• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha-usaha menyelamatkan Candi Borobudur 29

Dalam dokumen Sejarah Agama Budha di Indonesia Jadi (Halaman 31-35)

Pada tahun 1815 atas perintah Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Stanford Raffles, maka opsir zeni Ir. H.C.Cornelius memimpin pembersihan wajah candi yang masih disebut-sebut dalam “Babad Tanah Jawi” seabad sebelumnya. Lebih dari 200 penduduk dipaksa kerja rodi selama 45 hari menebang pohon, membabat dan membakar belukar serta mengelupas tanah yang sudah menyelimuti candi yang kakinya sudah melesak 10 meter ke dalam tanah. Dan Borobudur pun terjaga dari tidurnya yang pulas ± 3 abad lamanya. Sayang Raffles tidak dapat meneruskan usahanya karena sudah harus pergi dari Indonesia.

29 DR. Soekmono, Riwayat usaha penyelamatan Tjandi Borobudur, Pelita Borobudur, seri A no. 1, 1972.

Pada tahun 1835 pekerjaan untuk menyelamatkan candi Borobudur baru dapat dilanjutkan kembali. Seorang seniman Jerman, A. Shaefer, pada tahun tersebut untuk pertama kalinya mengabadikan Borobudur diatas celluloid. Ada 5000 foto yang telah dibuatnya, yang kemudian dilanjutkan dengan penggambaran relief-reliefnya diatas kertas oleh F. C. Wilson dan Schonberg Mulder, dari tahun 1849 sampai dengan tahun 1953. Pada tahun 1873 monografi pertama tentang Borobudur diterbitkan oleh Museum Purbakala Leiden, negeri Belanda. Ditahun itu pula seorang ahli potret kenamaan, I. van Kinsbergen diberi tugas untuk memperbaharui potret-potret Borobudur. Saking telitinya kerja I. van Kinsbergen (dia sendiri ikut membersihkan sudut-sudut candi), sehingga 200 relief yang selama ini terpendam dalam tanah ikut tersingkap. Pada tahun 1885 kaki candi yang ditelan bumi itu “ditemukan” oleh J.W. Ijzerman. Ternyata di belakang kaki candi yang nampak masih ada lagi kaki candi lain yang dihiasi pahatan relief. Kaki yang tersembunyi ini diabadikan oleh Cephas selama setahun (1890-1891), untuk mana 12. 500 meter kubik batu dipindahkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tempatnya semula. Penemuan ini penting artinya, yang disebut “Khamadhatu” (lingkaran hawa nafsu) yang sebelumnya tersembunyi dari pandangan mata. 160 panel dalam lingkaran ‘Hawa Nafsu’ itu menggambarkan ajaran Karma (Hukum sebab dan akibat setiap perbuatan baik dan buruk), sebagaimana tertera dalam kitab “Karmavibhangga”.30 Pada tahun 1834 Residen Kedua melakukan pemugaran secara tambal sulam dan memerintahkan pembersihan lebih lanjut, agar wajah candi kelihatan cantik. Batu-batu yang berserakan disekeliling candi disingkirkan ke kaki bukit, sedangkan stupa-stupanya dibenarkan letaknya. Pada tahun 1844 stupa induknya diperbaiki, namun ia pun melakukan perbuatan yang merusak, yaitu:

a. diatas candi Borobudur diberi bangunan bambu sebagai tempat para pembesar Belanda dan nyonyanya minum teh dengan santainya sambil menikmati panorama senja tatkala sang surya berpamitan dengan seisi bumi.

b. tatkala seorang Raja Siam (Thailand) datang pada pertengahan abad 19,

30 Menyingkap tabir misteri Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan. Kedaulatan Rakyat, tanggal 12 Februari 1983. Merdeka, tanggal 29 Januari, t.t.

Residen kedua menghadiahkan kepada beliau 8 (delapan) gerobak batu-batu candi Bo ro budur dan 50 (lima puluh) relief, disamping 5 (lima) patung Sang Buddha sendiri, 2 (dua) patung singa penjaga candi, 1 (satu) pancuran berwujud “makara” (kepala gajah berbentuk kambing, bertelinga kerbau dengan singa mini didalam moncongnya), sejumlah kepala “kala” (raksasa dan “dewa waktu” dalam mitologi jawa) dari pangkal tangga dan gapura, serta sebuah patung raksasa dari bukit sebelah Barat - Laut candi Borobudur.31 Hampir saja pengrusakan elemen-elemen Borobudur itu makin menjadi-jadi, ketika para ahli di negeri Belanda mengusulkan, agar relief-reliefnya dipindahkan saja ke museum Leiden, mengingat kondisi candi yang semakin rusak. Untunglah gagasan itu penentangnya dari kalangan ahli sendiri, sehingga tidak jadi. Pada tahun 1900 setelah dokumentasi dan penelitian dianggap memadai, maka oleh Pemerintah Belanda dibentuk panitia khusus untuk pemugaran Borobudur yang diketuai oleh Dr. J. L. A. Brandes. Dan seperti halnya operasi pertama di zaman Raffles, kembali seorang opsir zeni, letnan Ir. T h. van Erp, memainkan peranan utama sebagai penyelamat candi Borobudur. Ada tiga hal yang dibebankan kepada Ir. van Erp dalam usaha menyelamat kan Borobudur: 1. menanggulangi bahaya runtuh dengan cara memperkokoh sudut-sudut

bangunannya, menegakkan kembali dinding-dinding yang miring pada teras (tingkat) pertama, serta memperbaiki gapura, relung dan stupa, termasuk stupa induk.

