• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS KAUSALITAS DAN KOINTEGRASI PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN EKSPOR INDONESIA

Diajukan Oleh :

MARIANI PELLY

060501114

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

(2)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Mariani Pelly

NIM : 060501114

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi dengan Ekspor Indonesia

Tanggal,_______________________

Pembimbing

(3)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari :

Tanggal :

Nama : Mariani Pelly

NIM : 060501114

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia

Ketua Departemen Pembimbing Skripsi

(Wahyu Ario Pratomo, SE, ME.c) (Dr. Murni Daulay,MSi)

NIP. 132 206 574 NIP. 131 124 048

Penguji I Penguji II

(Paidi Hidayat, SE, MSi) (Drs. Rahmad Sumanjaya, Msi)

(4)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Mariani Pelly

NIM : 060501114

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi dengan Ekspor Indonesia

Tanggal, _______________________ Ketua Departemen

(Wahyu Ario Pratomo, SE,ME.c) NIP. 132 206 574

Tanggal, _______________________ Dekan

(5)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. ABSTRACT

This research titled “Analysis Causality and Cointegration between Economic Growth and Export in Indonesia. The goal of this research try to analysis the causality and cointegration realitionship between economic growth and export in Indonesia.

This research uses annual data during 1970 until 2008, by using method of cointegration test and granger causality test and it’s processed by using Eviews 5. Before using cointegration test and granger causality test, this research use unit roots test and degree of integration to show stationary time series data.

The unit roots test result that economic growth and export has stationary at 2difference data with confidence level = 1%. The cointegration test show that economic

growth and export in Indonesia has a consistent relationship in the long term. And, granger causality test show there is a bidirectional causality between economic growth and export in Indonesia.

(6)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data tahunan dari 1970 – 2008, dengan menggunakan Cointegration Test dan Granger Causality Test dan di proses dengan menggunakan Eviews

5. Sebelum menggunakan Cointegration Test dan Granger Causality Test, penelitian ini menggunakan Uji Akar Unit dan Uji Derajat Integrasi untuk melihat apakah data yang digunakan telah stasioner.

Hasil Uji Akar Unit menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi dan ekspor telah stasioner pada derajat integrasi 2 atau I(2) dengan tingkat kepercayaan 1%. Hasil Cointegration Test menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia

memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang. Dan, Granger Causality Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah atau timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia.

(7)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

KATA PENGANTAR

Alhamdullah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi dengan Ekspor Indonesia”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dengan ekspor di Indonesia selama periode 1970 – 2008. Disamping itu, penulisan skripsi ini juga ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari terdapat keterbatasan pengetahuan dalam menyelesaikan penelitian ini sehingga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai Drs. Luthfy H. Pelly dan Syarifah Kalsum, yang telah mendidik, mengasihi, dan membimbing serta mendukung penulis didalam doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, serta kepada seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama masa perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

(8)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis PhD, sebagai Wakil Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Murni Daulay, Msi selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selasainya skripsi ini.

6. Bapak Rahmad Sumanjaya, SE, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Paidi Hidayat, M.Si selaku dosen penguji II yang juga telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Drs, Iskandar Syarif, MA selaku dosen wali penulis yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis.

9. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

(9)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

11.Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah membalas segala budi dan pengorbanan yang telah diberikan. Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Medan, Desember 2009

Penulis

(10)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

(11)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

BAB II URAIAN TEORITIS ... 6

2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 6

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 6

2.1.2 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi ... 7

2.1.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2.2 Perdagangan Internasional ... 14

2.2.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional ... 14

2.2.2 Teori Perdagangan Internasional ... 16

2.2.3 Ekspor ... 20

2.2.4 Impor ... 24

2.3 Perekonomian Terbuka ... 26

2.3.1 Arus Barang dan Modal dalam Pasar Internasional ... 26

2.3.2 Arus Barang : Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto ... 27

2.3.3 Aliran Sumber Daya Keuangan : Arus Keluar Modal Neto ... 28

2.3.4 Persamaan Ekspor Neto dan Investasi Luar Negeri Neto ... 28

2.3.5 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional ... 29

(12)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

2.4 Penelitian Sebelumnya ... 32

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 34

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3 Pengolahan Data ... 34

3.4 Metode Analisis ... 35

3.5 Defenisi Operasional ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Analisis Deskriptif ... 39

4.1.1 Keterbukaan Ekonomi Indonesia ... 39

4.1.2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Indonesia ... 45

4.1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 46

4.1.4 Perkembangan Ekspor di Indonesia ... 49

4.2 Analisis Data ... 52

4.2.1 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) ... 52

4.2.2 Hasil Uji Kointegrasi (Cointegration Test) ... 54

4.2.3 Hasil Uji Granger Causality (Granger Causality Test) ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

(13)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL No. Tabel Judul Halaman 4.1 Kemajuan Ekonomi Setelah Krisis Ekonomi 1997/1998 Negara Asia (% atau % terhadap PDB untuk utang luar negeri) ... 42

4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Permintaan 2001-2009 (% / tahun) ... 43

4.3 PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku ... 48

4.4 Perkembangan Ekspor Indonesia ... 51

4.5 Hasil Pengujian ADF dengan Intercept ... 53

4.6 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen ... 54

(14)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. DAFTRAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(15)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1 Hasil Uji Akar Unit untuk Y (Pertumbuhan Ekonomi) dengan 2nd Difference - Intercept

2 Hasil Uji Akar Unit untuk X (Ekspor) dengan 2nd Difference - Intercept

3 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen

(16)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(17)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang paling menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada wacana lain mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut. Bagi Indonesia, sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan instrumen utama untuk mencapai cita-cita nasionalnya. Ada indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan ini di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang di ukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

