• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. SARAN

Melihat dari hasil penelitian yang didapatkan, maka peneliti memiliki beberapa saran terkait pelaksanaan PPI, yaitu:

1. Bagi RSUD Labuang Baji

a. Membuat kebijakan/standar prosedur operasional untuk kegiatan diskusi bersama komite PPI yang dijadwal secara berkala dan melakukan sosialisasi terkait kebijakan yang dibuat kepada semua bagian agar tercipta satu bentuk pemahaman yang sama tentang pelaksanaan PPI.

b. Membuat pedoman surveilans PPI agar ketepatan pelaporan dan kelengkapan data kasus infeksi mecapai 100% sehingga data dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan menekankan keseragaman waktu pengumpulan laporan kasus infeksi yang diberlakukan secara resmi oleh pimpinan rumah sakit untuk meningkatkan kedisiplinan/ketepatan waktu dalam pengumpulan data surveilans.

c. Pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan hendaknya tetap diagendakan secara berkesinambungan kepada seluruh petugas kesehatan, bukan hanya diperuntukkan kepada tim PPI agar tercipta kesamaan persepsi antara petugas kesehatan dan komite PPI terkait pencegahan dan pengurangan infeksi di rumah

103 sakit. Selain pemberian pelatihan secara berkala juga perlu dilakukan evaluasi atau feedback hasil pelatihan untuk menilai sejauhmana keberhasilan program pelatihan yang telah diikuti.

d. Pihak manajemen rumah sakit perlu memperhatikan pemberian penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) kepada tim PPI untuk meningkatkan motivasi kerja.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Melakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan penggabungan data kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat dilihat secara statistik besarnya dampak positif yang dihasilkan dengan adanya PPI rumah sakit.

b. Melakukan penelitian selanjutnya dengan menjadikan tim IPCLN sebagai informan tanpa memisah sebagai obyek utama agar dapat lebih fokus mengkaji efektivitas pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

104 DAFTAR PUSTAKA

Adinma ED, Ezeama C, Adinma JI, Asuzu MC. (2009). Knowledge and practice of universal precautions against blood borne pathogens amongst house officers and nurses in tertiary health institutions in Southeast Nigeria. Niger J Clin Pract.12:398–402

Agustin. C.R, Amri. C & Suyanto. A. (2017). Pemaanfaatan Limbah Jerigen Menjadi Safety Box Di RSUD Wates. Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.8 No.4, Mei 2017, Hal 158 – 163.

Al-Amri, N. M. (2015). Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M.

Djoelham Dalam Implementasi Sistem Keselamatan Pasien (Patient Safety) Tahun 2015. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ariyani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan program patient safety di Instalasi Perawatan Intensif Di RSUD Moewardi Surakarta., Universitas Diponegoro, Semarang.

Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R.

(1956). Taxonomy of educational objectives, handbook I: The cognitive domain: New York: David McKay Co Inc.

Charalambous, L. (1995). Development of the Link-Nurse Role in Clinical Setting. Nurse Times, vol. 91, pp. 36–7

Dawson, S.J. (2003). The Role of the Infection Control Link Nurse. Journal of Hospital Infection, vol. 54, pp 251–257

Depkes, RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety): Jakarta.

Depkes, RI. (2008). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety). Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI., (2010). Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit.

Jakarta: Kemenkes RI

Depkes dan Perdalin. (2008). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Jakarta Farooq, M., dan Khan, M.A. (2011). Impact of Training and Feedback on

Employee Performance, Journal Far East of Psychology and Business. vol. 5 (1), pp. 23–33.

Ginting, D. S. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Kemampuan Perawat Dengan Penerapan Standar Joint Commission International Tentang

105 Keselamatan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsup. H. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hasibuan, D. C. (2015). Peran Perawat Dalam Penerapan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hasibuan, M. (2005). SP.(2005) Manajemen Sumber Daya manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.

Irwanto, H. (2008). Potensi, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Pajak Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Kepahiang. Tesis Program Magister Perencanaan Pembangunan, Universitas Bengkulu, tidak dipublikasikan.

