Hasil penelitian ini menampilkan distribusi pertambahan berat badan ibu hamil dan karakteristik ibu pada kelompok kasus maupun kontrol tahun 2013-2015, yang mana pada tahun 2015 data diambil sampai bulan Februari. Namun, dalam proses pelaksanaan penelitian terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut adalah:
1. Terdapat alat timbangan berat bayi (baby scale) yang berbeda di masing-masing Bidan Praktik Swasta (BPS) wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diantaranya adalah timbangan manual dan digital. Sehingga terdapat kemungkinan adanya kesalahan pada saat pelaksanaan timbang bayi, karena kesalahaan saat kalibrasi.
2. Adanya beberapa data persalinan bulan Februari 2015 yang belum dilaporkan oleh Bidan Praktik Swasta ke Puskesmas Pamulang, sehingga kemungkinan masih adanya kasus yang tidak dijadikan sampel penelitian.
3. Lingkup wilayah penelitian yang kecil sehingga hanya dapat digeneralisasikan terhadap empat kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
51
4. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi case control, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya bias informasi terutama pada varianbel kepatuhan konsumsi tablet Fe. Hal ini dikarenakan tidak semua ibu hamil mengingat jumlah tablet Fe yang telah dikonsumsi selama masa kehamilan, serta tidak semua ibu hamil telah mengkonsumsi tablet Fe secara tuntas sesuai dengan anjuran bidan. Namun peneliti tetap melakukan probing untuk meminimalisir terjadinya bias informasi tersebut.
5. Distribusi pertambahan berat badan yang lebih tidak seimbang( baik pertambahan berat badan selama masa kehamilan maupun per trimester), dimana kelompok kasus sebesar (0,0%), sehingga pertambahan berat badan ibu hamil yang lebih selama kehamilan tidak dilanjutkan pada analisis bivariat.
6. Masih terbatasnya jurnal atau artikel ilmiah terkait standar pertambahan berat badan ibu hamil (sesuai IMT sebelum hamil) di Indonesia, sehingga peneliti berpedoman kepada standar pertambahan berat badan ibu hamil yang telah ditetapkan oleh Institute of Medicine (IOM) tahun 2009, yang mana standar tersebut telah digunakan oleh beberapa penelitian terdahulu dan telah dilakukan di negara Asia lainnya (Taiwan, Thailand, Pakistan). 7. Pada variabel status anemia memiliki bias informasi yang tinggi, hal ini
dikarenakan terdapat beberapa kelompok kasus yang melakukan pemeriksaan hemoglobin tidak sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Sehingga hasil diagnosa anemia per trimester kurang akurat.
52
B. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan Kontrol
1. Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diperoleh bahwa mayoritas (75,7%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan. Sedangkan sebagian besar kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal (49,4%) dan kurang (41,8%) selama masa kehamilan. Penilaian pertambahan berat badan ibu hamil dapat dilihat berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT ibu sebelum hamil). IOM tahun 2009 merekomendasikan standar pertambahan berat badan ibu hamil berdasakan status IMT sebelum hamil diantaranya adalah IMT kurang=12,5-18 kg, IMT normal=11,5-16 kg, IMT overweight=7-11,5 kg dan IMT obesitas= 5-9 kg. Hasil penelitian yang sama dengan penelitian ini dilaporkan oleh Susilojati (2013), bahwa sebagian besar (58,8%) ibu yang memiliki pertambahan berat badan normal sesuai dengan IMT sebelum hamil memiliki bayi dengan kondisi berat lahir normal dan ibu yang memiliki pertambahan berat badan kurang sesuai dengan IMT sebelum hamil memiliki bayi dengan kondisi berat lahir rendah (12,9%). Aea (2014) di Algeria juga menunjukan bahwa mayoritas (71%) pertambahan berat badan ibu hamil yang kurang dari standar Intstitute of Medicine (IOM) melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
53
Pertambahan berat badan selama masa kehamilan terjadi karena adanya pertumbuhan janin, plasenta dan perubahan metabolik tubuh dari ibu. Namun perlu diketahui bahwa pertambahan berat badan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu, baik status gizi ibu sebelum hamil maupun selama masa kehamilan. Status gizi ibu yang baik sebelum hamil dapat menggambarkan ketersediaan cadangan zat gizi dalam tubuh ibu yang siap untuk mendukung pertumbuhan janin selama masa kehamilan. Selain itu, status gizi ibu hamil juga dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi dan energi sesuai dengan kebutuhan ibu selama masa kehamilan. (Puspitasari, dkk, 2011).
