• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Di Medan (1984-1999)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Di Medan (1984-1999)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN SEKOLAH LUAR BIASA-E NEGERI

PEMBINA TINGKAT PROPINSI DI MEDAN (1984-1999)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : OSMAIL PANJAITAN

NIM : 040706024

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PERKEMBANGAN SEKOLAH LUAR BIASA-E NEGERI

PEMBINA TINGKAT PROPINSI DI MEDAN (1984-1999)

Yang diajukan oleh : Nama : Osmail Panjaitan

NIM : 040706024

Telah Disetujui untuk Diujikan Dalam Ujian Skripsi oleh :

Pembimbing

Dra. Nurhabsyah,M.Si tanggal ……..

NIP. 195912311985032005

Dra. Fitriaty Harahap,SU tanggal ……..

NIP. 195406031983032001

DEPARTEMAN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SATRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Lembar Persetujuan Ketua Depateman

Disetujui Oleh :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen

Dra. Fitriaty Harahap,SU NIP. 195406031983032001

(4)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada : Tanggal : Hari :

Fakultas Sastra USU Dekan

Dr. Drs. Syahron Lubis, MA NIP. 195110131976031001

Panitia Ujian

NO Nama Tanda Tangan

1.………. ( )

2.………. ( )

3.………. ( )

4.………. ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat serta karuniaNya yang dilimpahkan dengan memberikan kesehatan,

ketabahan serta ketekunan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini mulai dari

awal sampai selesai. Adapun penulisan ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi Program Sarjana Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara. Pada kesempata ini penulis mengangkat permasalahan

tentang studi pendidikan luar biasa dalam kajian ilmu sejarah. Skripsi ini diberi judu:

Perkembangan sekolah luar biasa-E negeri pembina tingkat propinsi dimedan

(1984-1999).

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan terutama

dalam pencarian data dan buku-buku di literatur pendukung dalam penulisan skirpsi.

Oleh sebab itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis menerima kritikan dan masukan yang bersifat membangun dari semua

pihak sebagai bahan penyempurnaan skirpsi ini.

Penulisan skirpsi ini dapat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

(6)

seluruh jiwa raganya dalam merawat, membesarkan dan mendidik penulis dari

lahir sampai dewasa tanpa mengenal lelah dengan ketulusan hati yang dalam.

2. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara beserta staf yang telah berkenan

menerma dan memberi kesempatan serta fasilitas kuliah kepada penulis selama

kuliah di Fakultas Sastra USU.

3. Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera

Utara.

4. Dra.Fitriaty Harahap, SU, dan Dra. Nushansyah, M.Si selaku Ketua dan

Sekretaris Departemen Sejarah.

5. Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si, selaku dosen wali penulis atas bimbingan

selama kuliah di Departemen Ilmu Sejarah.

6. Dra. Nurhabsyah, M.Si, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini

atas segala ketekunan, kesabaran dan kemauan serta rela melaungkan waktunya

untuk membimbing dan memperbaiki naskah skripsi ini hingga selesai.

7. Bapak dan Ibu Dosen di Departemen Ilmu Sejarah atas Segala bekal ilmu yang

telah diberikan kepada penulis selama ini

8. Kedua saudara penulis yang terkasih : Abang Sabar Panjaitan dan Adik Gomgom

Panjaitan.

9. Seluruh keluarga besar penulis yang terus mendukung saya selama masa

(7)

10.Sahabat-sahabatku di Jurusan Ilmu Sejarah Stambuk 2004, yang telah banyak

memberikan bantuan, dukungan dan semangat selama masa perkuliahan.

11.Para senior, dan alumni, Jurusan Sejarah terkhusus buat anak-anak Teater “O”

dan Gemapala.

12.Rekan-rekan khususnya : momos, gadink, Aswad, Barto, otang, dan Budi yang

telah menjadi teman berbagai Suka dan Duka selama ini.

Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak

mungkin diebutkan satu persatu namanya, saya ucapkan terimakasih. Semoga Tuhan

yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan Dia senantiasa

menyertai kita semua.

Medan, Oktober 2010

Penulis,

(8)

ABSTRAK

Pendidikan bagi anak-anak cacat merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah dikarenakan hak untuk memperoleh pendidikan merupakan adalah hak semua warga negara, tidak terkecuali anak-anak cacat. Sekolah Luar Biasa didirikan agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat menikmati layanan pendidikan agar mereka dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk bekal mereka di masa yang akan datang.

Adanya Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina bertujuan membantu terciptanya pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di kota Medan. Penelitian ini dilakukan di kota Medan, Sumatera Utara. Dalam tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang diawali dengan pengumpulan data historis yang berkenan dengan objek penelitian (heuristik) dan dilanjutkan dengan kritis sumber. Selanjutnya dilakukan interprestasi terhadap data yang telah di kritik tersebut dan akhirnya dilakukan penulisan (historiografi).

Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina tingkat Propinsi di Kota Medan akan dapat memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di kota Medan, yang dapat meningkatkan jumlah anak-anak berkebutuhan khusus serta merasakan pendidikan di sekolah. Pengingat semakin bertambahnya jumlah anak-anak berkebutuhan khusus di Kota Medan.

Di awal berdirinya SLB-E Negeri pembina tidak terlepas dari tantangan dan permasalahan yang dihadapi, ini menjadi proses perkembangan sekolah untuk dapat meningkatkan pelayanan pendidikan khusus bagi anak-anak cacat. Perkembangan itu berupa peningkatan layanan, fasilitas pendukung sekolah, dan peningkatan jumlah murid yang diterima disekolah, menjadi syarat mutlak dalam peningkatan mutu pendidikan khusus yang bersifat kualitas dan kwantitas sekolah.

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 8

1.4.Tinjauan Pustaka ... 8

1.5.Metode Penelitian ... 10

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA SLB-E NEGERI PEMBINA 12 2.1.Sejarah Singkat Pendidikan Luar Biasa di Indonesia ... 12

2.2.Berdirinya SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi ... 13

2.3.Struktur Organisasi ... 17

2.4.Sistem Tatakerja ... 19

(10)

3.1.Tata Layanan ... 22

3.2.Murid ... 27

3.2.1. Syarat Penerimaan Murid ... 27

3.2.2. Prestasi Yang Pernah dicapai Murid ... 29

3.2.3. Jumlah Murid ... 30

3.3. Kurikulum ... 36

3.4. Fasilitas (Sarana & Prasarana) ... 40

BAB IV PERANAN SLB-E NEGERI PEMBINA TINGKAT PROVINSI .. 44

4.1. Terhadap Orangtua Murid ... 44

4.2. Terhadap Anak Berkelainan ... 46

4.2.1. Penyesuaian Sosial Anak Berkelainan ... 46

4.2.2. Prinsip Pendidikan Anak Berkelaianan ... 49

4.3. Terhadap Masyarakat ... 53

4.4. Tantangan dan Permasalahan Yang Dihadapi ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Populasi Anak Berkelainan di Indonesia Tahun 1980 ... 14

Tabel 2 : Luas Bangunan dan Tanah SLB-E Negeri Pembina Tahun

1984 21

Tabel 3 : Jumlah Murid SLB-E SLB-E Negeri Pembina Tahun 1996 ... 32

Tabel 4 : Data Jumlah Murid SLB-E Negeri Pembina Tahun 1983-1999 . 33

Tabel 5 : Susunan Program Pengajaran Kurikulum Pendidikan Luar

Biasa Bagi Siswa Tunanetra, Tuna Rungu, Tuna Daksa dan

Tuna Laras Tahun 1996 ... 38

Tabel 6 : Susunan Program Pengajaran Kurikulum Pendidikan Luar

Biasa Bagi Siswa Tunagrahita ringan, Tunagrahita sedang, dan

kelainan ganda tahun 1996 ... 39

Tabel 7 : Data Fisik SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi Tahun

(12)

ABSTRAK

Pendidikan bagi anak-anak cacat merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah dikarenakan hak untuk memperoleh pendidikan merupakan adalah hak semua warga negara, tidak terkecuali anak-anak cacat. Sekolah Luar Biasa didirikan agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat menikmati layanan pendidikan agar mereka dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk bekal mereka di masa yang akan datang.

Adanya Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina bertujuan membantu terciptanya pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di kota Medan. Penelitian ini dilakukan di kota Medan, Sumatera Utara. Dalam tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang diawali dengan pengumpulan data historis yang berkenan dengan objek penelitian (heuristik) dan dilanjutkan dengan kritis sumber. Selanjutnya dilakukan interprestasi terhadap data yang telah di kritik tersebut dan akhirnya dilakukan penulisan (historiografi).

Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina tingkat Propinsi di Kota Medan akan dapat memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di kota Medan, yang dapat meningkatkan jumlah anak-anak berkebutuhan khusus serta merasakan pendidikan di sekolah. Pengingat semakin bertambahnya jumlah anak-anak berkebutuhan khusus di Kota Medan.

Di awal berdirinya SLB-E Negeri pembina tidak terlepas dari tantangan dan permasalahan yang dihadapi, ini menjadi proses perkembangan sekolah untuk dapat meningkatkan pelayanan pendidikan khusus bagi anak-anak cacat. Perkembangan itu berupa peningkatan layanan, fasilitas pendukung sekolah, dan peningkatan jumlah murid yang diterima disekolah, menjadi syarat mutlak dalam peningkatan mutu pendidikan khusus yang bersifat kualitas dan kwantitas sekolah.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya mempunyai bakat dan kelebihan tersendiri,

bakat itu diasah dan dicari melalui pendidikan karena pendidikan merupakan

unsur dari pencarian jati diri, penalaran ilmu, pengetahuan dan bakat sampai

akhirnya manusia menemukan dan bisa menerapkannya pada kehidupan

sehari-hari.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah

kehidupan mejadi lebih baik di masa yang akan datang. Untuk itu pendidikan

diharuskan dapat dirasakan oleh setiap manusia dimanapun berada, karena

tujuan dan pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan yang

sama. Unsur-unsur itu pada dasarnya tidak berbeda meski tempat dan

waktunya berlainan.1 Pendidikan juga dipandang sebagai pencipta sumber

daya manusia (SDM) suatu bangsa dalam rangka mempersiapkan masa

(14)

mencapai kemampuan dan daya saing bangsa pada lingkungan regional dan

global.2

Pemerintah telah menyiapkan kementrian pendidikan nasional untuk

mengatur dan menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran mulai dari

pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan tingkat perguruan tinggi, tidak

terkecuali untuk pendidikan inklusif. Karena pada dasarnya setiap manusia

memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan termasuk

memperoleh pendidikan yang layak. Hak untuk memperoleh pendidikan

mekekat pada semua orang tanpa terkecuali, termasuk anak penyandang

Kemajuan suatu bangsa terletak pada sejauhmana pencapaian yang

diberikan pendidikan itu kepada setiap warga negara agar terciptanya

warganegara yang berpendidikan menuju kemajuan dan kemandirian serta

dapat bersaing dengan bangsa lain di dunia. Negara ataupun pemerintah

mempuyai peranan dan tanggungjawab untuk menyelenggarakan pendidikan

hak kepada setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan

memberikan yang mudah dan layak. Sebagaimana yang tertuang di dalam

Undang-Undang Dasar : tahun 1945 (UUD 1945) pasal 31 ayat 1 yang

menyatakan bahwa :setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan

pada ayat 2 pasal 31 UUD 1945 menyatakan bahwa : setiap warga negara

wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

2

(15)

cacat, keterbelakangan mental dan keterbelakangan fisik, karena pendidikan

bagi anak berkebutuhan khusus berbeda dengan pendidikan anak normal,

didasari kenyataan tersebut pemerintah menyediakan pendidikan inklusif bagi

anak yang mempunyai keterbelakangan mental atau sering kita sebut anak

cacat.

Pendidikan inklusif adalah, pendidikan yang merangkul semua tanpa

terkecuali. Inklusif berasumsi bahwa hidup dan belajar bersama adalah suatu

cara yang lebih baik, yang dapat memberikan keuntungan bagi setiap orang,

bukan hanya anak yang diberi label atau tanda sebagai yang memiliki

perbedaan. Inklusif dapat dipandang sebagai proses untuk menjawab dan

merespon keragaman diantara semua individu melalui peningkatan partisipasi

dalam belajar, budaya dan masyarakat serta mengurangi eksklusif (hidup dan

belajar berbeda) baik dalam maupun dari kegiatan pendidikan. Sesuai hak

atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan yang telah

diterapkan dalam undang-undang pendidikan No.12 tahun 1954 memuat

ketentuan tentang pendidikan dan pengajaran luar biasa. Mulai saat itulah

sekolah bagi penyandang cacat disebut Sekolah Luar Biasa (SLB).

Peranan pemerintah dalam hal ini telah menyiapkan Direktorat

Pendidikan Luar Biasa, untuk mengatur, menyelenggarakan, menfasilitasi

(16)

suatu sekolah inklusif adalah, bahwa mengajar yang baik adalah mengajar

yang penuh gairah, yang mendorong agar setiap anak dapat belajar,

membentuk lingkungan yang sesuai, dorongan dan aktivitas yang bermakna,

disebabkan didalam sekolah inklusif atau yang lebih populer disebut Sekolah

Luar Biasa harus dihadapkan kepada anak yang berkelainan.

Istilah berkelainan dalam pengertiannya dikonotasikan sebagai suatu

kondisi yang menyimpang dari rata-rata umumnya. Dalam hal ini pendidikan

luar biasa (inklusif) istilah penyimpangan secara eksplisit ditunjukkan kepada

anak yang dianggap memiliki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata

anak normal umumnya dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik perilaku

sosialnya.3 berdasarkan pengertian tersebut anak yang dikategorikan memiliki

kelainan dalam aspek fisik meliputi kelainan indra penglihatan (tuna netra),

kelainan indra pendengaran (tuna rungu), kelainan kemampuan bicara

(tunawicara) dan kelainan fungsi anggota tubuh (tuna daksa), anak yang

memiliki kelainan dalam aspek mental meliputi anak yang memiliki mental

lebih (super normal) yang dikenal sebagai anak berbakat atau anak unggul

dan anak yang memiliki kemampuan mental sangat rendah (sub normal) yang

dikenal sebagai anak grahita.4

Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi yang terletak

di jalan Karya Ujung Medan merupakan sekolah yang langsung dibawah

3

. Mohammad Effendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006, hal.2.

4

(17)

koordinasi Depdiknas Sumatera Utara, secara struktural, memiliki tujuan

untuk mengajar serta mendidik anak-anak yang berkebutuhan khusus,

mempunyai visi mewujudkan pelayanan yang optimal bagi anak yang

berkebutuhan khusus sehingga dapat berkreasi, beradaptasi, mandiri,

mengatasi hidupnya berdasarkan pada nilai budaya dan agama, adapun

misinya adalah :

1. Memperluas kesempatan bagi anak yang berkebutuhan khusus untuk

memperluas pendidikan luar biasa sesuai dengan potensi dan kemampuan

dasar yang dimiliki.

2. Meningkatkan mutu pendidikan, meningkatkan prestasi, mengaktifkan

kegiatan agama, menciptakan rasa rindu datang ke sekolah, mengikuti

perkembangan zaman.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa SLB-E Negeri Pembina ini

merupakan kateogori sekolah jenis kecacatan tunalaras (nakal, jahat) adapun

sekolah luar biasa di Indoensia dapat dibedakan menurut jenis kecatatan anak

didik, yakni:

1. Sekolah Luar Biasa Bagian A (SLB/A) untuk anak tunanetra (Buta)

2. Sekolah Luar Biasa Bagian B (SLB/B) untuk anak tuna rungu (Tuli, Bisu)

3. Sekolah Luar Biasa Bagian C (SLB/C)untuk anak tuna gahita (terbelakang

(18)

5. Sekolah Luar Biasa Bagian E (SLB/E) untuk anak tuna laras (nakal/jahat)

Berdasarkan penilaian tersebut di atas penulis ingin menulis tentang

perkembangan Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Jalan

Karya Ujung di Medan (1984-1999).

Adapun alasan penulis memulai penulisan tahun 1984 dikarenakan

pada tahun itulah sekolah tersebut awalnya berdiri, dan diakhiri pada tahun

1999, dikarenakan sekolah luar biasa-E Pembina Tingkat Propinsi mengalami

perkembangan berupa : Fasilitas, bertambahnya guru-guru pengajar, dan

peningkatan pelayanan terhadap anak-anak tula laras (nakal, jahat), tetapi

sudah dapat menerima anak-anak dengan ketunaan/kecacatan jenis lainya

sebagai murid untuk bersekolah di SLB-E Negeri Pembina, karena itulah

pada saat ini sekolah tersebut memiliki banyak anak berkebutuhan khusus

untuk disekolahkan disana, sehingga menyulut peningkatan fasilitas berupa

sarana dan prasarana dari pemerintah dan merupakan salah satunya sekolah

luar biasa percontohan bagi sekolah sekolah lain sejenis yang ada di Sumatera

Utara.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan awal dari setiap proses kerja ilmiah,

tanpa adanya masalah tidak akan ada suatu proses penelitian ilmiah, untuk itu

(19)

penelitian agar mempermudah penelitian. Adapun rumusan masalah yang

akan di bahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Sekolah Luar Biasa-E Negeri

Pembina Tingkat Propinsi .

