DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandirukminto. 2013. Kesejahteraan Sosial (pekerjaan sosial, pembangunan sosial, dan kajian pembangunan). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2000. ProsedurPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Astati. 2001. Persiapan Penyandang Tunagrahita. Bandung: CV. Fajar Pustaka Baru.
Chaniago. 1981. Memelihara Kelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Angkasa.
Efendi, Mohammad. 2006. PengantarPsikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Lumbantobing, S.M. 2006. Anak Dengan Mental Terbelakang, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian
Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan). Medan: Grasindo Monoratama.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Soekanto Soerjono. 2002. Sosisologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Somantri, T. Sutjihati, 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suyanto. 2011. Metode penelitian Sosial: Berbagi Altrenatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suyono, Haryanto. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri (Memperkuat
Tanggungjawab Sosial Perusahaan). Jakarta: PT. Refika Aditama.
Syah, Muhibbin. 2005. PsikologiBelajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
SUMBER LAIN
http://database.depsos.go.id/modules.php?name=pmks, diakses 01 September 2013 pukul 10.05 wib.
http://fpsi.mercubuanayogya.ac.id/wpcontent/uploads/2012/06/Agustus2010Trian aNoor-Edwina.pdf, diakses 17 september 2013 pukul 07.00 wib)
Armiwulan, Hesti. 2010. http://edisicetak.joglosemar.co/berita/memanusiakan-kaum-difabel-30606.html, diakses 08 September 2013 pukul 20.00 wib.
Ali M, dkk. http://file.upi.edu/direktori/fip/jur-pend-luar-biasa/194808011974032-astati/bahan-ajar-kemandirian.pdf, diakses 5 Agustus 2013 pukul 09.00 wib.
Azwin, HadiFawzie. http://getmyhope.wordpress.com/2010/04/23/anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia, diakses 4 Juli 2013 pukul 11.00 wib.
file:///D:/LOVE/TEORITEORI%20SOSIOLOGI%20%20TEORI%20PERANAN .htm
http://file.upi.edu/Direktori.fip/jur.pend.luarbiasa/195706131985031mamanabdur ahmansaepul r/mengenalankluarbiasa.pdf. diakses 7 Agustus 2013 pukul 11.00 wib
http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/31904/3/chapter%20II.pdf, diakses 14 Agustus 2013, pukul 07.30wib
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15674/1/pkm-jan
apr2006%20%286%29.pdfdiakses 17 September 2013 pukul 07.30 wib
http://eprints.uny.ac.id/8676/2/bab%201%20-%20%2007103244009.pdf, diaksespadatanggal 27 September 2013 pukul 11.00 wib
http://safnowandi.wordpress.com/2012/11/15/pembelajaran-keterampilan-proses/
Nimas.http://rehsos.depsos.go.id,diakses 28 Agustus 2013 pukul 18.15 wib. Permadi.
http://ppcisulsel.blogspot.com/2009/12/informasi-pelayanan-pendidikan-bagi.html, diakses 3 September 2013 pukul 20.10 wib.
Suyono, Heryanto. http://www.dniks.org/index.php?optionpenyandang-tuna-grahita, diakses 13 Juli 2013 pukul 11.00 wib.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan
obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur
yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula
produk interaksi yang berlangsung (Siagian 2011 : 52).
Jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka. Penelitian deskriptif melakukan penggambaran secara mendalam
tentang situasi atau proses yang diteliti. Penelitian deskriptif akan membuat gambaran
kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana Peranan Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT. SLB-E) Negeri Pembina Medan dalam memberikan
kegiatan pembelajaran keterampilan bagi penyandang tuna grahita.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis (UPT. SLB-E) Negeri
Pembina Medan yang beralamat di Jalan Karya Ujung-Helvetia Timur,
Medan-Helvetia. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena Unit Pelaksana
Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT. SLB-E) Negeri Pembina Medan merupakan
disediakan dengan maksud mengembangkan potensi keterampilan yang dimiliki
penyandang Tuna Grahita, maka dari itu peneliti tertarik untuk mendapatkan
gambaran secara langsung bagaimana peranan Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar
Biasa (UPT. SLB-E) Negeri Pembina Medan dalam meningkatkan keterampilan
penyandang tuna rahita melalui kelas keterampilannya.
3.3 Populasi dan Sampel
Istilah populasi sangat popular dalam penelitian. Secara sederhana populasi
dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa, ataupun individu yang
akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa
mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian
(Siagian, 2011 : 155). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah semua siswa penyandang tunagrahita yang mengikuti
pembelajaran keterampilan yang diberikan oleh Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar
Biasa (UPT. SLB-E) Negeri Pembina Medan yang berjumlah 33 peserta didik.
Berhubung jumlah populasi dalam penelitian kurang dari 100, maka semua siswa
yang berjumlah 33 orang. Data untuk mendukung informasi dari 33 responden
diperoleh dan disertakan informan berasal dari para orang tua dan guru pendamping
mengingat keterbatasan yang disandang responden.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Perolehan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini
1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi dengan
mempelajari dan menelaah buku, surat kabar dan bentuk tulisan lainnya yang
ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.
2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan
penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian, instrument
penelitian disini adalah alat-alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan
yang dalam penelitian sosial dikenal tiga jenis, yaitu :
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek dan fenomena
yang berkaitan dengan penelitian.
b. Wawancara, yaitu percakapan atau tanya jawab yang dilakukan
peneliti dengan subyek penelitian dalam memperoleh data atau
informasi yang diperlukan dalam penelitian.
c. Kuesioner, yaitu kegiatan pengumpulan data dengan cara menyebar
daftar pertanyaan untuk dijawab subyek peneliti sehingga peneliti
memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian
(Siagian, 2011 : 207).
3.5 Teknik Analisa Data
Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah penggolongan data
atau analisa data. Proses penggolongan data atau analisis data tergolong merupakan
adalah proses menjadikan data memberikan pesan kepada pembaca. Melalui analisis
data, maka data yang diperoleh tidak lagi diam, melainkan “berbicara”. Analisis data
menjadikan data tersebut mengeluarkan maknanya (Siagian, 2011 : 223).
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif.
Penelitian ini menggunakan pada data kualitas objek penelitian, yaitu ukuran data
berupa non angka, tetapi merupakan satuan kualitas (misal : istimewa, baik, buruk,
tinggi, rendah, sedang) atau juga serangkaian informasi verbal dan nonverbal yang
disampaikan informan kepada peneliti untuk menjelaskan perilaku ataupun peristiwa
yang sedang menjadi focus penelitian (Idrus, 2009 : 84). pendekatan kualitatif juga
memunculkan segi alamiah, apa adanya wajar tanpa manipulasi atau dikonotasikan,
sehingga pada penelitian ini tidak mengutamakan hasil yang diperoleh akan tetapi
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Sejarah dan Lokasi SLB-E Negeri Pembina Medan
SLB-E Negeri Pembina Medan mulai berdiri dari tahun 1983 dan diresmikan
pada tanggal 14 Maret 1986 oleh Bapak Dirjen Dikdasmen. Sekolah yang terletak di
Jalan Karya Ujung, Helvetia Timur, Medan ini dibangun di atas areal seluas 2,5 Ha
yang terdiri dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. SLB-E Negeri Pembina
merupakan bagian dari Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan layanan Khusus
(PLK) di wilayah Sumatera Utara yang dibentuk sebagai sumber pengembangan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) dan anak yang memerlukan pendidikan layanan khusus.
