• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterangan dari relief-relief tentang riwayat Buddha Gautama 34

Dalam dokumen Sejarah Agama Budha di Indonesia Jadi (Halaman 35-44)

Menurut naskah “Lalita Vistara”, yang terdapat di lorong pertama (bagian Rupadhatu) pada dinding sebelah dalam. Dari pintu timur sampai ke pintu Selatan

34 Moertjipto & Bambang Prasetyo, A glimpse of Temples, Direktorate General of Torism, Republic of Indonesia.

1. Sang Bodhisattva di sorga Tusita sedang menerima penghormatan dari para dewa dengan berbagai alat musik.

2. Sang Bodhisattva memberitahukan para dewa tentang keinginannya turun ke dunia menjadi Buddha dan untuk memberi bimbingan kepada mereka yang telah tersesat dan menolongnya mendapatkan Jalan Yang Benar. 3. Seorang Brahmana mengajar para muridnya tentang kebijaksanaan

duniawi dan memberitahukan kepada mereka bahwa dua belas tahun kemudian akan turun ke dunia. Seorang Buddha yang akan membebaskan umat manusia dari Samsara (lingkaran tumimbal-lahir).

4. Para Pratyeka Buddha, setelah mendengar tentang akan turunnya Sang Bodhisattva ke dunia, terbang ke Sorga untuk menyambut dan mengiringkannya.

5. Sang Bodhisattva mengajar para dewa tentang Dharma.

6. Sebelum Sang Bodhisattva turun ke dunia, terlebih dulu Beliau menyerahkan Mahkotanya (Tyara) kepada penggantinya, yaitu Bodhisattva Maitreya.

7. Bodhisattva Maitreya mengajar Dharma kepada para dewa.

8. Raja Suddhodana bersuka-cita dengan permaisurinya, Ratu Maya Dewi di istana Kapilawastu.

9. Para bidadari mengunjungi Ratu Maya Dewi di istana.

10. Para dewa mempersiapkan diri untuk mengiringi Sang Bodhisatva turun ke dunia.

11. Pemberian hormat terakhir di sorga Tusita sebelum Sang Bodhisattva turun ke dunia.

12. Di Pavilyun Sri Garbha, Sang Bodhisattva duduk bermeditasi dan selanjutnya turun ke dunia diusung oleh para dewa.

13. Ratu Maya Dewi, sewaktu tidur di istana, bermimpi seekor gajah putih memasuki perutnya dan kemudian Ratu menjadi hamil.

14. Sang Ratu tidak usah kuatir apa-apa, karena Dewa Cakra melindungi Beliau.

15. Sang Ratu pergi ke taman Asoka untuk menemui Raja Suddhodana. 16. Raja Suddhodana ketika tiba di taman Asoka dengan menunggang gajah. 17. Raja Suddhodana berjumpa dengan Sang Ratu di serambi. Sang Ratu

menceritakan tentang mimpi beliau dan bertanya tentang arti dari mimpi tersebut.

18. Karena Raja Suddhodana tidak dapat menerangkan arti dari mimpi Sang Ratu, maka beliau minta pendapat dari seorang Brahmana yang bernama Asita. Asita menerangkan bahwa Ratu akan hamil dan akan melahirkan seorang bayi laki-laki. Putera ini mempunyai bakat untuk menjadi seorang pemimpin dunia.

19. Raja Suddhodana gembira sekali mendengar ramalan tersebut dan memberikan hadiah yang berlimpah-limpah kepada Asita dan para Brahmana lainnya.

20. Para dewa yang mendengar berita yang menggembirakan ini, membangun tiga buah istana untuk Ratu Maya Dewi.

21. Para dewa telah membuat Ratu Maya Dewi serempak terlihat di tiga alam. 22. Sebelum bayi dilahirkan, Ratu telah melakukan hal-hal yang mujizat:

beliau dapat menyembuhkan orang-orang sakit dan orang-orang yang cacat badannya.

23. Raja Suddhodana memberikan hadiah-hadiah kepada orang-orang miskin. 24. Raja Suddhodana memberikan khotbah di hadapan para wanita.

