aku kirimkan sebuah puisi terbaikku pada puisi Lingkungan Hidup . Lomba itu diadakan pada tanggal 3-5 Juni lalu. Semoga kamu menyukainya.

Sekian dulu, aku tunggu balasan surat darimu.

Dari sahabatmu

(45)

Contoh Surat di atas, terdapat penggunaan tanda baca, seperti titik, tanda koma, dan tanda pisah

 Penulisan tanda titik

Penulisan tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh : Aku membaca majalah anak-anak CERDAS.

 Penulisan tanda koma

Penulisan tanda koma dipakai untuk memisahkan nama tempat dan tanggal.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, aduh, selamat ya yang terdapat di dalam kalimat.

 Penulisan tanda pisah

Tanda pisah dipakai diantara dua nama tempat, bilangan dan tanggal dengan arti, sampai dengan atau sampai ke.

Contoh:

a. Tanggal 3-5 Juni, artinya tanggal 3 sampai dengan tanggal 5 bulan Juni. b. Jakarta-Palembang, artinya dari Jakarta sampai ke Palembang.27

2. Surat Dinas

a. Macam-macam Surat Dinas

Surat dinas ada bermacam-macam, misalnya surat undangan, surat pengantar, surat permohonan, surat keterangan, surat tugas, surat pernyataan, surat edaran, surat pengumuman dan surat keputusan. Surat-surat itu, selain memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, juga memiliki persamaan.28

1). Surat Undangan

Surat ini dipergunakan untuk mengharap seseorang supaya hadir. Dapat juga dikatakan bahwa surat ini digunakan untuk memanggil seseorang. Kalimat permulaan surat undangan biasanya sudah merupakan isi surat.

27

Widyati S, Bahasa Indonesia SD/MI kelas 4, PT. Bintang Ilmu, 2006, hlm. 41-42.

28

(46)

2). Surat Pengantar

Surat Pengantar berfungsi untuk mengantarkan sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa barang, buku, surat, atau berkas lainnya. Kalimat pembuka surat pengantar juga sudah merupakan isi.

3). Surat Pemberitahuan

Surat pemberitahuan adalah surat yang dipergunakan untuk memberitahukan sesuatu.

4). Surat Permohonan

Menurut Pendapat Subariyanto (1988:101), agar berkesan lebih sopan dan halus, surat permohonan sebaiknya disusun secara induktif, yaitu dengan cara menyusun surat dengan cara mengemukakan alasan-alasan lebih dulu, kemudian simpulannya baru dikemukakan.

5). Surat Keterangan

Surat keterangan adalah surat untuk menerangkan atau menjelaskan sesuatu.

6). Surat Tugas

Surat tugas adalah surat yang dipergunakan untuk menugaskan orang lain agar ia melakukan pekerjaan tertentu.

7). Surat Edaran

Surat edaran adalah surat yang diedarkan agar isinya dapat diketahui orang banyak.

8). Surat Pernyataan

(47)

pernyataan pelaksanaan tugas, pernyataan belum bekerja, pernyataan ikut berbela sungkawa dan lain-lain.

9). Surat Pengumuman

Surat pengumuman ialah surat yang dipergunakan untuk mengumumkan atau memaklumkan sesuatu.

10). Surat Peringatan

Surat peringatan adalah surat yang dipergunakan untuk menasehati atau menegur seseorang (biasanya oleh atasan kepada bawahan).

11). Surat Ucapan Terima Kasih

Surat ucapan terima kasih ialah surat yang dipergunakan untuk menyampaikan terima kasih kepada seseorang.

12). Surat Perintah Kerja

Surat perintah kerja ialah surat yag dipergunakan untuk memerintah seseorang agar ia melakukan sesuatu (pekerjaan).

13). Surat Perjanjian Kerja

Surat perjanjian kerja ialah surat yang dipergunakan untuk mengadakan persetujuan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.

b. Dasar-dasar Komposisi Surat Dinas

Dasar-dasar komposisi yang perlu diperhatikan adalah 1) pilihan kata, 2) penyusunan kalimat, 3) penyususnan alinea

1. Pilihan kata

(48)

kata dalam surat dinas diutamakan kepada: a) ketepatan, b) kebakuan, c) keumuman, d) kehematan dan e) kehalusan makna.

2. Penyusunan kalimat

Yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat di antaranya ialah: a) kesatuan pikiran, b) kesatuan susunan, dan c) kelogisan

3. Penyusunan alinea

Agar alinea dalam surat dapat tersusun dengan baik, sedikitnya ada tiga buah persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: a) kesatuan alinea, b) keterpaduan kalimat, c) pengembangan alinea.

c. Komponen-komponen Surat Dinas

Sebuah surat terdiri atas komponen-komponen, penempatan komponen ini berhubungan erat dengan bentuk surat yang dipergunakan, komponen surat dinas itu adalah:

a) kepala surat, b) nomor surat, c) tanggal surat, d) lampiran, e) hal, f) alamat surat, g) salam pembuka, h) isi, i) salam penutup, j) pengirim surat, k) tembusan.29

Contoh Surat Dinas/ Resmi

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI DINAS PENDIDIKAN

SD NEGERI SUKARAYA

Jln. Ki Hajar Dewantara No. 10 BEKASI 17530

Nomor : 01/ 011/ SD/ 2010 Lamp : -

Hal : Surat Tugas

29

(49)

Kepala SD Negeri Sukaraya memberikan tugas kepada: Nama : Ridwan Saepudin

NIP : 121 749573

Jabatan : Guru Pembina /IV/ a

Untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Olah raga, Pada tanggal 15 Oktober 2010 sampai dengan 21 Oktober 2010 bertempat di LPMP Jawa Barat Jln. Batujajar Padalarang Kab. Bandung.

