IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.4. Ketersediaan Air Irigasi
Ketersediaan air irigasi diasumsikan dengan ketersediaan air di sungai meskipun dalam pengkajian irigasi curah hujan efektif termasuk dalam ketersediaan air. Ketersediaan air irigasi dianalisa berdasarkan data debit tersedia yang ada di daerah irigasi.
Nilai debit tersedia atau debit andalan (dependable flow) merupakan debit minimum rata-rata tengah bulanan sungai dengan kemungkinan terpenuhi sebesar 80% (Q80). Debit andalan dianalisa berdasarkan debit harian sungai untuk jangka
waktu yang lama (± 30 tahun) (Tabel Lampiran 10). Data debit andalan serta curah hujan efektif tiap periode bulanan bermanfaat untuk merancang pola tanam yang akan diterapkan karena ketersediaan air irigasi merupakan kendala pengelolaan sistem irigasi.
Untuk mengkaji kecukupan air pada suatu luas areal pertanaman, kebutuhan air irigasi atau debit rencana dibandingkan dengan jumlah debit tersedia sehingga diketahui defisit atau surplus pada periode tertentu. Debit rencana di jaringan utama (primer dan sekunder) dan di jaringan tersier diperoleh dari perkalian dari kebutuhan air tanaman, luas areal pertanaman dan efisiensi irigasi total tiap jenis saluran sebagai faktor kehilangan air (Tabel 13).
Tabel 12. Debit Aliran Air Pada Saluran Primer Yang Diperlukan dan Debit Andalan Sungai Cisadane (l/dt) untuk Musim Tanam 2003/2004 dan 2005.
Oktober November Desember Januari
Bulan 1 2 1 2 1 2 1 2 Masa Tanam MT 1 Debit Andalan 24287 14844 15500 15500 31200 15500 15133 15000 Debit Rencana 11170 11170 6480 6480 6480 6480 6480 6480 Surplus 13117 3674 9020 9020 24720 9020 8653 8520
Februari Maret April Mei
Bulan 1 2 1 2 1 2 1 2 Masa Tanam MT 1 MT 2 Debit Andalan 21763 11781 10167 9833 16726 12969 20262 26700 Debit Rencana 6480 5700 5700 5920 4310 4310 4310 4310 Surplus 15283 6081 4467 3913 12416 8659 15952 22390
Juni Juli Agustus September
Bulan 1 2 1 2 1 2 1 2 Masa Tanam MT 2 MT 3 Debit Andalan 14833 14733 13600 14733 13600 12233 14233 14500 Debit Rencana 4310 4310 2980 2980 2980 2980 2980 2980 Surplus 10523 10423 10620 11753 10620 9253 11253 11520
Sumber : Dinas Pengairan Bogor, 2005 Tabel 13. Kehilangan Air di Saluran
Tingkat Jaringan Kehilangan Air Irigasi Efisiensi Efisiensi Total Saluran Tersier 20 %Kebutuhan Air Tanaman 0.8 0.8 Saluran Sekunder 10 %Kebutuhan Total Jaringan Tersier 0.9 0.8 x 0.9 = 0.72 Saluran Primer 10 %Kebutuhan Total Saluran Sekunder dan Tersier 0.9 0.9 x 0.9 x 0.8 = 0.65
Sumber : Dinas Pengairan Bogor, 2005
Analisis kecukupan air di jaringan utama (Tabel 12) menunjukkan bahwa debit tersedia lebih besar dari kebutuhan air irigasi maka kebutuhan air daerah irigasi dapat terpenuhi. Namun karena adanya pendangkalan saluran, penumpukkan sampah di saluran dan adanya jaringan irigasi yang rusak maka distribusi air menjadi kurang optimal sehingga usaha tani menjadi tidak efisien.