Iliyasu, G., Dayyab, F. M., Habib, Z. G., Tiamiyu, A. B., Abubakar, S., Mijinyawa, M. S., & Habib, A. G. (2016). Knowledge and practices of infection control among healthcare workers in a Tertiary Referral Center in North-Western Nigeria. Annals of African Medicine, 15(1), 34–40. http://doi.org/10.4103/1596-3519.161724

Kemenkes. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/Viii/2011 Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta.

Kermode M, Jolley D, Langkham B, Thomas MS, Holmes W, Gifford SM.

(2005). Compliance with Universal/Standard Precautions among health care workers in rural North India. Am J Infect Control. 33:27–

33

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2009). Leadership roles and management functions in nursing: Theory and application: Lippincott Williams &

Wilkins.

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan: teori dan aplikasi. Jakarta: EGC.

Mitchell, T. M. (1982). Generalization as search. Artificial intelligence, 18(2), 203-226.

Muchlas, M., & KJ, S. (1998). Hubungan antara nilai potensi motivasi (NPM) dengan kepuasan kerja perawat (Akper) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta. Universitas Gadjah Mada.

Munzenmaier, C., & Rubin, N. (2013). Bloom’s taxonomy: What’s old is new again. The Elearning Guild. Santa Rosa.

Mustariningrum DLT, Koeswono M & Ahsan. (2015). Kinerja IPCLN dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit: Peran Pelatihan, Motivasi Kerja dan Supervisi. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 13 No 4, Desember 2015: 643-652.

106 Nelwan. Renatta M, Mandagi Chreisye K. F, Boky Harvani. 2017. Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di RSUP Ratatotok Buyat Tahun 2017. (Online) https://ejournalhealth.com/index.php/medkes/article/viewFile/253 /245. Diakses tanggal 06 November 2017.

Nivalinda, D., Hartini, M. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah di Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan, 1(2).

Notoadmodjo, S. (2007). Pengantar Ilmu Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodelogi penelitian kesehatan (Revisi ed.).

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, F. E. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta, Salemba Medika.

Ogoina D, Pondei K, Chima G, Isichei C, Gidado S. (2015). Knowledge, attitude and practice of standard precautions of infection control by hospital workers in two tertiary hospitals in Nigeria. J Infect Prev. 16:16–22.

Okechukwu EF, Modteshi C. (2012). Knowledge and practice of standard precautions in public health facilities in Abuja, Nigeria. Int J Infect Control. 8:1–7.

Puspasari Y. (2015). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktik Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Kendal. Fikkes Jurnal Keperawatan. Vol. 8 No. 1 Maret 2015 : 23 – 43.

Ramadhan, S. (2016). Peranan Kepemimpinan Klinik (Clinical Leadership) Dalam Implementasi Patient Safety Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Reda AA, Fisseha S, Mengistie B, Vandeweerd JM. (2010). Standard precautions: Occupational exposure and behavior of health care workers in Ethiopia. PLoS One. 5:e14420

Reksohadiprodjo, S., & Handoko, T. H. (2001). Organisasi Perusahaan Teori struktur dan perilaku. Edisi Kedua, cetakan Ketigabelas, BPFE Yogyakarta.

107 Simanjuntak, P. (2011). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Suarli & Bachtiar. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Suarnianti, Martiana, T., & Damayanti, N. A. (2016). Effects of Self-Justification on and Nurses’ Commitment to Reducing the Risk of Disease Transmission in Hospitals. Pakistan Journal of Nutrition, 15(4), 324-327.

Sugeng, Abdul Ghofur, Lilik Kurniawati. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatigajawa Tengah. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. (online) http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/187/1/Sugeng-jurkep.pdf diakses tangggal 06 November 2017.

Sunyoto, D. (2012). Sumber Daya Manusia Praktik Penelitian. Yogyakarta:

CAPS (Centre For Aademic Publishing Service).

Susanto, A. (2013). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Program Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor. Universitas Indonesia, Jakarta.

Triwibowo, C. (2013). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit.

Jakarta: Tim.

Utarini, A. (2011). Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia: Sistem Regulasi yang Responsif. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran. Yogyakarta.

W, W. J., Luthans, F., & Hodgetts, R. (1970). Who Really Are Promotables.