(18)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang. Pada umumnya negara-negara sedang berkembang, seperti Indonesia, mengandalkan kelancaran arus pendapatan devisa dan kegiatan ekonominya yang berasal dari ekspor dan dalam dunia modern seperti sekarang ini hampir semua negara mengikuti proses pembangunan yang menggantungkan diri pada ekspor sebagai penggerak pertumbuhan ekonominya (the export-led growth hypothesis). Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (1991), alasan yang mendesak mengapa suatu negara perlu menggalakkan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang berarti pula akan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

Peranan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, selalu menarik untuk diteliti secara teori maupun empirik. Selama dua dekade terakhir ini sudah banyak studi empirik yang telah dilakukan untuk meneliti berapa besar peranan ekspor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara atau hipotesis yang menyatakan bahwa ekspor (pertumbuhan ekspor) akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekspor yang tinggi akan menghasilkan devisa bagi suatu negara dan selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan untuk pembangunan sektor-sektor di dalam negeri. Karena secara teoritis (hipotesis) dapat dikatakan bahwa ada korelasi yang positif antara pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan ekonomi disatu pihak dan peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan impor, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyrakat serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dipihak lainnya.

(19)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

membutuhkan dan saling mengisi. Kenyataan ini lebih meyakinkan kita akan bertambah pentingnya peranan perdagangan internasional dalam masa mendatangdemi kepentingan ekonomi nasional. Dalam hal ini, hubungan ekonomi internasional dalam suatu negara ditunjukkan oleh kegiatan perdagangan perdagangan yang meliputi kegiatan ekspor impor sebagai salah satu komponen penting dalam hubungan ekonomi luar negeri. Ekspor akan memperluas pasar barang buatan dalam negeri dan ini memungkinkan perusahaan-perusahaan dalam negeri mengembangkan kegiatannya. Impor juga dapet memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi karena industri-industrinya dapat mengimpor mesin-mesin dan bahan mentah yang diperlukannya. Di Indonesia jenis barang yang sering diperdagangkan ke luar negeri adalah barang migas dan non migas. Barang migas meliputi minyak dan gas, sedangkan barang non migas meliputi komoditi tradisional termasuk produk industri dan pariwisata.

Indonesia dapat dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan ekspor, jika laju pertumbuhan ekspornya rata-rata pertahun tinggi dan komposisi ekspornya tidak lagi hanya didominasi oleh komoditas-komoditas pertanian dan pertambangan (termasuk migas), serta produk-produk ekspor Indonesia sudah memasuki pasar dunia.

Berdasarkan uraian di atas, peranan ekspor bagi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi bagi pertumbuhan ekspor di Indonesia menarik untuk di teliti. Untuk itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kausalitas

dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor di Indonesia”.

(20)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa besar keterbukaan ekonomi Indonesia saat ini ?

2. Bagaimana pola atau arah hubungan kausalitas (timbal balik) antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia ?

3. Bagaimana hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang) antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. 2. Terdapat hubungan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perkembangan ekspor di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pola atau arah hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia.

(21)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

4. Untuk mengetahui apakah keterbukaan ekonomi Indonesia sudah cukup mengglobal.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan studi dan literatur tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia.

3. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi yang terkait.

4. Sebagai pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian dengan topik yang sama yang sudah ada sebelumnya.

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

(22)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan output dari tahun ke tahun yang merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat (Sukirno, 2003: 10). Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.

Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Hasil pertumbuhan ekonomi tersebut harus dapat dinikmati masyarakat sampai ke lapisan yang paling bawah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana untuk mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembangunan hasil-hasilnya dengan lebih merata. Bila pembangunan dan hasil-hasilnya tersebut terdistribusi secara merata maka daerah-daerah yang miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi produktif dan akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

2.1.2 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

(23)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

jasa yang dihasilkan selama peride tertentu. Selain PDB, dalam suatu negara juga dikenal ukuran PNB (Produk Nasional Bruto) serta Pendapatan Nasional (National Income).

Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam suatu periode (Rahardja, 2004: 118), yaitu :

x 100 %

Dimana:

Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t.

PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t.

PDBRt-1 = Produk Domestik Bruto Riil satu perode sebelumnya.

Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial :

PDBRt = PDBR0 ( 1 + r )t

Di mana:

PDBRt = PDBR periode t

PDBR0 = PDBR periode awal

r = tingkat pertumbuhan

(24)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional atau regional, maka ada tiga metode pendekatan yang dipakai :

a) Pendekatan Produksi (Production Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis (Rahardja, 2004: 16) :

NI = P1Q1 + P2Q2 + . . . + PnQn

Dimana :

NI = PDB (Produk Domestik Bruto).

P1, P2, . . . ,Pn = Harga satuan produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi.

Q1, Q2, . . , Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi.

Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda.

b) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlah besarnya total pendapatan atau balas jasa setiap fakto-faktor produksi. Secara matematis (Rahardja, 2004: 19) :

Y = Yw + Yr + Yi + Yp

Dimana :

Y = Pendapatan nasional atau PDB.

(25)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Yr = Pendapatan sewa.

Yi = Pendapatan bunga.

Yp = Pendapatan laba atau profit.

c) Pendapatan Pengeluaran (Consumption Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis (Rihardja, 2004: 20) :

Y = C + I + G + (X - M)

Dimana :

Y = PDB (Produk Domestik Bruto).

C = Pengeluaran rumah tangga konsumen untuk konsumsi.

I = Pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi.

G = Pengeluaran rumah tangga pemerintah.

(X – M) = Ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri.

Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari adanya perhitungan ganda.

(26)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, yaitu:

a) Teori Jumlah Penduduk Optimal (Optimal Population Theory)

Teori ini telah lama dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini, berlakunya The Law of Diminishing Return (TLDR) menyebabkan tidak semua penduduk dapat

dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan, justru akan menurunkan tingkat output perekonomian (Rahardja, 2004: 127).

Total Produksi (Output)

Tenaga kerja

Gambar 2.1 : Jumlah Penduduk Optimal

Pada gambar 2.1, kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja) yang terlihat dalam proses produksi adalah L1, dengan jumlah output (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L2 PDB justru berkurang menjadi Q2.