Berdasarkan temuan pada saat penelitian berlangsung di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, terdapat informasi tambahan bahwa kelompok kasus maupun kontrol yang memiliki pertambahan berat badan kurang dikarenakan faktor kurangnya konsumsi zat gizi dan energi yang cukup dan tidak teratur selama masa kehamilan. Peraturan Menteri Kesehatan No 41 tahun 2014 menyatakan bahwa selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan zat gizi dan energi yang cukup sesuai dengan kebutuhan selama masa kehamilan. Hal ini dikarenakan kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan merupakan hal terpenting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Semua kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tidak hamil, dimana pada umumnya kekurangan energi protein dan mineral seperti zat besi dan kalsium sering dialami oleh ibu hamil. Sehingga, jumlah total
54
energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah ±74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 kalori. Kebutuhan energi per hari selama masa kehamilan dapat dirinci dengan membagi angka 270 (perkiraan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 297 kalori/hari (Louis, 2004; Marie, 2002).
Ajaran islam juga menjelaskan bahwa manusia seharusnya menjaga makanan asupan gizi mulai dari masa kehamilan, kelahiran sampai dewasa. Ayat al-Qur‟an surat QS-Abasa ayat 24-32, bahwa “manusia hendaknya memperhatikan makanannya, Kami lah yang telah meluncurkan air melimpah dari langit yang kemudian diluncurkan ke bumi. Kemudian disana Kami tumbuhkan biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan, semuanya itu untuk kesenangan makhluk hidup yang ada di bumi”. Berdasarkan ayat tersebut, menunjukan bahwa menjaga asupan gizi sangat dianjurkan bagi seluruh makhluk hidup, baik mulai dari kondisi didalam rahim sampai hidup di bumi.
Hasil yang berbeda dengan penelitian ini ditemukan oleh Munim (2012) di Pakistan bahwa hanya terdapat 8,7% kelompok kasus yang memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan (sesuai dengan standar IOM) dan telah memiliki bayi dengan kondisi BBLR. Puspitasari (2011), bahwa sebagian besar (56%) ibu hamil memiliki pertambahan berat badan selama kehamilan sebesar 7- 12 kg dan kenaikan berat badan yang paling sedikit adalah kurang dari 7 kg (10%). Pada hasil penelitian tersebut, tidak dijelaskan secara detail terkait cara penilaian pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan. Penilaian
55
pertambahan berat badan seharusnya disesuaikan dengan IMT ibu sebelelum hamil. Sehingga bisa ditentukan seberapa besar pertambahan berat badan yang harus dicapai oleh seorang ibu hamil. Sampai saat ini, standar yang pertambahan berat badan yang digunakan oleh beberapa hasil penelitian adalah standar Institute of Medicine (IOM) (IOM, 2009).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pertambahan berat badan selama masa kehamilan merupakan indikator penting untuk menentukan kondisi kesehatan ibu maupun janin. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama masa kehamilan adalah asupan makanan gizi dan energi selama masa kehamilan. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil agar selalu memantau status gizi sebelum dan selama masa kehamilan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya gangguan kesehatan janin salah satunya BBLR. Kegiatan pemantauan status gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Selain itu, bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi yang lebih intensif kepada seluruh Wanita Usia Subur (WUS) khususnya bagi ibu hamil dan tetap memberikan tambahan energi dan zat gizi sesuai dengan kebutuhan kondisi ibu hamil.
2. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil per Trimester pada Kelompok Kasus maupun Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang a. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester I
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diperoleh bahwa sebagian besar (59,5%) kelompok kasus memiliki
56
pertambahan berat badan kurang selama trimester I. Sedangkan pada kelompok kontrol, sebagian besar ibu hamil memiliki pertambahan berat badan yang normal (49,4%) dan kurang (49,4%). Hasil penelitian yaang berbeda ditemukan oleh Brown (2002) dengan desain studi kohort di Amerika, bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester I sebesar 2,3±2,1.
Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dapat dikarenakan adanya perbedaan pada cara pengukuran penelitian, dimana penelitian Brown (2002) hasil ukur penelitian dalam bentuk rata-rata dan standar deviasi serta tidak ada kategori hasil ukur penelitian pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil. Sedangkan dalam penelitian ini, penilaian pertambahan berat badan ibu hamil disesuaikan dengan standar pertambahan berat badan menurut IOM tahun 2009 dengan melihat status IMT sebelum hamil. Standar Institute of Medicine (IOM) tahun 2009, pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester I adalah 1-3 kg pada ibu yang memiliki status IMT kurang, normal dan overweight. Sedangkan ibu hamil yang memiliki status IMT obesitas, pertambahan berat badan yang dianjurkan adalah 0,2-2 kg.
Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar kelompok kasus dan kontrol memiliki pertambahan berat badan yang kurang selama trimester I. Berdasarkan temuan di wilayah kerja
57
Puskesmas Pamulang, beberapa ibu hamil baik kasus maupun kontrol menyatakan hal yang sama bahwa alasan kurangnya pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester I dikarenakan faktor alami yakni terjadinya morning sickness (mual dan muntah) pada minggu awal usia kehamilan. Akibat dari masa morning sickness tersebut adalah ibu hamil mengalami gangguan nafsu makan dan pertambahan berat badan. Cheung (2000) menyatakan bahwa kejadian mual dan muntah disebabkan karena adanya perubahan hormon (produksi hormon estereogen dan progesteron meningkat), pencernaan terlambat dan pertumbuhan uterus, yang mana kejadian tersebut dapat berpengaruh terhadap mood ibu hamil terutama selera dalam konsumsi makan.
Kejadian morning sickness tersebut bukan merupakan salah satu alasan bagi ibu hamil untuk tidak mengalami pertambahan berat selama trimester I. Pemantauan pertambahan berat badan per minggu selama masa kehamilan seharusnya tetap dilakukan. Hal ini dikarenakan, pertambahan berat badan selama trimester I merupakan gambaran perkiraan status gizi ibu hamil untuk mendukung kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh ibu maupun janin selama sembilan bulan (Puspitasari.,dkk, 2011). Soetjiningsih (1995) dan Preedy (2011) menyatakan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil selama kehamilan terbagi menjadi dua yang terdiri terdiri dari cairan dan jaringan tubuh bayi (janin, plasenta, cairan amnion) serta ibu (uterus, payudara, cairan darah, cairan ekstraselular dan lemak ibu). Selama trimester 1, belum ada pertambahan berat badan pada bayi
58
namun sudah terdapat pertambahan berat badan dalam jaringan tubuh ibu. Estimasi pertambahan berat badan ibu selama trimester I adalah adanya pertambahan berat uterus sebesar 0,3 kg, cairan payudara sebesar 0,1 kg, cairan darah sebesar 0,3 kg dan lemak ibu sebesar 0,31 kg.
Cheung (2000) menyatakan bahwa ibu hamil yang tidak mengalami pertambahan berat badan selama trimester 1 merupakan hal yang normal. Hal ini dikarenakan janin dalam rahim ibu masih sangat kecil. Meskipun kondisi janin masih kecil, proses perkembangan janin tetap berlangsung. Tujuh hari setelah telur dibuahi didalam rahim ibu, telur tersebut akan berubah menjadi embrio. Perkembangan saraf janin terjadi sekitar usia kehamilan minggu ke-4. Pada usia kehamilan sekitar minggu ke-9 sampai minggu ke- 13 kondisi janin sudah mulai seperti manusia, yang mana telinga mata dan wajah sudah mulai terbentuk.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar ibu hamil baik kasus maupun kontrol tidak mengalami pertambahan berat badan selama trimester I, salah satu faktornya adalah adanya masa morning sickness. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar tetap menjaga status gizi mulai awal usia kehamilan melalui konsumsi zat gizi sesuai dengan kebutuhan selama masa kehamilan, kunjungan ANC secara teratur. Bagi petugas kesehatan juga diharapkan dapat
59
meningkatkan pemberian konseling kesehatan secara detail pada ibu yang sedang menginjak usia kehamilan muda. Konseling juga dapat dilakukan pada keluarga maupun suami, supaya keluarga maupun suami tetap memberikan dukungan emosional pada ibu hamil yang sedang mengalami morning sickness.
b. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester II
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diperoleh bahwa sebagian besar (64,9%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester II. Sedangkan kelompok kontrol sebagian besar (46,8%) memiliki pertambahan berat badan normal selama trimester II. Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya diperoleh Brown (2002) di Amerika dengan desain studi kohort, bahwa rata-rata pertambahan berat badan selama trimester II sebesar 7,0±2,0. Penelitian Nyaruhucha (2006) di Tanzania diperoleh bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II adalah 2,45±0,68 kg pada ibu dengan kategori IMT normal. Rata-rata pertambahan berat badan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh IOM, bahwa standar pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II dengan kategori IMT normal sebelum hamil adalah 4,9-7 kg.
