• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Unit Sekolah Luar Biasa

2.1.1 Pengertian Peranan Unit Sekolah Luar Biasa

Kata peranan berawal dari kata dasar peran. Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan dengan "apa yang dimainkan" oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata "peran", atau role dalam Bahasa Inggrisnya, memang diambil dari dramaturgy atau seni teater. Pada seni teater seorang actor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot-nya, dengan alur ceritanya, dengan lakonnya.

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain

sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 : 854). Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.

Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukan seseorang

atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa” (Poerwadarminta, 1995 : 751).

sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan,

keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain

(http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/jbptunikompp-gdl-herinugrah-24326-2-babii.pdf, diakses 29 Juli 2013 pukul 14.05 wib).

Menurut Soerjono Soekanto (2002 : 243) “Peranan merupakan aspek dinamis

kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 ( dua ) variabel yang merupakan hubungan sebab akibat”.

Peranan Unit Sekolah Luar Biasa adalah suatu penilaian sejauh mana fungsi Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Adapun peran SLB sebagai pusat sumber adalah memberikan informasi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan inklusif, baik kepada sekolah-sekolah regular, maupun SLB lainnya, menyediakan bantuan asesmen yang rutin terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), memberikan layanan dan bimbingan kependidikan bagi ABK, menjadi konsultan bagi semua pihak yang membutuhkan informasi, layanan, bimbingan dan penanganan khusus. Menjalin kerja sama dengan Dinas / Instansi / LSM dalam upaya implementasi pendidikan inklusif,

menyusun strategi dan metodologi pembelajaran yang cocok bagi semua anak. Melakukan penanganan layanan pendidikan bagi ABK dan memberi serta menerima rujukan atau referensi dalam layanan pendidikan inklusi, Merencanakan dan menyelenggarakan diklat pendidikan inklusif bagi guru- guru di sekolah reguler dan SLB serta pihak lain yangg membutuhkan. Menyediakan bantuan kepada berbagai pihak untuk meningkatkan layanan bagi ABK, serta menjadi fasilitator dan mediator bagi semua pihak dalam implementasi pendidikan inklusif. Mengatur guru yg ada di SLB untuk melakukan tugas tambahan sebagai guru pembimbing khusus di sekolah inklusi.

2.1.2 Jenis-jenis Sekolah Luar Biasa

Pada umumnya, setiap sekolah luar biasa teruntuk bagi salah satu jenis anak luar biasa, misalnya untuk yang tuli, kurang penglihatan, dan sebagainya. Terdapat pula sekolah yang diperuntukkan bagi anak luar biasa yang mempunyai cacat ganda, yaitu yang memiliki dua atau lebih kecacatan, misalnya anak terbelakang yang buta, atau anak buta yang tuli, dan sebagainya. Sekolah untuk anak luar biasa tersebut terdiri dari:

1. SLB Anak Cacat Tubuh. Biasanya dilengkapi dengan peralatan protease (anggota badan buatan), fisioterapi (pengobatan tanpa kimia dan bedah) dan peralatan-peralatan seperti: kursi roda, kruk, dan sebagainya.

2. SLB Anak buta. Sekolah untuk anak buta, dilengkapi dengan alat tulis braile (huruf untuk orang buta, terdiri dari titik-titik yang dapat diraba), peralatan seperti peta timbul dan lain sebagainya.

3. SLB Anak Sukar Lihat. Sekolah anak sukar lihat dilengkapi dengan peralatan-peralatan untuk membesarkan huruf, daun meja yang dapat digeser-geser dan lain sebagainya.

4. SLB Anak Tuli. Sekolah ini mengajarkan supaya anak tuli mengerti pembicaraan orang lain dari gerak bibir dan mimik pembicaraan walaupun tidak dapat mendengarkan suara dari lawan bicaranya.

5. SLB Anak Sukar Dengar. Sekolah anak sukar dengar dilengkapi dengan alat bantu dengar (hearing aid). Alat bantu dengar ini dapat diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan parah ringannya kecacatan penderita.

6. SLB Anak Cacat Wicara. Sekolah yang melayani anak cacat wicara diperlengkapi dengan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pembinaan bicara.

7. SLB Anak Debil. Sekolah anak debil banyak menggunakan kurikulum sekolah biasa, tetapi disesuaikan kepada kemampuannya yang lebih terbatas dari anak biasa. Beberapa negara memasukkan anak debil ke kelas-kelas khusus di sekolah biasa. Tetapi ada juga negara yang memindahkan anak debil dari sekolah biasa oleh karena anak debil jauh ketinggalan dari anak normal.

8. SLB Anak Imbesil dan Idiot. Sekolah anak imbesil mengutamakan pendidikan untuk perkembangan jasmani, khususnya perkembangan motoritik, terutama alat indera dan kesehatan. Sekolah ini juga mengutamakan latihan-latihan

sekolah juga mengutamakan penyesuaian sosial anak didiknya. Jadi latihan-latihan makan, berpakaian, berbibcara, dan sebagainya sangat dianggap penting.

9. SLB Anak Tuna Laras. Sekolah anak tuna laras tidak memerlukan kurikulum tersendiri. Sering juga anak tuna laras disekolahkan di sekolah biasa, yang mereka perlukan adalah bimbingan dari mereka yang mengerti terhadap masalah-masalahnya.

10.SLB Anak Jenius. Sekolah anak jenius sama dengan sekolah biasa. Tetapi anak jenius akan lebih cepat mencapai tingkat pelajaran yang lebih tinggi dari pada temannya yang lain. Di Indonesia sampai sekarang masih belum terdapat sekolah khusus atau SLB untuk anak ini

2.2. Pembelajaran Keterampilan

Dokumen terkait