V HASIL DAN PEMBAHASAN
8 Industri Kertas dan
5.2 Analisis Keterkaitan
5.4.1 Pengganda Output
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 5.15 pengganda output sektor-sektor perekonomian klasifikasi sembilan sektor menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai pengganda tipe I yaitu sebesar 1,00802. Nilai tersebut dapat diartikan, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor industri pengolahan sebesar satu juta rupiah maka output pada sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar Rp 1,00802 juta.
Tabel 5.15 Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bontang
Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II
1 Pertanian 1,00000 0,09797 0,00817 0,28032 1,38646 0,14649 1,10614 1,38646
2 Pertambangan dan
Penggalian 1,00000 0,07782 0,00899 0,26084 1,34766 0,01381 1,08681 1,34766
3 Industri Pengolahan 1,00000 0,00734 0,00068 0,72176 1,72978 1,72308 1,00802 1,72978
4 Listrik Gas dan Air
Bersih 1,00000 0,25513 0,04498 0,67452 1,97463 0,29158 1,30011 1,97463 5 Bangunan 1,00000 0,16634 0,01661 0,66056 1,84351 1,75049 1,18296 1,84351 6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 1,00000 0,09685 0,01255 0,31994 1,42934 0,82461 1,10940 1,42934 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,00000 0,11554 0,01358 0,43766 1,56678 0,17556 1,12912 1,56678 8 Keuangan, Perbankan
dan Jasa Perusahaan 1,00000 0,09628 0,01601 0,24310 1,35539 0,12281 1,11229 1,35539
9 Jasa-Jasa Lainnya 1,00000 0,00945 0,00085 0,02705 1,03735 0,97879 1,01030 1,03735
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 9 Sektor (diolah) Dengan memasukkan rumah tangga ke dalam model maka efek konsumsi masyarakat diperhitungkan sehingga akan didapatkan nilai pengganda tipe II. Pengganda tipe II selalu memiliki nilai yang lebih besar daripada pengganda tipe I karena dalam pengganda tipe II efek konsumsi rumah tangga juga diperhitungkan. Dilihat dari sisi pengganda output tipe II sektor industri pengolahan menduduki peringkat ketiga setelah sektor listrik, gas dan air bersih dan bangunan dengan
nilai pengganda tipe II sebesar 1,72978. Nilai ini mengandung arti bahwa jika terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja di sektor industri pengolahan sebesar satu juta rupiah maka output di semua sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1,72978 juta.
Tabel 5.16 Pengganda Output Subsekor Industri Pengolahan Kota Bontang
Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II
1 Industri Pengilangan
Minyak 1,00000 0,00000 0,00000 0,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 2 Industri Gas Alam
Cair 1,00000 0,00358 0,00048 0,71951 1,72356 1,72356 1,00406 1,72356 3 Industri Makanan dan
Minuman 1,00000 0,23950 0,02754 0,53275 1,79979 0,04494 1,26704 1,79979
4
Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
1,00000 0,17312 0,01911 0,64368 1,83591 0,33449 1,19233 1,83591
5 Industri Kayu dan
Hasil Hutan Lainnya 1,00000 0,07995 0,01320 0,49818 1,59133 0,43774 1,09315 1,59133 6 Industri Kertas dan
Barang Cetakan 1,00000 0,22560 0,02136 0,63178 1,87874 0,64662 1,24697 1,87874 7 Industri Pupuk, Kimia
dan Barang Karet 1,00000 0,03000 0,00241 0,88537 1,91778 1,86658 1,03241 1,91779
8
Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam
1,00000 0,17945 0,18870 0,59755 1,96570 0,75537 1,19831 1,79586
9
Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan
1,00000 0,17043 0,01722 0,62110 1,80875 1,57069 1,18765 1,80875
10 Industri Barang
Lainnya 1,00000 0,15686 0,02299 0,67944 1,85929 0,65622 1,17985 1,85829
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 18 Sektor (diolah) Subsektor pembentuk industri pengolahan yang memiliki nilai pengganda output tipe I terbesar ialah sektor industri makanan dan minuman dengan nilai sebesar 1,26704. Nilai tersebut dapat diartikan, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor industri makanan dan minuman sebesar satu juta rupiah maka output pada sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar Rp
1,26704 juta. Sedangkan untuk nilai pengganda tipe II subsektor yang memiliki nilai terbesar adalah sektor industri pupuk, kimia dan barang karet dengan nilai sebesar 1,91779. Nilai ini mengandung arti bahwa jika terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja di sektor industri pupuk, kimia dan barang karet sebesar satu juta rupiah maka output di semua sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1,91779 juta.