Pada usia kehamilan memasuki trimester II, secara normal ibu hamil mulai mengalami perubahan bentuk tubuh salah satunya dikarenakan pertambahan berat badan ibu mulai bertambah dengan
60
cepat. Bahkan pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat 16,5% kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama trimester II. Terdapat sekitar 60% pertambahan berat badan merupakan bagian dari ibu. Estimasi pertambahan berat badan pada trimester II pada jaringan tubuh bayi adalah terdapat pertambahan berat janin sebesar 1 kg, plasenta sebesar 0,3 kg, cairan amnion sebesar 0,4 kg. Sedangan pada jaringan tubuh ibu terdapat pertambahan berat badan uterus sebesar 0,8 kg, cairan payudara sebesar 0,3 kg, cairan darah sebesar 1,3 kg dan lemak ibu sebesar 2,5 kg (Soetjiningsih, 1995; Preedy, 2011). Cheung (2000) menyatakan bahwa salah satu penyebab pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II yang cukup drastis adalah adanya pembengkakan pada tubuh ibu (kaki dan pergelangan kaki). Salah satu penyebab terjadinya pembekakan selama trimester II dikarenakan adanya peningkatan volume darah, yang mana terjadinya peningkatan volume darah dapat bermanfaat terhadap pemberian asupan nutrisi pada janin.
Pada hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa masih adanya kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester II. Berdasarkan temuan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, kelompok kontrol menyatakan hal yang sama bahwa masih dialaminya mual dan muntah di trimester II, yang mana efek dari mual dan muntah tersebut dapat berpengaruh terhadap pertambahan berat badan ibu hamil. Mual dan muntah pada masa kehamilan umumnya terjadi pada minggu ke-8 sampai minggu ke-10 dan berakhir pada
61
minggu ke-12 sampai minggu ke-14. Hanya 1-10% ibu hamil yang mengalami mual dan muntah melewati usia kehamilan minggu ke-20 (trimester II) (Cheung, 2000).
Berdasarkan temuan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang terhadap kelompok kontrol, bahwa ibu yang mengalami mual dan muntah secara terus menerus sampai usia kehamilan trimester II telah memiliki bayi dengan status berat bayi lahir normal. Akan tetapi, secara teori mual dan muntah secara terus menerus dapat berpengaruh terhadap kondisi pertambahan berat badan ibu selama trimester II serta berakibat terhadap kesehatan janin. Mual dan muntah secara berkelanjutan diakibatkan karena tingginya produksi hormon Human Chorionic Gonadtropin (HCG) atau sering disebut dengan hipermesis
gravidarum. Peningkatan hormon HCG akan mendorong ovarium untuk memproduksi esterogen dalam jumlah yang cukup banyak dan mengakibatkan terjadinya mual dan muntah yang lebih berat. Hipermesis gravidarum yang berat ditandai dengan muntah secara terus menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan sehingga menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi berkepanjangan pada ibu hamil dapat menghambat tumbuh kembang janin (Gunawan., dkk, 2011).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol telah memiliki pertambahan berat badan yang ideal selama trimester II. Namun, masih terdapat kelompok kasus dan
62
kontrol yang mengalami pertambahan berat badan kurang di trimester II. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil wilayah kerja Puskesmas Pamulang yang memiliki pertambahan berat badan kurang agar meningkatkan status gizi dan lebih rutin memantau pertambahan berat badan. Bagi petugas kesehatan, diharapkan dapat memberikan penyuluhan khususnya bagi ibu hamil yang masih memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester II. Penyuluhan tersebut dapat berupa informasi terkait tanda-tanda masalah kesehatan yang dialami selama masa kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui secara detail terkait gangguan masalah kesehatan selama hamil dan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan kesehatan jika ditemukan tanda-tanda masalah kesehatan.
c. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa sebagian besar (56,8%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester III. Sedangkan sebagian besar (57%) kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal. Hasil penelitian lain dilaporkan oleh Brown (2002) di Amerika dengan desain studi kohort, bahwa rata-rata pertambahan berat badan selama trimester III sebesar 6,3±2,4 kg. Sedangkan Nyaruhucha (2006) di Tanzania menunjukan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester III sebesar 2,14±0,43 kg.
