BAB V PENUTUP
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti kurang menggali informasi secara lebih mendalam mengenai ketidakcemasan menghadapi matematika terhadap subjek yang diteliti dan sumber informan. Peneliti juga tidak mudah untuk mendapatkan informasi tentang partisipan terutama dari orang tuanya karena orang tua cenderung tertutup untuk memberikan informasi. Selain itu, keterbatasan penelitian ini yaitu peneliti tidak
107
melakukan tes psikologi secara khusus terkait dengan kecemasan matematika. Peneliti hanya menggunakan kuesioner yang peneliti coba menyusun pernyataannya berdasarkan ciri-ciri ataupun indikator kecemasan yang diungkapkan oleh para ahli untuk penelitian ini.
Mengingat penelitian ini masih sangat terbatas baik sumber maupun sampel, maka penelitian ini masih perlu dikembangkan, baik terhadap anak yang sama oleh peneliti yang berbeda atau oleh peneliti yang sama terhadap anak yang berbeda dengan kondisi yang sejenis. Keterbatasan penelitian hendaknya juga menjadi bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya perlu untuk menambah pengetahuan dan menggali informasi tentang anak yang mengalami kecemasan maupun tidak mengalami kecemasan terhadap mata pelajaran matematika secara mendalam.
Selain itu, peneliti selanjutnya membutuhkan informasi terkait dengan penyebab kecemasan terhadap matematika dari sudut pandang yang lebih luas, sebagai contoh peneliti dapat menggunakan indikator atau ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar dalam matematika atau biasa disebut diskalkulia. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang dapat menjadi salah satu faktor anak mengalami kecemasan terhadap matematika. Di samping itu peneliti selanjutnya juga dapat menggali model pembelajaran yang tepat agar anak SD tidak mengalami kecemasan saat belajar matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Rossa. 2011. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Dalam Mengurangi Kecemasan Belajar Matematika Siswa. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Anita, Ika Wahyu. 2014. Pengaruh Kecemasan Matematika (Math Anxiaty)
terhadap Kemampuan Koneksi Matematika. Jurnal Ilmiah Program
Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol 3 (1): 125-132 Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media
Aritonang, Keke. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur. No.10/Tahun ke-7
Ayuningtyas, Rani. 2009. Studi Deskriptif Kecemasan Siswa Kelas 6
Sekolah Dasar Dalam Menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Daradjat, Zakiah. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta: CV Haji Masagung Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Gunarsa, Singgih. 1986. Psikologi Perawatan. Jakarta: P.T. BPK Gunung Mulia
Gunarsa, Singgih. 1987. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara
109
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups
Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Kartini Kartono. 2002. J.P. Chaplin Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Maryam, Inana Siti. 2013. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan
Kecemasan Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa SD Negeri Bratan III Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Maulaty, Rahayu Ni’mal. 2014. Mengapa Matematika dianggap Sulit?.
Diakses pada tanggal 29 November 2016.
