• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Keterbatasan Rasio Keuangan

-Dana Overhead Biaya Dana Biaya Total Fund Idle Fund Unloanablex 100%

9. Cost of Efficiency Ratio

Cost of Efficiency Ratio merupakan rasio yang dipakai untuk mengukur

besarnya penghapusan debitur-debitur dibandingkan dengan penerimaan bank. Rumus yang digunakan untuk menghitung Cost of Efficiency Ratio adalah sebagai berikut :

Cost of Efficiency Ratio =

venues Losses Loan for ovission Re Pr x 100%

4. Keterbatasan Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio keuangan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan bank, namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan pertimbangan. Analisis rasio keuangan menurut Martin dan Keown (1999 : 511) memiliki keterbatasan sebagai berikut :

a. Kadang-kadang sulit untuk menggolongkan sektor industri sebuah perusahaan bergerak diberbagai macam sektor industri atau usaha.

b. Angka rata-rata industri hanya merupakan taksiran kasar dan sangat umum sifatnya sehingga belum tentu cocok dijadikan bahan perbandingan secara spesifik.

B. Pengertian dan Penilaian Kinerja Keuangan 1. Pengertian dan Prosedur Penilaian

Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja bank akan menghasilkan informasi yang bergunabagi bank itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja ini akan dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi formulasi atau implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk menghindari agar tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan, misalnya perubahan rencana atau kegiatan termasuk pengendaliannya.

Menurut Husein Umar (2002 : 36)

Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanyan serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Dari defenisi tersebut dapat dijelaskan :

a. Suatu proses untuk menyediakan informasi, berarti bahwa kegiatan penilaian atau evaluasi membutuhkan data untuk dianalisis dengan alat-alat yang relevan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, untuk menentukan laba perusahaan dibutuhkan data mengenai seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kemudian

dianalisis dengan perhitungan matematis sederhana, sehingga akan dihasilkan besar laba perusahaan.

b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu atndar tertentu untuk mengetahui ada selisih diantara keduanya, berarti bahwa penilaian atau evaluasi dimaksudkan untuk membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan yang seharusnya diselesaikan.

Proses penilaian pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi penilaian itu sendiri. Berikut ini merupakan salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan menurut Husein Umar (2001:39) :

a. Menentukan apa yang akan dievaluasi

Dalam bisnis, apa saja yang dapat dievaluasi dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Program kerja perusahaan itulah akan terdapat aspek-aspek yang diperlukan untuk dievaluasi. Tapi biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kunci suksesnya.

b. Merancang (mendesain) kegiatan evaluasi

Sebelun evaluasi dilakukan, tentukan dahulu desain evaluasinya agar data apa yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang akan dilibatkan, dan apa saja yang dihasilkan menjadi jelas.

Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

d. Pengolahan dan analisis data

Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk mendapatkan perbedaan (gap). Besarnya perbedaan tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.

e. Pelaporan hasil evaluasi

Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan baik secara lisan maupun tulisan.

f. Tindak lanjut hasil evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen. Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik di tingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi.

2. Penilaian Kinerja Keuangan

Dalam kamus istilah akuntansi, Aliminsyah dan Padji (2003 : 215) mengartikan kinerja sebagai :

Suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu satndar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen atau semacamnya.

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (1999 : 6) defenisi kinerja yaitu “kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk”. Dengan demikian kinerja diartikan sebagai suatu istilah untuk mengukur atau menilai kegiatan suatu organisasi.

Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai bidang pekerjaan, termasuk diantaranya dalam bidang organisasi baik organisasi nirlaba maupun organisasi laba (perusahaan). Dalam skripsi ini evaluasi akan diarahkan pada organisasi laba.

Anderson dan Clancy (1991) mendefenisikan pengukuran kinerja dalam buku yang ditulis Sony Yuwono, dkk (2002 : 21) sebagai “feedback from the

accountant to management that provides information about how well the actions represent the plans dan also identifies where managers may need to make corrections or adjustments in future planning and controlling activities”.

Sementara itu Anthony, Banker, Kaplan dan Young (1997) mendefenisikan penilaian kinerja dalam buku yang ditulis Sony Yuwono, dkk (2002 : 23) sebagai “ the activity of measuring the performance of an activity or entire

value chain”. Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja

rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil dari pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

Defenisi penilaian kinerja menurut Mulyadi dan Johny Setyawan (2001 : 353) adalah “penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Dengan demikian penilaian kinerja dapat diartikan sebagai penentuan apakah kegiatan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Dari berbagai defenisis di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian kinerja keuangan merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya dan bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi tampak jelas untuk melakukan penilaian dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan, seperti yang terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan dievaluasi.