2. Bagaimana perkembangan Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina tingkat

propinsi pada tahun 1984-1999.

3. Bagaimana peranan Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina tingkat

propinsi.

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan maka

penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui dan menjelaskan latar belakang berdirinya Sekolah Luar

Biasa-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi.

2. Mengetahui dan menjelaskan perkembangan SLB-E Negeri Pembina

Tingkat Propinsi tahun 1984-1999.

(20)

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Menambah dan memberikan masukan kepada masyarakat untuk

memahami proses perkembangan Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina

Tingkat Propinsi

2. Menambah koleksi kajian sejarah lokal sebagai referensi untuk penelitian

lebih lanjut.

3. Menjadikan landasan bagi sekolah Luar Biasa-E Negeri pembina tingkat

propinsi untuk lebih meningkatkan peranannya.

4. Memberikan masukan, agar memperhatikan kebutuhan masyarakat di

dalam bidang pendidikan umumnya dan pendidikan inklusif khususnya.

1.4.Tinjauan Pustaka

Untuk dapat menyusun kepustakaan yang baik, tidak ada cara lain

mengumpulkan dan mengusahakan bahan sebanyak-banyaknya yang

berhubungan dengan judul penulisan. Telaah pustaka dilakukan dalam rangka

memuat data yang objektif dan relevan dengan topik penelitian.

Dalam buku, Wardiman Djojonegoro, yang berjudul lima puluh tahun

perkembagaan pendidikan Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan di

Indonesia berkembang sebagai wujud transformasi pandangan bangsa dari

waktu ke waktu.

Menurut Panto Freire, Ivanillick, dkk, didalam bukunya: menggugat

(21)

pengetahuan dan gambaran secara teoritis menyangkut masalah pendidikan

disertensi analisis yang berkembang.

Di dalam Buku Mohammad Effendi yang berjudul : Pengantar “Psiko

Pedagogik Anak Berkelainan” di sini dijelaskan dan dikemukakan pendidikan

infkusif beserta penjelasannya, dan Anak berkebutuhan khusus berserta

penjelasannya.

Di dalam Buku pedoman penyelenggaraan pendidikan inskusif penulis

direktorat pendidikan luar biasa, menjelaskan bagaimana mengembangkan

pendidikan inklusif, manajemen dan sistem yang relevan terhadap sekolah

dan anak berkebutuhan khusus.

Di dalam buku “Profesional Development for Educcational

Management : Pengembangan Profesionalisme untuk manajemen pendidikan,

penerjemah Ursulagyani menjelaskan serta menganalisis manajemen bagi

pribadi, teori dan praktek.

Di dalam buku : “Dasar dan Teori Perkembangan Anak” penulis S.

Gursa mengemukakan banyak teori, dasar dan pedoman untuk perkembangan

Anak dikemukan oleh Banyak Ahli dibidangnya.

Di Dalam buku : “Psikologi Anak Luar Biasa”, Penulis S. Moerdani,

Mengemukakan Segala hal yang menyangkut Psikologi Anak Luar Biasa,

(22)

1.5.Metode Penelitian

Penulisan sejarah yang benar adalah penulisan yang didahului oleh

penelitian yang mendalam tentang apa hendak ditulis. Dalam penulisan

sejarah yang ilmiah sangatlah penting metode sejarah, dapat diartikan sebagai

proses menguji dan menganalisa secara teoritis, atau rekaman dan

peninggalan masa lalu.5

1. Pengumpulan data-data historis (heuristik) dilaukan dengan 2 cara yaitu

studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan di perpustakaan

dengan mengumpulkan buku-buku ataupun arsip yang berhubungan

dengan penelitian, studi lapangan dilakukan metode wawancara.

Untuk kekurangan, penulis melengkapi pada saat penelitian lapangan

dimana dengan metode wawancara untuk melengkapi data yang telah ditulis.

Adapun tahap-tahap metode sejarah tersebut adalah :

2. Melakukan kritik sumber, dilakukan dengan 2 cara yaitu : kritis ekstern

yaitu mengkritik terhadap keaslian sumber yang didapat dan kritik intern

yaitu : kritik terhadap isi data yang didapat, setelah itu kemudian data

tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu data primer (pokok),

data sekunder (pendukung).

5

. Tentang Metode Sejarah Lihat Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Benteng, 1995, hal 95-97 dan Louis Gottschalk, Understanding History : A.Primer of Historial

(23)

3. Melakukan interpretasi yaitu tahap dimana akan melakukan penafsiran

terhadap fakta dari sumber yang telah di dapat, sehingga memberikan

gambaran yang jelas dan terperinci tentang objek penelitian di masa lalu.

4. Melakukan penulisan atau historiografi dimana dapat menuliskan dan

menceritakan bagaimana kondisi situasi objek yang diteliti pada masa lalu,

(24)

BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA SLB-E NEGERI

PEMBINA TINGKAT PROPINSI

2.1Sejarah Singkat Pendidikan Luar Biasa di Indonesia

Sejarah singkat pendidikan luar biasa di Indonesia dapat dilihat dari

dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan.

Berdirinya Blinden Institut tahun 1901 di Bandung yang diprakarsai dr.West

hooff marupakan awal pelayanan terhadap penyandang cacat di mana para

tuna netra diberikan latihan dengan cara program shetered workshop (bengkel

kerja). Program inilah yang merupakan cikal-bakal berdirinya sekolah khusus

bagi tuna netra di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1927, juga di Bandung,

dibuka sekolah khusus bagi anak tuna grahita yang didirikan oleh Bijzonder

Onder Wijs yang di prakarsai oleh seorang yang bernama Folker, sehingga

sekolah ini disebut Folkerschool. Pada tahun 1930 sekolah khusus untuk tuna

rungu wicara juga di buka di Bandung oleh seorang Belanda yang bernama

C.M.Roelsema.

Pada masa kemerdekaan, keberadaan sekolah bagi penyandang cacat

makin terjamin dengan adanya UUD 45 yang menyatakan setiap warga

negara berhak mendapatkan pendidikan.6

6

. Johnsen, Band Skjorten, Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar, Oslo : Uni Pub, 2004, Hal : 5

Disamping itu UU Pendidikan

(25)

biasa. Mulai saat itulah sekolah bagai penyandang cacat disebut sekolah luar

biasa (SLB).

Penyelenggara SLB, sejak dulu hingga kini, sebagian besar adalah

pihak swasta yang merupakan yayasan.7

2.2. Berdirinya SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi

Meskipun demikian penyelenggaran

SLB dibina oleh pemerintah yang mula-mula oleh seksi pengajaran luar biasa

merupakan bagian dari Balai Pendidikan Guru kemudian urusan Pendidikan

Luar Biasa, bagian dari jawatan pengajaran, selanjutnya oleh urusan

pendidikan luar biasa. Bagian dari Jawatan pendidikan umum. Sejak tahun

1980 SLB dibina oleh Subdirektorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (Subdit

PSLB), di bawah Direktorat Pendidikan Dasar pada Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah. Selanjutnya Subdit PSLB ditingkatnya

fungsinya menjadi Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Dit PLB) dan terakhir

Direktorat ini berubah menjadi Dit. PSLB.

Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan terus meningkat akan

pendidikan khusus bagi anak-anak cacat, tidak dapat dipungkiri bahwa

pendidikan luar biasa harus ditingkatkan secara kuantitatif maupun kualitatif.

untuk itu pemerintah harus berbenah untuk memenuhinya, melihat semakin

(26)

salah satu jawaban dari semua itu, pemerintah telah mendirikan sekolah luar

biasa.

Direktorat Pendidikan Dasar dan menengah mengutip hasil sensus

kependudukan tahuan 1980 mengumumkan bahwa jumlah anak berkelainan

tahun 1980 mengumungkan bahwa jumlah anak berkelainan dengan usia 7-12

tahun diketahui sebanyak 254-134 orang. Adapun rincian masing-masing

kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini .

Tabel 1: Populasi Anak Berkelainan di Indonesia Tahun 1980

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Tuna Netra 41.057 16,16

2 Tuna Rungu 76.745 30,20

3 Tuna Grahita 40.441 15,91

4 Tuna Daksa &Tuna Laksa 95.891 37,73

Jumlah 254.134 100%

Sumber : Dirjen Dikdasmen Depdiknas Tahun 1980

Sedangkan anak-anak cacat yang terdata di Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Sumatera Utara pada tahun 1983, terdapat 699 orang yang

sudah tertampung di SLB-SLB yang ada di Sumatera Utara pada saat itu, dan

terdapat 5.126 orang belum tertampung yang kesemuanya semua itu

merupakan anak-anak cacat berusia 7-12 tahun.8

8

. Hasil wawancara dengan Bapak Komarudin, Guru SLB-E Negeri Pembina Tanggal 24 Agustus 2010, Pukul 11. Wib.

