• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Keterbukaan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan perekonomian dunia saat ini semakin dinamis dan cepat berubah mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Pelaku-pelaku ekonomi dituntut untuk terus mengikuti informasi agar dapat menentukan langkah-langkah kebijaksanaan demi memenangkan persaingan. Derajat globalisasi dari suatu negara di dalam perekonomian dunia dapat dilihat dari dua indikator utama. Pertama, rasio dari perdagangan internasional (ekspor dan impor) dari negara tersebut sebagai suatu persentase dari jumlah nilai atau volume perdagangan dunia, atau besarnya nilai perdagangan luar negeri dari negara itu sebagai suatu persentase dari PDB-nya. Semakin tinggi rasio tersebut menandakan semakin mengglobal perekonomian dari negara tersebut. Sebaliknya, semakin terisolasi suatu negara dari dunia. Kedua, kontribusi dari negara tersebut dalam pertumbuhan investasi dunia, baik investasi langsung atau jangka panjang (penanaman modal asing) maupun investasi tidak langsung atau jangka pendek.

Dalam kondisi global, ekonomi suatu negara tentu tidak dapat berdiri sendiri, dan saling mempunyai pengaruh yang besar. Begitu juga dengan Indonesia, pertumbuhan negara-negara besar seperti Cina, India, Jepang, serta negara-negara-negara-negara ASEAN yang lebih baik sangat mempengaruhi ekonomi Indonesia secara positif dan juga sebagai tantangan bagi Indonesia untuk maju. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan target 8% pada tahun 2009, maka arus investasi dan luar negeri menjadi faktor yang paling penting. Dalam hal ini keterbukaan ekonomi dan perbaikan keamanan serta hukam yang lebih baik di samping intensif untuk investasi adalah sangat penting. Semuanya dilaksanakan secara bersamaan dengan penataan otonomi di setiap daerah.

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Menko Sri Mulyani menjelaskan kemajuan-kemajuan dalam bidang perekonomian dapat dilihat dari tiga indikator utama perekonomian. Pertama, akselerasi pertumbuhan ekonomi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi sejak krisis moneter tahun 1997/1998 mengalami percepatan terutama dalam peride 2004-2008. Akselerasi ini di dukung pula dengan dengan makin seimbangnya sumber pertumbuhan ekonomi dimana investasi makin penting perannya, sementara konsumsi masyarakat tetap terjaga tinggi tingkat pertumbuhannya. Dengan keberhasilan menciptakan stabilitas ekonomi makro (tercermin dari nilai tukar rupiah dan laju inflasi), pendapatan per kapita Indonesia diukur dalam dolar AS, meningkat 1,8 kali pada akhir 2008 dibandingkan akhir 2004 dan melebihi 2000 dolar AS per kapita pada akhir 2008.

Kedua, penurunan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan stabilitas harga pokok telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, walaupun sempat mengalami tingkat kenaikan pada peride 2005-2006. Data Susenas terakhir Maret 2008, menunjukkan tingkat kemiskinan mencapai titik terendah. Penurunan ini terjadi baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan.

Ketiga, penurunan tingkat pengangguran. Sejak krisis ekonomi 1998 sampai dengan 2005, jumlah pengangguran mengalami kenaikan baik secara nominal maupun secara persentase terhadap angkatan kerja. Namun sejak tahun 2006, akselerasi pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan net employment yang positif, sehingga menghasilkan tingkat pengangguran yang menurun baik secara absolut maupun secara persentase terhadap angkatan kerja. Ekspansi lapangan kerja ini didukung oleh penciptaan lapangan kerja di sektor formal.

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Dalam perspektif jangka menengah dan panjang, Indonesia tetap membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam dekade mendatang mengingat beberapa hal. Pertama, perubahan dalam teknologi telah menurunkan elastisitas penciptaan lapangan kerja per 1% pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika ingin menurunkan tingkat pengangguran menuju sekitar 4-5%, maka dalam dekade mendatang sektor non migas harus selalu mampu tumbuh di atas 7%. Fenomena ini terjadi di seluruh dunia dan memaksa banyak negara melakukan reorentasi strategi pembangunan ekonominya.

Kedua, tingkat kemiskinan Indonesia juga masih tergolong tinggi. Sebagian besar keluarga Indonesia masih hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi dalam beberapa dekade mendatang akan dibutuhkan bukan hanya untuk mengentaskan kemiskinan absolut (yang dewasa ini sekitar 6%), namun juga untuk mengurangi penduduk yang tergolong nyaris miskin (near poor) yang jumlahnya hampir separuh rakyat Indonesia.

Indonesia termasuk negara baik dalam kelompok negara sedang berkembang maupun kelompok negara-negara di Asia Tenggara yang kinerja perdagangan luar negerinya cukup baik. Ekspor nonmigas Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat sejak akhir 70-an, yang pada tahun-tahun berikutnya didorong lagi oleh kebijakan pemerintah yang mulai meliberalisasikan perdagangan luar negeri di tahun 1980-an, yang dilakukan secara bertahap. Selain itu, tahun 80-an juga merupakan periode yang mana pemerintah Indonesia melakukan sejumlah paket deregulasi di bidang-bidang lain, termasuk sktor keuangan, yang pada waktu itu diharapkan dapat menghilangkan semua distorsi pasar yang ada dan dengan itu dapat menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan ekspor nonmigas. Rasio dari perdagangan internasional terhadap PDB Indonesia mulai bergerak naik menjelang akhir tahun 1970-an

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

dan mengalami suatu akselerasi yang signifikan menjelang tahun 1998, peride di mana krisis ekonomi mencapai tititk buruknya.