http://www.kompasiana.com/rahayulala/mengapa-matematika- dianggap-sulit_54f677b4a33311e6048b4d86
Moleong, Lexy. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
110
Risnawita, Rini dan M. Nur Ghufron. Apakah Kecemasan Matematika Itu?. Jurnal Elementary. Vol 2 No.1
Runtukahu, Tombokan dan Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran
Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media
Sarosa. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Permata Puri Media
Semiun. 2006. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Septianingrum, Rahayu. 2013. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Siswa
Dalam Menghadapi Tes Matematika Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tengaran (Skripsi). Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RnD. Bandung: Alfabeta
Supratiknya. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan
Bimbingan Konseling: Pendekatan Praktis untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi Dengan Contoh Transkip Hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
LAMPIRAN PEDOMAN OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN
Pelaksanaan : Hari/Tanggal :
Waktu :
No Tujuan Subjek Hal Yang Diamati Deskripsi
1. Untuk mengetahui proses belajar mengajar di dalam kelas
Guru Cara guru mengajar saat pelajaran matematika sedang berlangsung 2. Untuk mengetahui
proses belajar yang dilakukan oleh Fabian saat di dalam kelas
Fabian Hal-hal yang dilakukan Fabian saat belajar Kesulitan atau permasalahan yang dihadapi Fabian saat belajar matematika Kemampuan belajar Fabian Untuk mengetahui Fabian mengalami kecemasan belajar matematika atau tidak
Hubungan pertemanan dan keluarga
Gejala-gejala fisik kecemasan yang ditunjukkan sata belajar matematika
112
LAMPIRAN KUESIONER KECEMASAN BELAJAR MATEMATIKA
114 HASIL TRIANGULASI Informan I Bu Dede Informan II Alin Informan III Bu Wuri Informan IV Pak Robi Partisipan I Fabian Klasifikasi
Dia kurang fokus, dia itu sering ngalamun, ya apa ya, terkesan menyepelekan dia menganggap tidak penting sesuka hati dia saja. Intensitas tanya dan mengeluh jarang sekali, kalau mendapatkan tugas ya terkadang
dikerjakan kalau dia mau tetapi kalau tidak mau ya tidak dikerjakan hanya diam. Kalau saya datangi dia, dia yang mengerjakan dan itu
saja ‘ngawur’.
Suka tanya dan minta tolong saat belajar biasanya ini gimana caranya, cari jawabannya dimana. Sering bange kesulitant, seringnya di caranya jawabannya. Iya, kalau gak ditemani belajar ya suka-suka dia. Kalau ada yang diingetin baru belajar.
Anaknya aktif, tegas, tapi kadang suka merenung seperti berfikir. Kalau belajar dia agak malas, susah anaknya diajak belajar. Belajar harus sering diingatkan. Belajar sebentar, tapi suka lupa PR gak dibuat.
Kemampuan belajar matematika kurang kayaknya gak nyambung.
Kalau belajar tidak mood mau dimarahi bagaimanapun juga ya gimana ya tetep gak serius, orangnya beda dengan
kakaknya yang punya tanggung jawab sudah tau sekolah bagaimana. Mungkin Fabian masih anak kecil ya, jadi kalau kata orang jawa
seperti ‘durung karep sekolah’. Dalam hal belajar dia kurang, kalau baru mood ya daya tangkapnya cepat. Enggak suka matematika karena susah, susahnya hitung menghitung. Belajar matematika sendiri, minta bantuan karena susah. Perilaku anak saat belajar matematika
115
Menjawab soal ya suka salah jawab, pemahamannya kurang dalam matematika. Mungkin di rumah Fabian kurang perhatian dari orang tua karena keduanya bekerja, padahal kakaknya itu pintar sekali di kelas 4. Saya menyuruh kakaknya untuk mendampingi adiknya. Tidak pernah protes ke sekolah mengenai nilai yang didapatkan Fabian, ibunya saya suruh datang ke sekolah itu malah dia ya gimana ya ibunya itu karena dia pekerja
Paling mama kalau malam pulang jam 8/9. Biasanya kalau hari libur gitu kadang juga masuk. Fabian biasanya belajar sama aku.
Biasanya Fabian belajar sama kakaknya. Kalau ada waktu saya nemanin dia belajar di sampingnya.
Kalau belajar dia sama kakaknya Biasanya belajar sama kakak, soalnya papa sama mama kerja. Tapi kadang-kadang belajar sama mama kalau udah pulang. Pendampingan orang tua terhadap Fabian
116
dan pekerjaanya itu intensitasnya dari sore sampai malam jadi dia ya lebih gimana ya istilahnya kurang memperhatikan Fabian. Kalau misalnya Fabian mendapatkan nilai jelekpun dia memaklumi toh dia pernah bilang sama
saya “saya kurang
memperhatikan Fabian maaf” bilang seperti itu juga.
Paling cuma dinasihatin.
Prihatin, sedih, terus ibu harus bagaimana. Ya dikasih tau, biasanya tak suruh ulang.