25. Satu hal yang aneh terjadi sewaktu Raja sedang bermeditasi: seekor anak gajah masuk ke istana dan memberi hormat kepada Raja.

26. Persiapan untuk mengunjungi taman Lumbini.

27. Ratu dengan kereta menuju ke taman Lumbini. Setelah tiba, kereta berhenti dan Ratu dengan gembira berjalan-jalan di taman.

28. Di taman Lumbini dengan berdiri berpegangan pada cabang pohon Sal, Ratu melahirkan seorang bayi laki-laki. Segera setelah dilahirkan Sang bayi sudah dapat berjalan tujuh tindak dan diatas tiap tapak kaki muncul bunga teratai. Sehabis melahirkan seminggu Ratu meninggal dunia.

29. Setelah Ratu meninggal dunia, maka Sang Pangeran diasuh oleh bibinya yang bernama Pajapati. Sang bayi diberi nama Siddharta.

30. Pangeran Siddharta di pangkuan ibu tirinya. Dari pintu Selatan sampai ke pintu Barat

1. Seorang Brahmana bernama Asita mengunjungi Pangeran Siddharta. 2. Dewa-dewa dari alam Suddhavasa mengunjungi Pangeran Siddharta. 3. Para penduduk yang karyaraya mempersembahkan hadiah-hadiah kepada

Pangeran Siddharta.

4. Pangeran Siddharta pergi ke Vihara untuk mendapatkan pendidikan.

5. Setibanya di Vihara, gurunya pingsan melihat wajah Pangeran Siddharta yang demikian cemerlang.

6. Sang Pangeran berhias dengan memakai berbagai macam permata. 7. Para penduduk memberi hormat kepada Sang Pangeran.

8. Pangeran Siddharta dan gurunya di ruang belajar.

9. Pangeran Siddharta mengunjungi desa-desa untuk melihat sendiri

penghidupan rakyatnya di desa-desa.

10. Pangeran Siddharta bermeditasi di bawah pohon jambu.

11. Para sesepuh di istana Kapilawastu mendesak Pangeran Siddharta untuk menikah.

12. Sang Pangeran minta para gadis dari Kapilawastu untuk datang ke istana. Pilihannya ternyata jatuh kepada Yasodhara. Untuk menghibur gadis-gadis lain yang kecewa, Sang Pangeran membagi-bagikan hadiah- hadiah. 13. Menurut kebiasaan pada zaman itu, maka sebelum upacara perkawinan

dilaksanakan, terlebih dahulu calon pengantin pria harus membuktikan kemampuannya secara fisik dan mental. Maka oleh karena itu Sang Pangeran diharuskan mengambil bagian dalam satu sayembara.

14. Dewadatta, saudara sepupu dari Sang Pangeran, juga turut dalam sayembara tersebut. Ia harus berkelahi dengan seekor gajah yang besar. Gajah tersebut dibunuhnya dengan sekali pukul dan sekali tendang.

15. Di relief hanya terlihat roda kereta dan seorang prajurit. Pangeran Siddharta dengan duduk di kereta menyeret bangkai gajah itu dengan memakai kaki kiri keluar kota sejauh delapan yojana (1 yojana = 8 mil). 16. Pangeran Siddharta dicoba kemurniannya dengan digoda oleh

wanita-wanita cantik.

17. Tidak diketahui. (Mungkin relief sayembara menunggang kuda). 18. Tidak diketahui. (Mungkin relief sayembara menggunakan pedang).

19. Sayembara memanah batang pohon Tala. Hanya Pangeran Siddharta yang lulus dalam pertandingan ini; anak panahnya menembus batang pohon Tala dan menghilang di tanah.

20. Pemberkahan pernikahan dari Pengeran Siddharta dengan Puteri Yasodhara.

21. Puteri Yasodhara memasuki istana setelah menikah. 22. Di istana, mempelai disambut dengan musik.

23. Pangeran Siddharta mendapat petunjuk dari para dewa untuk meninggalkan istana.

24. Untuk mencegah agar Pangeran Siddharta jangan meninggalkan istana, maka Raja Suddhodana memerintahkan untuk mendirikan istana-istana untuk Sang Pangeran dengan dilayani oleh wanita-wanita cantik.