TP1 TP2 Q3

Q1 Q2

0 L

(27)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Hal ini karena cepat terjadinya TLDR. Agar penambahan tenaga kerja ke L2 dapat meningkatkan output, misalnya menjadi Q2, yang harus dilakukan adalah investasi fisik (barang modal) dan SDM yang menunda terjadinya TLDR. Bahkan kedua investasi tersebut menimbulkan sinerji. Jika hal tersebut yang terjadi, maka fungsi produksi membaik. Hal itu digambarkan dengan bergesernya kurva produksi ke TP2. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output (PDB).

b) Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan merupakan penyempurnaan teori-teori klasik sebelumnya. Fokus pembahasan teori ini adalah akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi. Asumsi penting dari model Solow adalah (Rahardja, 2004: 128) :

1. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi). 2. Tingkat depresiasi dianggap konstan.

3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal. 4. Tidak ada sektor pemerintah.

5. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan.

6. Seluruh penduduk bekerja sehingga jumlah pendapatan = jumlah tenaga kerja.

Dengan asumsi-asumsi tersebut, dapat dipersempit faktor-faktor penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB per kapita semata-mata ditentukan olehstok barang modal per tenaga kerja.

Jika Q = output atau PDB, K = barang modal, dan L = tenaga kerja, maka:

(28)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Dimana:

y = PDB per kapita atau Q/L

k = barang modal per kapita atau K/L.

c) Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneur). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Langkah-langkah pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik-tahap produksi serta masalah organisasi-manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diterima pasar.

Menurut Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur (inovator). Sayangnya, keleluasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli inilah yang memunculkan masalah-masalah nonekonomi, terutama sosial-politik, yang pada akhirnya dapat menghancurkan sistem kapitalis itu sendiri.

d) Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

(29)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 1. Perekonomian bersifat tertutup.

2. Hasrat menabung (MPS=s) adalah konstan.

3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale).

4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

g = K = n,

dimana :

• g = Growth (tingkat pertumbuhan output)

• K = Capital (tingkat pertumbuhan modal)

• n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang.

e) Teori Pertumbuhan Rostow

(30)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya ke dalam lima tahap, yaitu :

a. Tahap masyarakat tradisional (The traditional society)

b. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (The preconditional society) c. Tahap tinggal landas (The take off)

d. Tahap bergerak menuju kematangan (The drive to martirty)

e. Tahap era konsumsi tinggi massa (The age of high mass consumption)

2.2 Perdagangan Internasional

2.2.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional

(31)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Karena itu timbul negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu. Hal ini di mungkinkan karena adanya barang yang hanya di produksi didaerah dan iklim tertentu atau karena negara tersebut memiliki kombinasi faktor-faktor produksinya yang lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara tersebut dapat menghasilkan barang yang lebih bersaing.

Setiap negara memiliki tingkat kapasitas produksi yang berbeda baik secara kualitas maupun jenis produksinya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya Perdagangan Internasional, antara lain:

1. Sumber daya alam (natural resources). 2. Sumber daya modal (capital resources). 3. Tenaga kerja (human resources). 4. Teknologi.

Pada dasarnya, perdagangan timbul karena adanya dorongan atau motif untuk berdagang. Motif ini adalah kemungkinan diperolehnya manfaat dari perdagangan atau gains of trade. Dalam kasus pertukaran antara dua orang, manfaat ini ditunjukkan oleh

kemungkinan untuk mencapai tingkat kepuasan atau indiferensi yang lebih tinggi.

Beberapa faktor lain yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional selain motif gains of trade, yaitu:

1. Harga

(32)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 2. Pendapatan.

Meningkatnya pendapatan nasional menyebabkan meningkatnya pembelian barang dari luar negeri (impor) dan meningkatnya ekspor akan meningkatkan pendapatan nasional.

3. Selera.

Misalnya seseorang lebih berselera produk luar negeri, maka ia cenderung membeli produk-produk luar negeri, begitu pula sebaliknya.

2.2.2 Teori Perdagangan Internasional

a. Merkantilisme

Dalam perdagangan internasional terdapat beberapa aliran pemikiran, dimulai dari aliran pemikiran yang dikenal sebagai aliran merkantilisme. Aliran merkantilisme ini merupakan suatu kelompok aturan yang merupakan pencerminan cita-cita atau ideologi kapitalisme komersil. Kebijakan ekonomi ini pernah dianjurakan dan dilaksanakan oleh sekelompok negarawan Eropa pada abad keenambelas dan tujuhbelas. Salah satu penganjur teori ini adalah Thomas Mun (Hady, 2004: 24).

Merkantilisme mempunyai pokok-pokok ajarannya didalam menjalankan perekonomiannya. Pokok-pokok ajaran Merkantilisme adalah sebagai berikut :

1. Kemakmuran akan di peroleh dengan pemilikan emas dan perak sebanyak mungkin. 2. Surplus neraca perdagangan dengan ekspor lebih besar dari impor.

3. Penurunan bea masuk untuk bahan mentah agar harganya murah.

(33)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

5. Memperluas (ekspansi) daerah pemasaran. Banyak negara Eropa yang mencari negeri jajahan, Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol, Portugis, dll.

6. Menurut ajaran merkantilisme, kemajuan ekonomi suatu negara tergantung pada bagaimana pengelolahan hubungan ekonomi dengan negara lain, terutama dalam hal perdagangan.

b. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage Theory)

Teori keunggulan mutlak dari Adam Smith ini sering disebut teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan memperoleh perdagangan internasional (gains of trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disadvantage).

Teori absolute advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain sebagai berikut (Hady, 2004: 29) :

1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja. 2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama. 3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang. 4. Biaya transport diabaikan.

Kelemahan teori Adam Smith :

(34)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

perdagangan internasional yang menguntungkan. Hal ini merupakan kelemahan dari teori absolute advantage Adam Smith.

c. Teori Keunggulan Komparatif (comparative advantage)

David Ricardo mengemukakan teori comparative advantage (keunggulan komparatif) sebagai berikut :

1. Cost Comparative Advantage (Labor Efficiency)

Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.