5.4.2 PenggandaPendapatan
Berdasarkan hasil analisis tabel input-output Kota Bontang tahun 2010 klasifikasi 9 sektor yang ditunjukkan pada Tabel 5.17 dapat diketahui nilai-nilai pengganda pendapatan rumah tangga dari tiap sektor-sektor perekonomian Kota Bontang. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa sektor listrik, gas, dan air bersih memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan pengganda pendapatan baik tipe I maupun tipe II. Sementara itu, sektor industri pengolahan memiliki nilai pengganda pendapatan rumah tangga tipe I sebesar 1,00557 yang berarti bahwa adanya peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah akan menyebabkan peningkatan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar Rp. 1,00557 juta secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan jika dilihat dari sisi pengganda pendapatan tipe II, nilai pengganda pendapatan untuk industri pengolahan yaitu sebesar 1,38030. Hal ini berarti nilai tersebut memasukkan efek pengeluaran rumah tangga artinya jika terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor industri pengolahan sebesar satu juta rupiah maka akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 1,38030 juta.
Tabel 5.17 Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bontang
Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II 1 Pertanian 0,15678 0,02469 0,00183 0,06898 0,25409 0,17124 1,18069 1,62069 2 Pertambangan dan
Penggalian 0,14475 0,02459 0,00201 0,06149 0,23643 0,01674 1,18998 1,63344 3 Industri Pengolahan 0,47397 0,00246 0,00018 0,17761 0,65422 1,37495 1,00557 1,38030 4 Listrik Gas dan Air
Bersih 0,34837 0,08381 0,01323 0,16599 0,61140 0,25916 1,27856 1,75502 5 Bangunan 0,39833 0,03397 0,00390 0,16255 0,59875 1,42729 1,09505 1,50313 6 Perdagangan, Hotel dan
Restaurant 0,18930 0,01832 0,00365 0,07873 0,29000 0,88381 1,11605 1,53196 7 Pengangkutan dan
Komunikasi 0,25361 0,03189 0,00351 0,10770 0,39671 0,17528 1,13958 1,56425 8 Keuangan, Pebankan
dan Jasa Perusahaan 0,12576 0,03095 0,00383 0,05982 0,22036 0,15877 1,27654 1,75226 9 Jasa-Jasa Lainnya 0,01502 0,00263 0,00021 0,00666 0,02456 1,53998 1,18901 1,63211
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 9 Sektor (diolah) Dari tabel 5.18 yang menunjukkan nilai-nilai pengganda pendapatan subsektor pembentuk sektor industri pengolahan dapat diketahui bahwa subsektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan tipe I dan tipe II tertinggi yaitu sektor industri kertas dan barang cetakan. Nilai pengganda tipe I yaitu sebesar 1,23499 yang berarti bahwa adanya peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah akan menyebabkan peningkatan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar Rp. 1,23499 juta secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan, nilai pengganda tipe II sektor industri kertas dan barang cetakan dengan nilai sebesar 1,73248. Artinya, jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah akan menyebabkan peningkatan pendapatan di semua sektor perekonomian sebesar Rp. 1,73248 juta secara langsung maupun tidak langsung.