Kalau sama saya dia emang agak takut, saya kadang kalau sepulang sekolah gitu saya nasihati pelan- pelan. Saya kasih tau
Enggak pernah dimarahin. Respon orang tua saat Fabian mendapatkan nilai tidak jelek
117
“kalau kamu gak
naik apa kamu tidak malu? Papa itu juga malu kalau ditanya teman-teman papa kok anaknya tidak naik kenapa?” saya bilangin sedikit- sedikit. Ya
sebenarnya gimana ya, saya juga masih menyadari karena dia anak yg paling kecil, ya sudahlah yg penting pergaulan sama teman-
temannya baik tidak terkekang seperti kalau dirumah teman-temannya punya sepeda model apa saya usaha agar dia tidak tertinggal
118
dengan teman- temannya begitu. Kalau dulu awal-
awal iya mengejek tetapi karena memang sudah
keseringan suka salah menjawab jadi
temannya sudah malas.
Faktor lingkungan seperti teman di rumah mendukung, ya suka bareng belajar.
Dulu pernah tapi sekarang enggak. Hubungan Fabian dengan teman Menggunakan buku dan media pembelajaran seperti itu. Jika ada anak mengalami kesulitan belajar matematika, anaknya lebih didekati karena itu lebih proses
pendekatan soalnya setiap anak berbeda- beda. Cara
menyampaikan materi
Enak ngajarnya suka cerita, gak pernah marah kalau tanya yang gak tau.
Cara mengajar guru
119
kepada anak yang mengalami kesulitan matematika lebih ekstra hati-hati teliti lebih detail lagi sehingga anak lebih memahami, saya sering menggunakan metode bercerita agar siswa lebih tertarik dan memahami materi.
120
Lampiran A: Daftar Topik Pertanyaan Untuk Wawancara
Wawancara pra-observasi 1.Wawancara Bu Dede
a. Pengertian kecemasan menurut guru b. Anak yang mengalami kecemasan di kelas
c. Anak yang diduga mengalami kecemasan belajar di kelas (anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM)
d. Cara belajar anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika di sekolah
e. Informasi pribadi terkait anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika
2.Wawancara kakak kandung Fabian a. Perilaku adik di rumah
b. Kegiatan adik sepulang sekolah c. Cara belajar adik di rumah
d. Reaksi yang ditunjukkan orang tua ketika anak mendapatkan nilai jelek
e. Tempat tinggal 3.Wawancara Fabian
a. Perasaan menghadapi matematika b. Pengalaman pribadi tentang matematika
121
c. Cara guru dalam mengajar matematika
d. Reward dan punishment yang diterapkan orang tua
e. Siapa yang mendampingi belajar f. Kegiatan sepulang sekolah g. Tempat tinggal
h. Lingkungan tempat tinggal i. Jumlah saudara kandung 4.Wawancara papa Fabian
a. Perilaku anak di rumah
b. Kegiatan anak sepulang sekolah
c. Cara mendampingi belajar anak di rumah
d. Reaksi yang ditunjukkan ketika anak mendapatkan nilai jelek e. Menerapkan reward dan punishment
f. Pola asuh orang tua (kakek nenek) g. Harapan terhadap anak
5.Wawancara mama Fabian a. Perilaku anak di rumah
b. Kegiatan anak sepulang sekolah
c. Cara mendampingi belajar anak di rumah
d. Reaksi yang ditunjukkan ketika anak mendapatkan nilai jelek e. Menerapkan reward dan punishment
f. Jadwal khusus yang diterapkan untuk anak (jam tidur siang, jam belajar, dll)
122
Lampiran B: Open Coding Responden : Fabian
Tanggal : 18 Januari 2017
Contoh Kode Narasi inisial yang dikodekan Penanda bahwa matematika mata
pelajaran yang tidak disukai Fabian
Definisi pelajaran matematika menurut Fabian
Cara belajar Fabian di rumah Cara belajar Fabian di sekolah
Penanda bahwa Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika sesuai dengan indicator kecemasan
Penekanan faktor lingkungan
Penekanan faktor kepribadian
Rasanya biasa aja tapi gak suka sama matematika karena materinya susah hitung menghitung. Biasanya kalau di rumah belajar sama kakak. Suka tanya kalau gak tau cara ngerjainnya atau gak tau jawabannya apa. Kalau mama sama papa jarang nemenin belajar karena sibuk kerja. Di sekolah Bu Dede ngajarnya enak, suka cerita. Biasa aja kalau belajar matematika, gak deg-degan. Kalau ulangan ya biasa aja. Bu Dede kalau ditanyain materi yang gak jelas gitu enggak pernah marah. Pernah diejek sama temen karena dapat nilai jelek tapi sekarang udah gak pernah. Kalau dapat nilai jelek papa sama mama nasehatin. Kalau dapat nilai jelek gak pernah dilarang buat jangan keseringan main sama temen.