Perbandingan Indonesia Dengan Negara-Negara Lain

Indonesia sebenarnya mempunyai perkembangan yang cukup baik, terlihat dari perkembangan beberapa indikator ekonomi di beberapa negara Asia sejak krisis ekonomi tahun 1998. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah salah-satu yang terbaik di Asia khususnya dalam periode 2005-08. Hai ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Kemajuan Ekonomi Setelah Krisis Ekonomi 1997/1998 Negara Asia (% atau % terhadap PDB untuk utang luar negeri)

Negara Laju Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Utang Luar Negeri Tk.Pengangguran 98-04 05-07 08 98 08 02 08 00 08 Indonesia 1,5 5,8 6,2 58,4 11,0 64,9 30,7 8,3 8,3 Thailand 5,0 5,0 4,5 8,1 3,0 48,8 29,9 2,4 1,4 Malaysia 5,6 6,0 5,7 5,2 4,3 48,4 31,3 3,5 3,3 Filipina 5,9 4,8 2,7 9,3 4,5 69,8 45,4 11,2 7,3 Korea Selatan 6,1 5,0 4,1 7,7 3,0 25,8 39,4 4,4 3,5 Sumber : IMF, International Financial Statistic.

Dengan adanya perkembangan yang cukup baik ini memulihkan kepercayaan dunia terhadap pemerintah Indonesia. Laporan Growth Commission yang dipimpin oleh salah satu pemegang hadiah Nobel, Profesor Michael Spence dan beranggotakan pelbagai prominent persons dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan Indonesia sebagai salah-satu dari 15 negara dunia yang mampu mempertahankan laju pertumbuhan tinggi di masa lalu dan mempunyai potensi melaju lebih cepat di masa mendatang. Sehingga, pada tahun 2008 Indonesia bersama lima negar lain yaitu Cina, India, Afrika Selatan dan Brazil diundang

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

untuk menjadi Enhanced Engagement Countries klub negara-negara maju (OECD). Disini Indonesia telah diterima sebagai anggota penuh Development Center OECD.

Prospek Indonesia Tahun 2009

Sumber pertumbuhan ekonomi berdasarkan sisi permintaan dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini. Konsumsi masyarakat dan investasi akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun 2009. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terjadi perlambatan selama semester I/2009 dan bertahap pulih kembali memasuki semester II/2009. Pola pertumbuhan ini sesuai dengan perkiraan siklus global dan pola pengeluaran pemerintah. Pada tahun 2009 Indonesia merupakan tahun pemilu. Kegiatan kampanye partai akan mencapai puncaknya pada akhir triwulan I dan awal triwulan II. Kegiatan ini kemudian akan diikuti dengan Pemilu Presiden. Dengan demikian, siklus pemilu ini diperkirakan akan menambah permintaan dan kegiatan ekonomi. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tabel 4.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Permintaan 2001-2009 (% / tahun) 01 - 04 05 - 07 08 09 Permintaan Domestik - Konsumsi Masyarakat - Konsumsi Pemerintah - Investasi - Ekspor - Impor PDB 5,1 4,8 8,9 6,5 5,9 7,2 4,8 5,7 4,5 8,0 8,0 10,4 10,5 6,0 7,7 5,4 10,7 12,6 13,7 13,6 6,2 5,7 4,8 10,4 6,5 5,9 6,1 5,0

Sumber : Diolah dari dta BPS dan Estimasi Kemenko Perekonomian.

Dalam suatu perekonomian terbuka ekspor dan impor merupakan sektor kegiatan ekonomi suatu negara ditinjau dari sisi pengeluaran agregat yang biasa. Kegiatan tersebut

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

menggambarkan derajat keterbukaan ekonomi Indonesia. Pada saat ini total nilai ekspor dan impor bila dibandingkan dengan PDB telah mencapai sekitar 55% yang berarti memiliki keterbukaan yang cukup tinggi. Strategi mendorong ekspor bisa diterima sebagai kebijakan jangka panjang yang baik untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi secara lebih cepat.

Dilain pihak impor juga merupakan komponen penting dalam pengeluaran agregat terutama import barang modal dan bahan baku untuk mendukung produksi di dalam negeri. Untuk itu komposisi impor juga merupakan faktor penting untuk melihat peranan impor untuk mendorong pertumbuhan atau malah membebankan pertumbuhan karena sifatnya yang konsumtif saja. Pengalaman selama ini terutama sejak krisis ekonomi impor kita juga didorong oleh barang-barang untuk kebutuhan konsumsi dan kurang berkembang impor barang-barang modal. Dari gambaran tersebut juga menunjukkan corak keterbukaan untuk pertumbuhan ekonomi domestik.

Ekspor merupakan instrument penting bagi mendorong pertumbuhan jangka panjang, karena sekaligus akan merupakan instrument memperbaiki daya saing produk-produk dalam negeri. Apabila peningkatan ekspor juga diikuti oleh pengaturan insentif pemasukan devisa maka akan sangat penting artinya bagi pemeliharaan stabilitas nilai tukar dan neraca pembayaran. Dimensi lain yang tidak kalah pentingnya adalah ekspor jasa yang lebih terarah akan sangat membantu perolehan devisa secara lebih baik. Usaha penempatan tenaga kerja di luar negeri kita masih terlalu rendah, karena lemahnya dukungan institusi penunjang di dalam negeri yang belum dapat di tata secara memadai dengan tuntutan pasar internasional.

Dokumen terkait