Tabel 5.18 Pengganda Pendapatan Subsekor Industri Pengolahan Kota Bontang
Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II
1 Industri Pengilangan
Minyak 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 2 Industri Gas Alam
Cair 0,46059 0,00122 0,00012 0,18608 0,64802 1,40693 1,00292 1,40693 3 Industri Makanan dan
Minuman 0,29228 0,04264 0,00711 0,13778 0,47982 0,04099 1,17023 1,64163
4
Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
0,36603 0,04277 0,00445 0,16647 0,57973 0,28856 1,12901 1,58381
5 Industri Kayu dan
Hasil Hutan Lainnya 0,29543 0,02602 0,00379 0,12884 0,44868 0,41777 1,08264 1,51875 6 Industri Kertas dan
Barang Cetakan 0,32844 0,07196 0,00522 0,16339 0,56901 0,59628 1,23499 1,73248 7 Industri Pupuk, Kimia
dan Barang Karet 0,55618 0,01151 0,00075 0,22898 0,79741 1,39545 1,02203 1,43373
8
Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam
0,32517 0,05352 0,00495 0,15454 0,53818 0,69616 1,17982 1,65508
9
Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan
0,32525 0,06880 0,00471 0,16063 0,55939 1,49351 1,22601 1,71989
10 Industri Barang
Lainnya 0,39216 0,03739 0,00667 0,17572 0,61194 0,55074 1,11235 1,56044
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 18 Sektor (diolah)
5.5 Analisis Penetapan Sektor Prioritas
Kondisi perekonomian suatu daerah dapat ditingkatkan salah satunya melalui peningkatan perkembangan sektor-sektor kunci, karena perkembangan dari sektor kunci akan mendorong perkembangan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Penentuan subsektor kunci dapat ditentukan melalui beberapa kriteria antara lain berdasarkan kombinasi peringkat keterkaitan ke depan dan ke belakang, peringkat nilai dampak penyebaran, dan nilai total pengganda. Melalui analisis penetapan sektor prioritas ini dapat digunakan untuk membantu pemerintah Kota Bontang dalam menentukan prioritas sektor yang harus dikembangkan.
Berdasarkan Tabel 5.19, dapat diketahui subsektor-subsektor pembentuk sektor industri pengolahan yang dapat dijadikan prioritas berdasarkan kombinasi jumlah nilai keterkaitan baik ke depan maupun ke belakang. Tiga subsektor yang dapat dijadikan prioritas berdasarkan nilai keterkaitan ke depan adalah sektor pupuk, kimia dan barang karet, subsektor kertas dan barang cetakan serta subsektor industri kayu dan hasil hutan lainnya. Ketiga subsektor tersebut secara keseluruhan dapat mendukung perkembangan sektor hilirnya dalam penyediaan input bagi sektor lain. Jika ditinjau berdasarkan nilai keterkaitan ke belakang maka tiga subsektor yang diprioritaskan adalah subsektor industri makanan dan minuman, subsektor kertas dan barang cetakan, serta subsektor semen, barang lain bukan logam.
Tabel 5.19 Prioritas Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Subsektor Industri Pengolahan di Kota Bontang
Sektor Keterkaitan ke Depan Jumlah (Ranking) Keterkaitan ke Belakang Jumlah (Ranking) Langsung Langsung dan Tidak langsung Langsung Langsung dan Tidak langsung 1 Industri Pengilangan Minyak 0,00000 1,00000 1,00000 (10) 0,00000 1,00000 1,00000 (10) 2 Industri Gas Alam
Cair 0,00000 1,00000 1,00000 (9) 0,00358 1,00406 1,00764 (9) 3 Industri Makanan dan Minuman 0,00000 1,00079 1,00079 (7) 0,23950 1,26704 1,50654 (1) 4
Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
0,00000 1,00169 1,00169 (5) 0,17312 1,19223 1,36535 (4) 5 Industri Kayu dan
Hasil Hutan Lainnya 0,00004 1,00235 1,00239 (3) 0,07995 1,09315 1,17310 (7) 6 Industri Kertas dan
Barang Cetakan 0,00000 1,00355 1,00355 (2) 0,25560 1,24697 1,50257 (2) 7
Industri Pupuk, Kimia dan Barang Karet
0,00309 1,39976 1,40285 (1) 0,03000 1,03241 1,06241 (8)
8
Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam 0,00002 1,00143 1,00145 (6) 0,17945 1,19831 1,37776 (3) 9 Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 0,00002 1,00229 1,00231 (4) 0,17043 1,18765 1,35808 (5) 10 Industri Barang Lainnya 0,00000 1,00003 1,00003 (8) 0,15686 1,17985 1,33671 (6)
Kategori selanjutnya untuk menentukan subsektor prioritas sektor berdasakan nilai koefisien dan kepekaan penyebaran. Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Tbel 5.20 subsektor yang berada pada prioritas utama berdasarkan kategori ini adalah subsektor industri barang dan cetakan serta subsektor industri semen, barang lain bukan logam.