Personnel Journal, 49(2), 123-127.

Wagner, L. M., Capezuti, E., & Rice, J. C. (2009). Nurses' Perceptions of Safety Culture in Long‐Term Care Settings. Journal of Nursing Scholarship, 41(2), 184-192.

Winardi, J. (2007). Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Zuhrotul A & Satyabakti P. (2013). Surveilans Infeksi Daerah Operasi (IDO) Menurut Komponen Surveilans Di Rumah Sakit X Surabaya Tahun 2012. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013:

254–265.

108 Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Komite Etik Universitas

Hasanuddin

109 Lampiran 2. Surat keterangan izin pengambilan data Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji Makassar

110 Lampiran 3. Surat keterangan selesai penelitian

111 Lampiran 4. Lembar penjelasan untuk responden

LEMBAR PENJELASAN UNTUK RESPONDEN Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Perkenalkan nama saya Ardian Adhiwijaya, NIM : P4200214407. Saya adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Saat ini sedang melakukan penelitian untuk tesis dengan judul “Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Di RSUD Labuang Baji Makassar”.

Sebelumnya saya akan menjelaskan kepada bapak/Ibu/Saudara(i) beberapa hal yaitu :

Penelitian ini bertujuan untuk Mengekplorasi peran kepemimpinan dan komunikasi tim PPI dalam pelaksanaan pasien untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Labuang Baji Makassar

Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu dengan mengambil subjek adalah perawat yang tergabung dalam TIM PPI termasuk IPCN dan IPCLN, selanjutnya bapak/Ibu/Saudari akan peneliti minta kesediaannya untuk diwawancara terkait dengan tujuan penelitian. Percakapan dan wawancara akan direkam menggunakan audio recorder sebagai arsip peneliti.

Bapak/Ibu/Saudari Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban bapak/Ibu/Saudari berikan jika bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, saya sebagai peneliti sangat berharap bapak/Ibu/Saudari dapat mengikuti penelitian ini tanpa paksaan apapun dan memberikan jawaban dengan sejujur – jujurnya sesuai dengan kondisi dan perasaan bapak/Ibu/Saudari. Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan kompensasi berupa souvenir.

Apabila bapak/Ibu/Saudari ingin mengundurkan diri selama proses penelitian ini berlangsung jika ada hal – hal yang kurang berkenan, bapak/Ibu/Saudari dapat mengungkapkan langsung atau menelpon peneliti dan jika terdapat hal - hal yang tidak jelas sehubungan dengan penelitian ini, bapak/Ibu/Saudari dapat menghubungi saya (Ardian Adhiwijaya./ HP. 082193573313).

Makassar, September 2017

Peneliti utama

Ardian Adhiwijaya

112 Lampiran 5. Lembar persetujuan menjadi responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

No. responden : ……….………..

Inisial : ………..……….

Usia : ………..……….

Alamat/No Telepon : ………

Setelah mendengar, membaca dan memahami penjelasan yang diberikan oleh peneliti, maka saya bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh Ardian Adhiwijaya yang berjudul

“Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Di RSUD Labuang Baji Makassar”

Saya menjadi responden karena keinginan saya sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun dan saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang bersangkutan dalam penelitian ini dengan sejujur – jujurnya sesuai dengan kondisi dan perasaan saya yang sebenarnya.

Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini yang bersumber dari saya sebagai responden, dapat dipublikasikan dengan tidak akan mencantumkan nama kecuali nomor responden.

Nama Tanda Tangan Tgl/Bln/Thn Responden : ………... ………... …………...

Saksi I : ………... ………... …………...

Saksi II : ………... ………... …………...

Penanggung Jawab Penelitian

Nama : Ardian Adhiwijaya., S.Kep, Ns

Alamat : Perumahan Nusa Tamalanrea Indah, Blok FJ. No.4, Makassar

Telpon : 082193573313

Email : ardian_adw@yahoo.com

113 Lampiran 6. Pedoman wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Beberapa point untuk Pengantar (hanya untuk panduan Fasilitator):

 Terima kasih atas kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

 Tidak ada jawaban benar dan salah sehingga Anda diminta untuk menjawab sejujur-jujurnya sesuai dengan pengalaman Anda dan kondisi sebenarnya.