(27)

menyiapkan sekolah bagi mereka, dalam rangka pembangunan manusia

seutuhnya dan dalam rangka penuntasan wajib belajar bagi anak cacat usia

7-12 tahun.

Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan kebudayaan secara

bertahap mendirikan sekolah luar biasa tingkat propinsi diberbagai kota di

Indonesia seperti: SLB-A (Tuna Netra) di Palembang, SLB-B (Tuna Rungu)

di Sumedang, SLB-C (Tuna Grahita) di Djokjakarta, SLB-D (Tuna Daksa) di

Makasar dan SLB-E (Tuna Laras) di Medan.

Pendirian sekolah luar biasa tersebut di dasari dari pertimbangan

bahwa di setiap daerah tersebut banyak terdapat anak-anak cacat sesuai

dengan ketunaannya.9 Sekolaqh luar biasa pembina tingkat propinsi didirikan

pemerintah dengan maksud sebagai tempat untuk menghimpun

pemikiran-pemikiran, konsepsi-konsepsi, serta inovasi tentang pembinaan sekolah luar

biasa dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan dan perluasan

kesempatan belajar bagi anak berkelainan, sehingg mereka mampu

membekali diri untuk dapat mandiri dan ikut berpartisipasi dalam proses

pembangunan bangsa dan negara.

Adapun tujuan adalah melaksanakan latihan dan peyegaran bagi tenaga

kependidikan sekolah luar biasa yang meliputi tingkat persiapan, dasar, dan

(28)

Fungsi dari sekolah luar biasa tingkat propinsi antara lain :

1. Mengadakan latihan peyegaran bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya

serta menyelenggarakan pendidikan luar biasa.

2. Melakukan percontohan penyelenggaraan pendidikan tingkat persiapan,

dasar dan menengah sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3. Mengadakan pemeriksaan psikologis, medis dan sosiologis murid.

4. Memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi murid, orangtua, dan

masyarakat.

5. Membina hubungan kerjasama dengan orangtua murid dan masyarakat.

6. Melakukan publikasi yang menyangkut pendidikan luar biasa sesuai

dengan kelainan/ ketunaannya.

7. Melakukan urusan tata usaha sekolah.

SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi merupakan sekolah binaan

sekolah langsung oleh pemerintah, sekolah ini dikategorikan untuk

menampung anak-anak tuna laras (Anak Nakal) pada awalnya.10

10

. Hasil Wawancara Dengan Bapak Komarudin, Guru SLB-E Negeri Pembina Tanggal 24 Agustus 2010, Pukul 11.30 Wib.

Maka pada

tanggal 19 Januari 1983 yang berdasarkan surat keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No.051/0/1983 didirikanlah sekolah luar biasa

dengan nama : SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Sumatera Utara yang

(29)

Pendirian sekolah merupakan realisasi dari salah satu program nasional

dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dan perluasan kesempatan belajar

bagi anak-anak cacat di Indonesia.

2.3 Struktur Organisasi

Dalam rangka menjalankan dan melaksanakan operasional sekolah,

perlu di bentuk struktur organisasi sekolah agar dapat menjadi suatu wadah

atau badan kegiatan yang bersinergis untuk mencapai suatu hasil.

Di dalam setiap perangkat organisasi memiliki Tugas dan Tanggung

Jawab sesuai dengan ketentuan dan peraturan, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat bagan di bawah ini :

Sumber : Profil SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Pada Tahun 1984

Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa struktur organisasi Kepala Sekolah

Sub Kepala

Guru Tenaga Teknis Tenaga Bimbingan

(30)

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah mempuyai tugas memimpin pelaksanaan tugas sekolah.

2. Sub. Bagian Tata Usaha

Sub. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan tata

usaha dan rumah tangga sekolah, untuk menyelenggarakan tugas tersebut

sub.bagian tata usaha mempunyai fungsi :

a. Melakukan urusan surat menyurat, rumah tangga dan perlengkapan.

b. Melakukan urusan kepegawaian dan keungan.

3. Guru

Guru mempunyai tugas melakukan kegiatan pendidikan, pengajaran,

latihan bagi para murid, percontohan dalam proses belajar mengajar, dan

publikasi bagi para peserta dan kerjasama dengan orangtua murid.

4. Tenaga Teknis

Memberikan tugas percontohan latihan teknis kepada guru SLB dan

tenaga kependidikan lainnya serta memberikan latihan teknis kepada

murid di sekolah.

5. Tenaga Bimbingan dan Penyuluhan

Mempunyai tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada murid

serta penyuluhan kepada orangtua dan masyarakat.

6. Tenaga Klinis Pendidikan

Mempunyai tugas melakukan pemeriksaan Psikologis, medis, dan

(31)

2.4. Sistem Tatakerja

Untuk dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan di sekolah, unsur manusia

merupakan unsur penting karena kelancaran pelaksanaan program-program sekolah

sangat ditentukan oleh orang-orang yang melaksanakannya. Dengan demikian, hal

tersebut harus betul-betul di sadarai oleh semua personil sekolah, sehingga dengan

segala kemampuannya dengan bimbingan kepala sekolah akan terus berupaya

mengelola sumber daya yang ada untuk pengembangan sekolah natinya.

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap unsur di lingkungan SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkrorisasi baik di dalam maupun di luar lingkungannya.

Kepala sekolah wajib mengikuti dan mematuhi pentunjuk peraturan

perundangan-undangan yang berlaku, kepala sekolah bertanggung jawab memimpin dan mengkopordinasikan semua unsur di lingkungan sekolah dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing.

Pelaksanaan pembinaan SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi di koordinasikan oleh Direktur Pendidikan Dasar. Dalam melaksanakan tugasnya SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi wajib mengadakan :

a. Konsultasi teknis dengan SLB Pembina Tingkat Nasional.

b. Konsultasi teknis operasional dengan kepala kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Propinsi.

(32)

2.5. Fasilitas (Sarana dan Prasarana)

Suatu sekolah tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya fasilitas

(sarana dan prasarana) di karenakan fasilitas sekolah merupakan hal mutlak

diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.11

11

.Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 2004, Hal.13. SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi pertama sekali didirikan di

atas lahan luas 25.000 m2- atau 2,50 Ha. Pembangunan sekolah didanai oleh

pemerintah melalui Pelita III pada saat itu, sekolah yang didirikan harus dapat

menunjang prestasi para murid, melalui sarana dan prasarana agar tercipta

kondisi belajar yang optimal. Untuk itu sekolah direncanakan

pembangunannya sesuai dengan kebutuhan dan strandart sekolah luar biasa.

Fasilitas yang diperoleh langsung dari pemerintah diharapkan mampu

meningkatkan peran serta perangkat didalamnya baik kepala sekolah, guru,

tenaga teknis, dan murid agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Pembangunan sekolah direncanakan mempunyai sarana dan prasarana

(33)

Tabel 2 : Luas Bangunan Dan Tanah SLB-E Negeri Pembina Tahun

1983

No Luas Bangunan Luas Tanah

1 Acar yagraha 420,00 m2

2 Mesjid 49,00 m2

3 Garasi 45,00 m2

4 Gardu Jaga 7,50 m2

5 Rumah Dinas 498,00 m2

6 Asrama dan Ruang makan 975,00 2

7 Ruang Belajar 1.635,50 m2

8 Klinik 199,25 m2

9 Gardu Listrik 9,00 m2

10 Aula 413,00 m2

11 Rumah Penjaga Sekolah 42,00 m2

Luas Bangunan Seluruhnya 4.288,25 m2

Dibangun di atas tanah seluas 25.00,00 m2 atau 2,50 ha

Sumber : Profil Sekolah Luar Biasa –E Negeri Pembina pada tahun 1983

Biaya pembangunan sekolah termasuk pengadaan tanah berjumlah

Rp.705.260.000 pada tanggal 14 maret 1984 diresmikan oleh bapak Prof. Dr.

