• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Keterampilan

Menurut Diane (2006), suatu keterampilan atau satu paket keterampilan akan membentuk kemampuan menuju sukses yang utuh untuk sebuah tugas. Proses pendidikan diharapkan terjadi peningkatan keterampilan, yang didukung perubahan struktur pola perilaku dan pola kepribadian menuju pola yang makin sempurna.

Menurut Moenir (2000), suatu pelayanan akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keterampilan yang sesuai dengan tugas/pekerjaan yang dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian tenaga kesehatan yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan harus memiliki keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu. Keterampilan diartikan sebagai kemampuan dasar yang dimiliki aparatur dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan.

Pengembangan SDM adalah suatu proses yang sistematis dalam memenuhi kebutuhan ketenagaan yang cukup dan bermutu sesuai kebutuhan. Proses ini meliputi kegiatan penyediaan tenaga, pembinaan (pelatihan, supervisi, kalakarya (on the job training)), dan kesinambungan (sustainability). Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam program TB adalah tersedianya tenaga pelaksana yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap (dengan kata lain “kompeten”) yang diperlukan dalam pelaksanaan program TB, dengan jumlah yang memadai pada tempat yang sesuai dan pada waktu yang tepat sehingga mampu menunjang tercapainya tujuan program TB nasional. Didalam bab ini istilah pengembangan SDM merujuk kepada pengertian yang lebih luas, tidak hanya yang berkaitan dengan pelatihan tetapi

keseluruhan manajemen pelatihan dan kegiatan lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang pengembangan SDM yaitu tersedianya tenaga yang kompeten dan profesional dalam penanggulangan TB.Paru (Depkes RI, 2007).

Kompeten adalah ketrampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Sedangkan kompetensi adalah apa yang seorang mampu kerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari satu pekerjaan. Kinerja atau hasil yang diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang didasarkan pada pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap (attitude) dan sifat-sifat pribadi lainnya.

Secara umum, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah : seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi profesional didapatkan melalui pendidikan, pelatihan dan pemagangan dalam periode yang lama dan cukup sulit, pembelajarannya dirancang cermat dan dilaksanakan secara ketat, dan diakhiri dengan ujian sertifikasi (Depdiknas RI, 2002).

Analisis kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pemeriksaan laboratorium dalam program pemberantasan dan penanggulangan TB.Paru. Dengan demikian setiap tenaga analisis kesehatan yang

bertugas di puskesmas harus memiliki keterampilan untuk mampu melaksanakan tugasnya secara optimal.

a. Keterampilan yang Harus Dimiliki Analis Kesehatan

(1) Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan.

(2) Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk penyiapan pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan, atau fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen.

(3) Keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium.

(4) Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian alat dengan benar.

(5) Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.

(6) Keterampilan dalam pembuatan uji kualitas media dan reagent untuk pemeriksaan laboratorium.

(7) Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan prosedur laboratorium.

(8) Kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil uji.

(9) Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui evaluasi mutu spesimen, sebelum melaporkan hasil uji.

(10) Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

b. Standar Kompetensi Analis Kesehatan

1. Kemampuan untuk merancang proses teknik operasional

(a) Dapat merancang alur kerja pengujian/pemeriksaan mulai tahap pra analitik, analitik, sampai dengan paska analitik.

(b) Membuat SOP, manual mutu, indikator kinerja dan proses analisis yang akan digunakan.

2. Kemampuan melaksanakan proses teknik operasional.

(a) Melakukan pengambilan spesimen :pengetahuan persiapan pasien (b) Penilaian terhadap spesimen (memenuhi syarat atau tidak).

(c) Pelabelan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan, pengiriman (d) Pemilihan alat, metode, reagent untuk pemeriksaan atau analisa tertentu. (e) Dapat mengerjakan prosedur laboratorium

(f) Memahami cara kerja peralatan dalam proses teknis operasional (g) Mengetahui cara-cara kalibrasi dan cara menguji kelaikan alat (h) Dapat memelihara alat dan menjaga kinerja alat tetap baik 3. Kemampuan untuk memberikan penilaian hasil.

(a) Mampu menilai layak dan tidak hasil pemeriksaan

(b) Mampu menilai proses pemeriksaan atau rangkaian pemeriksaan. 4. Kemampuan komunikasi dengan pelanggan atau pemakai jasa.

5. Mampu mendeteksi secara dini : munculnya penyimpangan dalam proses operasional, terjadinya kerusakan media, reagent, alat atau lingkungan

pemeriksaan, mampu menilai validitas (kesahihan) suatu hasil pemeriksaan atau rangkaian hasil pemeriksaan

6. Kemampuan untuk melakukan koreksi atau penyesaian terhadap masalah teknis operasional yang muncul.

7. Kemampuan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan kerja 8. Kemampuan administrasi

c. Tugas Pokok Analis Kesehatan

Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan, melakukan pengujian/analisis terhadap bahan yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan atau masyarakat

d. Peran Analis Kesehatan

Analisis kesehatan berperan dalamp elaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan, penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan, peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan.

e. Kewajiban Analis Kesehatan

Analis kesehatan wajib : (1) mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen, (2) melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen, (3) mengoperasikan dan memelihara peralatan laboratorium, mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan dengan data hasil uji, (4) mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru

untuk menentukan manfaat kepraktisannya, (5) membantu klinisi dalam pemanfaatan yang benar dari data laboratorium untuk memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji laboratorium dalam menginterpretasi hasil uji, (6) merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium, (7) membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik kelaboratoriuman, serta (8) merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan.

f. Perilaku Analisis Kesehatan

Pekerjaan sebagai tenaga analisis kesehatan yang melakukan pemeriksaan secara mikroskopis tidak terlepas dari perilaku petugas dalam melakukan pemeriksaan di laboratorium.

Perilaku menurut Skinner dalam Notoatmodjo ((2005) adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Untuk kepentingan kerangka analisis dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh petugas laboratorium di puskesmas Kota Medan, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skinner dalam Notoatmodjo ((2005) adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan- tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau penguat untuk masing-masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka penguatnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi penguat (komponen pertama tidak memerlukan penguat lagi), demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

Ada dua jenis respons, yaitu: perilaku pasif dan aktif. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan

pengetahuan. Sedangkan perilaku atau respons aktif yang secara langsung dapat diamati, misalnya: petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan sputum dahak untuk memastikan seseorang menderita TB Paru atau tidak dapat diamati dari urutan kegiatan pemeriksaan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.

Dokumen terkait