Tabel 5.20 Indeks Prioritas Pengembangan Subsektor Industri Pengolahan Berdasarkan Nilai Dampak Penyebaran di Kota Bontang
Sektor Koefisien
Penyebaran
Kepekaan
Penyebaran Prioritas
1 Industri Pengilangan Minyak Rendah Rendah IV
2 Industri Gas Alam Cair Rendah Rendah IV
3 Industri Makanan dan Minuman Tinggi Rendah II
4 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki Tinggi Rendah II 5 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Rendah Tinggi III 6 Industri Kertas dan Barang Cetakan Tinggi Tinggi I 7 Industri Pupuk, Kimia dan Barang Karet Rendah Rendah IV 8 Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam Tinggi Tinggi I 9 Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Tinggi Rendah II
10 Industri Barang Lainnya Tinggi Rendah II
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 18 Sektor (diolah) Analisis sektor prioritas dengan menggunakan pendekatan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran diatas masih memiliki banyak kekurangan karena hasil analisisnya hanya didasarkan pada perankingan sektor. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat digunakan pendekatan lain yaitu melalui penentuan ranking kombinasi analisis pengganda standar. Dari hasil analisis penggada standar untuk subsektor-subsektor pembentuk industri pengolahan menunjukkan bahwa subsektor industri kertas dan barang cetakan merupakan subsektor prioritas utama dengan nilai total pengganda 6,09318. Selanjutnya subsektor industri alat angkutan, mesin, dan peralatan dengan nilai 5,94230
menduduki peringkat kedua dan peringkat ketiga diduduki oleh subsektor industri makanan dan minuman dengan nilai 5,87869.
Tabel 5.21 Prioritas Berdasarkan Indeks Pengganda Aktual Subsektor Industri Pengolahan di Kota Bontang
Sektor TOM TIM Total Prioritas 1 Industri Pengilangan Minyak 2,00000 0,00000 2,00000 10 2 Industri Gas Alam Cair 2,72762 2,40985 5,13747 9 3 Industri Makanan dan
Minuman 3,06683 2,81186 5,87869 3
4 Industri Tekstil, Barang Kulit
dan Alas Kaki 3,02824 2,71282 5,74106 5 5 Industri Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya 2,68448 2,60139 5,28587 8
6 Industri Kertas dan Barang
Cetakan 3,12571 2,96747 6,09318 1
7 Industri Pupuk, Kimia dan
Barang Karet 2,95020 2,45576 5,40596 7 8 Industri Semen, Barang Lain
Bukan Logam 2,99417 2,83490 5,82907 4 9 Industri Alat Angkutan, Mesin
dan Peralatan 2,99640 2,94590 5,94230 2 10 Industri Barang Lainnya 3,03814 2,67279 5,71093 6 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010, Klasifikasi 18 Sektor (diolah) Keterangan :
TOM = Total Output Multiplier
TIM = Total Income Multiplier
Berdasarkan analisis ketiga kategori di atas yang meliputi kombinasi peringkat nilai keterkaitan ke depan dan ke belakang, kombinasi peringkat nilai koefisien dan kepekaan penyebaran serta kombinasi peringkat dari penjumlahan nilai pengganda (multiplier) maka akan diperoleh peringkat baru untuk subsektor yang dapat dijadikan prioritas. Lima subsektor pembentuk sektor industri pengolahan yang dapat dijadikan prioritas untuk dikembangkan diperoleh dengan
menjumlahkan semua indeks prioritas kemudian dilakukan perankingan berdasarkan nilai terendah.