(34)

BAB III

PERKEMBANGAN SLB-E NEGERI PEMBINA

TINGKAT PROPINSI

3.1. Tata Layanan

Pada tahun 1983 cikal bakal berdirinya sekolah, SLB-E Pembina

belum mempunyai guru-guru khusus untuk anak-anak cacat maka melalui

kebijakan dan inisiatif pemerintah pusat pada waktu itu di datangkanlah

guru-guru langsung dari Jakarta.12

Seiring dengan program pemerintah pusat, SLB-E Negeri Pembinapun

masih dikepalai oleh Bapak Partisupriadi dan guru-guru yang langsung

datang dari Jakarta. Di awal berdirinya pada tahun 1983 sekolah ini masih

belum mempunyai murid untuk bersekolah di SLB-E Pembina, baru pada

tahun 1984 dibuatlah suatu kebijakan untuk mempromosikan serta

mensosialisasikan sekolah kepada masyarakat agar anak-anak dengan

kategori Tuna Laras (anak-anak nakal) dapat disekolahkan di SLB-E

Pembina. Sosialisasi yang dilakukan pihak sekolah berupa informasi kepada Mengingat tenaga pengajar yang ada di

Sumatera Utara belum ada pada saat itu.

12

(35)

masyarakat melalui radio, iklan, koran, dan kerjasama dengan institusi terkait

seperti Departemen Sosial.13

Mengingat di Medan banyak terdapat anak tunas laras (nakal) tidak

menyulut banyaknya murid yang mendaftar di SLB-E Negeri Pembina

dikarenakan orangtua tidak mau atau tidak rela anaknya dikatakan nakal,14 ini

merupakan tantangan dan masalah tersendiri dari pihak sekolah pada saat itu.

Selanjutnya berdasarkan kebijakan pemerintah tentang gerakan wajib belajar

yang dirancangkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia tanggal 2 mei

1984, maka untuk memanfaatkan bangunan yang telah siap pakai dari gedung

yqang semula hanya untuk menampung anak tuna laras, dalam rangka

mempercepat proses masuknya anak penyandang cacat ke sekolah mulai

tahun ajaran 1984/1985; dilaksanakan kegiatan pendidikan dengan

menampung berbagai jenis kelainan yaitu : anak tuna rungu, anak tuna netra,

terbelakang mental, tuna daksa dan tuna laras. Sesuai dengan surat keputusan

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah Direktorat Pendidikan

Dasar Nomor : 0339 kode 2/T 84 tanggal 21 maret 1984.

Maka dari itu terjadilah perkembangan dari pihak sekolah berupa jenis

(36)

Adapun jenis pendidikan yang diselenggarakan SLB-E antara lain :

a. Tingkat Persiapan (TKLB)

Dua tahun untuk anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita ringan, tuna

grahita sedang, tuna daksa dan tuna laras.

b. Tingkat Dasar (SDLB)

Enam tahun untuk anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita ringan, tuna

grahita sedang, tuna daksa dan tuna laras.

c. Tingkat Lanjutan Pertama (SLTP LB C)

Dua tahun untuk anak tuna netra, empat tahun untuk anak tuna rungu dan

tuna grahita, dan tiga tahun untuk anak tuna laras.

d. Tingkat Menengah (SMLB)

Untuk lebih mengoptimalkan proses pendidikan yang berlangsung perlu

merancang program agar lebih efisien dan dapat langsung mengenai

sasaran proses belajar mengajar di sekolah. Program pendidikan di SLB-E

Negeri Pembina Tingakat Propinsi meliputi :

a. Program pendidikan umum

b. Program pendidikan khusus

c. Program muatan lokal

d. Program pilihan

Seiring dengan perkembangan sekolah perangkat seperti guru-guru,

tenaga teknis, juga mengalami perubahan demi meningkatkan layanan dan

(37)

yang diterima di sekolah tidak lagi berpatokan kepada anak tuna laras. Untuk

itu perlu di buat struktur dan kepengurusan sekolah yang lebih relevan

terhadap tantangan dan kebutuhan yang berkembang pada saat itu.

Adapun struktur organisasi SLB-E Negeri Pembina Medan dapat

dilihat pada bagan berikut :

Sumber : Profil Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina pada tahun 1996

Keterangan :

- PKS 1 : Edukatif/pengajaran

- PKS 2 : Administrasi

- PKS 3 : Kesiswaan

- PKS 4 : Hubungan masyarakat Kepala Sekolah

PKS 4 PKS 3 PKS 2 PKS 1 SubBag. Tata Usaha

Kepegawaian Umum Keuangan Sanggar Klinik Asrama

(38)

Agar lebih lengkapnya dapat dilihat data ketenagaan sekolah SLB-E

Negeri Pembina pada lampiran 1.

Rekapitulasi Guru dan Pegawai

Guru : 1. Diploma SGPLB : 25 orang

2. Diploma Non PLB : 01 orang

3. Sarjana PLB : 06 orang

4. Sarjana Non PLB : 02 orang

Jumlah : 34 orang

Pegawai : 1.SLTP : 02 orang

2. SLTA : 05 orang

Jumlah 07 orang

Honorer : 30 orang

Untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang terus berkembang

sesuai dengan tuntutan akan penyelenggaran pendidikan khusus, maka

pemerintah selaku penanggung jawab bidang kependidikan termasuk

didalamnya pendidikan luar biasa, telah melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan mutu ketenagaan khususnya bagi kepala sekolah dan guru

antara lain :

1. Mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan penataran, yang berhubungan

(39)

2. Mengikut sertakan dalam pelatihan, khususnya di bidang keterampilan

khusus mengajar dan keterampilan yang berhubungan dengan pembekalan

guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

3. mengikut sertakan dalam studi perbandingan antar sekolah baik dalam

negeri maupun ke luar negeri.

4. Mengirimkan beberapa orang guru mengikuti tugas belajar baik di

perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri, seperti ke Australia,

Amerika, dan Eropa.

3.2. Murid

3.2.1. Syarat Penerimaan Murid

Murid sebagai bagian dari objek pengajaran disekolah memerlukan

suatu kondisi yang nyaman bagi mereka di karena tingkat kecacatan para

murid berbeda-beda, untuk itu perlu dibuat suatu program khusus bagi

mereka (murid), inilah yang membedakan sekolah luar biasa dengan sekolah

umum.

Pada tahun ajaran 1990/1991 dibuatlah suatu metode penerimaan baku

bagi para murid untuk dapat bersekolah di SLB-E Negeri Pembina, karena

(40)

bayangkan.15

a. Umum : 1. Membawa calon murid untuk diwawancarai/ interview.

Ditambah lagi semakin bertambahnya jenis pendidikan dan

jenis kecacatan murid yang diterima disekolah.

Adapun syarat penerimaan murid SLB-E Negeri Pembina adalah :

2. Mengisi formulir yang disediakan.

3. Pas photo hitam putih 3 x 4 = 7 lembar.

4. Surat keterangan kesehatan/ Dokter (tidak mengidap

penyakit/ menular).

5. Surat keterangan pindah sekolah (bagi yang pindah dari

sekolah lain).

6. Fotocopy akte kelahiran (keterangan lain yang autentik).

7. Fotocopy kartu keluarga.

8. Membawa map berwarna (A.Merah, B.Kuning, C.Biru,

D.Hijau, stel hecter folio).

b. Khusus : a. Surat keterangan Dokter mata untuk tuna netra.

b. Surat keterangan Dokter T.H.T untuk anak tuna rungu

wicara.

c. Surat keterangan psikologis/ psikhiater.

15

(41)

d. Surat pengakuan orangtua, kepolisian, kehakiman bahwa

mengalami kelainan tingkat laku/ nakal (sering membuat

keributan dan menentang orangtua) bagi anak nakal.

3.2.2 Prestasi Yang Pernah Dicapai Murid

Murid-murid SLB-E Negeri Pembina dari awal berdirinya terus

mengalami perkembangan tidak hanya berupa bertambahnya jumlah murid

yang bersekolah dan peningkatan pelayanan sekolah, tetapi prestasi pun dapat

diraih murid. Sekolah sangat mendukung dan menfasilitasi para murid yang

berbakat untuk dapat meraih prestasi.16

a. Juara melukis antar SLB se Indonesia yang diselenggarakan oleh Subdit

PLSL B Jakarta.

Dikurun waktu tahun ajaran

1992-1996 ada beberapa murid yang meraih prestasi berupa prestasi akademik

ataupun prestasi keterampilan. Untuk dapat lebih jelasnya dapat dilihat data

berikut :

Prestasi yang pernah dicapai murid :

Juara II atas nama : Hendra Oktavia

b. Juara lari special olympic tingkat propinsi Sumatera Utara yang

selanjutnya mewakili Sumatera Utara ke Jakarta.

