V HASIL DAN PEMBAHASAN
8 Industri Kertas dan
5.2 Analisis Keterkaitan
5.2.2 Keterkaitan ke Belakang ( backward linkage )
Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor produksi hulunya. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor-sektor lain maupun sektor itu sendiri, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan.
Sektor industri pengolahan memiliki nilai keterkaitan ke belakang secara langsung terkecil dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 0,00734. Nilai ini memiliki arti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka sektor industri pengolahan akan secara langsung
meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor-sektor lainnya termasuk sektor industri pengolahan sendiri sebesar Rp 7.340. Untuk nilai keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung memiliki nilai sebesar 1,00802, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka sektor industri pengolahan akan meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya termasuk sektor industri pengolahan itu sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar Rp 1.008.020.
Tabel 5.9 Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bontang
Sektor
Keterkaitan ke Belakang
Langsung Langsung dan Tidak langsung
1 Pertanian 0,09797 1,10614
2 Pertambangan dan Penggalian 0,07782 1,08681
3 Industri Pengolahan 0,00734 1,00802
4 Listrik Gas dan Air Bersih 0,25513 1,30011
5 Bangunan 0,16634 1,18296
6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 0,09685 1,10940 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,11554 1,12912 8 Keuangan, Pebankan dan Jasa
Perusahaan 0,09628 1,11229
9 Jasa - Jasa Lainnya 0,00945 1,01030
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 9 Sektor (diolah) Subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang terbesar ialah subsektor industri kertas dan barang cetakan (0,25560), kemudian industri makanan dan minuman (0,23950) dan peringkat ketiga industri semen, barang lain bukan logam (0,17945). Untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar ialah industri makanan dan minuman (1,26704),
kemudian industri kertas dan barang cetakan (1,24697) dan industri semen, barang lain bukan logam (1,19831) berada di posisi ke tiga.
Nilai keterkaitan ke belakang yang besar dari suatu sektor menunjukkan bahwa sektor tersebut masih bergantung pada output yang dihasilkan oleh sektor di dalam Kota Bontang itu sendiri. Sebaliknya, nilai keterkaitan ke belakang yang kecil mengindikasikan besarnya ketergantungan sektor tersebut terhadap output yang berasal dari luar Kota Bontang.
Tabel 5.10 Keterkaitan Output ke Belakang Subsektor Industri Pengolahan Kota Bontang
Sektor
Keterkaitan ke Belakang
Langsung Langsung dan Tidak langsung 1 Industri Pengilangan Minyak 0,00000 1,00000 2 Industri Gas Alam Cair 0,00358 1,00406 3 Industri Makanan dan Minuman 0,23950 1,26704 4 Industri Tekstil, Barang Kulit dan
Alas Kaki 0,17312 1,19223
5 Industri Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya 0,07995 1,09315
6 Industri Kertas dan Barang Cetakan 0,25560 1,24697 7 Industri Pupuk, Kimia dan Barang
Karet 0,03000 1,03241
8 Industri Semen, Barang Lain Bukan
Logam 0,17945 1,19831
9 Industri Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatan 0,17043 1,18765
10 Industri Barang Lainnya 0,15686 1,17985 Sumber : Tabel Input – Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 18 Sektor (diolah)
5.3 Analisis Dampak Penyebaran
Analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang belum cukup memadai untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator di dalamnya tidak dapat dibandingkan
antarsektor karena peranan permintaan akhir pada setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata- rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata–rata dampak dari keseluruhan sektor. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran, dengan menggunakan analisis ini dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilirnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan input. Dampak penyebaran terbagi menjadi dua yaitu koefisen penyebaran dan kepekaan penyebaran.
5.3.1 Koefisien Penyebaran
Koefisien penyebaran adalah keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang dibobot dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara suatu sektor dengan semua sektor perekonomian yang ada. Koefisien penyebaran dapat juga dikatakan sebagai efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor yang bersangkutan terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
Nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu memiliki arti bahwa sektor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya, sedangkan nilai koefisen penyebaran yang kurang dari satu diartikan bahwa sektor tersebut kurang mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa sektor listrik gas dan air bersih (2,48855), sektor bangunan (1,62249) serta sektor pengangkutan dan komunikasi (1,12692) memiliki nilai
koefisien penyebaran lebih dari satu sedangkan sektor industri pengolahan memiliki nilai kurang dari satu yaitu sebesar 0,07157. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri pengolahan kurang mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.
