• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti adalah terbatasnya waktu dan materi

yang dimiliki oleh peneliti. Di pihak lain peneliti juga harus dapat memanfaatkan waktu seminimal mungkin untuk mendapatkan data yang maksimal, hal ini dikarenakan pasar tradisional mulai beraktivitas pada pukul 06.00 s/d siang hari, namun pada realitanya aktivitas pedagang pada jam 12.00 siang sudah sepi. Hal ini juga disertai dengan padatnya kegiatan informan yang harus menjual barang dagangannya kepada pembeli, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan situasi yang kondusif dalam melakukan wawancara.

Di samping itu konflik yang telah terjadi akibat adanya Relokasi Pasar Meranti membuat kondisi para pedagang semakin sulit untuk diwawancarai dan dimintai keterangan. Tingkat sensitif pedagang menjadi sangat tinggi ketika ditanyai mengenai prihal pemindahan pasar dan permasalahannya. Dalam situasi tersebut peniliti harus benar-benar meyakinkan bahwa tujuan penelitian ini tidak diperuntukan bagi pemerintah ataupun dinas terkait lainnya melainkan penelitian ini murni untuk keperluan studi.

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN

4.1. Nilai Historis Pasar Meranti

Pasar Tradisional Meranti telah berdiri sejak tahun 1967 dan telah memberikan kontiribusi yang cukup banyak untuk masyarakat yang berada di sekitar pasar tersebut, khususnya para pedagang di Pasar Meranti. Pada umumnya yang menjadi pedagang di Lokasi Pasar Meranti lama adalah para warga yang bermukim ataupun bertempat tinggal di sekitar lokasi Pasar tersebut, yakni Jalan Meranti, Gang Warga, Jalan PWS, Jalan Pasundan, dan Jalan Punak, namun tidak jarang juga ditemukan pedagang yang tidak bermukim di daerah tersebut. Pasar ini telah berdiri puluhan tahun dan menyambungkan mata pencaharian para pedagang dari generasi ke generasi.

Para pedagang di Pasar ini banyak yang sudah sejak puluhan tahun lalu berjualan di Pasar tersebut dan bahkan banyak yang merupakan usaha turunan dari para orang tua mereka yang dahulunhya merupakan pedagang di Pasar tersebut.seperti yang dituturkan oleh salah seorang warga yang sekaligus juga pedagang di Pasar Meranti lama, ia mengatakan ;

“ saya berjualan di pasar ini sudah lama sekali, bahkan sejak kecil karena ikut orang tua. Usaha ini juga merupakan lanjutan dari usaha orang tua. Jadi sesama pedagang di pasar ini sudah sangat akrab sekali, karena sudah puluhan tahun berjualan disini” (Wawancara Maret 2011)

Dengan kondisi keakraban tersebut, bagi masyarakat yang juga sekaligus menjadi pedagang di Pasar ini keberadaan Pasar Meranti cukup berarti dan cukup memiliki nilai sejarah yang penting. Nilai budaya tradisional dan keakraban serta hubungan sosial yang telah ditanamkan sejak dahulu secara turun temurun di Pasar ini. Dahulunya Pasar ini merupakan Pasar bentukan Pemerintah dan merupakan milik Pemko Medan, namun pada hakikatnya hak kepemilikan kiosk ataupun tempat usaha di Pasar ini menjadi hak kepemilikan pribadi para pedagang. Bagi siapa yang lebih dahulu membuka kiosk dan membangunnya, maka ia lah yang menjadi pemiliknya, meskipun tidak ada legalisasi secara tertulis yang menyatakan hak kepemilikan kiosk. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang pedagang;

“ di pasar meranti ini tidak ada hak kepemilikan kios secara tertulis, dahulunya para warga yang berada dekat pasar tersebut membangun kios tersebut dan akhirnya secara tidak langsung menjadi miliknya dan disewa-sewakannya kepada para pedagang”

(Wawancara Maret 2011)

Dan di Pasar ini juga berlaku sistem sewa, banyak diantara pedagang dari luar (tidak bermukim di daerah Pasar Meranti) menyewa kepada si pemilik kiosk, sewa ini bisa dalam bentuk sewa harian, bulanan atau tahunan. Harga sewa yang mereka tawarkan untuk satu buah kiosk lumayan tinggi, tergantung pada besar kios dan letaknya. Bahkan ada juga diantara mereka bebapa orang yang menjual kiosnya kepada para pedagang lain dikarenakan mendengar isu bahwa Pasar Meranti akan segera direlokasikan. Dalam hal ini terlihat sistem kepercayaan sangat erat terjadi antara pedagang, padahal pada dasarnya kios tersebut tidak memilki dasar hukum dan legalitas yang sah untuk diperjualbelikan.