 Nama dan identitas Anda akan dijaga kerahasiaannya

Inisial informan : Nomor :

KARAKTERISTIK INFORMAN

1. Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?

2. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang Baji?

3. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?

4. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya, pelatihan apa?

5. Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?

PERTANYAAN

1. Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?

2. Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?

3. Apa saja yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?

4. Pengalaman apakah yang Anda dapatkan sejak menjadi IPCN/IPCLN?

5. Apa tantangan/kendala yang Anda hadapi dalam menjalankan tugas sebagai IPCN/IPCLN?

6. Bagaimana pengaruh dari kendala tersebut dalam pelaksanaan tugas IPCN/IPCLN?

7. Strategi apa yang Anda lakukan dalam menghadapi kendala tersebut?

8. Apa manfaat yang Anda rasakan dengan adanya tim PPI?

9. Apa harapan Anda untuk IPCN/IPCLN?

Pedoman wawancara di adopsi dari instrumen “NHS Scotland Recruitment:

Prevention and control of Infection Nurse”. Available at: http://jobs.scot.nhs.uk

114 Lampiran 7. Transkrip wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA No. Responden : CN01

Inisial : N

Karakteristik Responden :

P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?

I IPCN

P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang Baji?

I 2016

P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?

I D3 Kep

P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya, pelatihan apa?

I Pernah, Pelatihan PPI, dsar2 PPI, inhouse training

P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?

I Purna waktu IPCN Pertanyaan Wawancara

P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?

I Tentnag surveilans di ruangan2,, tentang pengendalian infeksi, tentang memilah infeksius dan non infeksius

P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?

I Setiap hari kita ke ruangan-ruangan, melihat dari ruangan ke ruangan, kan kita disini ada 3 jadi dibagi per lantai, tapi karena sekarang sedang renov jd yah kita jalan bersama ke bagian2, itupun juga tidaksetiap hari karena ada kerjaan lain.

P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?

I Kan keselamtan pasien itu bagian SKP tapi kami juga masuk dalam bagian itu, karena itu karena kalau ada terkena pajanan atau tertutsuk jarum, itu semua

115 P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi

IPCN/IPCLN?

I Banyak, banyak sekali. Banyak dukanya, dukanya itulah bgmn saaat kita memberikan saat sharing temen2 di belakng bgmn pencegahan infeksinya iya ada yang menerima dng baik ada juga yang mungkin belum paham yah begitulah, kita step by step by, sangat penting ini PPI dalam sebuah rumah sakit utk pencegahan infeksinya

P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi IPCN/IPCLN?

I Kada itu kendalanya kadang ka itu tersedianya sarana dan prasarana, kita kadang ke ruangan karena keterbatasan seperti contoh kecil kantong sampah plastic, itu ontoh2 kecil.

Seperti penggunaan APD seperti kadang tidak seperti yang diharapakan pemilihan sampah kadang masih tercampur.

P Bagaimana pengaruh kendala tadi dalam pelaksanaan tugas IPCN/IPCLN?

I Berpengaruhnya karena teman2 dari ruangan mintanya ke tim PPI, saya masukkan ke manajeman permintaan kita sisa menuggu P Apa strategi yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?

I Seperti tempat bekas suntik biasanya dimasukkan dalam safety box jadi untuk selama ini untuk mengantisipasi itu kalau safety box kan agak mahal, tapi dari tim PPI itu sudah diinstruksikan boleh pake jerigen

P Apa manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya tim PPI?

I Banyak ,bisa mengurangi resiko infeksi, resiko pasien jatuh P Apa harapan Anda untuk IPCN/IPCLN?

I Mudah2an PPI di rS ini bisa saling merangkul, pihak manajeman, teman2 di ruangan kita sendirinya bgaiman bs bekerjasama sehingga PPI di rumah sakit bisa diminimalisir, kanrena tidak bisa bilang tidak ada. Tapi bisa dminimalisir.

116 TRANSKRIP WAWANCARA

No. Responden : CN02

Inisial : B

Karakteristik Responden :

P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?

I IPCN

P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang Baji?

I 2016

P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?