Demikian surat tugas ini agar dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan setelah melaksanakan tugas harap melapor kepada kepala sekolah.

Bekasi, 13 Oktober 2010 Kepala Sekolah

Ram-ram Tabrani, M. Pd

B. Penelitian yang Relevan

Sebelum meneliti tentunya peneliti mencari terlebih dahulu penelitian-penelitian terdahulu mengenai pendekatan Contextual Teaching and Learning,

agar peneliti yang akan dilakukan memiliki dasar pemikiran yang cukup kuat. Dengan pertimbangan di atas, maka peneliti menuliskan berbagai penelitian terdahulu sebagai berikut:

(50)

bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan tingkah laku dalam pembelajaran menulis puisi berdasarkan penilaian yang dilakukan siswa kelas X SMA Bani Saleh – Bekasi dikategorikan sangat baik. 30

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Puji Rahayu dengan penulis adalah dilihat dari materi pelajaran, jenjang pendidikan yang dipilih sebagai tempat penelitian dan tahun penelitian.Puji menggunakan materi menulis puisi melalui pendekatan kontekstual pada kelas X SMA Bani Saleh – Bekasi. Sementara penulis menggunakan materi menulis surat dalam penelitian yang dilakukan di SDN Cikarang 04.

b. Penelitian lain oleh Ida Faridah, dengan judul skripsi “ Penggunaan Strategi Pembelajaran CTL dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa di MI Nurul Muttaqien Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan” tahun 2012. Universitas Islam Negeri, Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa setiap siklus mengalami kenaikan nilai belajarnya berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator. Sehingga siswa menjadi bertanggung jawab dan peneliti memberikan motivasi semangat dalam belajar yang baik dan lebih efektif dalam pembelajaran.31

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ida Farida dengan penulis adalah dilihat dari mata pelajaran, tempat dan tahun penelitian.Ida menggunakan mata pelajaran IPS dengan strategi pembelajaran CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MI Nurul Muttaqien Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan tahun 2012. Sedangkan penulis menggunakan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan keterampilan menulis surat siswa kelas IV di SDN Cikarang Kota 04.

30

Puji Rahayu, “ Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi melalui Penerapan Pendekatan

Kontekstual” .Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2010.

31

Ida Faridah, “Penggunaan Strategi Pembelajaran CTL dalam meningkatkan hasil belajar IPS

(51)

c. Penelitian lain oleh Nurmalasari, dengan judul skripsi: “Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasipada

Siswa Kelas IV MI PEMBANGUNAN UIN JAKARTA Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Islam Negeri, Jakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, bahwa terdapat perubahan belajar dengan bertambahnya ide serta kreatif dalam merangkai kata serta dapat meningkatkan pengetahuan luas yang telah didapatkan siswa.32

Adapun perberdaan penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari dengan penulis adalah pada materi yang diberikan kepada siswa dan tempat penelitian.Nurmala menggunakan media gambar untuk memberikan pengaruh dalam belajar menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Pembangunan UIN JAKARTA. Sedangkan penulis menggunakan pendekatan CTL untuk memberikan pengaruh dalam belajar menulis surat siswa kelas IV di SDN Cikarang Kota 04.

C. Hipotesis Penelitian

Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis, yaitu:

Ho :Tidak terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and

Learning terhadap keterampilan menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia

pada pokok bahasan surat teman sebaya.

Ha : Terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and

Learning terhadap keterampilan menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia

pada pokok bahasan surat teman sebaya.

32

Gambar

Tabel 3.1
Grafik 4.1 : Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
Kelompok Tabel 3.1 Perlakuan (x)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan penelitian tersebut meliputi: evaluasi nutrisi makro tanah dan tanaman, formulasi pengomposan kotoran sapi diperkaya (menggunakan bakteri indigenus)

Rendahnya kemampuan siswa kelas IX-9 SMPN 1 T.P 2015-2016 Narmada dalam menentukan gagasan utama paragraf menjadi permasalahan utama yang dihadapi guru mata

Hasil penghitungan uji independent t-test data kelompok eksperiman dan kelompok kontrol motivasi olahraga dengan menggunakan asumsi equal variances not assumed diperoleh

Untuk nuklida yang tidak peka terhadap kondisi derajat bakar, spektrum teras efektif 69 kelompok ini dapat digunakan oleh kode komputer NJOY 97 (PC) sebagai

[r]

Darah dalam serambi kiri akan didorong menuju bilik kiri, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam

Semua membran sel terdiri atas dua komponen utama, yaitu lemak (lipid) dan protein yang terikat secara non kovalen dan tersusun dalam suatu struktur yang menyerupai lembaran.

Penerapan multi-threading dalam pengolahan citra bukanlah hal yang baru, aplikasi- aplikasi pengolahan citra komersil telah menggunakan teknik ini untuk mempercepat