123
Dulu pernah disuruh les matematika. Tapi sekarang udah enggak. Kalau ulangan matematika ya coba belajar, tapi akhirnya tetep dapat nilai jelek. Rasanya biasa aja tapi gak suka sama matematika karena materinya susah hitung menghitung. Basanya kalau di rumah belajar sama kakak. Suka tanya kalau gak tau cara ngerjainnya atau gak tau jawabannya apa. Kalau mama sama papa jarang nemenin belajar karena sibuk kerja. Di sekolah Bu Dede ngajarnya enak, suka cerita. Biasa aja kalau belajar matematika, gak deg-degan. Kalau ulangan ya biasa aja. Bu Dede kalau ditanyain materi yang gak jelas gitu enggak pernah marah. Pernah diejek sama temen karena dapat nilai jelek tapi sekarang udah gak pernah. Kalau dapat nilai jelek papa sama mama nasehatin. Kalau dapat nilai jelek gak pernah dilarang buat jangan keseringan main sama temen.
124
Dulu pernah disuruh les matematika. Tapi sekarang udah enggak. Kalau ulangan matematika ya coba belajar, tapi akhirnya tetep dapat nilai jelek.
125
Lampiran C: Focused Coding
Responden : siswa yang mengalami kecemasan belajar matematika, Fabian Tanggal : 18 Januari 2017
Contoh Kode Narasi inisial yang dikodekan
Deskripsi Fabian tentang
matematika
Penanda bahwa Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika sesuai dengan indikator kecemasan
Penekanan faktor lingkungan yang menyebabkan Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika
Rasanya biasa aja tapi gak suka sama matematika karena materinya susah hitung menghitung. Biasanya kalau di rumah belajar sama kakak. Suka tanya kalau gak tau cara ngerjainnya atau gak tau jawabannya apa. Kalau mama sama papa jarang nemenin belajar karena sibuk kerja. Di sekolah Bu Dede ngajarnya enak, suka cerita. Biasa aja kalau belajar matematika, gak deg-degan. Kalau ulangan ya biasa aja. Bu Dede kalau ditanyain materi yang gak jelas gitu enggak pernah marah. Pernah diejek sama temen karena dapat nilai jelek tapi sekarang udah gak pernah. Kalau dapat nilai jelek papa sama mama nasehatin. Kalau dapat nilai jelek gak pernah dilarang buat
126
Penekanan faktor kepribadian yang
menyebabkan Fabian tidak
mengalami kecemasan belajar
matematika
jangan keseringan main sama temen. Dulu pernah disuruh les matematika. Tapi sekarang udah enggak lagi.
Kalau ulangan matematika ya coba belajar, tapi akhirnya tetep dapat nilai jelek.