I S1 Keperawatan

P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya, pelatihan apa?

I Ada kursus dasar PPI, Pendalin, Workshop dari dinas kesehatan P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di

Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?

I Purna waktu Pertanyaan Wawancara

P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?

I IPCN itu salah satu sebagai tolak ukur atau dia yang paling pertama sebagai pencegahan infeksi di rumah sakit. Nah disitu dia mengawasi, memonitoring bagaimana agar pencegahan infeksi itu berjalan dengan baik. Selain itu ya memotivasi, mengawasi dan koordinasi.

P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?

I Kita mengujungi ruangan, semua ruang perawatan, semua ruang instalasi. Disini kita terbagi atas 3 orang IPCN jadi kita berbagi lokasi dimana kita mengawasi bagaimana PPI itu berlangsung.

P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?

I Pada saat kita ke ruangan, kita memonitoring lalu kita melakukan audit. Ada audit cuci tangan, APD, terus di instalasi, forensic, semua ada auditnya. Di gizi. Jadi dimana ada kita lihat nilainya rendah, kita berikan dia motivasi. Kita berikan penyuluhan agar PPInya lebih bagus lagi.

P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi IPCN/IPCLN?

117 I Selain menjalankan tugas, kita juga bisa lebih waspada terhadap

infeksi yang bisa terjadi sama kita sendiri, eee lebih banyak tau juga tentang infeksi nosocomial.

P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi IPCN/IPCLN?

I Biasanya kita dimintaki sama teman-teman di ruangan kantong sampah kalau mereka kehabisan, padahal kan itu bukan kami yang siapkan, tapi karena kita sebgai IPCN jadi mereka minta ke kami terus, yaa nda apa-apalah.

Kadang juga pelaporan terlambat dari ruangan, ada tapi biasanya tidak tepat waktu, harus kita hubungi lagi baru dikumpul

P Bagaimana pengaruh kendala tadi dalam pelaksanaan tugas IPCN/IPCLN?

I Yah kadang nda sampahnya, sampahnya nda terpilah sesuai yang dikasi tahu. Karena tadi kantong sampahnya tidak ada. Kalau laporan jadinya nda lengkap laporan, terhambat juga rangkuman kejadian infeksinay disini

P Apa strategi yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?

I Biasa kami motivasi lagi teman-teman supaya bisa melaksanakan pencatatan kejadian infeksi dengan baik, kasi tau kembali, karena begitu memang tugas kami. kalau kalau kantong sampah harusnya kan kantongnya berwara, kuning hitam, merah, tapi karena terbatas kantongnya, biasa pakai kantong hitam saja dulu tpi dikasi label yang berwarna,

P Apa manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya tim PPI?

I Kalau manfaatnya banyak sekali, misalnya itu pegetahuan bertambah tentang eee caraa meng anu, mengatasi infeksi, bisa juga kita gunakan supaya kita tidak kena infeksi. Pekerjaan saya lebih spesifik khusus infeksi karena sudha focus disini, begitu.

P Apa harapan Anda untuk IPCN/IPCLN?

I Ehmmm kalau kami sih mau supaya PPI bisa kerja lebih baik lagi, kantong sampah bisa selalu ada sama pihak manajeman, supaya bukan kami ayng diminta terus sama teman. Agar lancara kerjaan PPI. Semua teman di ruangan bisa mengerti kerjaan kita, ini juga untuk perbaikan layanan, bukan kami ingin menyuruh-nyuruh saja, tapi memang sudah kerjaan.

118 TRANSKRIP WAWANCARA

No. Responden : CN03

Inisial : H

Karakteristik Responden :

P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?

I Sekretaris PPI dan IPCN

P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang Baji?

I 2014

P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?

I S1 kep

P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya, pelatihan apa?

I Tot PPI, pelatihan IPCN, PPI dasar, TOT TB

P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?

I Tidak ada.

Pertanyaan Wawancara

P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?

I Kalau fungsi peran IPCN itu dalam buku pedoman manjer ada 17, setiap hari mengawasi keadaan di RS ttg PPI tttg penerapan SOPm, banyak sih banyak sekali kalau peran PPI, misalnya audit, monev iqra, paling banyak ttg audit, cuci tangan monev APD, semua ttg eneraooan kewaspadaan isolasi

P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?