Menurut teori cost comparative advantage, suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif/tidak efisien.

Dengan adanya spesialisasi pada masing-masing negara berdasarkan cost comparative advantage (labor efficiency), maka akan terjadi penghematan hari kerja. Penghematan hari

kerja ini tentunya akan meningkatkan jumlah produksi kedua negara tersebut.

2. Production Comparative Advantage (Labor Productivity)

Berdasarkan analisis production comparative advantage atau labor productivity dapat dikatakan sebagai berikut :

(35)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif.

Akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Menurut teori comparative advantage dari David Ricardo, perdagangan internasional dari dua negara tetap terjadi walaupun hanya satu negara yang memiliki keunggulan mutlak, dengan masing-masing negara tersebut memiliki perbedaan dalam labor efficiency (cost comparative advantage) dan atau labor productivity (production comparative advantage).

Kelemahan dari Teori comparative advantage :

1. Teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja). Perbedaan fungsi ini menimbulkan terjadinya perbedaan produktifitas (production comparative advantage) ataupun perbedaan efisiensi (cost comparative advantage). Akibatnya, terjadilah perbedaan harga barang yang sejenis diantara dua negara.

2. Jika fungsi faktor produksi (tenaga kerja) sama atau produktifitas dan efisiensi di kedua negara sama, maka tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional karena harga barang yang sejenis akan menjadi sama di kedua negara tersebut.

3. Pada kenyataannya, walaupun fungsi faktor produksi (produktifitas dan efisiensi) sama diantara kedua negara, ternyata harga barang yang sejenis dapat berbeda, sehingga dapat terjadi perdagangan internasional. Dalam hal ini teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk barang/produk sejenis walaupun fungsi faktor produksi (produktifitas dan efisiensi) sama di kedua negara.

(36)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. a. Pengertian Ekspor

Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing (Amir, 2004: 1).

Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan timbulnya industi-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien (Todaro, 2000: 167).

Ekspor merupakan salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam sektor industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dan perekonomian.

b. Peran Sektor Ekspor

Berdasarkan definisi-definisi ekspor diatas maka dapat disimpulkan bahwa peranan sektor ekspor antara lain, yaitu:

(37)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-barang dipasr dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan produktifitas.

3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang-barang tersebut akan dijual di dalam negeri, misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan transportasi yang memadai.

Dengan demikian selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri untuk menggunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing dipasar internasional.

c. Aneka Cara Ekspor

Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut :

1. Ekspor Biasa

Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri.

(38)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini pengiriman barang, tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat di jualdi dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam mata uang rupiah.

3. Konsinyasi

Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk di jual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa, di dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri.

Cara penjualan di luar negeri ini dapat dilaksanakan dengan penjualan di pasar bebas, atau juga mungkin dengan mengikutsertakan barang tersebut di dalam pelelangan atau yang biasa disebut juga pada “commodities exchange”.

4. Pacaege-Deal

(39)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. 5. Penyeludupan (Smuggling)

Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyeludupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyeludupan terletak adanya pelarian kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat.

d. Kebijakan Ekspor

Kebijakan ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor suatu negara.

Kebijakan ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu:

1. Kebijakan Ekspor Dalam Negeri

• Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian

pajak ataupun pengenaan pajak ekspor untuk barang-barang ekspor tertentu. Cth: Pajak ekspor atas CPO.

• Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor

barang-barang tertentu.

• Penerapan prosedur ekspor yang relatif murah.

• Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor.

(40)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse (Kawasan Berikat

Nusantara), bounded island Batam, export processing zone, dan lain-lain.

• Larangan/pembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO (Crude Palm

Oil) oleh Menperindag. 2. Kebijakan Ekspor di Luar Negeri

Pembentukan International Trade Promotion Centre (ITPC) di berbagai

negara, seperti di Jepang (Tokyo), Eropa, AS, dan lain-lain.

Pemanfaatan General System of Preferency atau GSP, yaitu fasilitas keringanan bea masuk yang di berikan negara-negara industri untuk barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai salah satu hasil UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Development).

Menjadi anggota Commodity Association of Producer, seperti OPEC dan

lain-lain.

Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer abd Comsumer, seperti ICO (International Coffe Organization), MFA (Multifibre Agreement), dan lain-lain.

2.2.4 Impor

a. Pengertian Impor

(41)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

maupun bukan komersial. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang olahan tersebut akan kembali ke luar negeri.

Pengertian impor secara yuridis menurut UU No.10 Tahun 1995 Pasal 2 Ayat (1), yaitu pada saat barang memasuki Daerah Pabean dan menetapkan saat barang tersebut wajib Bea Masuk serta merupakan dasar yuridis bagi Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan.

b. Kebijakan Impor

Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi/mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa.

Kebijakan impor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu:

a. Kebijakan Tariff Barrier (TB) dalam bentuk bea masuk terdiri atas sebagai berikut:

1. Pembebasan bae masuk/tarif rendah adalah antara 0% sampai dengan 5% :

Dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin vital, alat-alat militer/pertahanan/keamanan, dan lain-lain.

(42)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Dikenakan untuk barnag setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.

3. Tarif tinggi diatas 20% :

Dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok.

b. Kebijakan Non Tariff Barrier

Kebijakan non tariff barrier adalah berbagai kebijakan perdaganagn selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.

2.3 Perekonomian Terbuka

2.3.1 Arus Barang dan Modal dalam Pasar Internasional

Perekonomian terbuka atau perekonomian empat sektor adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan negara-negara lain di dunia ini. Dalam perekonomian terbuka sektor-sektor ekonominya dibedakan kepada empat golongan, yaitu: rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri (Sukirno, 2004: 202).

(43)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

2.3.2 Arus Barang : Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto

Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang di jual secara luas di luar negeri, dan impor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri yang di jual di dalam negeri. Dengan demikian, sejauh mana ekspor dan impor mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional tergantung kepada ekspor neto.