127
Lampiran D: Axial Coding
Faktor penyebab menurut anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika
Materi matematika yang susah
Tidak pernah mendapatkan pengalaman buruk dimarahi orang tua Pernah mendapatkan pengalaman masa lalu diejek teman
Faktor kepribadian menurut orang tua anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan matematika
Siswa mempunyai minat belajar matematika yang kurang
Faktor penyebab anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan menurut guru kelas
Siswa mempunyai fokus belajar, minat belajar dan motivasi yang kurang
Pengalaman masa lalu sempat diejek teman namun lambat laun sudah tidak terlihat
128
Lampiran E: Theoretical Coding
Tidak ada tuntutan dari orang tua
Faktor Lingkungan
Teman mengejek
Kepribadian yang tidak acuh
Penyebab anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak
mengalami kecemasan belajar matematika
129
BIODATA PENELITI
Deviani Retno Martanti lahir di Surakarta pada tanggal 19 Februari 1995. Pendidikan dasar diselesaikan di SD Negeri Bratan I Surakarta pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 9 Surakarta dan tamat pada tahun 2010. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta lulus tahun 2013. Setelah lulus SMA, peneliti melanjutkan pendidikannya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mendapatkan banyak ilmu pengetahuan baru dan pengalaman. Kegiatan di luar perkuliahan pun diikuti seperti kepanitiaan, seminar, dan workshop. Pada tahun 2014, peneliti tercatat sebagai sekertaris dalam acara kuliah umum yang diadakan oleh PGSD. Selanjutnya peneliti tercatat sebagai koordinator devisi konsumsi pelepasan wisuda PGSD. Pada studinya kali ini, peneliti telah menyelesaikan tugas akhirnya dengan judul skripsi “Realita Ketidakcemasan Siswa Menghadapi Matematika”.
ABSTRAK
REALITA KETIDAKCEMASAN SISWA MENGHADAPI MATEMATIKA Oleh
Deviani Retno Martanti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017
Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai ketidakcemasan belajar matematika. Adanya pandangan bahwa siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM biasanya akan mengalami kecemasan belajar matematika. Namun, pada kenyataannya ada siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
grounded theory. Partisipan dalam penelitian ini adalah salah satu siswa kelas III A di
SD Nila yang bernama Fabian (Pseudonym). Fabian salah satu siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan sistem coding sesuai dengan langkah metode grounded theory.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika walaupun nilai matematikanya di bawah KKM disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor lingkungan dan faktor kepribadian. Faktor lingkungan berasal dari orang tua Fabian tidak menuntut ataupun memaksa Fabian untuk memperoleh hasil yang baik dalam matematika. Faktor kepribadian dapat dilihat dari tingkah laku Fabian yang terkesan tidak acuh dengan nilai matematika yang diperolehnya dan Fabian kurang termotivasi untuk memperbaiki nilai matematikanya. Kata kunci: kecemasan, kecemasan matematika, matematika, metode penelitian
ABSTRACT
A STUDENT’S REALITY NO ANXIETY IN FACING MATHEMATICS
By
Deviani Retno Martanti
Sanata Dharma University Yogyakarta 2017
This study was conducted based on the fact that occurred in the field about mathematics learning no anxiety. The view that students who get a bad score on mathematics will usually experiencing anxiety learning mathematics. However, in reality, there is student who get a bad score in mathematics but not experiencing the anxiety at all of learning mathematics. This study aims is to identify what causes the student who get a bad score in math but not experiencing the anxiety of learning mathematics.
The type of this research is qualitative research using grounded theory method. Participants in this study is a 3rd grader at SD Nila named Fabian (Pseudonym). Fabian was one of the students who got a bad score in mathematics but not experiencing the anxiety of learning mathematics. Data collection techniques that used are observation, interviews, and documentation studies. Data analysis technique that used is encoding system according to the step of grounded theory method.
The results showed why Fabian not experiencing the anxiety of learning mathematics even though he get a bad score in mathematics caused by two factors, environmental factors and personality factors. Environmental factors derived from Fabian's parents neither demand nor force Fabian to obtain good results in mathematics. Personality factors can be seen from Fabian's behavior that seems indifferent to his mathematics score and Fabian is less motivated to improve his mathematics score.
Keywords: anxiety, mathematics anxiety, mathematics, grounded theory research methods