Analisis kecukupan air irigasi di jaringan tersier (Tabel 14) menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi di saluran Cidepit dapat terpenuhi untuk masa tanam tertentu. Tabel 14 berikut menunjukkan surplus dan defisit dari saluran Cidepit nomor 19. Defisit pada saluran Cidepit nomor 19 merupakan defisit yang paling besar dibandingkan saluran sekunder lainnya. Bulan Februari, April dan Mei, debit tersedia tidak mencukupi kebutuhan air irigasi menurut rencana. Sedangkan untuk bulan lainnya kebutuhan irigasi dapat dipenuhi. Perbandingan antara debit tersedia dengan debit rencana saluran Cidepit disajikan pada Tabel Lampiran 11.
Tabel 14. Debit Tersedia (l/dt) dan Debit Rencana (l/dt) di Saluran Sekunder Cidepit untuk Musim Tanam Tahun 2005.
Oktober November Desember Januari
Bulan 1 2 1 2 1 2 1 2 Masa Tanam MT 1 Debit Tersedia 41.6 41.6 41.6 41.6 41.6 41.6 41.6 41.6 Debit Rencana 10.9 10.9 10.9 41.6 41.6 41.6 41.6 41.6 Surplus 30.7 30.7 30.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Defisit
Februari Maret April Mei
Bulan 1 2 1 2 1 2 1 2 Masa Tanam MT 1 MT 2 Debit Tersedia 11.8 11.8 18.3 18.3 17.1 12.0 17.1 17.1 Debit Rencana 41.6 18.3 18.3 18.3 18.3 18.3 18.3 16.1 Surplus 0.0 0.0 1.0 Defisit 29.8 6.5 1.2 6.3 1.2
Juni Juli Agustus September
Bulan 1 2 1 2 1 2 1 2 Masa Tanam MT 2 MT 3 Debit Tersedia 17.1 17.1 17.1 17.1 17.1 17.1 32.0 32.0 Debit Rencana 11.8 11.8 11.8 11.8 11.8 11.8 11.8 11.8 Surplus 5.4 5.4 5.4 5.4 5.4 5.4 20.3 20.3 Defisit
Sumber : Dinas Pengairan Bogor, 2005
Ketersediaan air irigasi berfluktuasi dengan keadaan musim. Pada musim hujan jumlah ketersediaan air irigasi melimpah. Sedangkan ketersediaan air yang kecil pada musim kemarau yang dipersulit lagi dengan kerusakan jaringan irigasi menyebabkan air yang tersedia menjadi terbatas. Usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan efisiensi pengunaaan air. Penyempurnaan cara-cara pengaturan air dan peningkatan efisiensi irigasi baik jaringan utama (primer dan
sekunder) maupun tersier perlu dilakukan salah satunya dengan pengaturan rotasi tanaman yang disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman dan air yang tersedia.
Efisiensi dan efektifitas penggunaan air di tingkat usaha tani (petak tersier) tergantung kepada cara pengelolaan usaha tani. Efisiensi dan efektifitas penggunaan air akan tinggi apabila petani menerapkan cara yang baik dalam pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, pemeliharaan tanaman yang baik, peralatan yang dipakai dan pengelolaan air yang tepat.
Menurut hasil wawancara dengan petani dan petugas pengairan, pemberian air irigasi tidak sesuai rencana. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penanaman padi atau palawija yang tidak sesuai rencana tanam dan adanya permintaan dari para petani ikan atau industri rumah tangga lainnya kepada Dinas Pengairan Parung untuk menambah debit yang dialirkan. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian informasi yang jelas mengenai rencana tanam, baik dari petani kepada petugas pengairan maupun dari petugas pengairan kepada penjaga pintu air sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemberian air irigasi.
Pemberian air irigasi tidak sesuai rencana menyebabkan beberapa lahan mengalami penurunan produksi. Curah hujan yang tinggi pada musim hujan (Oktober-Maret) dapat menutupi kekurangan air irigasi sehingga penurunan produksi tidak terlalu besar. Penanaman palawija (jagung, kacang tanah dan sayuran) di wilayah kajian berlangsung di musim kemarau (April-September) dimana curah hujan pada saat itu rendah. Pemberian air irigasi dari debit yang dialirkan diperlukan untuk menambah curah hujan yang rendah tersebut sehingga kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi.