Dan melalui hasil pengamatan saya ada juga diantara para pedagang tersebut yang dahulunya merupakan Tuan tanah di daerah tersebut, mengatakan bahwa ia lah yang memiliki sepetak tanah yang terdiri dari lebih sepuluh kiosk yang telah direnovasinya menjadi kiosk permanen. Dan pada kenyataannya ia memang memilki legalitas surat tanah yang kuat, karena sebelum terjadinya proses Relokasi Pasar ia terlebih dahulu telah membuat tanah tersebut mejadi sah miliknya melalui sebuah sertifikat kepemilikan. Dan saat ini kios-kios miliknya tersebut tetap ada, meskipun fungsinya telah berbeda, yang tadinya digunakan untuk kios pasar saat ini dgunakan untuk menjual makanan dan minuman. Kios tersebut tidak terkena gusur, dan saat ini keberdaannya tepat di pinggir Jalan Besar yang telah menjadi lokasi yang sangat strategis untuk berusaha.

4.2. Deskripsi Wilayah Pasar Meranti

Penelitian ini dilakukan di Pasar Meranti yang berada di kelurahan Sei Putih Timur II kecamatan Medan Petisah. Adapun yang menjadi batas wilayah Kelurahan Sei Putih Timur II adalah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sei Putih Timur I, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sekip, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Sikambing dan sebelah Barat berbatasan dengan Sei Putih Tengah. secara khusus yang menjadi lokasi penelitian adalah Pasar Meranti Baru dan Pasar Meranti Lama yang berada di Kelurahan Sei Putih Timur II.

Adapun lokasi Pasar Meranti lama terletak di Jalan Meranti dan Gang Warga (yang saat ini menjadi proyek pembangunan jalan baru). Dan lokasi pasar ini sebelah timur berbatasan dengan perumahan Merbau Mas. Sebelah Tenggara berbatasan dengan

Plaza Medan Fair, sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Gatot Subroto, Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Pws (persatuan warga sunda) dan sebelah utara berbatasan dengan Jalan Meranti.

Adapun lokasi Pasar Meranti baru yaitu berada di Jalan M.Idris Gang Kandak yang Jaraknya sekitar 500 meter dari lokasi Pasar Meranti lama. Lokasi pasar yang baru ini sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Swindu, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan M.Idris, dan sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Gelas dan sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Mesjid. Adapun yang menjadi alasan Relokasi pasar Meranti lama ke pasar meranti baru dikarenakan lokasi Pasar Meranti yang lama tidak sesuai peraturan kota Medan yaitu Peraturan Daerah Tahun 1993 mengenai penertiban PKL, lebih khususnya lagi perda tersebut berisikan mengenai larangan berjualan di atas Jalur Hijau yaitu berupa sarana umum seperti jalan, taman, parit, jembatan, trotoar dan sebagainya.

Keberadaan Lokasi Pasar Meranti yang lama terletak pada sarana umum yaitu Gang Warga sebagai jalan lintas yang biasanya digunakan masyarakat dan juga berada diatas parit. Selain dikarenakan alasan untuk ketertiban tata kota Relokasi Pasar Meranti juga dikarenakan adanya rencana pembangunan jalan oleh pemerintah sebagai sarana alternatif kemacetan kota. Dengan berubahnya arus Jalan Jend.Gatot Subroto berubah menjadi satu arah dan selain perubahan arus pemerintah juga merencanakan pembangunan jalan alternatif untuk mengurangi kemacetan jalan. Pelaksanaan perubahan jalan ini secara simultan bersama-sama dengan dibuka jalan baru yaitu Gang Warga yang selama ini lebarnya hanya 5 meter kemudian, dilebarkan menjadi 20 meter dengan panjang 550 meter

4.3. Keadaan Demografi

Di Kelurahan Sei Putih Timur II Kecamatan Medan Petisah terdapat tujuh lingkungan dengan total 2.786 Kepala Keluarga. Adapun batas wilayahnya adalah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sei Putih Timur I, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sekip, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Sikambing dan sebelah Barat berbatasan dengan Sei Putih Tengah.