SLB-E Negeri Pembina Medan dalam proses pendidikannya diperuntukkan bagi
anak berkebutuhan khusus meliputi: tunanetra (gangguan penglihatan), tunarungu
(gangguan pendengaran), tunagrahita (gangguan intelektual), tunadaksa (gangguan
gerak anggota tubuh), tunawicara (gangguan berbicara), tunalaras (gangguan perilaku
dan emosi) dan autis.
4.1.2. Visi dan Misi SLB-E Negeri Pembina Medan
“Mewujudkan pelayanan yang optimal bagi anak yang berkebutuhan khusus sehingga
dapat berkreasi, berprestasi, mandiri, mengatasi hidupnya berdasar pada nilai budaya
dan agama.”
b. Misi SLB-E Negeri Pembina Medan
a. Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan IPTEK dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran secara
efektif dan efisien serta mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan penerapan
disiplin sekolah dan tata tertib sekolah.
b. Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstrakurikuler sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
c. Mengaktifkan kegiatan keagamaan, kegiatan bimbingan konseling, kegiatan
pelayanan perpustakaan dan laboratorium.
d. Mengupayakan terciptanya sikap rindu datang ke sekolah bagi semua warga
sekolah pada setiap hari belajar dan bekerja.
e. Menyelenggarakan program pendidikan yang senantiasa berakar pada sistem
nilai, adat istiadat, agama dan budaya masyarakat yang berkembang dengan
tetap mengedepankan dan mengikuti perkembangan dunia.
4.1.3. Ketenagaan SLB-E Negeri Pembina Medan
Ketenagaan di SLB-E Negeri Pembina Medan berjumlah 64 orang, adapun
pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
3. Bendahara
4. PKS
5. Guru
6. Tata Usaha
7. Cleaning Service
8. Keamanan
4.1.4. Fasilitas SLB-E Negeri Pembina Medan
SLB-E Negeri Pembina Medan memiliki fasilitas-fasilitas yang diperlukan
dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus antara lain:
1. Ruang Kelas
2. Ruang Keterampilan
3. Ruang Terapi Fisik dan Artikulasi
4. Bengkel Kerja
5. Ruang ICT
6. Ruang Kedap Suara
7. Gymnasium
8. Lapangan Olahraga
9. Perpustakaan
10. Kantin
11. Aula serbaguna
14. Taman Bermain
15. Beasiswa bagi siswa berprestasi dan kurang mampu
4.1.5. Proses Belajar-Mengajar di SLB-E Negeri Pembina Medan
Proses Belajar-Mengajar di SLB-E Negeri Pembina Medan sama halnya
seperti sekolah umum yang lain berlangsung dari hari Senin hingga Sabtu, hanya saja
waktunya lebih singkat. Waktu belajar di SLB-E Negeri Pembina Medan dimulai dari
pukul 07.45-11.00 untuk murid tingkat SD dan 07.45-12.30 untuk murid tingkat SMP
dan SMA.
Berbeda dengan guru di sekolah umum yang hanya mengajarkan mata
pelajaran wajib dan muatan lokal, guru di SLB juga harus mengajarkan
pengembangan diri dan Program Khusus Bina Pribadi dan Sosial sesuai dengan
kebutuhan anak didik. Pengembangan diri bertujuan memberi kesempatan kepada
anak didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan bakat dan
minat dengan cara mengajarkan keterampilan kepada anak didik. Adapun
keterampilan-keterampilan yang diajarkan pada pengembangan diri yaitu: tataboga,
Yulva Hanoum STRUKTUR ORGANISASI UPT SLB E NEGERI PEMBINA
TINGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA
KTU
Sub Bagian Umum
Sub Bagian Kepegawaian Dan Keuangan
Siswa/Siswi TK LB, SMP LB, Guru Mata Pelajaran
Guru Kelas
Nurzannah S,pd Hantaran Pertanian
Adang Saputra S,pd
Wilhamini S,pd.I Florist/Handy Craft Tukang Perkayuan
Ilhamdi S,pd
Desmalina P S, SKM UKS Manajemen Pemasaran
Nelli S Sinaga, S.pd
Kimom, S.Pd.I Perikanan Percetakan
Fitriyani Ginting, S.pd
Toni Gohan Uli P, SE Las Tata Boga
Rahmayani, S.pd Tri Lisia Ulfani, S.pd
Kecantikan Tata Busana Erfina Gultom,S.Pd
Nurazizah S.Kom ICT Otomotif
Jasanta Y ginting S.pd Manajer Keterampilan Krismaro Siallagan, S.Pd
Autis Fariyeni,S.pd Koordinator Torianto, S.Pd Tuna Grahita Purwanti, S.Pd Tuna Rungu/Wicara
Fransiskus Sitepu, S.Pd Tuna Ganda Hari Eko N, S.Pd
Tuna Netra
Hotner H Sinaga Azriadi, S.Pd Perpustakaan
Ade Suarmizal, S.pd Laboratorium Hari Eko Narwati, S.Pd
Asrama Urusan Kurikulum
Supardi Yulianto, S.Pd
Urusan Humas Azhar, S.Pd Urusan Sarana Prasarana
Drs Komaruddin Urusan Kesiswaan
Siti N Tarigan, S.Pd Wakil Kepala Sekolah
BAB V ANALISA DATA
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis akan menganalisa data – data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data dan penyebaran angket kepada
responden, sebanyak 33 orang responden yang merupakan orang tua, keluarga dan
guru pendamping dari anak tuna grahita yang mengikuti program pembinaan dan
pendidikan anak di Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa
(UPT.SLB-E ) Negeri Pembina Medan dan menghubungkan data dengan teknik
analisa data yang digunakan penulis yakni teknik analisis deskriptif kualitatif.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara :
1.Terlebih dahulu peneliti meminta ijin kepada pihak lembaga yang bertanggung
jawab dan menjelaskan maksud kedatangan ke Unit Pelaksana Teknis Sekolah
Luar Biasa (UPT.SLB-E ) Negeri Pembina Medan
2.Peneliti memperkenalkan diri kepada responden yang merupakan orang tua
atau keluarga dan guru pendamping dari anak tuna grahita dan menjelaskan
mengapa mereka yang dipilih sebagai responden dalam penelitian
3.Memberikan pengarahan dan menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya
pengisian kuesioner dan cara - cara pengisian kuesioner
4.Peneliti membimbing setiap responden yang mengalami kesulitan dalam
Pembahasan data dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan membagi
dalam dua sub bab agar penelitian tersusun secara sistematis, yaitu :
1. Karakteristik responden meliputi status responden dalam populasi, usia, jenis
kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir dan pekerjaan
2. Peranan pelaksanaan program pembinaan dan pendidikan dalam memberikan
kegiatan pembelajaran keterampilan bagi anak penyandang tuna grahita di
Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E ) Negeri Pembina
Medan.