Ekspor neto suatu negara merupakan nilai ekspor negara tersebut dikurangi nilai impornya. Ekspor neto memperlihatkan apaka sebuah negara, secar keseluruhan, merupakan penjual atau pembeli dalam pasar dunia, ekspor neto disebut juga neraca perdagangan (trade balance). Jika ekspor neto bernilai positif, maka ekspor lebih besar dari impor, menunjukkan bahwa negara tersebut menjual barang dan jasanya secara luas melebihi pembeliannya dari negara lain. Pada kasus ini, negara tersebut mempunyai surplus perdagangan (trade surplus). Jika ekspor neto bernilai negatif, maka ekspor lebih kecil dari impor, menunjukkan bahwa negara tersebut menjual barang dan jasa lebih sedikit daripada jumlah pembelian barang dan jasanya dari negara lain. Jika demikian, negara tersebut dikatakan mempunyai defisit perdagangan (trade deficit). Jika ekspor neto bernilai nol, berarti ekspor dan impor negara tersebut sama besarnya, dan negara tersebut mengalami kondisi perdagangan seimbang (balanced trade).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto dari sebuah negara meliputi :

• Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri

• Harga barang-barang di dalam dan luar negeri

(44)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

• Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri

• Biaya membawa barang dari suatu negara ke negara lain

• Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional

2.3.3 Aliran Sumber Daya Keuangan : Arus Keluar Modal Neto

Arus keluar modal neto (net capital outflow) mengacu pada pembelian aset luar negeri oleh masyrakat dalam negeri dikurangi pembelian aset dalam negeri oleh masyarakat luar negeri (biasanya juga disebut investasi luar negeri neto).

Beberapa variabel penting yang mempengaruhi investasi luar negeri neto, yaitu:

• Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset luar negeri

• Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset dalam negeri

• Risiko ekonomis dan politis dari aset di luar negeri

• Berbagai kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kepemilikan aset dalam negeri

oleh investor asing.

2.3.4 Persamaan Ekspor Neto dan Investasi Luar Negeri Neto

Ekspor neto dan investasi luar negeri neto masing-masing mengukur ketidakseimbangan dari pasar dunia barang dan jasa dan pasar keuangan dunia.Ekspor neto mengukur ketidakseimbangan ekspor dan impor suatu negara. Investasi luar negeri neto mengukur keseimbangan antara jumlah aset luar negeri yang dibeli oleh investor dalam negeri dan jumlah aset dalam negeri yang dibeli oleh investor asing.

(45)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. NCO = NX

Persamaan ini berlaku karena setiap transaksi yang mempengaruhi satu sisi dari persamaan in juga harus mempengaruhi sisi lainnya dengan jumlah yang persis sama.

2.3.5 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional

Tabungan dan investasi suatu negar penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka terbagi menjadi empat komponen: konsumsi (C), investasi (I), pembelanjaan pemerintah (G), dan ekspor neto (NX). Dengan persamaan sebagai berikut:

Y = C + I + G + NX

Total pengeluaran pada output perekonomian barang dan jasa adalah penjumlahan dari pengeluaran terhadap konsumsi, investasi, pembelanjaan pemerintah, dan ekspor neto.

Tabungan nasional merupakan pendapatan nasional yang tersisa setelah konsumsi dan pembelanjaan pemerintah. Tabungan nasional (S) sama dengan Y – C – G. Jika susun kembali persamaan diatas, maka persamaannya menjadi:

Y – C – G = I + NX

S = I + NX

Karena ekspor neto (NX) juga sama dengan investasi luar negeri neto (NCO), juga dapat dituliskan rumus tersebut menjadi:

(46)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Tabungan = Investasi dalam negeri + Investasi luar negeri neto

Persamaan diatas menunjukkan bahwa tabungan nasional harus sama dengan investasi dalam negeri ditambah investasi luar negeri neto.

Dalam perekonomian tertutup, investasi luar negeri neto adalah nol (NCO = 0), jadi tabungan sama dengan investasi (S = I). Sebaliknya, perekonomian terbuka dapat memanfaatkan tabungannya untuk dua kegunaan: investasi dalam negeri dan investasi luar negeri neto.

2.3.6 Kebijakan Pemerintah dalam Perekonomian Terbuka

Dalam perekonomian terbuka masalah ekonomi yang dihadapi adalah berbentuk seperti berikut (Sukirno, 2004: 405) :

• Perekonomian menghadapi masalah pengangguran, tetapi terdapat surplus dalam

neraca pembayaran.

• Perekonomian menghadapi masalah inflasi tetapi terdapat surplus dalam neraca pembayaran.

• Perekonomian menghadapi masalah pengangguran dan disamping itu menghadapi masalah defisit dalam neraca pembayaran.

• Perekonomian menghadapi masalah inflasi dan disamping itu menghadapi masalah

(47)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Kebijakan Memindahkan Perbelanjaan

Kebijakan memindahkan perbelanjaan adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran yang akan mengakibatkan pertambahan ekspor dan pengurangan impor. Kebijakan memindahkan perbelanjaan dijalankan apabila defisit neraca pembayaran muncul ketika perekonomian juga menghadapi masalah pengangguran.

Langkah-langkah untuk mengurangi impor dan mendorong konsumsi barang dalam negeri adalah, sebagai berikut:

• Melakukan pembatasan impor.

• Menekan (mengurangi penggunaan valuta asing).

• Menurunkan nilai mata uang (devaluasi).

Langkah-langkah untuk menambah ekspor sehingga menambah penerimaan valuta asing adalah, sebagai berikut:

• Memberikan insentif fiskal dan moneter untuk menambah kegiatan dalam produksi

barang ekspor.

• Mewujudkan kestabilan upah dan harga.

• Menurunkan nilai valuta.