25. Pangeran Siddharta sedang dimanjakan oleh wanita-wanita. 26. Pangeran Siddharta melihat seorang tua renta.

27. Pangeran Siddharta melihat orang sakit keras. 28. Pangeran Siddharta melihat orang mati. 29. Pangeran Siddharta melihat seorang pertapa. 30. Pangeran Siddharta mendapat impian buruk. Dari pintu Barat sampai ke pintu Utara

1. Pangeran Siddharta mohon diri dari ayahnya, Raja Suddhodana.

2. Raja Suddhodana tidak memperkenankan Sang Pangeran untuk pergi bertapa dan memerintahkan kepada wanita-wanita cantik untuk terus menghibur Sang Pangeran.

3. Tengah malam wanita-wanita yang menghibur Pangeran Siddharta telah tertidur. Dan Pangeran Siddharta yang merasa jemu sekali, membulatkan tekad untuk meninggalkan istana.

4. Pangeran Siddharta memanggil kusirnya yang bernama Channa dan memerintahkan untuk menyiapkan kudanya, Kanthaka.

5. Pangeran Siddharta melakukan perjalanan jauh untuk mulai bertapa.

6. Sampai di tempat tujuannya, Pangeran Siddharta mengucapkan selamat berpisah kepada para dewa yang mengiringinya.

7. Pangeran Siddharta memotong rambutnya.

8. Pangeran Siddharta menukar pakaiannya dengan jubah seorang pertapa. 9. Para dewa memberi hormat kepada Pangeran Siddharta.

10. Pangeran Siddharta tiba di pertapaan Padmapani.

11. Berkunjung ke tempat seorang pertapa bernama Uddaka Ramaputra. 12. Berkunjung ke tempat seorang pertapa yang lain bernama Alara Kalama. 13. Berkunjung ke tempat Raja Bimbisara di Rajagaha.

14. Raja Bimbisara berkunjung ke tempat Pangeran Siddharta.

15. Berkunjung ke Gunung Gaya dan bertemu dengan para pertapa dari tempat itu.

16. Para pertapa yang tersebut diatas berkunjung kepada Pangeran Siddharta. 17. Pangeran Siddharta berbincang-bincang dengan para pertapa tentang

persoalan “Panna” (Kebijaksanaan). Karena selisih pendapat, para pertapa meninggalkan Pangeran Siddharta.

18. Ibunda Pangeran Siddharta, yaitu Ratu Maya Dewi almarhumah, turun ke dunia dari sorga untuk membujuk anaknya mengakhiri penyiksaan diri dan makan minum seperti biasa lagi, agar dapat memulihkan kembali kekuatan tubuhnya.

19. Para dewa mendesak Pangeran Siddharta untuk kembali makan dan minum.

20. Pangeran Siddharta mengajar para dewa.

Pangeran Siddharta.

22. Pangeran Siddharta mempersiapkan diri untuk mandi. 23. Pangeran Siddharta menukar pakaian.

24. Para wanita dari Uruvela mempersembahkan makanan kepada Pangeran Siddharta.

25. Pangeran Siddharta pergi ke tepi sungai Nairayana dengan membawa jubahnya yang sudah bekas pakai.

26. Pangeran Siddharta membuang jubahnya ke sungai. 27. Jubah tersebut diterima oleh Raja Naga Mucilinda. 28. Pangeran Siddharta memberi makanan dari Mucilinda. 29. Pangeran Siddharta memberi berkah kepada Mucilinda.