Juara I atas nama : Tumpal Indra Jaya

(42)

c. Juara special olympic tingkat nasional (Jakarta)

1.Lari : Tumpal Indra Jaya

2.Lempar : Gunawan

d. Juara bulat gaya bebas tingkat Propinsi Sumatera Utara kelas 80 kg

Juara I atas nama : Lerismon Ginting

e. Di samping itu masih ada beberapa siswa yang sampai sekarang mengikuti

kegiatan di luar sekolah antara lain :

- Cabang Olahraga : karate

- Cabang Olahraga : silat

- Ketermpilan

3.2.3 Jumlah Murid

Pada tahun 1983 awal berdirinya sekolah, murid sama sekali kosong,

mengingat sekolah belum banyak diketahui masyarakat luas.17

Di Medan khususnya banyak terdapat anak tuna laras (nakal), maka

demi penanggulangan anak tuna laras tersebut dilakukan kerjasama kepada

Departemen Sosial, untuk menjaring, serta dapat di sekolahkan di SLB-E

Negeri Pembina, dikarenakan Departemen Sosial pun berperan aktif pada saat Baru pada

tahun 1984-1985, ada beberapa murid yang bersekolah itupun berkat

kebijakan serta inisiatif pemerintah dan pihak sekolah untuk menerima murid

tidak hanya diperuntukkan bagi anak tuna laras.

17

(43)

itu memberantas serta mengurangi anak tuna laras agar tidak melakukan

tindakan kriminal.

Menurut data yang diperoleh dari penulis bahwa di kurun waktu antara

tahun 1990-1996 terjadi perkembangan yang signifikan jumlah murid yang

bersekolah seiring perubahan tata layanan sekolah, pada periode tahun 1987

terjadi pergantian kepala sekolah yang sebelumnya dijabat oleh Bapak

Partisupriadi berganti di jabat oleh Bapak Drs. D.J. Ginting dimasa kerja

bapak D.J. Ginting inilah banyak terjadi kemajuan, khususnya jumlah

murid18

Kemajuan berupa peningkatan jumlah murid, merupakan prestasi

tersendiri bagi pihak sekolah dikarenakan mampu menjalankan operasional

sekolah serta memenuhi program yang telah dilakukan pihak pemerintah

untuk menyelenggarakan pendidikan luar biasa. .

19

Di tahun ajaran 1996

merupakan tahun dimana bertambah banyak jumlah murid. Yang mendaftar

(44)

Tabel 3 : Jumlah murid di SLB-E Negeri Pembina tahun 1996

No Murid yang aktif Jumlah murid

1 Tingkat Dasar

a. Tuna Netra 05 orang

b. Tuna Rungu 53 orang

c. Tuna Grahita Ringan 59 orang

d. Tuna grahita Sedanng 38 orang

e. Tuna Laras 08 orang

2 Tingkat SLTPLB

a. Tuna Grahita 09 orang

Jumlah 172 0rang

Sumber : Data jumlah murid SLB-E Negeri Pembina Tahun 1996

Disamping itu masih ada murid yang pasif berjumlah 20 orang dan

murid yang masih menunggu untuk masuk berjumlah 10 orang. Disebabkan

guru pengajar dan sarana sekolah berupa ruangan kelas, disamping itu ada

beberapa murid yang terlambat mendaftar serta murid yang malas datang ke

sekolah.

Untuk lebih jelasnya dapat dirinci jumlah murid dikurun waktu tahun

(45)

Tabel 4 : Data Jumlah Murid SLB-E Negeri Pembina Tahun 1983-1999

No Murid Yang Aktif 1983/1984 1985/1986 1986/1987 1988/1989 1990/1991 1992/1993 1994/1995 1996/1997 1998/1999

1 Tingkat Persiapan (TKLB)

3 Tingkat lanjutan (SLTP PLBC )Tuna Grahita

- - 5 3 12 11 17 9 15

(46)

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun awal berdirinya

sekolah, tingkat kesadaran masyarakat akan pendidikan khusus masih relatif

rendah ini dapat dilihat tidak adanya murid yang bersekolah pada kurun

waktu tahun 1983-1984. Disamping itu karena sekolah masih relatif baru

dibuka jadi tidak banyak masyarakat mengetahui.

Yang menjadi kendala dari pihak sekolah di awal berdirinya yaitu

tenaga pengajar atau guru masih belum memadai untuk memenuhi pelayanan

di sekolah, oleh karena itu sekolah terus mencari guru yang mampu mengajar

di sekolah luar biasa.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan luar biasa bagi masyarakat

sangat penting, mengingat anak-anak cacat juga memerlukan pendidikan.

Tingkat kesadaran itu dapat dilihat dari jumlah murid yang mendaftar di

tingkat persiapan (TKLB) masih relatif rendah,dari awal berdirinya sampai

tahun 1999 sekolah murid yang mendaftar ditingkat persiapan nyaris kosong.

Penyebab utama dari semua itu adalah masyarakat pada umumnya masih

belum mau menyekolahkan anaknya ditingkatkan TKLB, karena dulu

orangtua dari murid pada umumnya menyekolahkan anaknya usia 6 tahun

atau setingkat dengan SD.

Dari Tingkat Dasar (SDLB), sekolah banyak menerima murid, setiap

tahunnya terus mengalami peningkatan dari jumlah murid. Bahkan ada murid

yang masih menunggu untuk mendatar dikarenakan banyaknya murid yang

mendaftar. Di tahun 1990 dan seterusnya sekolah ini terus mengalami

(47)

Keberhasilan itu tidak terlepas dari promosi dan sosialisasi terhadap

masyarakat luas dari pihak sekolah akan pentingnya pendidikan khusus, jadi

banyak masyarakat yang sudah tahu dan mengenal sekolah ini. Untuk satuan

tingkat lanjutan (SLTP PLB-C), murid yang mendaftar banyak yang dari

sekolah luar biasa yang lain atau murid transfer disebabkan sekolah hanya

melayani jenis kecacatan tuna grahita (keterbelakang mental/lemah pikiran)

khusus untuk tingkatan lanjutan. Tetapi sangat minim anak-anak tuna grahita

dari tingkat dasar terus melanjut ke tingkat lanjutan bersekolah di SLB-E

Negeri Pembina dikarenakan orangtua murid banyak yang tidak mau lagi

menyekolahkan anaknya disini. Penyebabnya adalah orang tua murid

umumnya sudah rela dan pasrah akan keadaan anaknya seperti itu, jadi

mereka tidak terlalu fokus akan pendidikan anaknya.20

Menjadi catatan pihak sekolah dari tdata jumlah murid tahun

1983-1999 bahwa untuk anak jenis kecacatan tuna grahita dan tingkat dasar sampai

tingkat menengah (SMLB) terus mengalami penurunan dari segi jumlah.

Penyebab utamanya dalah : anak tuna grahita itu sangat sedikit yang mampu

didik (idiot).21

Untuk itu pemerintah selaku penanggung jawab akan penyelenggaraan

pendidikan, harus meningkatkan program berupa tersedianya layanan bagi

anak-anak cacat dari semua tingkat pendidikan. Sekolah juga harus dapat

(48)

sumber daya yang ada demi keberlangsungan dan peningkatan jumlah murid

demi semua tingkatan pendidikan di masa yang akan datang.

3.3 Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunkan sebagai pedoman

penyelenggaran kegiatan belajar mengajar.22

Kurikulum yang disusun untuk pendidikan luar biasa. Terdiri atas (a)

landasan, program dan pengembangan kurikulum pendidikan dasar 9 tahun;

(b) garis-garis besar program pengajaran (GBPP), (c) pedoman pelaksanaan

kurikulum yang meliputi : pedoman kegiatan bimbingan belajar, pedoman

pengelolaan/administrasi dan pedoman pembinaan guru.

Kurikulum Pendidikan Dasar 9 tahun disusun untuk mewujudkan

tujuan pendidikan dasar 9 tahun, dengan memperhatikan tahap perkembangan

dasar dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembanguna

nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian,

sesuai dengan jenjang pendidikan dasar dan masing-masing satuan

pendidikan.

23

GBPP setiap mata pelajaran, untuk sekolah luar biasa berisi:

pengertian, fungsi, tujuan, ruang lingkup mata pelajaran, pokok bahasan/

22

. BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan

Dasar dan Menengah, Jakarta: BSNP, 2006, Hal. 2.

23

.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Garis-Garis Besar Program Pengajaran

(49)

bahan pelajaran/bahan kajian, dan perkiraan penjatahan waktu untuk setiap

caturwulan, serta rambu-rambu pelaksanaan program pengajaran.

GBPP memuat bahan kajian/pelajaran yang bersifat nasional sehingga

memungkinkan untuk dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan lingkungan. GBPP merupakan acuan terutama bagi guru dalam

menentukan bahan pengajaran. Dengan mengacu GBPP dan

pedoman-pedoman pelaksanaan seperti disebutkan di atas guru merencanakan dan

melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta mengadakan penilaian kegiatan

dan kemajuan serta hasial belajar murid.