(48)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Kebijakan pengurangan perbelanjaan adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi masalah kekurangan dalam neraca pembayaran dengan mengurangi perbelanjaan agregat dan tingkat kegiatan ekonomi negara. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah dalam neraca pembayaran dengan cara mengurangkan perbelanjaan akan dilakukan apabila:

• Perekonomian telah mencapai kesempatan kerja penuh dan disamping itu juga inflasi

juga wujud.

• Dalam perekonomian terdapat defisit yang berkepanjangan dalam neraca pembayaran.

Kebijakan mengurangi perbelanjaan dapat dilaksanakan dengan mengambil langkah-langkah berikut:

a. Menaikkan pajak pendapatan.

b. Menaikkan suku bunga dan menurunkan penawaran uang.

c. Mengurangi pengeluaran penerintah.

2.4 Penelitian Sebelumnya

(49)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Salah satu penelitian yang dilakukan Ekanayake (1999) dengan judul Exports and Economic Growth in Asian Developing Countries : Cointegration and Error Correction

Models. Penelitian ini mencoba menganalisa dengan menggunakan pendekatan kointegrasi

dan model koreksi kesalahan (error correction models = ECM) untuk menganalisis hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia yang sedang berkembang. Dari hasil empiris menunjukkan bahwa variabel ekspor dan pertumbuhan ekonomi (GDP) memiliki hubungan yang kointegrasi untuk semua negara.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Siddique dan Selvanathan (1998), dengan penelitian yang berjudul Export Performance and Economic Growth : Cointegration and Causality Analiysis for Malaysia, 1966 – 1996. Dengan menggunakan uji Granger-Causality test

memperlihatkan tidak adanya hasil atau fakta yang mendukung dari the export-led economic growth hypothesis di Malaysia untuk kedua variabel tersebut baik total ekspor maupun ekspor

(50)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia selama kurun waktu 1970 – 2008 dan keterbukaan ekonomi Indonesia (share net export terhadap PDB).

(51)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 1970 – 2008. Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

3.3 Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah menggunakan program Eviews 5.

3.4 Metode Analisis

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration test dan Granger Causality test. Analisis Cointegration test (Johansen test) bertujuan untuk melihat hubungan

pertumbuhan ekonomi dan ekspor dalam jangka panjang. Sedangkan analisis Granger Causality test adalah untuk melihat hubungan timbal balik (causal) antara pertumbuhan

ekonomi dan ekspor Indonesia.

Dalam kaitannya dengan metode tersebut maka pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakannya metode Cointegration test dan Granger Causality test. Sebelum dilakukan estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(52)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Uji akar unit dari Dickey Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasionaritass data time series yang diteliti dengan mengunakan Eviews versi 5. Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut:

DYt = a0 + Yt-1 + iDYt-1+1 + t . . . (1) Sedangkan untuk uji Phillip-Perron (PP) adalah:

DYt = a0 + Yt-1 + t . . . (2) Dimana :

D = Perbedaan atau differensi.

Y = Variabel yang diamati pada tingkat periode tertentu. = Operasi kelambanan waktu (backward lag operator).

Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null = 0 untuk ADF dan = 1 untuk PP. Stasioner tidaknya data didasarkan pada perbandingan nilai statistik ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien dan dengan nilai kritis statistik dari Mackinnon

maka data stasioner dan sebaliknya maka data tidak stasioner.

2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan Johansen test. Untuk menentukan jumlah arah kointegrasi tersebut maka Johansen

(53)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Uji statistik pertama adalah uji trace (Trace test, trace) yaitu menguji hipotesis

nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai berikut:

trace (r) = - T . . . (3)

di mana r+1, . . . , n adalah nilai eigenvectors terkecil (p – r). Null hypothesis yang

disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan kata lain, jumlah vector kointegrasi lebih kecil atau sama dengan (≤) r, di mana r = 0,1,2 dan seterusnya.

Untuk uji statistik yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue ( max) yang dilakukan dengan formula sebagai berikut:

max (r, r + 1) = - T in (1 – r+1) . . . (4)

Uji berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vector kointegrasi yang berlawanan (r + 1) dengan vector kointegrasi. Untuk melihat hubungan kointegrasi tersebut maka dapat dilihat dari besarnya nilai Trace statistik dan Max-Eigen statistik dibangdingkan dengan nilai critical value pada tingkat kepercayaan 5 persen.

3. Uji Granger Causality

(54)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini:

Xt = ai Xt-i + bj Yt-j + t . . . (5)

Yt = ci Xt-i + dj Yt-j + vt . . . (6)

Dimana :

Y = Pertumbuhan ekonomi di Indonesia/PDB (Milyar).

X = Ekspor di Indonesia (Juta US $).

, v = Error of Term.

Di mana t dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi linear di atas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan (12) dan (13) adalah sebagai berikut :

(1) Jika bj ≠ 0 dan dj = 0,

Maka terdapat kausalitas satu arah dari Y ke X. (2) Jika bj = 0 dan dj ≠ 0,

Maka terdapat kausalitas satu arah dari X ke Y. (3) Jika bj = 0 dan dj = 0,

Maka X dan Y bebas antara satu dengan yang lainnya. (4) Jika bj ≠ 0 dan dj ≠ 0,

(55)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti yang disebutkan di atas maka dilakukan F-test untuk masing-masing regresi.

3.5 Defenisi Operasional

a. Pertumbuhan ekonomi adalah persentase kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa memandang kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan dalam struktur ekonomi yang di proxy dengan PDB harga berlaku dalam satuan miliar rupiah dari tahun 1970-2008.

b. Ekspor adalah nilai barang dan jasa yang dikirim ke luar negeri dalam satuan juta US $.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

(56)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

4.1.1 Keterbukaan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan perekonomian dunia saat ini semakin dinamis dan cepat berubah mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Pelaku-pelaku ekonomi dituntut untuk terus mengikuti informasi agar dapat menentukan langkah-langkah kebijaksanaan demi memenangkan persaingan. Derajat globalisasi dari suatu negara di dalam perekonomian dunia dapat dilihat dari dua indikator utama. Pertama, rasio dari perdagangan internasional (ekspor dan impor) dari negara tersebut sebagai suatu persentase dari jumlah nilai atau volume perdagangan dunia, atau besarnya nilai perdagangan luar negeri dari negara itu sebagai suatu persentase dari PDB-nya. Semakin tinggi rasio tersebut menandakan semakin mengglobal perekonomian dari negara tersebut. Sebaliknya, semakin terisolasi suatu negara dari dunia. Kedua, kontribusi dari negara tersebut dalam pertumbuhan investasi dunia, baik investasi langsung atau jangka panjang (penanaman modal asing) maupun investasi tidak langsung atau jangka pendek.