Berdasarkan hasil yang tersaji dalam tabel 5.22 dapat diketahui lima subsektor pembentuk industri pengolahan yang dapat dijadikan prioritas utama dalam pengembangan ekonomi di Kota Bontang yaitu: (1) industri kertas dan barang cetakan, (2) industri makanan dan minuman, (3) industri alat angkutan, mesin dan peralatan, (4) industri semen, barang lain bukan logam dan (5) industri tekstil, barang kulit dan alas kaki.
Pertumbuhan perekonomian Kota Bontang sangat dipengaruhi oleh sektor industri pengolahan khususnya pengolahan gas alam cair. Meskipun sektor industri pengolahan khususnya pengolahan gas alam cair memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Bontang namun sektor ini merupakan sektor dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang sewaktu-waktu sumbernya akan habis apabila digali secara terus-menerus. Disamping itu, kehadiran perusahaan pengolahan pertambangan gas alam cair di Kota Bontang belum banyak memberikan perubahan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat setempat. Hal ini disebabkan hasil pengelolaan sumberdaya alam lebih banyak ditujukan kepada pembangunan fisik dan perekonomian secara makro.
Kebijakan pengelolaan sumberdaya alam merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan suatu daerah. Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak tepat akan memberikan dampak negatif yang jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dan hanya dapat dinikmati secara sesaat. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya alam harus dilakukan
secara tepat dan bijaksana untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Pengelolaan sumberdaya alam harus dipandang sebagai pengelolaan sumberdaya alam yang berprinsip pembangunan berkelanjutan dan berwasasan lingkungan. Dengan teridentifikasinya kelima subsektor tersebut menjadi prioritas untuk dikembangkan, maka pemerintah sangat tepat apabila mengambil keputusan dan kebijakan dengan memerhatikan subsektor kunci tersebut. Hal ini dikarenakan kelima sektor tersebut mempunyai respon yang tinggi terhadap hubungan keterkaitan dan perubahan permintahan akhir sektor-sektor lainnya sehingga dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor perekonomian lainnya serta meningkatkan perekonomian Kota Bontang secara keseluruhan dan berkelanjutan.
Tabel 5.22 Prioritas Subsektor Industri Pengolahan di Kota Bontang
Subsektor
Prioritas Keterkaitan Prioritas
Dampak Penyebaran
Prioritas
Total Sektor
Prioritas
ke Depan ke Belakang TOM TIM
1 Industri Pengilangan
Minyak 10 10 4 10 10 44 10
2 Industri Gas Alam
Cair 9 9 4 8 9 39 9
3 Industri Makanan
dan Minuman 7 1 2 2 4 16 2
4
Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
5 4 2 4 5 20 5
5 Industri Kayu dan
Hasil Hutan Lainnya 3 7 3 9 7 29 7
6 Industri Kertas dan
Barang Cetakan 2 2 1 1 1 7 1
7
Industri Pupuk, Kimia dan Barang Karet
1 8 4 7 8 28 8
8
Industri Semen, Barang Lain Bukan Logam 6 3 1 6 3 19 4 9 Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 4 5 2 5 2 18 3 10 Industri Barang Lainnya 8 6 2 3 6 25 6
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 Klasifikasi 46 sektor, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sektor industri pengolahan di Kota Bontang memiliki peran yang sangat
penting dalam perekonomian Kota Bontang. Hal ini dapat dilihat melalui kontribusi terhadap pembentukan struktur permintaan, konsumsi masyarakat dan pemerintah, investasi, ekspor dan impor, dan nilai tambah bruto. Dilihat dari kontribusi untuk struktur permintaan, sektor industri pengolahan memiliki nilai kontribusi terbesar dengan nilai sebesar 94,8917 persen dari total permintaan Kota Bontang. Kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga menempati uratan ketiga terbesar yaitu sekitar 18,48 persen dari total konsumsi rumah tangga. Sementara itu, untuk konsumsi pemerintah sektor industri pengolahan menempati urutan keempat terbesar yaitu dengan nilai alokasi sebesar 3,39 persen dari total konsumsi pemerintah. Jika dilihat jumlah investasi sektor industri pengolahan berada diurutan kedua terbesar yaitu sebesar Rp 38,41 persen dan memberikan kontribusi terbesar terhadap surplus perdagangan (net ekspor) Kota Bontang dengan nilai Rp 48,259 triliun. Dalam pembentukan nilai tambah bruto Kota Bontang, sektor industri pengolahan merupakan sektor dengan kontribusi terbesar yaitu 94,32 persen dari total nilai tambah bruto.
2. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan, sektor industri pengolahan memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan terbesar kedua (0,00318) dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan terbesar ketiga (1,14652).
Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri pengolahan memiliki keterkaitan ke depan cukup kuat terhadap sektor-sektor hilirnya dalam penyediaan input. Namun, dilihat dari nilai keterkaitan ke belakang baik secara langsung (0,00734) maupun langsung dan tidak langsung (1,00802) memiliki nilai keterkaitan yang kecil artinya sektor industri pengolahan memiliki ketergantungan lebih besar terhadap output yang berasal dari sektor- sektor luar Kota Bontang. Subsektor industri pupuk, kimia dan barang karet memiliki nilai terbesar pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Untuk keterkaitan langsung ke belakang subsektor industri kertas dan barang cetakan memiliki nilai terbesar sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang nilai terbesarnya dimiliki oleh subsektor industri makanan dan minuman.
3. Hasil analisis terhadap dampak penyebaran sektor industri pengolahan menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan belum mampu mendorong pertumbuhan baik sektor hulunya maupun sektor hilirnya karena nilai dari masing-masing kedua indikator yaitu kurang dari satu yaitu untuk koefisien penyebaran memiliki nilai 0,07157 dan kepekaan penyebaran sebesar 0,00819. Namun, secara umum apabila dilakukan perbandingan nilai keduanya, maka nilai koefisien penyebaran lebih besar dibandingkan dengan kepekaan penyebarannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan sektor industri pengolahan untuk mendorong sektor hilirnya meskipun memiliki nilai kurang dari satu. Dalam penelitian ini subsektor yang mempunyai nilai
koefisien penyebaran tertinggi adalah subsektor industri makanan dan minuman sedangkan subsektor industri kayu dan hasil hutan merupakan sektor yang mempunyai nilai kepekaan penyebaran tertinggi.
4. Hasil analisis pengganda menunjukkan subsektor pembentuk industri pengolahan yang memiliki nilai pengganda output terbesar untuk tipe I adalah sektor industri makanan dan minuman (1,26704) dan tipe II adalah industri pupuk, kimia dan barang karet (1,91779). Subsektor kertas dan barang cetakan memiliki nilai pengganda pendapatan tipe I dan tipe II terbesar yaitu 1,23349 dan 1,73248.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis mengenai peranan sektor industri pengolahan Kota Bontang, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sektor industri pengolahan memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian kota bontang ditinjau dari struktur perekonomian (pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi masyarakat dan pemerintah, investasi, ekspor dan impor, dan nilai tambah bruto) karena sektor industri pengolahan memiliki nilai kontribusi yang sangat besar. Namun, berdasarkan hasil analisis bahwa sektor industri pengolahan memiliki keterkaitan yang kurang kuat sehingga kurang mampu mendorong perkembangan sektor-sektor perekonomian lainnya di Kota Bontang. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengembangan sektor-sektor perekonomian lain khususnya sektor industri pengolahan itu sendiri dengan melihat subsektor-subsektor yang memiliki keterkaitan dan kemampuan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan sektor hilir maupun sektor hulunya.
2. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil analisis penetapan subsektor prioritas menunjukkan bahwa lima subsektor yang dapat dijadikan prioritas utama oleh pemerintah Kota Bontang yaitu: (1) industri kertas dan barang cetakan, (2) industri makanan dan minuman, (3) industri alat angkutan, mesin dan peralatan, (4) industri semen, barang lain bukan logam dan (5) industri tekstil, barang kulit dan alas kaki. Dengan informasi tersebut diharapkan pemerintah lebih memprioritaskan perkembangan kelima subsektor tersebut karena sektor tersebut mampu mendorong perkembangan sektor-sektor lain sehingga dapat mengatasi berbagai masalah ekonomi yang dihadapi.
OLEH