I Tiap ahri arus keliling ke ruangan, kita monitoring, pelilahan sampahnya bgmn, cuci tangan sudah bgmn, kemudian edukasi kepada petugas,, pasien, monitoring lingkungan RS, dan surveilans.

P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?

I

P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi IPCN/IPCLN?

119 I Ranah PPI kan seluruh RS, kantin dan semuanya, kan

pengalamannya istilahnya kita mau mengurusi dapurnya orang, semua instalaasi, jadi bisa ebih paham semuanya, kita harus tau semuanya, jadi lebih pahammisalnya bgmn engolahan makanan, pengolahan lanundry, sebagai IPCN harus tahu semua

P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi IPCN/IPCLN?

I Tidaksemua orang mau meneriman kita kan? Jadi kalau misalnya kita masuk di instalasinya orang, kita harus siap2 juga mungkina ada yang menolak, tidak semua org bisa menerima tapi akrena basic yah setiap ahrus ttp melakukan ekerjaan mau meneriam tau tidak kita edukasi

Kalau sureilans yang dituhkan itu persepsi dari IPCLN di ruangan masing2, kan kerna tidak antar satu IPCLN dan IPCLN yang lainnya itu sama persepsinya, misalnya phlebitis kadang beda2 pemahamannya maknaya biasa ada yang tinggi angka pplebit ada yang tidak karena pemahaman

P Bagaimana pengaruh kendala tadi dalam pelaksanaan tugas IPCN/IPCLN?

I Yah kita edukasi lagi mereka, misalnya ada yang belum paham kita berikan lagi pemahaman seusia kemmapuan kita, ada yang belum melaksanakan kita bombing lagi suaya dilakasanakan k=tugas masing2

P Apa strategi yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?

I Jadi sebenrnya menjadi IPCN itu dituhkan oengalamn dan power, mnimal pernah menjadi KARU jadi ada pengalaman Manjerian bisa mengedukasi memotivasi, meski tidak semua orang meneriman yah ttp harus dijalankan kan, dalam pelatihan memang sudah diberitahukan seperti itu

P Apa manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya tim PPI?

I

P Apa harapan Anda untuk IPCN/IPCLN?

I Yah kalah harapan sih mmg perlu pelatihan berkala, karena pemahaman karena ini baru PPI ini, jadi mmg perlu bebrapa kali pelatihan agar persepsi teman2 sama, saya harapjga temn2 petugas bisa bekerja sama dengan baik kalau tidak tahu boleh bertanya, atau lakukan perkerjaan dengan baik agar tujuan PPI bisa dicapai

120 TRANSKRIP WAWANCARA

No. Responden : CLN01

Inisial : V

Karakteristik Responden :

P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?

I IPCLN

P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang Baji?

I 1 Tahun Lalu

P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?

I S.Kep.,Ns

P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya, pelatihan apa?

I Tidak

P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?

I Ketua TIM Pertanyaan Wawancara

P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?

I Yang setau saya sih untuk mengetahui berapatingkat misalnya itu infus ada yang phlebitis, kateter, tentang apa lagi. Ituji yang dua yang saya anu. Tentang phlebitis pemasangan infus. Berapa pasien yang phlebitis, di area mana phlebitis. Begitu.

P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?

I Ya dengan mengobservasi pasien yang setiap hari melihat pasien infus kita observasi misalnya ada kemerahannya kalau phlebitis, bagaimana apakah ada tingkatannya. Seperti ituji.

P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?

I Keselamatan pasien, memasang gelang identitas. Biasanya begitu.

5 benar. Pemberian obat, benar pasien, benar dosis.

P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi IPCN/IPCLN?

I Pengetahuan pasti ada bertambahlah dari tidak tau menjadi tau tentang bagaimana keselamatan pasien, untuk pencegahan infeksi.

Seperti itu.

P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi IPCN/IPCLN?

I Biasanya kalau dari segi pemahaman kan disini apalagi kalau yang bangsal, masih ada maksudnya kalau dari pasien biasa belum

Dokumen terkait