4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapun jumlah penduduk di Kelurahan Sei Putih Timur II adalah : No. Jenis kelamin Jumlah penduduk

1 Laki-laki 6.279 Jiwa 2 Perempuan 6.450 Jiwa

Total 12.729 Jiwa

Sumber, Kantor Kelurahan Sei Putih Timur II 2009

4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

0 s/d 6 tahun = 3.629 Jiwa 7 s/d 10 tahun = 2.664 Jiwa 11 s/d 16 tahun = 3.775 Jiwa 17 s/d 55 tahun = 3.373 Jiwa 50 Tahun keatas = 3.863 Jiwa

4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk

1 Perguruan Tinggi 637 Jiwa

2 Akademik 686 Jiwa

3 SMA 5.074 Jiwa

4 SMP 4.794 Jiwa

5 SD 114 Jiwa

6 Tidak Sekolah 2.438 Jiwa

Sumber, Kantor Kelurahan Sei Putih Timur II 2009

4.3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Mata pencaharian Jumlah penduduk

1 Pedagang 234 Jiwa

2 Petani 15 Jiwa

3 Karyawan 941 Jiwa

4 Buruh 1598 Jiwa

5 Pensiunan 142 Jiwa

6 Fakir Miskin 2563 Jiwa

7 PNS 178 Jiwa

8 Nelayan 14 Jiwa

9 TNI/POLRI 19 Jiwa

10 Pengangguran 132 Jiwa 11 Lain-Lain 11691 Jiwa

4.3.5 Penduduk Berdasarkan Keturunan

WNA Pribumi

Perempuan = 4.113 Jiwa Laki- Laki = 4.196 Jiwa

Total = 8.309 Jiwa

WNA Turunan Asing

Perempuan = 2.254 Jiwa Laki- Laki = 2.162 Jiwa

Total = 4.416 Jiwa

Di Kelurahan Sei Putih Timur II ini penduduk yang tinggal di daerah ini tidak hanya penduduk pribumi saja, secara garis besar mayoritas penduduk di daerah ini didominasi oleh keturunan Tiong-Hwa / China dan penduduk Pribumi. Dan jika dikaitkan dengan Pasar Meranti, dalam aktivitas jual-beli di Pasar Meranti Lama khusunya didominasi oleh mayoritas pedagang dan pembeli dengan keturunan Tiong-Hwa. Masyarakat Etnis China lebih tertarik untuk berbelanja ke Pasar Meranti Lama dibandingkan Pasar Meranti baru, melalui hasil pengamatan dan wawancara yang telah saya lakukan. Seperti penuturan salah seorang pedagang di Pasar Meranti lama ia mengatakan;

“di pasar ini dari dahulu konsumennya kebanyakan etnis china, terutama untuk pasar meranti yang berada di ujung pasar. Nilai jual untuk di pasar meranti ujung juga lebih tinggi karena konsumennya berbeda, apalagi disini yang berjualan banyak etnis china”

(Wawancara Maret 2011)

Selain lokasi rumah mereka yang sangat dekat dengan lokasi Pasar Meranti lama, disamping itu mereka juga lebih memilih untuk berbelanja di Pasar Meranti Lama dikarenakan, adanya hubungan sosial yang tak terpisahkan antara pedagang etnis China yang berjualan di Pasar Meranti Lama. Di Pasar Meranti Baru pedagangnya hanya sedikit saja yang merupakan etnis China, dan dapat dikatakan juga konsumnn ataupun pembeli di Pasar Meranti baru Mayoritas penduduk Pribumi, hanya sedikit saja penduduk Etnis China yang berbelanja di lokasi Pasar Meranti baru, dan di sekitar Lokasi Pasar Meranti baru juga penduduknya didominasi oleh penduduk pribumi. Seperti yang dikatakan salah seorang warga yang tinggal disekitar pasar Meranti lama, ia mengatakan:

“ terlalu jauh sekali lokasi pasar yang baru, sulit untuk menjangkaunya. Harus mengeluarkan uang lagi untuk ongkos becak, sementara disini dekat dan jalan kaki sebentar saja sudah sampai”

(Wawancara Maret 2011)

4.4.2 Sarana Umum Kelurahan Sei Putih Timur II

Mesjid = 4

Gereja = -

Pasar Tradisonal = 1

Dalam daftar kelurahan Sei Putih Timur II , hanya satu Pasar Tradisonal saja yang terdaftar, padahal pada realitanya ada 2 buah Pasar Tradisional yang beroperasi aktif setiap harinya. Pasar Tradional Meranti lama tidak terdaftar di dalam kelurahan karena bukan merupakan Pasar yang disahkan oleh Pemerintah. Yang terdaftar dalam data kelurahan adalah Pasar Meranti baru, dimana Pasar ini merupakan pasar yang secara resmi disahkan oleh pemerintah.

4.4. Letak dan Kondisi Pasar Meranti

Pasar Meranti yang lama sebelum direlokasikan berada di Gang.Warga, tepat diatas Parit Gang.Warga dan ruas jalan Gang.Warga dan di ruas kiri dan kanan jalan Meranti. Pasar ini dahulunya terpusat di Gang.Warga dan pedagang yang berada di ruas jalan Meranti jumlahnya hanya sedikit dan masih tertib. Adapun para pedagang yang berada di sisi kiri Gang.Warga membuat kios-kios mereka dihalaman-halaman rumah para warga. Sehingga setiap warga yang memiliki rumah di sisi kiri gang.warga tersebut rumahnya selalu dibelakangi oleh kios-kios. Berbeda halnya dengan para pedagang yang berada di ruas kanan Gang.Warga tepat berada diatas parit. Dan sisi kanan Gang.warga ini tidak terdapat rumah penduduk dan langsung bersebelahan dengan tembok Perumahan Merbau Mas dan Pusat Perbelanjaan Plaza Medan Fair

Adapun aktivitas berjualan pasar ini yaitu mulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan siang hari. Tidak terbatas waktu beraktivitas Pasar ini, tetapi pada umumnya pada jam 12.00 saing hari pasar ini telah kelihatan sepi oleh pembeli dan para pedagang pun

sudah banyak yang menutup kiosnya pada waktu tersebut, sehingga Pasar inii juga kerab disebut sebagai “Pajak Pagi . dan seorang pedagang yang bernama ibu Dar mengatakan :

“ pajak ini beroperasi dari pagi jam 06.00 sampai siang, tapi jam 11.00 ataupun 12.00 pajak ini sudah sepi, namanya juga pajak pagi. Orang-orang belanja disini utamakan beli sayuran dan ikan”

(Wawancara Maret 2011)

Adapun jenis dagangan yang disediakan di pasar ini cukup beraneka ragam mulai dari pedagang sayur-mayur, pedagang buah, pedagang ikan, ayam dan daging, serta pedagang sembako dan pakaian. Dan dilihat dari skala usahanya pedagang di pasar meranti lama ini dapat dikatakan termasuk kedalam jenis pedagang kecil. Karena tidak banyak pedagang besar ataupun grosir-grosir di Pasar ini. Para pedagang lebih didominasi oleh pedagang pengecer. Pada umumnya pasar ini aktivitasnya lebih terpusat pada penjualan kebutuhan pokok. Dan dagangan lainnya bisa dikatakan sebagai barang pelengkap. Sehingga dapat dikatakan komoditas utama yang diperjualbelikan di Pasar ini adalah sayur-mayur, ikan, ayam, daging dan kebutuhan pokok lainnya. Adapun jumlah para pedagang di Pasar Meranti lama sebelum direlokasikan adalah sebanyak 300 pedagang.