Ada beberapa aspek yang penting dalam melakukan penilaian terhadap kinerja di dalam suatu perusahaan. Penilaian kinerja yang dapat dilakukan dalam suatu perusahaan dapat digolongkan kepada dua aspek yaitu penilaian kinerja terhadap aspek keuangan dan penilaian kinerja terhadap aspek non-keuangan. Penilaian terhadap aspek keuangan ini didasarkan pada laporan

keuangan, sedangkan penilaian terhadap aspek non-keuangan tergantung pada bidang apa yang akan dianalisis misalkan aspek strategi perusahaan, aspek pemasaran, aspek operasional, dan aspek sumber daya manusia. Dalam skripsi ini penulis hanya membahas penilaian kinerja dari aspek keuangan saja.

Dalam menilai kinerja bank, bank menggunakan rasio yang sesuai Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 yang disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Sumut No.056/DIR/DPP-PC/SE/2004.

a. APYD terhadap Total Aktiva Produktif

APYD terhadap Total Aktiva Produktif Peringkat

Rasio sangat rendah atau tidak signifikan (0%<Rasio<1%)

1

Rasio rendah atau tidak signifikan (1%Rasio<3%)

2

Rasio Moderat (3%Rasio6%) 3

Rasio relatif tinggi (6%<Rasio9%)

4

b. Tingkat Kecukupan Pemenuhan PPAP

Tingkat Kecukupan Pemenuhan PPAP Peringkat PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih

tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk (110%<Rasio)

1

PPAP yang dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk (105%<Rasio110%)

2

PPAP yang dibentuk relatif sama dengan PPAP yang wajib dibentuk (100%<Rasio105%)

3

PPAP yang dibentuk lebih kecil dari PPAP yang wajib dibentuk (95%Rasio<100%)

4

PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih kecil dari PPAP yang wajib dibentuk (Rasio<95%)

c. Return on Asset

Return on Asset (ROA) Peringkat Perolehan laba sangat tinggi (2%<ROA) 1

Perolehan laba tinggi (1,25%<ROA2%) 2 Perolehan laba cukup tinggi

(0,5%<ROA1,25%)

3

Perolehan laba rendah atau cenderung mengalami kerugian (0%ROA<0,5%)

4

Bank mengalami kerugian yang besar (ROA<0%)

5

d. Net Interest Margin

Net Interest Margin (NIM) Peringkat Marjin bunga bersih sangat tinggi

(2,5%<NIM)

1

Margin bunga bersih tinggi (2%<NIM2,5%)

2

Marjin bunga bersih cukup tinggi (1,5%<NIM2%)

3

Margin bunga bersih rendah (1%NIM<1,5%)

4

Margin bunga bersih sangat rendah (NIM<1%)

e. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional Beban Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO)

Peringkat

Tingkat efisiensi sangat baik (BOPO<92%) 1

Tingkat efisienasi baik (92%BOPO<94%) 2 Tingkat efisiensi cukup baik

(94%BOPO96%)

3

Tingkat efisiensi buruk (96%<BOPO98%)

4

Tingkat efisiensi sangat buruk (BOPO>98%)

5

f. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio Peringkat

50%<LDR75% 1

75%<LDR85% 2

85%<LDR100% atau LDR50% 3

100%<LDR120% 4

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dikarenakan keterbatasan penulis dalam mengakses dan memperoleh data referensi, maka penulis hanya menampilkan tiga sampel penelitian terdahulu.

Nama Peneliti Judul Rasio Hasil penelitian Nardi Gunawan (2005) Evaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN Dengan Menggunakan Teknik Analisis Rasio Keuangan ( Studi Kasus Pada PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan ROI, ROE, Cash Ratio, Quick Ratio, Inventory Turn Over, Collection Period, Total Asset Turn Over, dan Equity To Total Asset Dari tahun 1999 sampai tahun 2003 nilai kinerja keuangan yang paling baik adalah pada tahun 2001 sebesar 48 atau 96% dari total skor, tetapi rata-rata setiap tahun kinerja keuangan perusahaan dikategorikan sangat baik Aimee Elrica (2007) Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Cash Ratio, ROA, ROE, DER, TATO, dan Dividen Payout Ratio

Informasi DER dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan DPR, sedangkan Cash Ratio, ROE, TATO kurang menjadi pertimbangan dalam menentukan DPR Yuliana Halim (2007) Pengaruh ROE, Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS)

dan DER Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ ROE, NPM, EPS, dan DER Informasi EPS merupakan hal yang

lebih utama diperhatikan dan dijadikan tolak ukur yang lebih baik oleh

investor dalam membuat keputusan investasinya

Dokumen terkait