5.1 Karateristik Responden 5.1.1 Umur
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan umur
No Kategori Frekuensi(F) Persentase(%)
1
2
3
4
14 – 18
19 – 22
23 – 27
28 – 32
10
18
4
1
30,3
54,5
12,1
3,1
Jumlah 33 100
Data hasil pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berumur
19 – 22 tahun atau sebesar 54,5%, sebanyak 30,3% atau 10 responden berumur 14
– 18 tahun, 4 responden atau 12,1 % berumur 23 – 27 tahun dan satu orang responden atau 3,1 % berumur 28 – 32 tahun.
5.1.2 Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
No Kategori Frekuensi(F) Persentase(%)
1
2
Laki –laki
Perempuan
11
22
33,3
66,7
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 22 orang atau 66,7%. Sedangkan sebanyak 11
5.1.3 Agama
Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan agama
No Kategori Frekuensi(F) Persentase(%)
1
2
3
Islam
Kristen
Budha
26
6
1
78,8
18,2
3
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
beragama Islam, yaitu sebanyak 26 orang atau 78,8%. Sebanyak 6 orang atau
18,2% beragama Kristen, sedangkan sebanyak satu orang beragama Budha. Hal
ini karena mayoritas penduduk dari Indonesia yang mayoritas Islam. Meskipun
dari hasil data terlihat perbedaan yang besar, namun demikian perbedaan agama
bukanlah hal yang mencolok bagi peserta didik tuna grahita dalam menerima
kegiatan pembelajaran dan keterampilankarena di Indonesia kebebasan dalam
beragama dijamin dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 serta tingginya
kesadaran masyarakat Indonesia dalam menjalankan toleransi antar umat
5.1.4 Suku
Tabel 5.4
Distribusi responden berdasarkan suku
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
merupakan suku Jawa yaitu sebanyak 14 orang atau 42,4%. Sebanyak 5 orang
responden suku Batak atau 15,2%. Sebanyak 8 orang responden suku Mandailing
atau 24,2%. Sebanyak 4 orang responden suku Karo atau 12,1% dan sisanya dari
lain-lain suku sebanyak 2 orang atau 6,0%. Besarnya jumlah responden yang
bersuku Jawa dikarenakan mayoritas jumlah penduduk di Sumatera utara
merupakan peranankan suku Jawa yang telah menetap di Sumatera Utara selama
berpuluh tahun, atau yang sering kita dengar dengan sebutan Pujakesuma. No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 2 3 4 5 Batak Jawa Mandailing Karo Lainnya 5 14 8 4 2 15,2 42,4 24,2 12,1 6,0
5.1.5 Pendidikan Terakhir
Tabel 5.5
Distribusi pendidikan orang tua responden
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
SLTA
Diploma
Sarjana
14
2
17
42,4
6,1
51,5
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan terakhir
orang tua responden adalah tamatan sarjana yaitu, sebanyak 17 orang atau 51,5%.
Sedangkan yang berpendidikan SLTA sebanyak 14 orang atau 42,4% dan yang
berpendidikan Diploma sebanyak 2 orang atau 6,1%. Hal ini disebabkan semakin
baiknya pendidikan di Indonesia dari tahun ketahunnya terutama di kota – kota
besar seperti Medan.serta tingginya kesadaran dari masyarakat akan perlunya
5.1.6 Pekerjaan
Tabel 5.6
Distribusi pekerjaan orang tua responden
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 PNS Wiraswasta Pegawai Swasta Pedagang Pensiunan Pegawai
Lain - lain
7 8 8 2 4 4 21,2 24,2 24,2 6,2 12,1 12,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan orang tua
responden adalah pegawai swasta dan wiraswasta yaitu masing – masing
sebanyak 8 orang atau 24,2%. Kemudian responden yang memiliki pekerjaan
sebagai PNS sebanyak 7 orang atau 21,2%. Sedangkan responden yang dari
pensiunan pegawai serat responden yang memiliki pekerjaan lain nya selain yang
disajikan dalam tabel masing – masing sebanyak 4 orang atau 12,1%, sisanya
mempunyai profesi pekerjaan sebagai pedagang sebanyak 2 orang atau 6,25.
Keberadaan Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E ) Negeri
Pembina Medan tepat berada dikota Medan menyebabkan kebanyakan responden
yang mengikuti kuesioner merupakan pegawai, baik itu pegawai negeri,swasta
maupun pensiunan pegawai. Hal ini dikarenakan kota Medan yang merupakan
ibukota provinsi Sumatera Utara merupakan pusat industri maupun pusat
5.2 Peranan Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan dalam memberikan kegiatan pembelajaran keterampilan bagi penyandang Tuna Grahita
Uraian tentang peranan Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa
(UPT.SLB-E) NegeriPembina Medan dalam memberikan kegiatan pembelajaran
keterampilan bagi penyandang Tuna Grahita disajikan dalam bentuk indikator
berupa deskriktif dari jawaban kuesioner responden yang dibagi dalam 3 aspek,
yaitu :
1. Pengetahuan dan pemahaman (Aspek kognitif) pada kegiatan pembelajaran
keterampilan
2. Penerapan (Aspek afektif) pada kegiatan pembelajaran keterampilan
3. Keterampilan (Aspek psikomotor)
Ketiga aspek inilah yang nantinya akan mejawab apakah Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan sudah berperan atau
belum dalam mengembangkan keterampilan dari anak penyandang cacat Tuna
Grahita.
5.2.1 Pengetahuan dan pemahaman (Aspek kognitif) pada kegiatan pembelajaran keterampilan.
Tabel 5.7
Pengetahuan tentang tujuan kegiatan dari pembelajaran keterampilan penyandang tuna grahita
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Dapat mengetahui
Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
7
12
14
21,2
36,4
42,4
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan tidak mengetahui
tentang tujuan kegiatan dari pembelajaran keterampilan penyandang tuna grahita
yaitu sebanyak 14 responden atau 42,4%. Sebanyak 12 responden atau 36,4%
menjawab kurang mengetahui dan sisanya 7 responden atau 21,2% menjawab
bahwa anak mereka mengetahui tentang tujuan kegiatan dari pembelajaran
keterampilan penyandang tuna grahita.
Pada tabel 5.7 jelas terlihat bahwa sebenarnya sebagian besar responden
menganggap bahwa, anak mereka kurang dan tidak mengetahui tentang tujuan
kegiatan dari pembelajaran keterampilan penyandang tuna grahita. Hal ini
disebabkan keterbatasan kemampuan dari anak penyandang cacat tuna grahita
dalam mengartikan tujuan pendidikan keterampilan tersebut. Sebagian besar anak
penyandang cacat tuna grahita hanya mengetahui secara sedarhana bahwa tujuan
mereka datang ke Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E)
Negeri Pembina Medan hanya untuk bersekolah. Bahkan ada sebagian dari anak
Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan
hanya untuk bermain. Hanya sebagian kecil saja anak penyandang tuna grahita
yang mengetahui tujuan kegiatan dari pembelajaran keterampilan penyandang
tuna grahita. Mereka yang mengetahui tujuan tersebut keseluruhannya adalah
anak penyandang tuna grahita ringan.