63
Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan terdapat perbedaan dalam cara pengukuran penelitian, dimana dalam penelitian Brown (2002) hasil ukur penelitian dalam bentuk rata-rata dan standar deviasi serta tidak ada kategori hasil ukur penelitian pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil. Sedangkan dalam penelitian ini, penilaian pertambahan berat badan ibu hamil disesuaikan dengan standar pertambahan berat badan menurut IOM tahun 2009 dengan melihat status IMT sebelum hamil.
Perbedaan rata-rata pertambahan berat badan pada penelitian Nyaruhucha (2006) dan Brown (2002), dikarenakan faktor jumlah sampel dan kriteria sampel penelitian. Pada penelitian Nyaruhucha (2006), jumlah terlalu kecil yakni sebesar 270 sampel (kasus dan kontrol) tanpa adanya pemilihan kritera usia ibu hamil. Sedangkan penelitian Brown (2002), jumlah sampel sebesar 389 (kasus dan kontrol), serta terdapat pemilihan kriteria sampel yakni sampel penelitian hanya ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Usia sampel penelitian tersebut bukan merupakan usia risiko tinggi ibu hamil, dimana ibu yang memiliki usia risiko tinggi dapat berpengaruh terhadap pertambahan berat badan ibu hamil (Ullah, 2003).
Pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester III merupakan indikator penting dalam menentukan kondisi kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan (Kemenkes, 2010). Pada trimester III,
64
pertambahan berat badan ibu hamil meningkat lebih drastis. Bahkan, hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditemukan bahwa terdapat kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama masa kehamilan. Pertambahan berat badan yang meningkat drastis dikarenakan perkembangan janin semakin pesat, dimana 60% dari pertambahan berat badan merupakan bagian dari janin (Cheung, 2000). Estimasi pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III pada jaringan tubuh bayi adalah adanya pertambahan berat janin sebesar 3,4 kg, plasenta sebesar 0,6 kg dan cairan amnion sebesar 1 kg). Sedangan pada jaringan tubuh ibu, terdapat pertambahan berat uterus sebesar 1 kg, payudara sebesar 0,5 kg, cairan darah sebesar 1,5 kg, cairan ekstraselular sebesa5 1,5 kg dan lemak ibu sebesar 3,48 kg (Soetjiningsih (1995) dan (Preedy, 2003).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester III. Sedangkan kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan secara drastis selama trimester III, bahkan terdapat kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama trimester II. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar tetap melakukan pemantauan pertambahan berat badan sampai trimester terakhir melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur dan konsumsi zat gizi dan energi yang cukup khususnya pada ibu yang memiliki pertambahan
65
berat badan kurang. Selain itu, diharapkan bagi ibu hamil agar tetap menjaga pertambahan berat badan yang ideal dan tidak berlebihan. Hal ini dikarenakan pertambahan berat badan lebih dapat meningkatkan risiko terjadinya distosia bahu pada ibu hamil (ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekaisme kelahiran biasa) serta dapat meyebabkan tingginya angka kematian ibu (CDC, 2009).
Bagi petugas kesehatan juga diharapkan agar selalu memberikan konseling kesehatan sampai menjelang proses persalinan. Salah satu materi konseling kesehatan adalah terkait menjaga konsumsi makanan dengan pola gizi seimbang untuk produksi Air Susu Ibu (ASI). Konseling tersebut bertujuan agar ibu dapat memberikan asupan gizi pada bayi melalui ASI, sehingga status gizi bayi dapat terjaga dengan baik sampai usia dewasa.
C. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
1. Jarak Kehamilan
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa mayoritas jarak kehamilan adalah ≥2 tahun, baik pada kelompok kasus (91,7%) dan kontrol (92,9%). Berbeda dengan hasil penelitian Negi (2006) dengan desain studi kohort, bahwa sebagian besar (58%) jarak kehamilan pada kelompok kasus adalah <12 bulan. Hasil penelitian lain dilaporkan oleh Bener (2012), bahwa kejadian BBLR terjadi pada ibu yang
66
memiliki jarak kehamilan <12 bulan sebesar 40,3%, sedangkan bayi lahir normal terjadi pada ibu yang memiliki jarak kehamilan minimal ≥24 bulan yakni sebesar 44,7%. Kasim (2011) menunjukan bahwa sebagian besar (59,5%) ibu yang memiliki jarak kehamilan <2tahun melahirkan bayi dengan catatan BBLR, serta mayoritas (64,3%) ibu yang memiliki jarak kehamilan 2-4 tahun melahirkan bayi dengan catatan berat lahir normal.