(57)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Menko Sri Mulyani menjelaskan kemajuan-kemajuan dalam bidang perekonomian dapat dilihat dari tiga indikator utama perekonomian. Pertama, akselerasi pertumbuhan ekonomi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi sejak krisis moneter tahun 1997/1998 mengalami percepatan terutama dalam peride 2004-2008. Akselerasi ini di dukung pula dengan dengan makin seimbangnya sumber pertumbuhan ekonomi dimana investasi makin penting perannya, sementara konsumsi masyarakat tetap terjaga tinggi tingkat pertumbuhannya. Dengan keberhasilan menciptakan stabilitas ekonomi makro (tercermin dari nilai tukar rupiah dan laju inflasi), pendapatan per kapita Indonesia diukur dalam dolar AS, meningkat 1,8 kali pada akhir 2008 dibandingkan akhir 2004 dan melebihi 2000 dolar AS per kapita pada akhir 2008.

Kedua, penurunan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan stabilitas

harga pokok telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, walaupun sempat mengalami tingkat kenaikan pada peride 2005-2006. Data Susenas terakhir Maret 2008, menunjukkan tingkat kemiskinan mencapai titik terendah. Penurunan ini terjadi baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan.

Ketiga, penurunan tingkat pengangguran. Sejak krisis ekonomi 1998 sampai dengan

(58)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Dalam perspektif jangka menengah dan panjang, Indonesia tetap membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam dekade mendatang mengingat beberapa hal. Pertama, perubahan dalam teknologi telah menurunkan elastisitas penciptaan lapangan kerja

per 1% pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika ingin menurunkan tingkat pengangguran menuju sekitar 4-5%, maka dalam dekade mendatang sektor non migas harus selalu mampu tumbuh di atas 7%. Fenomena ini terjadi di seluruh dunia dan memaksa banyak negara melakukan reorentasi strategi pembangunan ekonominya.

Kedua, tingkat kemiskinan Indonesia juga masih tergolong tinggi. Sebagian besar

keluarga Indonesia masih hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi dalam beberapa dekade mendatang akan dibutuhkan bukan hanya untuk mengentaskan kemiskinan absolut (yang dewasa ini sekitar 6%), namun juga untuk mengurangi penduduk yang tergolong nyaris miskin (near poor) yang jumlahnya hampir separuh rakyat Indonesia.

(59)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

dan mengalami suatu akselerasi yang signifikan menjelang tahun 1998, peride di mana krisis ekonomi mencapai tititk buruknya.

Perbandingan Indonesia Dengan Negara-Negara Lain

Indonesia sebenarnya mempunyai perkembangan yang cukup baik, terlihat dari perkembangan beberapa indikator ekonomi di beberapa negara Asia sejak krisis ekonomi tahun 1998. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah salah-satu yang terbaik di Asia khususnya dalam periode 2005-08. Hai ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Kemajuan Ekonomi Setelah Krisis Ekonomi 1997/1998 Negara Asia (% atau % terhadap PDB untuk utang luar negeri)

Negara Laju

Pertumbuhan Ekonomi

Inflasi Utang Luar Negeri

Tk.Pengangguran

98-04 05-07 08 98 08 02 08 00 08

Indonesia 1,5 5,8 6,2 58,4 11,0 64,9 30,7 8,3 8,3 Thailand 5,0 5,0 4,5 8,1 3,0 48,8 29,9 2,4 1,4 Malaysia 5,6 6,0 5,7 5,2 4,3 48,4 31,3 3,5 3,3 Filipina 5,9 4,8 2,7 9,3 4,5 69,8 45,4 11,2 7,3 Korea

Selatan

6,1 5,0 4,1 7,7 3,0 25,8 39,4 4,4 3,5 Sumber : IMF, International Financial Statistic.

Dengan adanya perkembangan yang cukup baik ini memulihkan kepercayaan dunia terhadap pemerintah Indonesia. Laporan Growth Commission yang dipimpin oleh salah satu pemegang hadiah Nobel, Profesor Michael Spence dan beranggotakan pelbagai prominent persons dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan Indonesia sebagai salah-satu dari 15

(60)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

untuk menjadi Enhanced Engagement Countries klub negara-negara maju (OECD). Disini Indonesia telah diterima sebagai anggota penuh Development Center OECD.

Prospek Indonesia Tahun 2009

[image:60.595.68.531.489.621.2]

Sumber pertumbuhan ekonomi berdasarkan sisi permintaan dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini. Konsumsi masyarakat dan investasi akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun 2009. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terjadi perlambatan selama semester I/2009 dan bertahap pulih kembali memasuki semester II/2009. Pola pertumbuhan ini sesuai dengan perkiraan siklus global dan pola pengeluaran pemerintah. Pada tahun 2009 Indonesia merupakan tahun pemilu. Kegiatan kampanye partai akan mencapai puncaknya pada akhir triwulan I dan awal triwulan II. Kegiatan ini kemudian akan diikuti dengan Pemilu Presiden. Dengan demikian, siklus pemilu ini diperkirakan akan menambah permintaan dan kegiatan ekonomi. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tabel 4.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Permintaan 2001-2009 (% / tahun) 01 - 04 05 - 07 08 09 Permintaan Domestik

- Konsumsi Masyarakat - Konsumsi Pemerintah - Investasi - Ekspor - Impor PDB 5,1 4,8 8,9 6,5 5,9 7,2 4,8 5,7 4,5 8,0 8,0 10,4 10,5 6,0 7,7 5,4 10,7 12,6 13,7 13,6 6,2 5,7 4,8 10,4 6,5 5,9 6,1 5,0

Sumber : Diolah dari dta BPS dan Estimasi Kemenko Perekonomian.

