3.2 RUANG LINGKUP DAERAH
3.2.3. Keterkaitan Tugas Pokok dan Fungsi dalam Implementasi RAD GRK
Meskipun telah diideniikasi SKPD ataupun insitusi kunci yang berperan dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD GRK di Kalimantan Timur, akan tetapi posisi, peran dan terlebih tata hubungan kerja (tahubja) masing-masing pihak harus jelas. Gambar 16 diharapkan dapat memberikan ilustrasi lebih konkret atas kebutuhan tersebut, dengan uraian penjelasan ringkas sebagai berikut:
(1) RAD GRK disusun oleh im mulipihak (birokrat, akademisi, ornop dan bahkan dengan dukungan swasta) yang ditetapkan oleh Gubernur Kalimantan Timur dengan koordinasi DDPI Kalim. RAD GRK juga mendapat masukan dari beberapa dokumen terkait lainnya yang sudah ada, antara
lain Strategi Pembangunan Ekonomi Rendah Karbon (Low Carbon Growth Strategies/LCGS)
dan juga Strategi dan Rencana Aksi Propinsi Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (SRAP REDD+). Setelah dokumen RAD GRK tersusun, DDPI Kalim juga mengawal agar substansi RAD GRK sungguh dapat diakomodir dalam perencanaan pembangunan dan/atau
program kegiatan parapihak lainnya.
(2) BAPPEDA Kalim sebagai insitusi yang mempersiapkan rencana pembangunan daerah (RPJPD, RPJMD dan RKPD Kalim) bertugas memasikan bahwa perencanaan pembangunan yang tersusun mengakomodir substansi RAD GRK, termasuk dalam memantau pengalokasian
anggaran pembangunan.
(3) SKPD dan insitusi terkait lainnya memasikan bahwa upaya miigasi dalam RAD GRK terkait dengan pengelolaan limbah, pemanfaatan lahan, energi, transportasi dan industri dapat
terakomodir dalam penyempurnaan/penyusunan Renstra dan Renja SKPD. Universitas
(khususnya untuk Kalim a.l. adalah Universitas Mulawarman, Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Samarinda, Universitas Widya Gama serta beberapa yang ada di Kabupaten/Kota) dan lembaga peneliian mendukung implementasi miigasi.
(4) BLH Kalim melakukan pelaksanaan pengukuran, pelaporan dan veriikasi (MRV) atas pelaksanaan miigasi dalam RAD GRK melalui implementasi perencanaan pembangunan daerah (RKPD), rencana kerja SKPD, bahkan beberapa rencana aksi yang diadopsi oleh beberapa lembaga lainnya (swasta, masyarakat ataupun organisasi non pemerintah). Meskipun demikian jika lembaga pelaksana MRV telah ada maka BLH dapat juga sebagai salah satu pelaksana bidang
Gambar 16 Kerangka Implementasi RAD GRK Kalim dan MRV
Catatan: Belum memasukkan secara deil elemen, posisi dan peran parapihak lainnya seperi Swasta, Lembaga Masyarakat dan Organisasi Non-Pemerintah (Ornop).
Keterangan: GRK (= Gas Rumah Kaca); AFOLU(= Agriculture, Forestry and Land Use); IPPU (= Industrical
Producion and Processing); RPJP (= Rencana Pembangunan Jangka Panjang); RPJMD (= Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah); RKPD (= Rencana Kerja Pembangunan Daerah); Renstra (= Rencana Strategis); Renja (= Rencana Kerja); Ornop (= Organisasi Non Pemerintah); RAD GRK (= Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca); LCDP (= Low Carbon Development Plan); DDPI (= Dewan Daerah Perubahan Iklim); REN-MRV GRK (= Rencana Monitoring, Reporing and Veriicaion); BAPPEDA (= Badan Perencanaan Pembangunan Daerah); UNMUL (= Universitas Mulawarman); DISPU-KIMPRASWIL (= Dinas Pekerjaan Umum, Pemukiman dan Prasarana Wilayah); DISHUT (= Dinas Kehutanan); DISTAN (= Dinas Pertanian); DISBUN (= Dinas Perkebunan); DISPERIN (= Dinas Perindustrian); DIS ESDM (= Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral); DISHUB (= Dinas Perhubungan); BLH (= Badan Lingkungan Hidup); SKPD (=Satuan Kerja Perangkat Daerah).
(5) DDPI Kalim, Bappeda, BLH dan SKPD terkait lainnya, dalam kasus kebutuhan-kebutuhan khusus melakukan koordinasi dengan insitusi di daerah (antara lain jika berkaitan dengan kawasan hutan tertentu di satu atau beberapa wilayah Kabupaten/Kota). Meskipun demikian idak tertutup kemungkinan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota jika memperimbangkan RAD GRK bisa mewarnai program pembangunan daerah, diharapkan dapat juga akif mengadopsinya.