1.2 Pengetahuan dan pemahaman tentang manfaat berolahraga Tabel 5.8
Pengetahuan dan pemahaman tentang manfaat berolahraga
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Dapat mengetahui
Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
18
9
6
54,6
27,3
18,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan mengetahui dan
memahami tentang manfaat berolahraga yaitu sebanyak 18 responden atau 54,6%.
Sebanyak 9 responden atau 27,3% menjawab kurang mengetahui dan sebanyak 6
responden atau 18,1% menjawab bahwa anak mereka tidak mengetahui dan
memahami tentang manfaat berolahraga.
Tabel 5.8 bahwa peserta didik mengetahui dan memahami tentang
pentingnya berolah raga, dengan jumlah 18 (54,6%). Tingginya pengetahuan
Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan
melakukan kegiatan senam pagi setiap harinya sebelum memulai aktifitas belajar
lebih kurang 15 menit, serta adanya kegiatan ekstrakulikuler renang yang
diadakan setiap hari kamis. Selain itu pengetahuan dan pemahaman tentang
manfaat berolah raga juga didapat peserta didik dari pendidikan dasar sekolah
yaitu mata pelajaran pendidikan jasmani. Dimana peserta didik memperoleh
pelajaran tentang beberapa macam olahraga seperti lari, SKJ, renang dll. Hasil
wawancara langsung peneliti dengan orang tua dan guru pendamping murid,
sebagian besar dari mereka menjawab bahwa anak mereka mampu menjelaskan
pentingnya olahraga untuk kesehatan tubuh. Hanya sebagian kecil saja yang
menjawab kurang mengetahui dan tidak mengetahui, sebagian kecil dari mereka
merupakan penyandang cacat tuna grahita sedang dan berat. Mereka tidak mampu
menjelaskan karena keterbatasan pola pikir mereka.
1.3 Pengetahuan dan pemahaman tentang pengetahuan dasar yang diterima sesuai atau mengikuti perkembangan teknologi (sesuai jurusan masing – masing ).
Tabel 5.9
Pengetahuan dan pemahaman tentang pengetahuan dasar dalam perkembangan teknologi (sesuai jurusan masing – masing )
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Dapat mengetahui
Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
4
11
18
12,1
33,4
54,5
Jumlah 33 100
Data hasil pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan tidak mengetahui
tentang pengetahuan dasar yang diterima sesuai atau mengikuti perkembangan
teknologi (sesuai jurusan masing – masing ) yaitu sebamyak 18 responden atau
54,5%. Sebanyak 11 responden atau 33,4% menjawab kurang mengetahui dan 4
responden atau 12,1% menjawab dapat mengetahui.
Tabel 5.9 sebesar 11 (33,4%) bahwa penyandang tuna grahita pada umumnya
hasil wawancara langsung yang dilakukan peneliti terhadap orang tua, keluarga
dan guru pendamping menjelaskan bahwa anak mereka mengerti tentang
keterampilan yang mereka kerjakan, tapi untuk pemahaman terhadap
perkembangan keterampilan yang mereka kerjakan sesuai teknologi mereka tidak
memahaminya. seperti perkembangan kuliner bagi jurusan tata boga,
perkembangan fashion untuk jurusan tata busana, perkembangan musik untuk
jurusan musik dan perkembangan informasi teknologi seperti gadget untuk
jurusan IT. Hanya sebagian kecil saja anak penyandang tuna grahita yang
mengerti perkembangan teknologi, dari wawancara didapat bahwa mereka yang
mampu mengikuti perkembangan teknologi secara sederhana adalah peserta didik
jurusan musik dan informasi teknologi (IT) dan mereka tergolong pada tuna
1.4 Sumber pengetahuan yang didapat penyandang cacat tuna grahita Tabel 5.10
Sumber pengetahuan yang didapat penyandang cacat tuna grahita
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Hanya dari UPT.SLB
Keluarga / saudara
Media
10
18
5
30,3
54,5
15,2
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan memperoleh
pengetahuan dari keluarga selain pengetahuan yang diperoleh dari UPT sebanyak
18 orang atau 54,5%. Sebanyak 10 atau 30,3%responden menjawab hanya dari
UPT. Dan sebanyak 5 responden atau 15,2% menjawab dari media.
Besarnya peranan keluarga dalam mengikuti perkembangan si anak
menyebabkan si anak banyak memperoleh pengetahuan baru. Dari hasil
wawancara langsung yang dilakukan peneliti terhadap orang tua, keluarga dan
guru pendamping menjelaskan bahwa orang tua maupun keluarga aktif
menanyakan tentang hal apa saja yang baru dipelajari di UPT, lalu mereka secara
sederhana menjelaskan aplikasinya langsung dilingkungan rumah agar mereka
mengerti tentang keterampilan yang mereka dapat di UPT.
Selain mendapatkan pelajaran dasar dan keterampilan dari UPT, pihak sekolah
juga melakukan beberapa kegiatan tambahan yang berguna untuk menambah
pengetahuan si anak. Kegiatan itu seperti diadakannya pesantren kilat,
melalui undangan nonton bareng yang diadakan oleh Gubernur Sumatera Utara.
Media seperti televisi juga berperan menambah pengetahuan penyandang cacat
tuna grahita, tapi hanya sebagian kecil dari mereka saja yang bisa mau menonton
acara-acara yang mempunyai bobot pengetahuan. Selebihnya mereka hanya
menonton televisi sebagai hiburan saja, seperti menonton film kartun.
1.5 Pengetahuan dan pemahaman tentang kegunaan alat yang dipakai dalam praktek keterampilan.
Tabel 5.11
Pengetahuan dan pemahaman tentang kegunaan alat praktek keterampilan
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Dapat
Kurang
Tidak
27
4
2
81,8
12,1
6,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.11 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan dapat menyebutkan
kegunaan alat yang dipakai dalam praktek keterampilan sebanyak 27 responden
atau 81,8%. Sebanyak 4 orang menjawab kurang dan 2 orang responden
menjawab tidak dapat menyebutkan.
Hasil wawancara langsung yang dilakukan peneliti terhadap orang tua,
keluarga dan guru pendamping maupun kepada si penyandang cacat tuna grahita
mereka mampu menyebutkan fungsi dari kompor, kuali, pada jurusan tata boga,
fungsi dari jarum jahit, penggaris pola pada jurusan tata busana, fungsi dari
peralatan make up pada jurusan tata rias, bahkan untuk jurusan teknologi dan
informatika mereka mampu menyebutkan fungsi dari keyboard dan monitor.
Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden
“ Anak saya sekarang udah pande merias loh. Minimal dia udah bisa ngerias dirinya sendiri. Dia udah pande pake bedak, lipstik, kadang – kadang dia juga nyisirin rambut kakak – kakaknya “
1.6 Pengetahuan dan pemahaman tentang penjumlahan dan pengurangan angka
Tabel 5.12
Pengetahuan dan pemahaman tentang penjumlahan dan pengurangan angka
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Dapat
Kurang
Tidak
11
16
6
33,3
48,5
18,2
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan kurang mengetahui
tentang penjumlahan dan pengurangan yaitu sebanyak 16 responden atau 48,5%.
11 responden atau 33,3% menjawab dapat mengetahui dan 6 responden menjawab
Penjumlahan dan pengurangan merupakan salah satu pendidikan dasar yang
diterima oleh peserta didik di Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa
(UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan melalui mata pelajaran matematika. Salah
satu faktor tingginya tingkat kurang memahami dan mengetahui penjumlahan dan
pengurangan adalah karena jumlah jam belajar matematika yang sedikit. Di UPT
ini jumlah jam keterampilan sangat mendominasi sehingga hanya anak tuna
grahita ringan saja yang mampu mengetahui tentang Penjumlahan dan
pengurangan, itu pun hanya sampai batas Penjumlahan dan pengurangan puluhan
saja. Sedangkan untuk anak tuna grahita sedang dan berat mereka hanya bisa
mengenal dan menyebutkan angka saja bahkan ada yang belum bisa menyebutkan
angka. Selain peranan guru pendamping di UPT, orang tua dan keluarga juga
memiliki peranan yang penting dalam mengajarkan anak mereka untuk
mengetahui tentang Penjumlahan dan pengurangan. Metode pengajaran yang
diberikan oleh guru pendamping dalam memberikan pelajaran Penjumlahan dan
pengurangan juga mempengaruhi perkembangan peserta didik dalam memahami
pelajaran dasar. Seperti metode yang dilakukan ibu roro selaku guru pendamping
jurusan tata boga, beliau memberikan contoh yang nyata yang ada disekitar si
anak tentang pelajaran penjumlahan dan pengurangan. Seperti menghitung jumlah
piring yang sudah dicuci dan menanyakan jumlah berapa piring yang belum
dicuci, kemudian menanyakan berapa jumlah keseluruhan piring yang sudah
5.2.2 Penerapan (aspek afektif) pada kegiatan pembelajaran keterampilan 2.1 Penerapan pengetahuan dasar dan keterampilan dalam kehidupan
sehari – hari
Tabel 5.13
Penerapan pengetahuan dasar dan keterampilan dalam kehidupan sehari – hari
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Dapat
Kurang
Tidak
17
12
4
51,5
36,4
12,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.13 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan dapat menerapkan
keterampilan yang didapat sebanyak 17 responden atau 51,5% . sebanyak 12
orang responden atau 36,4% menjawab kurang bisa menerapkan dan sebanyak 4
orang atau 12,1% menjawab tidak bisa menerapkan.
Tingginya jawaban dari responden yang menyatakan bahwa anak mereka
mampu menerapkan keterampilan yang diterima di UPT tidak terlepas dari
peranan UPT yang memberikan jumlah jam pelajaran keterampilan yang banyak
dalam seminggu. Seperti halnya pernyataan dari responden dalam wawancara
“banyak manfaat yang diterima anak saya setelah mendapatkan keterampilan dari sekolah, setidaknya dia sudah mulai berfikir sebelum melakukan sesuatu. “
Sedangkan beberapa responden menjawab kurang bisa menerapkan
keterampilan yang didapat dalam kehidupan sehari – hari, sebenarnya si anak
sudah mulai bisa menerapkan tapi harus ditemani dan diarahkan dalam
melaksanakan kegiatannya.
[image:30.595.162.468.474.631.2]
2.2 Meningkatnya kepercayaan diri peserta didik selama mendapatkan pembelajaran keterampilan di UPT
Tabel 5.14
Meningkatnya kepercayaan diri peserta didik selama mendapatkan pembelajaran keterampilan di UPT
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Dapat
Kurang
Tidak
22
8
3
66,7
24,2
9,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.14 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan mengalami
responden atau 66,7%. Sebanyak 8 responden atau 24,2% menjawab kurang dan
sebanyak 3 responden menjawab tidak.
Tingginya angka jawaban dari responden tentang meningkatnya kepercayaan
diri dari anak mereka selama menjalani pendidikan keterampilan di UPT karena
mereka merasakan langsung di lingkungan rumah bahwa anak mereka sekarang
sudah lebih percaya dalam melakukan kegiatan – kegiatan pribadi nya tanpa harus
diawasi secara ketat lagi oleh orang tua nya. Seperti yang diungkapkan oleh salah
satu responden yang merupakan orang tua si anak
“sekarang anak saya udah lebih pede lah. Udah bisa dilepas lah sikit - sikit . “
Peserta didik rata – rata sekitar setelah 1 tahun menjalani program pendidikan
mengalami peningkatan kepercayaan diri yang tinggi jika dibandingkan dengan
bulan pertama mereka menjalani pendidikan keterampilan. Khususnya untuk tuna
grahita ringan. Sedangkan untuk tuna grahita sedang sekitar 3 tahun sedangkan
untuk tuna grahita berat belum bisa dipastikan waktunya.
[image:31.595.170.466.583.744.2]2.3 Kemampuan menggunakan alat yang di Fasilitasi UPT Tabel 5.15
Kemampuan menggunakan alat yang di fasilitasi UPT
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
17
11
5
51,5
33,3
15,2
Jumlah 33 100
Data hasil pada tabel 5.15 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan bisa menggunakan alat
yang di fasilitasi UPT sebanyak 17 responden atau 51,5%. Sebanyak 11
responden atau 33,3% menjawab kurang dan sebanyak 5 responden menjawab
tidak.
Hasil pengamatan yang dilakukan langsung di UPT, sebagian besar peserta
didik sebenarnya sudah mampu menggunakan alat – alat yang difasilitasi oleh
UPT hanya kemahiran dalam menggunakan nya saja yang berbeda – beda. Seperti
yang peneliti amati langsung, peserta didik sudah mampu menghidupkan kompor,
menghidupkan PC, memasukkan benang kedalam mesin jahit. Bahkan untuk
jurusan tata boga ada peserta didik yang sudah mahir memotong cabai dengan
menggunakan pisau. hal ini tidak terlepas dari peran guru pendamping yang bisa
menjelaskan dengan baik fungsi dari kegunaan masing – masing alat
keterampilan.
[image:32.595.158.485.608.731.2]2.4 Tingkat ketergantungan pada orang terdekat dalam kehidupan sehari - hari
Tabel 5.16
Tingkat ketergantungan peserta didik pada orang terdekatnya dalam kehidupan sehari – hari
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Tidak
Biasa saja
3
23
7
9,1
69,7
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.16 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan tidak merasa takut
apabila orang terdekat tidak berada disamping nya sebanyak 23responden atau
69,7%. Sebanyak 7 responden atau 21,2% menjawab kurang dan sebanyak 3
responden atau 9,1% menjawab Ya.