(61)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

menggambarkan derajat keterbukaan ekonomi Indonesia. Pada saat ini total nilai ekspor dan impor bila dibandingkan dengan PDB telah mencapai sekitar 55% yang berarti memiliki keterbukaan yang cukup tinggi. Strategi mendorong ekspor bisa diterima sebagai kebijakan jangka panjang yang baik untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi secara lebih cepat.

Dilain pihak impor juga merupakan komponen penting dalam pengeluaran agregat terutama import barang modal dan bahan baku untuk mendukung produksi di dalam negeri. Untuk itu komposisi impor juga merupakan faktor penting untuk melihat peranan impor untuk mendorong pertumbuhan atau malah membebankan pertumbuhan karena sifatnya yang konsumtif saja. Pengalaman selama ini terutama sejak krisis ekonomi impor kita juga didorong oleh barang-barang untuk kebutuhan konsumsi dan kurang berkembang impor barang-barang modal. Dari gambaran tersebut juga menunjukkan corak keterbukaan untuk pertumbuhan ekonomi domestik.

Ekspor merupakan instrument penting bagi mendorong pertumbuhan jangka panjang, karena sekaligus akan merupakan instrument memperbaiki daya saing produk-produk dalam negeri. Apabila peningkatan ekspor juga diikuti oleh pengaturan insentif pemasukan devisa maka akan sangat penting artinya bagi pemeliharaan stabilitas nilai tukar dan neraca pembayaran. Dimensi lain yang tidak kalah pentingnya adalah ekspor jasa yang lebih terarah akan sangat membantu perolehan devisa secara lebih baik. Usaha penempatan tenaga kerja di luar negeri kita masih terlalu rendah, karena lemahnya dukungan institusi penunjang di dalam negeri yang belum dapat di tata secara memadai dengan tuntutan pasar internasional.

(62)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

Kondisi perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan mengalami perkembangan yang cukup menarik. Pada awal tahun 1960, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 2% per tahun dan pada peride tahun 1984-1993, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan di atas 6% per tahun. Dalam tahun 1988/1989, Neraca Pembayaran Internasional menunjukkan perkembangan yang cukup mantap. Hal ini ditandai oleh terus meningkatnya ekspor non migas dan terutama pada barang-barang manufaktur.

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 13,1%. Hai ini terlihat pada posisi neraca transaksi berjalan yang selalu defisit dari tahun ke tahun. Disamping itu, kondisi makroekonomi Indonesia juga semakin kacau dengan meningkatnya inflasi yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di Indonesia, lemahnya posisi sektor riil dan ;ain-lain. Sehingga keadaan perekonomian Indonesia semakin parah.

Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi perekonomian Indonesia berangsur membaik. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia menekan laju inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,6% melalui kenaikan tingkat suku bunga SBI. Pada saat itu diharapkan uang yang beredar di masyarakat akan terserap oleh bank-bank umum akibat dari tingkat suku bunga perbankan yang juga ikut naik. Sehingga pada tahun 1999 inflasi mulai dapat di kendalikan dan PDB Indonesia tumbuhsebesar 0,8%.

(63)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.

sebagai motor penggerak utama tersebut disebabkan masih ada berbagai masalah dasar di sektor riil, masih tinggi resiko dan ketidakpastian dalam perekonomian, serta pembiayaan investasi akibat belum pulihnya intermediasi perbankan, meningkatnya persaingan di Asia dalam menarik minat investasi asing dan mulai menurunnya daya saing Indonesia berakibat memperburuk kinerja ekspor. Kemudian pada tahun 2003 sampai tahun 2008, perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 5,5%.

4.1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(64)

Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010. Gambar 4.1: Perkembangan PDB Indonesia, Tahun 1970 – 2008.

Pertumbuhan ekonomi di ukur dengan perubahan Produk Domestik Bruto setiap tahunnya. Sejak tahun 1986 hingga tahun 1989, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di ukur melalui PDB terus menerus mengalami peningkatan, yaitu dari 5,9% di tahun 1986 menjadi 7,5% di tahun 1989. Pada tahun 1990 dan tahun 1991, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1992-

Gambar

Gambar 2.1 :  Jumlah Penduduk Optimal
Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Permintaan 2001-2009 (% / tahun)
Tabel 4.3
Gambar 4.2 : Perkembangan Ekspor Indonesia, Tahun 1970 – 2008.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji akar unit menunjukan bahwa variabel penanaman modal asing dengan pertumbuhan ekonomi telah statisioner pada derajat integrasi 2 atau I(2) dengan tingkat kepercayaan

Melalui data pada Tabel 1 diatas, terlihat besarnya prosentase pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap GNP, dimana Indonesia memiliki prosentase terkecil,

Dengan tidak tersedianya kesempatan kerja yang mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja tersebut, jumlah tenaga kerja yang bekerja dan pengangguran mengalami peningkatan

Dari hasil uji kointegrasi dan VECM menunjukkan adanya hubungan keseimbangan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang atau dengan kata lain terdapat hubungan

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Wijayanti tahun 2008 berjudul “Analisis Kausalitas antara Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun

mencapai 451, di seluruh provinsi dan kabupaten/kota diharapkan kenaikan harga yang mengarah ke inflasi lebih cepat di kenali dan diatasi.171 Hasil penelitian ini sesuai dengan

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, fungsi pendidikan dan fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban memberikan output yang

“Pengaruh Jumlah Nilai Ekspor, Impor, Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Nilai Tukar Dan Daya Beli Masyarakat Di Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia Periode Tahun 2006 : IV -