Kurikulum di SLB-E Negeri Pembina mengacu pada garis besar

program pengajaran (GBPP), yang memuat tidak hanya mata pelajaran umum

seperti: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama,

Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

dan Bahasa Inggris, tetapi memuat program khusus, program muatan lokal

dan program pilihan (palut) keterampilan berupa: rekayasa, pertanian, usaha

dan perkantoran, kerumahtanggaan, kesenian.

Ini disesuaikan dengan sarana prasarana, serta minat atau bakat para

murid yang bersekolah di SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi kurikulum

ini menitik beratkan agar para murid dapat menguasai bidang studi yang di

(50)

Susunan Program Pengajaran Kurikulum Pendidikan Luar Biasa Bagi Siswa

Tuna Netra,Tuna Rungu, Tuna Daksa, dan Tuna Lara.

Tabel 5 : Susunan Program Pengajaran Kurikulum Pendidikan Luar

Biasa Bagi Siswa Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Daksa, dan

Tuna Laras Tahun 1996

Satuan Pendidikan di

Kelas SDLB SLTP BL SM LB

Mata Pelajaran I II III IV V VI I II III I II III 1 Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 Bahasa Indonesia 10 10 8 8 8 2 2 2 2 2 2 2

4 Matematika

(berhitung) 10 10 8 8 8 2 2 2 2 2 2 2

5 Ilmu Pengetahuan

Alam - - 3 6 6 2 2 2 2 2 2 2

6 Ilmu Pengetahuan

Sosial - - 3 5 5 5 2 2 2 2 2 2

7 Kerajinan Tangan &

Kesenian 2 2 2 2 2 2 - - - -

8 Pendidikan Jasmani &

Kesehatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

12 Program Pilihan (Paket Ketrampilan)

a. Rekayasa b. Pertanian c. Usaha dan

perlenturan d. Kerumahtanggaan e. Kesenian

22 22 22 26 26 26

Jumlah 30 30 38 40 42 42 42 42 42 42 42 42

(51)

Tabel 6 Susunan program pengajaran kurikulum pendidikan luar

biasa bagi siswa tuna grahita ringa, tuna grahita sedang,dan

kelainan ganda Tahun 1996

Satuan Pendidikan di

Kelas SDLB SLTP BL SM LB

Mata Pelajaran I II III IV V VI I II III I II III 1 Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 Bahasa Indonesia 8 8 8 8 8 8 2 2 2 2 2 2

4 Matematika

(berhitung) 6 6 6 6 6 6 2 2 2 2 2 2

5 Ilmu Pengetahuan

Alam - - 4 6 6 6 2 2 2 2 2 2

6 Ilmu Pengetahuan

Sosial - - 4 5 5 5 2 2 2 2 2 2

7 Kerajinan Tangan &

Kesenian 4 4 4 4 4 4 - - - -

8 Pendidikan Jasmani &

Kesehatan 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2

12 Program Pilihan (Paket Ketrampilan)

a. Rekayasa b. Pertanian c. Usaha dan

perlenturan d. Kerumahtanggaan e. Kesenian

Jumlah 30 30 38 42 44 44 42 42 42 42 42 42 Sumber : Kurikulum Pendidikan Luar Biasa Departemen Pendidikan & Kebudayaan Tahun

1996

Program Muatan Lokal

Program muatan lokal berfungsi memberikan peluang untuk

(52)

satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan

keadaan lingkungan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara

nasional. Pasal 14 ayat (3) dan bahwa satuan pendidikan dasar dapat

menjabarkan dan menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan

kebutuhan setempat pasal 14 ayat (4).

Muatan lokal dapat berupa bahasa Daerah, Bahasa Inggris Di SDLB,

dan kesenian daerah lainnya, yang diterapkan oleh kantor Wilayah

Departemen Pendidikan dan kebudayaan setempat.

3.4. Fasilitas (Sarana dan Prasarana)

Sebagai kelengkapan untuk dapat berjalannya suatu program dengan

baik tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana, tentunya dengan

segala kriterianya sesuai dengan kebutuhan. Jadi, apabila sekolah ingin

berkembangan secara optimal dengan harapan dan kebutuhan masyarakat

maka unsur sarana dan prasarananya juga merupakan hal yang mutlak

diperlukan. Hal tersebut sesuai dengan PP 19 pasal 42 tahun 2005.24

1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi, perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,

bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

, yang

menegaskan sebagai berikut :

24

. Syafaruddin, Undang-undang RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, UU RI

(53)

2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,

ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendididkan, ruang

tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,

ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan juga, tempat berolah

raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang,

tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang

teratur dan berkelanjutan.

Fasilitas sebagai slah satu syarat mutlak terhadap keterlangsungan

sekolah selama kurun waktu tahun 1983-1999, mengalami banyak perubahan

baik berupa penambahan gedung baru maupun sarana yang pendukung

lainnya.

Demi perkembangan sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan,

SLB-E Negeri Pembina terus berbenah demi tercapainya sekolah yang

mampu memberikan pelayanan bagi anak-anak cacat.25 Sseiring dengan

perkembangan zaman berupa informasi, teknologi, untuk pemerintahan sudah

seharusnya memberikan Fasilitas kepada sekolah. Perkembangan dsari segi

fasilitas SLB-E Negeri Pembina dapat dilihat dari berubahnya bentuk fisik

(54)

Tabel 7 Data Fisik SLB-E Negeri Pembina Tahun 1997

No Bangunan Jumlah

Perangkat Luas Bangunan

1

(55)

Disamping itu terdapat perkembangan dari segi sarana berupa

pembangunan lapangan sekolah, lapangan volly, jalan aspal: 4m x 681m2,

jalan sirtu: 4m x 144m, jalan penghubung koridor 2 x 128,5 m2, taman dan

lain lain.

Disertai dengan renovasi sekolah berupa penambahan daya listrik

menjadi 15.000 watt, penambahan jumlah meter listrik menjadi 12 unit dan

titik api berjumlah 724 buah, pipa PDAM 1200 m, kran air, 114 buah, saluran

parit : P .320 m, talang 893m, kaca mati 364 buah, kaca nako :2.912 buah dan

pagar sekolah 3m x 667m : 2.001 m2.

Pada tahun anggaran 1996/1997 SLB-E Negeri pembina tingkat

propinsi mendapatkan bantuan bangunan gedung dari pemerintah berupa :

ruang komputer, ruang screening audiometer, ruang laboratorium bagian A,

ruang gymnasium.

(56)

BAB IV

PERANAN SLB-E NEGERI PEMBINA TINGKAT PROPINSI

4.1Terhadap Orangtua Murid

Sekolah merupakan lembaga pendidikan untuk mengembangkan

potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas

tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai

anggota masyarakat.26

SLB-E Negeri Pembina dalam hal ini sekolah khusus bagi anak

berkebutuhan khusus sejauh ini, turut serta dalam menjalin hubungan Didalam unsur masyarakat, sekolah harus dapat membentuk dan

mengembangkan budaya sadar akan pentingnya pendidikan.Dalam hal ini,

orang tua dari murid merupakan salah satu unsur dari masyarakat itu, jadi

dapat dikatakan sekolah berperan strategis untuk menciptakan anak-anak

yang cerdas dengan menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri

didalam kebudayaan dan masyarakat sekitarnya.Peran strategis itu salah

satunya adalah menjalin komunikasi yang baik terhadap orang tua murid.

Guru yang merupakan bagian dari perangkat sekolah mengemban tugas itu,

agar tercipta suatu kondisi yang efektif didalam proses tumbuh

berkembangnya anak-anak murid disekolah.

26

(57)

komunikasi yang baik terhadap orang tua murid.27 Komunikasi baik berupa

konsultasi perkembangan murid sangat berguna kepada orang tua.28

− Memberikan kesadaran terhadap orang tua akan pentingnya pendidikan

bagi anak berkelainan.

Disinilah

guru selaku pengajar sangat dibutuhkan peranannya dikarenakan pendidikan

bagi anak penderita cacat merupakan pendidikan yang berdasarkan kepada

kelainan. Disamping itu karena pendidikan bagi mereka merupakan

kebutuhan, untuk itulah peranan sekolah harus memberikan kesadaran bukan

saja kepada murid tetapi kepada orang tua murid.

Guru dan orang tua menjadi satuan yang strategis terhadap murid

dikarenakan peranan mereka sangat dibutuhkan terhadap murid, sekolah

dalam artian ini menjadi media atau wadah bagi terciptanya suatu kondisi

yang memungkinkan murid merasa nyaman dan rindu untuk datang

kesekolah, kondisi psikologis inilah salah satu kunci keberhasilan peranan

sekolah. Adapun peranan SLB-E Negeri pembina terhadap orang tua murid

antara lain :

− Menjalin hubungan komunikasi berupa konseling, bimbingan dan laporan

yang rutin terhadap orang tua murid akan perkembangan murid.