Tingginya jawaban responden dengan tidak merasa takut apabila si anak tidak
disamping orang terdekat dapat dilihat karena hanya sedikit dari orang tua atau
keluarga yang menemani anaknya di sekolah. Mereka hanya mengantar dan
menjemput saja. Bahkan seperti yang diutarakan oleh ibu Roro responden yang
merupakan guru pendamping tata boga
“Kalo dulu iya, anak – anak sering takut kalo gak ada mamaknya disampingnya, tapi kalo sekarang enggak lagi, kan disini udah banyak kawan-kawan nya juga, jadi lebih relaks lah mereka . “
Responden yang menjawab Ya adalah responden yang anaknya mengalami
tuna grahita sedang dan tuna grahita berat. Sehingga selain si anak yang masih
merasa takut, orang tua nya juga takut melepasnya sendiri. Sedangkan yang
menjawab biasa saja dikarenakan dari sebelum anak mereka di daftarkan ke UPT,
2.5 Tata bahasa atau ungkapan pada orang sekitar lingkungannya Tabel 5.17
Tata bahasa atau ungkapan pada orang sekitar lingkungannya
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
27
4
2
81,8
12,1
6,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.17 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan sudah bisa berbicara
yang sopan dan baik sebanyak 27 responden atau 81,8%. Sebanyak 4 responden
atau 12,1% menjawab kurang dan sebanyak 2 responden menjawab tidak.
Pendidikan agama yang diberikan oleh pihak UPT merupakan salah satu mata
pelajaran yang menjadi dasar tingginya jawaban dari responden terhadap
penggunaan tata bahasa atau kata – kata yang baik. Adapun sebagian kecil peserta
didik yang masih berbicara kurang sopan adalah peserta didik dengan tingkat tuna
grahita berat. Peserta didik dengan tuna grahita berat biasanya selalu berbicara
sesuai dengan apa yang didengarnya dilingkungannya. Penjelasan apakah yang
dikatakan nya itu baik atau buruk butuh cara khusus dan waktu yang lama, karena
2.6 Penerapan peralatan yang digunakan di UPT dalam menunjang kegiatan pembelajaran keterampilan
Tabel 5.18
Penerapan peralatan yang digunakan di UPT dalam menunjang kegiatan pembelajaran keterampilan
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
27
3
3
81,8
9,1
9,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.18 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa peralatan yang digunakan di Unit Pelaksana Teknis Sekolah
Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan sudah menunjang kegiatan
pembelajaran keterampilan sebanyak 27 responden atau 81,8%. Sebanyak 3
responden atau 9,1% menjawab kurang dan sebanyak 3 responden menjawab
tidak.
Mayoritas dari orang tua / keluarga menganggap bahwa peralatan yang
digunakan sudah baik. Peralatan yang digunakan selalu siap pakai sehingga tidak
menggangu kegiatan pembelajaran keterampilan, apabila ada peralatan yang rusak
maka pihak sekolah langsung memperbaikinya. Seperti ungkapan seorang
responden yang merupakan guru jurusan informasi dan teknologi
5.2.3 Keterampilan (Aspek Psikomotor)
[image:36.595.162.465.234.398.2]3.1 Kemampuan dalam melakukan kegiatan tanpa bantuan orang terdekat Tabel 5.19
Kemampuan dalam melakukan kegiatan tanpa bantuan orang terdekat
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
22
8
3
66,7
24,2
9,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.19 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan sudah mampu
melakukan kegiatan - kegiatan tanpa bantuan orang terdekat sebanyak 22
responden atau sebesar 66,7%, sedangkan yang menjawab kurang mampu
sebanyak 8 responden atau 24,2% dan sisanya 3 responden menjawab tidak
mampu atau 9,1%.
Hasil wawancara langsung dengan wali murid dan pengamatan dilapangan,
kegiatan yang dimaksud dalam tabel diatas adalah kegiatan yang bersifat
sederhana. Baik kegiatan yang dilakukan dilingkungan rumah maupun kegiatan
yang dilakukan di UPT. Contoh sederhananya, peserta didik sudah mampu
melakukan aktifitas belajar di UPT tanpa harus didampingi oleh orang terdekat
mereka. Sedangkan di lingkungan rumah peserta didik sudah bisa melakukan
kegiatan kegiatan kecil rumah tangga seperti menyapu lantai. Sedangkan
kegiatan sehari-harinya mereka perlu pemantauan dengan intensitas yang cukup
tinggi. Hal ini disebabkan karena kemampuan motorik mereka yang cukup rendah
yang menyebabkan orang tua mereka ragu dengan apa yang dikerjakan mereka.
Seperti yang diungkapkan salah seorang responden
“saya belum berani melepas anak saya langsung dalam melakukan aktifitas karena saya khawatir nantinya terjadi apa-apa pulak. “
[image:37.595.159.468.378.542.2]3.2 Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari Tabel 5.20
Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
24
6
3
72,7
18,2
9,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.20 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan sudah mandiri dalam
melakukan kegiatan sehari – hari sebanyak 24 responden atau 72,7%. Sebanyak 6
responnden menjawab kurang atau 18,2% dan sisanya 3 responden atau 9,1 persen
menjawab tidak mampu mandiri
Kemandirian yang dimaksud dalam penjabaran tabel berdasarkan kuisioner
yang telah diambil adalah peserta didik mampu melakukan hal – hal ringan yang
jawabkannya kepada orang disekitarnya, seperti yang tercantum dalam Bab II
halaman 25. Contoh sederhanya adalah peserta didik mampu mengurus diri
sendiri seperti mandi, makan, mempersiapkan perlengkapan diri ke sekolah
dll..kebanyakan dari peserta didik sudah mampu melakukan itu tanpa harus
dimonitor oleh orang tua mereka. Dalam hal ini memang peranan UPT sangat
berpengaruh dalam membentuk kemandirian si peserta didik. Khususnya peranan
guru sebagai pendidik yang harus mampu mengajarkan mana yang baik dan mana
yang tidak. Karena kemampuan setiap peserta didik yang berbeda – beda maka
guru pembimbing harus mampu mempelajari karakter masing – masing peserta
didik, terutama harus mampu mengerti tingkat emosional peserta didik yang
sangat berpengaruh besar terhadap kemandirian mereka.
[image:38.595.164.467.514.673.2]3.3 Kemampuan dalam melakukan kegiatan pelatihan keterampilan di UPT.SLB tanpa pertolongan orang terdekat
Tabel 5.21
Kemampuan dalam melakukan kegiatan pelatihan keterampilan di UPT.SLB tanpa pertolongan orang terdekat
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
20
7
6
60,6
21,2
18,2
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.21 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
kegiatan pelatiahan keterampilan tanpa pertolongan orang terdekat sebanyak 20
responden atau 60,6%. Sebanyak 7 responden atau 21,2% menjawab kurang
mampu dan sebanyak 6 responden menjawab tidak mampu.
Tingginya persentase dari kemampuan seorang peserta didik dalam melakukan
kegiatan keterampilan tanpa pertolongan dari orang terdekat karena mereka rata –
rata sudah sekitar 1 tahun dalam melakukan pendidikan keterampilan di UPT.