Tabel 5.11 Koefiesien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bontang Sektor Koefisien Penyebaran
1 Pertanian 0,95557
2 Pertambangan dan Penggalian 0,75097
3 Industri Pengolahan 0,07157
4 Listrik Gas dan Air Bersih 2,48855
5 Bangunan 1,62249
6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 0,94462
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,12692
8 Keuangan, Pebankan dan Jasa Perusahaan 0,93907
9 Jasa-Jasa Lainnya 0,09214
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 9 Sektor (diolah) Tabel 5.12 Koefiesien Penyebaran Subsektor Industri Pengolahan Kota Bontang
Sektor Koefisien Penyebaran
1 Industri Pengilangan Minyak 0,00000
2 Industri Gas Alam Cair 0,02962
3 Industri Makanan dan Minuman 1,98313
4 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,43551 5 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,66205 6 Industri Kertas dan Barang Cetakan 1,86805 7 Industri Pupuk, Kimia dan Barang Karet 0,24842 8 Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam 1,48586 9 Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 1,41118
10 Industri Barang Lainnya 1,29886
Untuk koefisien penyebaran pada subsektor pembentuk sektor industri pengolahan yang memiliki nilai koefisien terbesar yaitu subsektor industri makanan dan minuman dengan nilai sebesar 1,98313. Hal ini berarti bahwa subsektor industri makanan dan minuman memiliki keterkaitan yang lebih kuat terhadap sektor hulunya dan lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan sektor hilirnya.
5.3.2 Kepekaan Penyebaran
Kepekaan penyebaran merupakan indeks yang menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan suatu sektor ekonomi yang akan menimbulkan perubahan output sektor-sektor perekonomian lain yang menggunakan output dari sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepekaan penyebaran ini adalah keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang dibobot dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung keseluruhan sektor ekonomi.
Tabel 5.13 Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bontang Sektor Kepekaan Penyebaran
1 Pertanian 0,49786
2 Pertambangan dan Penggalian 2,42015
3 Industri Pengolahan 0,00819
4 Listrik Gas dan Air Bersih 1,66774
5 Bangunan 0,12061
6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 0,95150
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,55530
8 Keuangan, Pebankan dan Jasa Perusahaan 1,68404
9 Jasa-Jasa Lainnya 0,09462
Nilai kepekaan penyebaran masing-masing sektor perekonomian Kota Bontang klasifikasi 9 sektor yang ditunjukkan oleh tabel 5.13 diatas. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yaitu sebesar 0,00819. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor industri pengolahan belum mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya. Karena, nilai kepekaan penyebaran yang suatu sektor yang lebih besar dari satu mengandung arti bahwa sektor-sektor tersebut mampu mendorong sektor hilirnya, sedangkan jika nilai kepekaan penyebaran suatu sektor kurang dari satu diartikan bahwa sektor tersebut belum mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya.
Tabel 5.14 Kepekaan Penyebaran Subsektor Industri Pengolahan Kota Bontang
Sektor Kepekaan Penyebaran
1 Industri Pengilangan Minyak 0,00000
2 Industri Gas Alam Cair 0,00000
3 Industri Makanan dan Minuman 0,47518 4 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 0,41022 5 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1,92127 6 Industri Kertas dan Barang Cetakan 1,31628 7 Industri Pupuk, Kimia dan Barang Karet 0,06913 8 Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam 1,72349 9 Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 0,33860
10 Industri Barang Lainnya 0,78872
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 18 Sektor (diolah) Dari tabel 5.14 di atas dapat kita lihat bahwa dari kesepuluh subsektor pembentuk sektor industri pengolahan yang memiliki nilai kepekaan penyebaran yang terbesar adalah subsektor industri kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai
sebesar 1,92127. Hal ini dapat diartikan bahwa subsektor tersebut memiliki keterkaitan yang lebih kuat terhadap sektor hilirnya dan lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan sektor hulunya.
5.4 Analisis Pengganda (Multiplier)
Analisis multiplier atau biasa disebut juga analisis pengganda memiliki tujuan untuk melihat dampak dari perubahan variabel-variabel endogen apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir. Analisis pengganda yang digunakan terdiri dari dua tipe, yaitu tipe I yang diperoleh dari pengolahan lebih lanjut dari Matriks Balikan Leontief terbuka dan tipe II yang diperoleh dari matriks kebalikan dampak yang terdiri dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industri (industrial support effect), dan efek induksikonsumsi.
Pengganda tipe I diperoleh dengan jalan menjumlahkan efek awal, efek putaran pertama, dan efek dukungan industri untuk setiap satu satuan efek awal, sedangkan pengganda tipe II diperoleh dengan menjumlahkan semua tahap dalam proses mekanisme dampak untuk setiap satu satuan efek awal. Nilai pengganda tipe I menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan, maka variabel endogen di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai pengganda tipe II menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen maka variabel endogen meningkat setelah adanya efek induksi dari rumah tangga. Pada pengganda output tipe I dan II, dampak diukur untuk tiap satu satuan perubahan output, sedangkan pada pengganda pendapatan tipe I dan II diukur setiap satu satuan perubahan pendapatan.