− Menjadikan orang tua bagian strategis terhadap perkermbangan anak

(58)

− Menerima masukan berupa kritik dan saran dari orang tua akan kondisi

anak murid.

4.2Terhadap Anak Berkelainan

4.2.1 Penyesuaian Sosial Anak Berkelainan

Masalah penyesuaian sosial bagi anak berkelainan bukan sesuatu yang

selalu otomatis mudah dilakukan,hal ini mengingat ketunaan yang dialami

anak berkelainan tentu tidak lepas dari berbagai kesulitan yang mengikutinya,

untuk itulah dibutuhkan peran sekolah dalam menanganinya. Berkaitan

dengan proses penyesuaian sosial anak berkelainan ini; menyusun

berpendapat: pertama, kelainan dari segi fisik saja tidak dapat dipandang

sebagai suatu masalah sosiak psikologis anak berkelainan. Kedua, kelainan

dapat dipandang sebagai suatu ketunaan yang hanya merupakan variasi fisik

yang kurang menguntungkan, baik penilaian yang diberikan oleh masyarakat

maupun yang diberikan oleh penderita itu sendiri atas kecatatannya.29

Berangkat dari pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa kelainan

yang dialami oleh seseorang memang tidak secara otomatis berakibat pada

penyimpangan kepribadian atau penyesuaian sosial. Hal ini disebabkan

banyak faktor yang turut mempengaruhi, terutama faktor eksternal.Oleh

karena itu untuk, memperkecil frekuensi kemungkinan penyimpangan

tersebut, maka peran keluarga/orang tua menghindarkan sejauh mungkin

29

(59)

sikap-sikap yang dapat menyuburkan terjadinya penyimpangan kepribadian

dan penyesuaian sosial dari anaknya yang berkelainan.

Dalam rangka menuju suatu bentuk penyesuaian sosial bagi anak

berkelainan secara efektif, sekolah menggunakan formula acceptance yang

dapat dijadikan sebagai kerangka dasarnya, yaitu:

1. Seorang penyandang kelainan harus menyadari tentang akibat yang

ditimbulkan kemudian, diantaranya: yang menyangkut masalah keluarga,

hubungan hubungan sosial kemasyarakatan, kesempatam kerja, dan

lain-lain (acceptance sosial)

2. Seorang penyandang kelainan harus menyadari tentang sifat dan derajat

kelainan yang dideritanya, komplikasi, dan prognosanya (acceptance

physic)

3. Seorang penyandang kelainan diharapkan tidak menunjukkan

gejala-gejala emosional yang disebabkan oleh ketunaan atau kecacatannya

(acceptance psychology)

Formula lain yang cukup positif dalam mendukung terciptanya proses

pemyesuaian sosial yang efektif bagi anak berkelainan (murid) antara lain

sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan bagi anak yang berkelainan untuk berpartisipasi

aktif dalam kegiatan sosial dimasyarakat,

(60)

3. Membimbing anak berkelainan untuk dapat menyadari dan menerima

ketunaanya secara realistis, tanpa harus merasa sebagai bagian yang

terpisah dari masyarakat lainnya,

4. Membantu membimbing dan mengarahkan anak berkelainan dalam meniti

kehidupan masa depannya yang lebih baik.

5. Menanamkan perasaan percaya diri (self confidence) yang mantap kepada

anak berkelainan, agar kelak tidak tergantung kepada orang lain.30

Sebagai individu yang memiliki potensi daya, cipta dan karsa, sebagai

mana layaknya anak normal lainnya, anak berkelainan pun mempunyai

kebutuhan dasar (basic need) yang harus dipenuhi dan digunakan sebagai

dasar penyesuaian sosial, antara lain :

1. Kebutuhan fisikbiologis seperti : pangan, sandang, papan sebagai

kebutuhan primer

2. Kebutuhan menjadi bagian dari suatu kelompok

3. Kebutuhan merasa dirinya dianggap penting dan berguna

4. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri atau mencapai sesuatu untuk

memenuhi berbagai macam kebutuhan diatas, anak berkelainan sering

kali mengalami kegagalan. Hal ini terjadi karena keterbatasan yang

dimiliki sebagai akibat kelainan yang dialami.

Oleh karena itu, untuk memberikan pendidikan dan bimbingan kepada

anak berkelainan sekolah, sebaiknya memperhatikan beberapa aspek penting

30

(61)

yang perlu ditumbuh kembangkan dalam kaitannya dengan upaya

penyesuaian diri anak, antara lain: self help (kemampuan menolong diri

sendiri), self supporting (Kemampuan motivasi tinggi), self concept

(kemampuan memahami konsep diri), self care (kemampuan memelihara

diri) dan self orientation (kemampuan mengarahkan diri).

4.2.2 Prinsip Pendidikan Anak Berkelainan

Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental maupun karakteristik

perilaku sosialnya, tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain

memerlukan suatu pendekatan yang khusus juga melakukan strategi yang

khusus. Hal ini semata-mata karena bersandar pada kondisi yang dialami anak

berkelainan. Oleh karena itu sekolah mengambil peran melalui pendekatan

dan strategi khusus dalam mendidik anak berkelainan, diharapkan anak

berkelainan dapat menerima kondisinya, dapat melakukan sosialisasi dengan

baik, mampu berjuang sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan

yang sangat dibutuhkan dan menyadari sebagai warga negara dan anggota

masyarakat.31

Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan khusus yang diberikan

sekolah dalam upaya mendidik anak berkelainan, antara lain sebagai

(62)

1. Prinsip Kasih Sayang

Prinsip kasih sayang pada dasarnya adalah menerima mereka sebagai

mana adanya, dan mengupayakan agar mereka dapat menjalani hidup dan

kehidupan dengan wajar, seperti layaknya anak normal lainnya. Oleh karena

itu, upaya yang perlu dilakukan mereka adalah : tidak bersikap memanjakan,

tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhan dan memberikan tugas yang

sesuai dengan kemampuan anak.

2. Prinsip layanan individual

Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan perlu

mendapatkan porsi yang lebih besar, sebab setiap anak berkelainan dalam

jenis dan derajat yang sama seringkali memiliki keunikan masalah yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, upaya yang perlu

dilakukan untuk mereka selama menjalani pendidikan disekolah, antara lain :

Jumlah siswa yang dilayani guru tidak dari 4 - 6 orang dalam setiap

kelasnya, pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel,

penataan kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga guru dapat

menjangkau semua siswanya dengan mudah dan modifikasi alat bantu

pengajaran.

3. Prinsip Persiapan

Untuk menerima suatu pelajaran tentu diperlukan kesiapan. Khususnya

kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang akan diajarkan, terutama

Gambar

Tabel  1 :
Tabel 1: Populasi Anak Berkelainan di Indonesia Tahun 1980
Tabel 2 :  Luas Bangunan Dan Tanah SLB-E Negeri  Pembina Tahun
Tabel 3 : Jumlah murid di SLB-E Negeri Pembina tahun 1996
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan pendidikan khusus ini khususnya pada Sekolah Luar Biasa Negeri di Kota Medan, sikap dari pelaksana dalam hal ini adalah organisasi sekolah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran ekstrakurikuler vokal pada anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) di UPT SLB- E Negeri Pembina Medan,

Sekolah Luar Biasa Autis yang berbasis alam di Boyolali dengan penekanan taman terapi, merupakan fasilitas sekolah yang dirancang untuk anak berkebutuhan khusus (ABK)

anak autistik yang telah dilakukan oleh tim di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB N) Pembina dan sikap anak autistik selama mengikuti keterampilan yang dipilih. Penelitian berlangsung

Masalah yang dibahas disini adalah sejauh mana Peranan Unit Pelaksana Teknis Sekolah Luar Biasa (UPT.SLB-E) Negeri Pembina Medan Dalam Memberikan Kegiatan

Sekolah Luar Bisa Tipe D bagi Tuna Daksa di kota Semarang pada dasarnya merupakan unit untuk memwadahi pendidikan luar biasa yang ditunjang layanan pendidikan khusus

Berdasarkan hasil dari perancangan Pengembangan Aplikasi Deteksi Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa berbabasis website menggunakan metode

HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN HASIL BELAJAR PKn SISWA SMA LUAR BIASA TUNAGRAHITA DI SLB PEMBINA MEDAN SKRI Diajukan Kepada Faktdtas Psikologi U:nivenitas Medan Area Guna