Pada awalnya orang tua masih mengawasi dengan ketat anak mereka dalam
melakukan kegiatan keterampilan. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang
responden
“Pada awal – awal nya saya masih ragu melepas anak saya. Saya tunggui dia sampai kegiatan selesai. Saya khawatir apalagi anak saya kan jurusan tata boga, saya takut waktu liat dia megang pisau, jadi saya ikut dampingi dia dikelas praktik.. “
[image:39.595.160.476.532.697.2]3.4 Kemampuan dalam bersosialisasi di lingkungan UPT.SLB Tabel 5.22
Kemampuan dalam bersosialisasi di lingkungan UPT.SLB
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
25
4
4
75,8
12,1
12,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.22 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan mampu bersosialisasi
dengan baik di lingkungan UPT sebanyak 25 responden atau 75,8%. Sedangkan
sebanyak 4 responden atau 12,1% menjawab kurang dan tidak mampu.
Hasil wawancara langsung dengan guru pembimbing mereka diketahui bahwa
peserta didik sebagian besar mampu bersosialisi dengan baik. Seperti yang
diungkapkan oleh seorang guru pembimbing
“anak – anak tau nama teman – teman sekelas mereka. Biasanya kalo nyampe sekolah mereka suka cerita sama kawan – kawannya tentang kegiatan yang mereka anggap penting seperti cerita kalo abis jalan jalan sama keluarga “
Kemampuan peserta didik tuna grahita dalam bersosialisasi memang tidak
sama dengan kemampuan orang normal. Mereka mempunyai cara masing –
masing dalam melakukan sosialisasi. Pengamatan yang peneliti lakukan langsung
di UPT SLB cara berkomunikasi mereka cukup unik. Walaupun mereka tidak
sepenuhnya mengerti terhadap apa yang disampaikan oleh teman mereka masing
– masing tetapi mereka mampu merekam apa yang dilakukan oleh teman – temannya dan mampu menceritakan kepada orang tua mereka tentang apa yang
mereka lakukan bersama teman – temannya. Contohnya pada saat jam istirahat
sekolah, secara spontan layaknya orang normal mereka juga sama – sama jajan
3.5 Kemampuan dalam bersosialisasi di luar lingkungan UPT.SLB Tabel 5.23
Kemampuan dalam bersosialisasi di luar lingkungan UPT.SLB
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
12
16
4
36,3
48,5
12,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.23 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan kurang mampu
bersosialisasi dengan baik diluar lingkungan UPT sebanyak 16 responden atau
48,%. Sedangkan sebanyak 12 responden atau 36,3% menjawab mampu dan 4
responden atau 12,1% menjawab tidak mampu.
Jika dibandingkan dengan hasil dari tabel 3.4 yaitu Kemampuan dalam
bersosialisasi di lingkungan UPT.SLB maka pada tabel 3.5 Kemampuan dalam
bersosialisasi di luar lingkungan UPT.SLB terlihat perbedaan yang besar.
Walaupun pada dasarnya sebagian dari mereka mampu bersosialisasi dengan baik
di dalam maupun di luar lingkungan UPT SLB. Hal ini karena kemampuan
bersosialisasi mereka yang menyebabkan orang tua ragu untuk melepas mereka di
luar rumah. Seperti penuturan dari seorang responden
3.6 Kemampuan berinovasi dari pengetahuan yang diterima selama pembelajaran keterampilan
Tabel 5.24
Kemampuan berinovasi dari pengetahuan yang diterima selama pembelajaran keterampilan
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
5
17
11
15,2
51,5
33,3
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.24 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan kurang mampu dalam
berinovasi dari pengetahuan yang diterima selama pembelajaran keterampilan
sebanyak 17 responden atau 51,5%. Sebanyak 11 responden atau 33,3%
menjawab tidak mampu dan sisanya sebanyak 5 responden menjawab mampu.
Pembelajaran keterampilan yang didapat peserta didik belum mampu
meningkatkan kemampuan berimajinasi maupun berinovasi dalam melakukan
keterampilan. karena metode pengembangan pembelajaran keterampilan di UPT
yang belum maksimal. Walaupun sebenarnya sudah beberapa kali Unit Pelaksana
Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan mengikuti
kompetensi tingkat nasional bagi peserta didik dibidang keterampilan. Memang
hal ini masih menjadi kendala besar dari setiap UPT SLB terutama untuk peserta
dalam mengadakan kegiatan kompetensi akan sangat mendukung kemampuan
peserta didik dalam meningkatkan inovasi mereka dibidang keterampilan.
[image:43.595.166.479.306.469.2]3.7Perkembangan pembelajaran keterampilan terhadap kegiatan sehari-hari
Tabel 5.25
Perkembangan pembelajaran keterampilan terhadap kegiatan sehari-hari
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
23
2
8
69,7
6,1
24,2
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.25 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan mengalami
perkembangan keterampilan terhadap kegiatan sehari – hari sebanyak 23
responden atau 69,7%. Sebanyak 8 responden atau 24,2% menjawab tidak mampu
dan 2 orang responden menjawab kurang mampu.
Kegiatan pembelajaran keterampilan memang mempunyai pengaruh yang
lebih besar jika dibandingkan pendidikan dasar dalam melakukan kegiatan sehari
– hari. Berkembangnya kepercayaan diri serta meningkatnya kemandirian merupakan tujuan dasar dari pembelajaran keterampilan. Disamping itu kegiatan
berhubungan dengan motorik seseorang sehingga peserta didik dapat lebih mampu
melakukan kegiatan sehari – harinya.
[image:44.595.124.463.283.454.2]3.8 Keterampilan membuat karya yang sederhana Tabel 5.26
Keterampilan membuat karya yang sederhana
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
2
2
29
6,1
6,1
87,8
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.26 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan belum mampu
menghasilkan karya yang sederhana sebanyak 29 responden atau 87,8%. Dan
sisanya 4 responden menjawab kurang mampu dan mampu.
Hasil wawancara langsung terhadap guru pendamping didapat bahwa sebagian
besar peserta didik tidak mampu membuat karya. Hal ini dikarenakan tujuan
utama dari guru pendamping yang hanya terfokus pada perkembangan
kemandirian, kepercayaan diri dan perubahan emosional si anak didik saja. Untuk
menciptakan sebuah karya sederhana memang menjadi tantangan yang cukup sulit
dikarenakan keterbatasan kemampuan peserta didik dalam berfikir. Perlunya
pelatihan yang berkelanjutan akan sangat mendukung peserta didik dalam
membuat karya sederhana karena secara continue mendapatkan pelatihan yang
intensif. Itupun dilihat dari sejauh mana kemampuan peserta didik dalam
menyerap pembelajaran keterampilan yang diberikan. Contohnya seperti salah
satu peserta didik jurusan tata busana yang sudah mampu menggambar pola
busana secara sederhana.