2. mengekalkan keadaan yang sudah diperbaiki itu dengan pengawasan yang ketat dan pemeliharaan yang cermat. Untuk itu saluran airnya perlu disempurnakan dengan jalan memperbaiki lantai lorong dan pancuran air. 3. memperlihat kan bangunan candi sejelas-jelasnya, bersih dan utuh32

Seluruh pekerjaan pemugaran yang dimulai tahun 1907 baru selesai empat tahun kemudian dengan menelan biaya 100. 000 gulden. Ir. van Erp pun

31 Drs. Soedirman, Borobudur salah satu keajaiban dunia, Yogyakarta, 1980.

32 Boediharjo, Pelestarian warisan budaya melalui pariwisata, suatu kasus studi pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan.

telah membuat satu warning system (petunjuk pengamanan), yakni lapisan beton pengaman diantara 2 (dua) buah batu pada bagian dinding yang paling miring di sebelah Barat tangga Utara tingkat pertama. Bilamana sambungan itu patah, maka Borobudur berada dalam keadaan bahaya.

Pada bulan Januari 1926 telah dapat diketahui adanya kerusakan yang disengaja oleh turis asing yang ingin menyimpan tanda mata dari Borobudur. Peristiwa ini menjadi pendorong bagi penelitian yang lebih intensif terhadap batu-batu dan terutama relief-relief candi. Dan nyatanya banyak relief yang menampakkan tanda-tanda retak. Tangan jahil? Bukan! Setelah diamati dan dibanding-bandingkan kiri-kanan ternyata bukan karena tangan jahil, melaikan karena suhu yang sangat cepat berganti; dari panas yang menyengat kemudian disusul hujan terus-menerus. Ternyata dari 120 panel relief “Lalita Vistara” yang menceritakan riwayat Sang Buddha sejak direncanakan lahir dari sorga Tusita sampai khotbahnya yang tersohor di Banares, ada 40 buah yang rusak.33

Pada tahun 1929 dibentuk panitia baru untuk melakukan pengamatan dan pengamanan. Dari hasil penyelidikan panitia, diketahuilah penyebab kerusakannya, yakni: korosi kimiawi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan. Korosi disebabkan oleh pengaruh iklim yang merusak batu-batu candi yang jelek kwalitasnya. Lapisan oker kuning yang dulunya dimaksudkan meratakan warna relief untuk keperluan pemotretan, ternyata berhasil melindungi batu-batu yang keras. Tetapi terhadap batu-batu yang lunak akibatnya jadi lain, yait u terkelupas. Cendawan dan lumut terang menambah korosi pula. Namun sebab pokok korosi yang paling sadis adalah derasnya air yang merembes ke luar bangunan candi melalui celah-celah dan pori-pori batu-batuan candi itu sendiri.

Adapun kerusakan mekanis terutama disebabkan oleh tangan dan kaki manusia atau penyebab lainnya diluar candi. Kerusakan lain ialah, karena tekanan bobot batu-batuan candi itu sendiri. Pada tahun 1948 Pemerintah Republik Indonesia mengundang seorang ahli purbakala India, tetapi belum sempat memberi laporan. Pada tahun 1965 atas prakarsa Menteri P&K, Ny. Artati M.

33 Yasir Marjuki & Toeti Heraty, Borobudur, Djambatan, 1989.

Sudirdjo SH, maka untuk mencegah kerusakan yang lebih fatal, telah dilakukan pembongkaran atas dinding-dinding Utara dan Barat yang miring oleh Dr. R. Soekmono. Pada tahun 1967 Dr. R. Soekmono ketika mengikuti Kongres Orientalis International di Ann Arbor (AS) minta perhatian kongres atas nasib Borobudur. Unesco tertarik kepada nasib Borobudur dan berjanji untuk memberi bantuan.

Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia membentuk Panitia Nasional Penyelamat Borobudur dan beberapa ahli luar negeri dihubungi antara lain:

1. Prof. C. Voute, ahli geologi kenamaan. 2. Dr. G. Hyvert, ahli pengawetan patung relief.

3. Prof. Benard Philipe Groslier, arkeolog perancis kenamaan yang namanya tidak dapat dipisahkan dari penyelamatan candi-candi Angkor di Kamboja. Pada bulan Juni 1971 Panitia pemugaran Borobudur dibentuk dengan diketuai oleh Prof. Ir. R. Rooseno dan didampingi oleh Dr. R. Soekmono. Pada tahun ini pula Dirjen Unesco, Rene Maheu datang ke Indonesia untuk menandatangani bantuan Unesco sebesar US $ 6 juta dari biaya pemugaran yang diperkirakan US $ 7,75 juta (menurut perkiraan tahun 1975 biaya tersebut telah membumbung sampai US $ 16 juta).

Pada tanggal 11 Agustus 1973 Borobudur mulai dipugar dengan mengikut sertakan ahli-ahli dari Unesco, Lembaga Purbakala, Fakultas Sastra UI, ept. Geologi ITB dan Fakkultas Teknik & Pertanian UGM. Menurut perkiraan pemugaran Borobudur akan makan waktu delapan tahun.

Dalam dokumen Sejarah Agama Budha di Indonesia Jadi (Halaman 31-35)

Dokumen terkait