30. Pangeran Siddharta minta diberi rumput yang empuk untuk duduk. Dari pintu Utara sampai pintu Timur

1. Pangeran Siddharta dalam perjalanan ke Buddha Gaya. 2. Pohon Bodhi diberi panghiasan.

3. Pangeran Siddharta bermeditasi di bawah pohon Bodhi.

4. Mara, iblis yang jahat, datang mengganggu Pangeran Siddharta dan mengancam untuk membunuhnya.

5. Mara mengirim anak-anaknya berupa wanita-wanita yang cantik sekali untuk menggoda Pangeran Siddharta.

6. Mara mencoba untuk membujuk Pangeran Siddharta dengan membisikkan godaan-godaan di telinganya.

7. Godaan-godaan oleh Mara dengan memakai kekuatan gaib dan

wanita cantik. Sang Pangeran duduk dengan sikap Bhumisparsa-Mudra (simbol dari tekad yang bulat).

8. Para dewa membasuh Pangeran Siddharta dengan air suci.

9. Pangeran Siddharta berhasil mencapai Panerangan Agung; Mara tidak berhasil untuk menggagalkan usaha Pangeran Siddharta. Sekarang Pangeran Siddharta menjadi Buddha (Beliau memakai sikap Abaya-Mudra = Janganlah takut).

10. Buddha Gotama mendapat tempat duduk di taman Menjangan. 11. Raja Naga Mucilinda menjumpai Buddha Gotama.

12. Para pertapa dari Bodhi-manda minta diberi berkah oleh Buddha Gotama. 13. Buddha Gotama mengajar cara melakukan Samadhi (Beliau memakai

Dyana-Mudra = Sedang bermeditasi).

14. Para Raja mempersembahkan makanan kepada Buddha Gotama dan diberi pelajaran tentang “bermurah hati”.

15. Buddha Gotama sedang memberi pelajaran Dhamma. 16. Berkunjung ke kota Savatthi untuk mengajar Dhamma. 17. Berkunjung ke Uruvela untuk mengajar Dhamma. 18. Berkunjung ke bekas guruNya Uddaka Ramaputta. 19. Berkunjung ke Raja Bimbisara di Rajagaha. 20. Berkunjung ke para pertapa.

21. Bertemu dengan para dewa.

22. Mengunjungi sebuah kota dan dijamu makan. 23. Berkunjung ke bekas guruNya Alara Kalama.

24. Berkunjung ke kota Maghada dan disambut dengan upacara yang meriah. 25. Dalam perjalanan ke Banares, Buddha Gotama menyeberangi sungai

Gangga dengan terbang di atas air. (Tukang perahu penyeberang tidak mau menyeberangkan Buddha Gotama tanpa pembayaran lebih dulu. Sebelum tukang perahu tahu apa yang terjadi, Buddha Gotama sudah ada di seberang sungai).

26. Buddha Gotama sedang dijamu.

27. Di sebuah bukit bernama Gaya, Buddha Gotama berjumpa kembali dengan para pertapa yang dulu telah meninggalkannya. Sekarang mereka menjadi murid-murid Buddha Gotama.

28. Buddha Gotama diberi hormat oleh para pertapa lain. 29. Buddha Gotama diperciki air suci oleh para dewa. 30. Memberi khotbah di taman Menjangan dekat Banares.

Sutra Lalitavistara banyak dikenal oleh para tukang batu Mantranaya

dari Borobudur, lihat: Kelahiran Buddha (Lalitavistara). Istilah Mantranaya bukan kesalahan ejaan dari Mantrayana meskipun sebagian besar adalah sama. Mantranaya adalah istilah untuk tradisi esoteris mantra, turunan tertentu dari

Vajrayana dan Tantra di Indonesia. Istilah dalam bahasa Sanskerta Mantranaya

dengan jelas telah terbukti dalam literatur tantra Basa Jawa Kuna, khususnya yang didokumentasikan dalam teks tantra Buddha esoterik tertua di Jawa Kuna, Sang Kyang Kamahayanan Mantranaya, lihat Kazuko Ishii (1992).35

F. FAKTOR-FAKTOR BERKURANGNYA UMAT BUDDHA DI

Dalam dokumen Sejarah Agama Budha di Indonesia Jadi (Halaman 35-44)

Dokumen terkait