[image:45.595.166.475.389.553.2]3.9 Perubahan tingkat kemandirian selama mendapatkan pembelajaran keterampilan di UPT.SLB
Tabel 5.27
Perubahan tingkat kemandirian selama mendapatkan pembelajaran keterampilan di UPT.SLB
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
26
4
3
78,8
12,1
9,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Data hasil pada tabel 5.27 dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
menjawab bahwa anak mereka sebagai peserta didik di Unit Pelaksana Teknis
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan mengalami perubahan
tingkat kemandirian selama mendapatkan pembelajaran keterampilan sebanyak 26
responden atau 78,8%. Sebanyak 4 responden menjawab kurang dan 3 responden
menjawab tidak.
Sebagian besar dari orang tua merasa bahwa anak mereka mengalami
merasakan perbedaan sebelum masuk UPT dan sesudah masuk UPT dalam
kegiatan sehari – hari peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang
responden
“kalo masalah kemandirian yaahh lumayan banyak berubah lah. Setidaknya sekarang anak saya sudah bisa melakukan kegiatan untuk mengurus dirinya sendiri, udah mulai gak banyak bergantung sama saya lah “
Kemandirian yang dimaksud oleh responden dalam hal ini adalah tingkat
kemandirian yang sederhana. Yaitu kemandirian dilingkungan keluarga. Untuk
kemandirian dilingkungan masyarakat, kebanyakan peserta didik sebenarnya
belum mampu. Setidaknya setelah mendapat pembelajaran keterampilan dari
UPT, peserta didik sudah mampu bertanggung jawab dalam kegiatan sehari –
harinya, lebih bisa mengontrol emosionalnya.
[image:46.595.154.478.533.697.2]3.10 Manfaat kegiatan pembelajaran keterampilan di UPT.SLB Tabel 5.28
Manfaat kegiatan pembelajaran keterampilan di UPT.SLB
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
Ya
Kurang
Tidak
25
5
3
75,8
15,1
9,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data Kuesioner 2014
Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan mendapatkan manfaat
dari pembelajaran keterampilan sebanyak 25 responden atau 75,8% dan yang
menjawab kurang sebanyak 5 responden. Sedangkan 3 responden menjawab tidak.
Hasil wawancara langsung terhadap orang tua peserta didik, sebagian besar
dari mereka menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan memberikan manfaat
yang sangat besar terhadap perkembangan anak peserta didik. Mereka
menyatakan kepuasan terhadap perkembangan anak. Baik perkembangan fisik
anak maupun perkembangan mental anak. Manfaat ini mereka rasakan langsung
dari perkembangan anak mereka terutama dilingkungan rumah. Seperti dari
kupitan wawancara dengan seorang responden
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian.
Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari
analisis data dalam penelitian tentang peranan unit pelaksana teknis sekolah luar
biasa (UPT. SLB-E) Negeri Pembina Medan dalam memberikan kegiatan
pembelajaran keterampilan bagi penyandang tuna grahita. Responden dalam
penelitian ini adalah 33 responden yaitu orang tua/keluarga dan guru pendamping
dari peserta didik.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa peranan
Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT. SLB-E) Negeri Pembina Medan
dalam memberikan kegiatan pembelajaran keterampilan bagi penyandang tuna
grahita yang ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotor dan
kemandirian adalah sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi pemahaman dan pengetahuan (aspek kognitif), dari
analisa data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
peserta didik sudah mampu memahami dan mengetahui secara sederhana
tentang kegiatan pembelajaran yang meliputi pembelajaran dasar maupun
pembelajaran keterampilan.
2. Ditinjau dari segi penerapan (aspek afektif), dari analisa data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik juga
mampu menerapkan keterampilan yang didapat dari pembelajaran, baik
didalam lingkungan UPT maupun di luar lingkungan.
peserta didik hanya mampu menerapkan keterampilan terhadap dirinya
sendiri dan sebagian lagi belum mampu mengembangkan keterampilan
yang diperolehnya dalam lingkup yang lebih besar/terhadap orang lain.
Pada aspek psikomotor terdapat keterampilan yang dilakukan peserta
didik. Sebagian besar dapat melakukan pelatihan keterampilan dengan
baik untuk diri sendiri. Sebagian besar mampu bersosialisasi di dalam
UPT dengan baik, namun cukup bersosialisasi di luar UPT. Kemandirian
dengan kategori baik dapat melakukan kegiatan tanpa bantuan orang
terdekat di kehidupan sehari – hari.
Berdasarkan hasil dari ketiga aspek yang ditampilkan (aspek kognitif, afektif,
psikomotor dan kemandirian) maka peranan UPT SLB Negeri Pembina Medan
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka
saran dari peneliti adalah sebagai berikut:
1. Perlunya mengadakan kegaiatan pembelajaran keterampilan bersama
yang dilakukan oleh pihak UPT dengan pihak luar seperti elemen
masyarakat, mahasiswa, dan lembaga sosial lainnya dalam
meningkatkan keterampilan penyandang tuna grahita.
2. Untuk tingkat pemerintahan dalam hal ini diwakilkan oleh dinas
pendidikan untuk menyusun kurikulum khusus pembelajaran
keterampilan bagi penyandang tuna grahita harus sesuai dengan
pembelajaran yang diterima.
3. Perlunya tambahan jumlah tenaga pengajar, khususnya untuk tenaga
pengajar keterampilan.
4. Untuk orang tua/wali murid harus lebih berani mensosialisasikan
permasalahan tuna grahita ke lingkungan luar melalui media elektronik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan Unit Sekolah Luar Biasa
2.1.1 Pengertian Peranan Unit Sekolah Luar Biasa
Kata peranan berawal dari kata dasar peran. Istilah "peran" kerap diucapkan
banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau
kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan dengan "apa yang dimainkan" oleh
seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata
"peran", atau role dalam Bahasa Inggrisnya, memang diambil dari dramaturgy atau
seni teater. Pada seni teater seorang actor diberi peran yang harus dimainkan sesuai
dengan plot-nya, dengan alur ceritanya, dengan lakonnya.
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 : 854). Ketika istilah
peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau
mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.
Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukan seseorang
sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku
yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di
masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan,
keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain
(http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/jbptunikompp-gdl-herinugrah-24326-2-babii.pdf, diakses 29 Juli 2013 pukul 14.05 wib).
Menurut Soerjono Soekanto (2002 : 243) “Peranan merupakan aspek dinamis
kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia
menjalankan suatu peranan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian
bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam
menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan
2 ( dua ) variabel yang merupakan hubungan sebab akibat”.
Peranan Unit Sekolah Luar Biasa adalah suatu penilaian sejauh mana fungsi
Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun peran SLB sebagai pusat sumber adalah memberikan informasi
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan inklusif, baik kepada
sekolah-sekolah regular, maupun SLB lainnya, menyediakan bantuan asesmen yang
rutin terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), memberikan layanan dan
bimbingan kependidikan bagi ABK, menjadi konsultan bagi semua pihak yang
membutuhkan informasi, layanan, bimbingan dan penanganan khusus. Menjalin kerja
menyusun strategi dan metodologi pembelajaran yang cocok bagi semua anak.
Melakukan penanganan layanan pendidikan bagi ABK dan memberi serta menerima
rujukan atau referensi dalam layanan pendidikan inklusi, Merencanakan d