Debit air yang dialirkan adalah besarnya aliran pada waktu dan lokasi tertentu di dalam sebuah daerah irigasi. Debit saluran Sekunder Cidepit tahun 2005 ditunjukkan oleh Gambar 5. Alat ukur Cipoletti pada umumnya digunakan pada saluran primer dan sekunder serta alat ukur Romijn digunakan pada tingkat tersier. Debit air diukur satu atau dua kali sehari (tergantung fluktuasi arus air setiap jam) kemudian dihitung rata-ratanya.
0 5 10 15 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 4 5 5 0 5 5 S e p O k t N o v D e s J a n F e b M a r A p r M e i J u n J u l A g s Bulan Debit (l/dt) cdp 17 cdp 18 cdp 19 c d p 2 0 c d p 2 1 c d p 2 2
Gambar 5. Grafik Debit Rata -Rata Setengah Bulanan Saluran Sekunder Cidepit (Sumber : Balai PSDA Wilayah Ciliwung-Cisadane, 2005).
Pada bulan Juni dan Juli debit di saluran sekunder Cidepit tertera pada Tabel 15. Sedangkan debit yang masuk saluran tersier Cidepit disajikan pada Tabel 16. Debit yang kecil pada bulan Juni dan Juli menyebabkan penanaman palawija di daerah penelitian mengalami defisit yang besar dibandingkan penanaman pada bulan Maret, April dan Mei.
Tabel 15. Debit Sesaat Saluran Sekunder Cidepit Bulan Juni dan Juli Juni Juli No. Ruas (l/dt) 1 bcdp (16-17) 0.46 0.10 2 bcdp (17-18) 0.39 0.36 3 bcdp (18-19) 0.37 0.21 4 bcdp (19-20 0.38 0.12 5 bcdp (20-21) 0.37 0.24 6 bcdp (21-22) 0.39 - 7 bcdp (22-23) 0.35 -
Tabel 16. Debit Sesaat Saluran Tersier Cidepit Bulan Juni dan Juli Bulan cdp 17 l=0.75 m cdp 18 l=1 m cdp 19 l=1m cdp 20 l=0.5 m cdp 21, l=2 m cdp 22 l=1 m Juni 0.10 0.08 0.75 0.20 0.05 0.12 Juli 0.10 0.36 0.61 0.12 0.19 -
Keterangan : l adalah lebar saluran
Masa tanam berkorelasi dengan curah hujan efektif dan ketersediaan air untuk irigasi. Berdasarkan keadaan neraca air di daerah penelitian dan dengan pertimbangan penambahan air irigasi dari seluruh tanggal tanam yang ada maka modifikasi masa tanam dan sistem distribusi aliran air dapat dilakukan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya air permukaan.
Jumlah air yang sampai pada lahan pertanaman dalam jangka waktu tertentu akan mengalami kehilangan air sepanjang saluran yang dilaluinya. Kehilangan air pada saluran irigasi terutama disebabkan oleh evaporasi dari permukaan air, perembesan ke samping dan bocoran karena rusaknya tanggul. Kecepatan evaporasi (penguapan) dipengaruhi oleh luas permukaan air, kecepatan angin dan suhu. Kehilangan air akibat rembesan dipengaruhi oleh bentuk saluran, keadaan muka air tanah, porositas, sifat tanah, kedalaman dan suhu air.
Untuk mengatur aliran air dari sumbernya diperlukan pengembangan irigasi yang mantap dalam hal ini kehilangan air secara berlebihan perlu dicegah sehingga debit yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan produksi pertanian. Untuk menjamin kecukupan air di daerah irigasi Cisadane-Empang perlu adanya dukungan dari lembaga-lembaga yang membantu keefektifan penggunaan air yaitu P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air), kelompok tani dan peran serta mantri pengairan dan petugas penyuluh lapangan.