• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Penyandang Cacat Tuna Grahita

2.3.3. Klasifikasi Tuna Grahita

Berbagai cara digunakan oleh para ahli dalam mengklasifikasikan Tuna Grahita, baik menurut tinjauan profesi dokter, pekerja sosial, psikolog, dan pedagog. Seorang dokter mengkalsifikasikan anak tuna grahita didasarkan pada tipe fisiknya seperti tipe mongoloid, microchepalon, cretinism, dan lain-lain. Seorang pekerja sosial dalam mengkalsifikasikan anak tuna grahita didasarkan pada derajat kemampuan dalam penyesuaian diri atau ketergantungan pada orang lain. Sehingga untuk menentukan berat-ringannya ketunagrahitaan dilihat dari tingkat penyesuaian, seperti tidak tergantung, semi tergantung, atau sama sekali tidak tergantung pada orang lain.

Penilaian tersebut dikelompokkan menjadi anak tuna grahita mampu didik (debil), anak tuna grahita mampu latih (imbecile), dan anak tuna grahita mampu rawat (idiot) (Efendi, 2006 : 89.90).

Klasifikasi berdasarkan IQ WISC (dalam Efendi, 2006 : 90) : a) Tuna Grahita Mampu Didik (Debil)

Anak tuna grahita mampu didik (debil) adalah anak tuna grahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tuna grahita mampu didik antara lain :

1. Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung, kepentingan kerja dikemudian hari. Kesimpulannya, anak tuna grahita mampu didik berarti anak tuna grahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.

b) Tuna Grahita Mampu Latih (Imbecile)

Anak tuna grahita mampu latih atau imbecile adalah anak tuna grahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tuna grahita mampu dididik.

Beberapa kemampuan anak tuna grahita mampu latih yang perlu diberdayakan, yaitu :

1. Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, berpakaian, tidur, atau mandi sendiri.

3. Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja, atau di lembaga khusus.

Kesimpulannya, anak tuna grahita mampu latih berarti anak tuna grahita yang hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living), serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya.

c) Tuna grahita Mampu Rawat

Anak tuna grahita mampu rawat (idiot) adalah anak tuna grahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat mebutuhkan orang lain.

A child who is an idiot is so low intellectually that he does not learn to talk and usually does learn to take care of his bodily need” (Krik & Johson dalam Efendi, 2006). Dengan kata lain, anak tuna grahita mampu rawat adalah anak tuna grahita yang mebutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (totally dependent) (Patton dalam Efendi, 2006 : 91).

Pengklasifikasian atau penggolongan anak tuna grahita menurut

American Psychiatric Association (dalam Lumbantobing, 2006 : 5) sebagai

berikut :

Kelompok retardasi mental ringan membentuk sebagian besar (sekitar 85%) dari kelompok retardasi mental. Pada usia prasekolah (0-5 tahun) mereka dapat mengembangkan kecakapan sosial yang komunikatif, mempunyai sedikit kemampuan dalam bidang sensorimotor, dan sering tidak bias dibedakan dengan anak normal tanpa retardasi mental hingga usia lebih lanjut. Pada usia remaja mereka dapat memperoleh kecakapan akademis sehingga setara dengan tingkat enam (kelas enam SD). Sewaktu dewasa mereka biasanya dapat menguasai kecakapan sosial dan vokasional yang cukup untuk sekedar berdikari. Namun hal itu membutuhkan supervisi, bimbingan, dan pertolongan, terutama bila mengalami tekanan sosial dan ekonomi, dengan bantuan yang wajar, penyandang retardasi mental ringan biasanya dapat hidup sukses didalam masyarakat baik secara berdikari atau dengan pengawasan. b) Retardasi Mental Sedang

Kelompok ini membentuk sekitar 10% dari kelompok retardasi mental. Kelompok individu ini memiliki kecakapan komunikasi selama masa anak dini. Mereka dapat memperoleh manfaat dari vokasional, dan dengan pengawasan yang cukup dapat mengurus atau merawat diri sendiri. Mereka dapat memperoleh manfaat dari latihan keckapan sosial dan okupasional lebih dari tingkat dua (kelas dua SD). Semasa remaja, hubungan sosial mungkin terganggu karena mereka sukar mengenal norma-norma pergaulan lingkungan. Pada masa dewasa sebagian besar dapat melakukan kerja kesar

(unskilled) atau (semi skilled) di bawah pengawasan di workshop yang dilindungi/diawasi.

c) Retardasi Mental Berat

Kelompok retardasi mental ini membentuk 3-4 % dari kelompok retardasi mental. Selama masa anak mereka sedikit saja atau tidak dapat berkomunikasi bahasa. Sewaktu usia sekolah mereka dapat belajar bicara dan dilatih dalam kecakapan mengurus diri yang sederhana. Sewaktu usia dewasa mereka dapat melakukan kerja sederhana bila diawasi dengan ketat.

d) Retardasi Mental Sangat Berat

Kelompok retardasi mental sangat berat membentuk sekitar 1-2 % dari kelompok retardasi mental. Sewaktu masa anak, mereka menunjukkan gangguan yang berat dalam bidang sensorimotor. Perkembangan motorik dan mengurus diri dan kemampuan-kemampuan komunikasi dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan yang memenuhi syarat. Beberapa diantaranya dapat melakukan tugas sederhana ditempat yang disupervisi dan dilindungi.

Somantri mengklasifikasikan tuna grahita kedalam : 1. Tuna Grahita Ringan

Tuna grahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet sedangkan menurut skala Wheschler memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Anak tuna grahita ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika

dilatih dan dibimbing dengan baik anak tuna grahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun demikian anak terbelakang mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat merencanakan masa depan, dan bahkan sering berbuat kesalahan. Pada umumnya anak tuna grahita ringan tidak mengalami gangguan secara fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya, oleh karena itu akan sedikit sukar membedakan secara fisik antara anak tuna grahita ringan dengan anak normal. 2. Tuna Grahita Sedang

Anak tuna grahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51 36 pada skala Binet dan 54-40 menurut skala Weschler. Mereka dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan dijalan raya, berlindung dari hujan dan sebagainya.

Anak tuna grahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri, alat rumah dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari anak tuna grahita sedang membutuhkan pengawasan terus-menerus dan mereka juga masih dapat bekerja ditempat kerja terlindung (sheltered workshop).

3. Tuna Grahita Berat

(severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut skala Weschler. Tuna grahita sangat berat (profund) meiliki IQ dibawah 19 menurut skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut skala Weschler. Anak tuna bgrahita berat memerlukan bantuan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahay sepanjang hidupnya (Somantri, 2006 : 106-108).

Dokumen terkait