Berbeda dengan kondisi di lokasi Pasar Meranti Baru, Melalui wawancara dengan para pedagang yang telah kembali kelokasi semula mengatakan bahwa cukup nyaman untuk berdagang di lokasi pasar yang baru dikarenakan, terhindar dari panas, hujan, dan becek, tetapi untuk apa berjualan dengan nyaman jika hasil yang diharapkan tidak ada malah memperoleh kerugian. Mereka lebih memilih untuk membayar uang sewa kios di pasar meranti lama walaupun tempatnya tidak layak namun hasil yang didapatkan lebih

baik dari pada mendapatkan kios gratis tapi hasil yang didapatkan tidak ada. Seperti penuturan salah seorang Pedagang, ia mengatakan:

“ disana memang enak karena rapi, bersih, tidak kena hujan. Tapi sepi gak ada pembeli. Untuk apa lah rapi-rapi kali dan bersih kalau rugi aja yang didapatkan”

Kondisi stan dan kiosk di Pasar Meranti Baru lebih tertata rapi, karena dipisahkan ataupun telah ada spesialisasi jenis dagangan. Jenis dagangan yang berbeda tidak boleh berada dalam satu lokasi yang sama. Berbeda dengan di Pasar lama semua jenis dagangan bergabung dalam tempat yang sama. Kondisi kiosk dan stan lebih rapi dan tidak becek, karena memiliki saluran air yang jelas. Jadi ketika hujan pasar tersebut tidak becek. Namun jika dilihat dari jumlah pengunjung ataupun konsumen Pasar ini semakin hari Pasar tersebut semakin semi dikunjungi para pembeli, dan akhirnya sebagian para pedagang yang mengalami kerugian memilih untuk kembali berjualan ke lokasi yang lama atau berhenti berdagang. Dari pintu masuk gerbang Pasar Meranti tersebut sebelah kiri dan kanan kiosk bagian depan tampak tutup karena ditinggalkan oleh pedagangnya. Begitu juga halnya dengan stan-stan banyak yang kosong karena pedagangnya kembali ketempat semula.

Melaui hasil pengamatan saya tingkat daya beli masyarakat sekitar Pasar Meranti ini sangat kurang jika dibandingkan dengan Masyarakat yang berada disekitar Pasar Meranti Lama. Melalui hasil pengamatan saya melihat banyak pembeli di Pasar Meranti lama yang merupakan orang-orang Tiong-hua yang memilki daya beli yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan masyarakat Pribumi yang berbelanja ke Pasar Meranti Baru. Seperti penuturan salah seorang pedagang, ia mnegatakan ;

“jualan disini beda dengan disana, disini mau jual dengan harga murah aja sudah untung bisa terjual, apalagi kalau menjual barang-barang yang lebih mahal dan berkualitas lebih baik. Tidak kayak di pajak sana pembelinya banyak orang china”

4.5 Profil Informan

Profil pedagang di Pasar Meranti lama dan baru

Nama : Ahan

Jenis Kelamin : laki laki

Usia : 55 tahun

Alamat : Jl.Pws Gang Mulyo Jenis Pedagang: Pedagang sembako

Lokasi : Pasar Meranti Baru (Gang Kandak)

Bapak.Ahan merupakan pedagang di Pasar Meranti baru yang telah direlokasikan pemerintah pada bulan Februari 2011 yang lalu. Bapak.Ahan ini merupakan pedagang etnis china yang bermukim di sekitar lokasi Pasar Meranti lama dan Pembangunan Jalan Baru. Bapak.ahan diwawancarai disela-sela aktivitasnya berjualan, yang pada saat itu saya jumpai di kiosnya yang berada di Pasar Meranti Baru. Melalui hasil wawancara yang telah saya lakukan dengannya di dapatkan beberapa informasi mengenai hal relokasi Pasar Meranti dan Pembangunan Jalan Baru. Ketika ditanyai mengenai sejarah Pasar Meranti dan riwayatnya berdagang, bapak Ahan menjawab ia sudah cukup lama berjualan di Pasar Meranti, sudah sejak 25 puluh tahun yang lalu. Lalu ketika ditanyai

mengenai pemindahan para pedagang ia mengakui bahwa relokasi Pasar Meranti cukup memberikan dampak yang begitu berat pada kehidupannya. Pasca relokasi ke pasar yang baru ia mengalami penurunan pendapatan hingga 80% setiap harinya. Disamping itu ia juga mengeluhkan ukuran kios yang didapatkannya tidak sesuai dengan apa yang ia jual. Melalui hasil observasi saya melihat sendiri dagangan yang dijual adalah bahan-bahan sembako, dan yang saya lihat adalah dagangan Bapak.Ahan tersebut terpaksa harus berada di luar kios, tetpatnya yang berada di depan kiosnya. Hal ini dilakukannya karena kterbatasan ukuran membuat ia sulit untuk meletakkan barang dagangannya. Dapat dipastikan apabila setiap pedagang melakukan hal seperti ini dapat diprediksi yang terjadi adalh ketidakteraturan Pasar yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi para pedagang. Khususnya Bagi pedagang yang hendsk melintas di depan kiosnya tentu akan merasa kesulitan.