Dalam kaitannya dengan implementasi rencana aksi pengurangan emisi, dan sehubungan dengan diagram pada Gambar 16, perlu dikemukakan selain dengan RAD GRK, Kalimantan Timur juga telah
memiliki SRAP (Strategi dan Rencana Aksi) untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi
hutan (Reduced Emission from Deforestaion and Forest Degradaion/REDD+).
Kedua dokumen tersebut memang berkaitan dengan pengurangan emisi, akan tetapi SRAP meniik- beratkan pada sektor atau kegiatan berbasis kawasan hutan dan lahan berhutan yang mendorong terjadinya deforestasi dan degradasi, serta rencana aksi yang dikembangkan difokuskan pada faktor-
faktor penyumbat (botle-necks) dari idak berjalannya program-program pembangunan sektor
berbasis hutan dan lahan tersebut. Maka dengan kata lain RAD GRK (2010-2020) dan SRAP REDD+ (2012-2030) Kalim pada dasarnya komplementer satu dengan lainnya (lihat juga Bab V).
4.1 RUANG LINGKUP BASELINE EMISI GRK
4.1.1. Pengerian dan Kegunaan Baseline Emisi
Pengerian tentang Skenario Baseline Emisi (selanjutnya disebut Baseline) yang digunakan dalam
kegiatan ini mengikui Buku Referensi Bappenas tentang Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Thamrin, et al., 2011) yaitu:
“Sebuah perkiraan ingkat emisi dan proyeksi GRK dengan skenario tanpa intervensi kebijakan dan teknologi miigasi dari bidang-bidang yang telah diideniikasi dalam kurun waktu yang disepakai (tahun 2010-2020).”
Baseline akan digunakan untuk menentukan target pengurangan emisi dan bersamaan dengan itu juga
untuk mengkuaniikasikan dampak aksi miigasi atau kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 2010 sebagai tahun awal (sesuai dengan tahun dimulainya berbagai inisiaif yang telah dijalankan oleh Kalimantan Timur) dan tahun 2020 sebagai tahun penutup (sesuai dengan jangka waktu ketetapan tentang implementasi RAD GRK dan sekaligus target periode penurunan emisi).
Baseline disusun berdasarkan data dan informasi teknis dari bidang-bidang sesuai dengan ketetapan
pembagian, yaitu bidang limbah, bidang pemanfaatan lahan (pertanian, kehutanan dan sektor berbasis pemanfaatan lahan lainnya) serta bidang energi, transportasi, proses industri (lihat Bab III terdahulu).
Pengolahan data pada penyusunan baseline yang telah ditetapkan Kalimantan Timur untuk digunakan
sebagai referensi dan perangkat bantu (tools) teknis adalah:
1. IPCC Guidelines 2006 untuk bidang limbah
2. Program ABACUS untuk bidang sektor berbasis lahan
3. Program LEAP (Long-range Energi Alternaives Planning system) untuk bidang energi, industri
dan transportasi
Khusus untuk bidang pemanfaatan lahan, perangkat bantu lainnya adalah program Geographic
Informaion Systems (GIS) yang dimanfaatkan untuk mendapatkan perhitungan luas dari berbagai
kombinasi perubahan lahan. Luas perubahan lahan ini digunakan sebagai Data Akivitas (Acivity Data).
4.1.2. Prinsip Baseline Emisi
Untuk memperoleh hasil inventarisasi yang berkualitas digunakan prinsip-prinsip sebagaimana
digariskan dalam IPCC Guidelines 2006, (Angelsen, A., et al., 2011) yaitu:
1. Transparansi
Dokumentasi data-data dasar dan pengolahannya yang digunakan sebagai dasar penetapan
memahami bagaimana inventarisasi dilakukan dan dapat memutuskan apakah inventarisasi yang dilakukan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2. Kelengkapan
Esimasi dilakukan untuk semua kategori pada gas rumah kaca, baik berupa sumber maupun serapan yang relevan, yang diperimbangkan terjadi di Kalimantan Timur. Sedangkan untuk elemen yang hilang, penyebab keiadaannya akan dicantumkan.
3. Konsistensi
Perkiraan untuk emisi yang berbeda tahun dibuat sedemikian rupa, sehingga perbedaan
hasil antar tahun dan antar bidang mencerminkan perbedaan emisi bukan akibat perbedaan
metode. Inventarisasi untuk melihat kecenderungan (trend) tahunan dihitung dengan
menggunakan data runtun (data series) dari waktu ke waktu berdasarkan data resmi pada buku- buku staisik daerah seperi Kalim Dalam Angka (dan jika diperlukan serta tersedia, juga dari Laporan SKPD-SKPD terkait).
4. Dapat dibandingkan
Agar dapat dibandingkan dengan daerah atau bahkan Negara lain, maka pelaporan akan mengikui pedoman Internasional termasuk klasiikasi, deinisi dan tabel-tabel standard yang
digariskan dalam IPCC Guidelines 2006.
5. Akurasi
Inventarisasi gas rumah kaca daerah Kalimantan Timur diusahakan berisi esimasi yang idak berlebih juga idak kurang, yang berari mengupayakan semua usaha untuk menghilangkan terjadinya bias dari esimasi emisi.