Ketika diwawancarai mengenai alasan ia bertahan berjualan di lokasi Pasar yang baru dikarenakan tidak mempunyai tempat jualan lain. Dan merupakan satu-satunya pilihan baginya. Karena baginya tidak mungkin untuk kembali lagi kelokasi yang lama dan membuat kios instan baru. Baginya Relokasi Pasar Meranti dan Pembangunan Jalan Baru membawa keuntungan dan kerugian secara bersamaan. Disatu sisi dengan dipindahkan ke Lokasi Pasar Meranti yang Baru membuat ia mengalami penurunan pendapatan dan disisi lain lokasi rumahnya yang berada disekitar Pembangunan Jalan baru membawa keuntungan baginya. Adapun manfaat yang dirasakannya adalah semakin terbukanya akses untuk mencapai rumahnya dan tentunya meningkatkan nilai jual rumah. Dan harapan ia untuk Hal Relokasi Pasar Meranti adalah agar semua pedagang yang

berada di Lokasi yang lama serentak semua dipindahkan dan tidak ada lagi yang kembali berjualan. Menurutnya dengan begitu Pasar Tradisional Meranti dapat bertahan dan maju.

Nama : Hayati Tarigan Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 46 tahun

Alamat : Pancur Batu Jenis Pedagang: pedagang buah Lokasi ; Pasar Meranti Lama

Ibu Hayati merupakan pedagang yang berada di Pasar Meranti Lama. Adapun jenis dagangan yang dijualnya adalah buah-buahan. Ibu Hayati merupakan Pedagang yang sudah pernah direlokasikan oleh pemerintah dan kembali lagi ke lokasi semula dengan mendirikan kios instan. Ibu hayati bukan merupakan penduduk asli daerah setempat. Dengan keadaan kondisi rumahnya yang cukup jauh membuatnya harus bisa memetik hasil yang baik dari hasil jualannya. Ibu hayati disela-sela aktivitas berdagangnya ia mengatakan bahwa sangat sulit untuk berjualan di Lokasi kios yang baru dikarenakan tidal laris dagangannya. Ia mengatakan bahwa jangankan untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga, untuk menutupi modal saja pun tidak bisa.

Menurut tanggapannya dengan keberadaan lokasi Pasar yang tidak strategis membuat pembeli malas untuk berbelanja. Pembeli pastinya mau lokasi yang praktis dan

mudah dicapai. Ia mengatakan bahwa ia akan tetap berjualan di Pasar ini sampai pemerintah benar-benar tegas melakukan penggusuran. Dan menurutnya ia tidak salah karena ia tidak menggunakan badan jalan ataupun sarana umum, karena ia menggunakan lahan pekarangan milik warga yang disewanya. Ia juga mengatakan bahwa sudah pernah ada penertiban terhadap para pedagang yang kembali ke lokasi semula, namun tetap saja esok harinya kami disini kembali berjualan. Dan berdasarkan wawancara juga diketahui bahwa di lokasi Pasar Meranti yang baru ia juga mengalami penurunan pendapatan. Kalau yang tadinya sebelum direlokasikan ia mampu untuk menabung dari hasil jualannya, sekarang ia hanya mampu untuk menutupi kebutuhan pokok saja. Dan menurutnya itu jauh lebih baik dibandingkan dengan berjualan di Lokasi Pasar Meranti Baru yang sama sekali tidak mendapatkan keuntungan. Adapun harapan ibu Hayati dalam hal Relokasi Pasar Meranti adalah pemerintah tidak menertibkan mereka yang kembali ke lokasi lama dan ia juga berharap untuk lokasi Pasar Meranti yang lama diberikan kesempatan untuk menjadi Pedagang yang sah dan legal.

Dokumen terkait