• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuntas

kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar IPA yang diperoleh siswa kondisi awal, setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel 4.22 berikut:

Tabel 4.22 Perbandingan Ketuntasan, Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No. Ketuntasan

Belajar Nilai

Kondisi awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Tuntas ≥ 70 4 20 11 55 20 100

2. Belum

Tuntas < 70 16 80 9 45 0 0

3. Jumlah 20 100 20 100 20 100

4. Nilai Rata-rata 55,75 69,50 87,80

Berdasarkan tabel 4.22 bisa dijelaskan bahwa pada kondisi awal sampai siklus I dan siklus II mengalami peningkatan di dalam proses pembelajaran dan hasil belajar, ditunjukan di dalam hasil belajara IPA. Pada kondisi awal siswa yang tuntas dari KKM ≥ 70 yaitu 4 siswa dengan rata-rata nilai kelas 55,75 dan nilai tertinggi 80. Setelah melakukan penelitian dengan pelaksanaan siklus I didapat peningkatan menjadi proses pembelajaran dan dihasilkan hasil belajar siswa yang tuntas menjadi 11 dari 20 siswa dengan rata-rata 69,50 untuk nilai tertinggi 85. Setelah melakukan siklus I dilanjutkan dengan siklus II yang mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 20 siswa tuntas dengan rata-rata 87,80 untuk nilai tertinggi 100. Jadi untuk pencapaian indikator keberahasilan sudah terpenuhi yaitu ≥ 80% dari total siswa kelas 5 SD Negeri Kebowan 02. Dari hasil belajar IPA dengan menggunakan model Problem-Based Learning sudah memenuhi keberahasilan dalam siklus II.

Untuk melihat secara detail Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.14 berikut:

Diagram 4.14 Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Untuk memperjelas peningkatan rata-rata hasil belajar IPA dapat dilihat pada diagram 4.15 berikut ini:

Diagram 4.15 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

0 5 10 15 20 25

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tuntas Belum Tuntas 20% 80% 55% 45% 100% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata Nilai

Rata-rata

55,75

4.3 Pembahasan

Pada sub bab ini hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas 5 SD Negeri Kebowan 02, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih cenderung menggunakan cara lama yaitu dengan ceramah atau konvensional, guru menilai pembelajaran menggunakan ceramah jauh lebih praktis daripada harus menggunakan beragam model pembelajaran yang inovatif yang menurut guru memerlukan banyak persiapan dari segi waktu yang lebih di dalam pelaksanaannya. Pemanfaatan media dalam pembelajaran juga masih kurang dilakukan oleh guru, guru merasa kurang terampil dalam menggunakan media pembelajaran sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru masih tidak memanfaatkan media, padahal menggunakan model pembelajaran yang inovatif akan menambah antusias dalam proses pembelajaran sehingga siswa terhadap materi pembelajaran tidak harus selalu mendengarkan ceramah yang guru sampaikan, mendengarkan ceramah secara terus menerus dalam pembelajaran menjadikan siswa bosan dan jenuh.

Proses pembelajaran yang diterapkan sebelum penelitian oleh guru kelas 5 di SD Negeri Kebowan 02 tersebut menyebabkan siswa kelas 5 kurang antusias dan pasif di dalam proses belajar mengajar, tidak ada aktivitas belajar yang menyenakan untuk siswa agar siswa mau belajar secara aktif, semua kegiatan di dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran bukan merupakan hal yang baru bila ditemui siswa yang asik bermain sendiri dan bercerita dengan teman sebangku. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya proses pembelajaran dan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Kebowan 02. Diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM 70 hanya 4 siswa atau 20% dari jumlah keseluruhan siswa pada kondisi awal, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 16 siswa atau 80% dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 20. Berdasarkan kondisi awal yang demikian maka peneliti merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan pembelajaran untuk peningkatan Proses pembelajaran dan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri

Kebowan 02 dengan menerapkan model pembelajaran inovatif yaitu model Problem-Based Learning.

Berikut ini tabel 4.23 perbandingan hasil analisis observasi aktivitas guru dan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II:

Tabel 4.23 Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi Siklus I dan Siklus II

Tindakan Siklus I Siklus II

Hasil % Hasil %

Aktivitas Guru 109,5 78,22% 134 95,72%

Aktivitas Siswa 70 70% 93,5 93,5%

Berdasarkan tabel 4.23 tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model Problem-Based Learning. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 109,5 dengan persentase 78,22%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 134 dengan persentase 95,72%. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 70 dengan persentase 70%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 93,5 dengan persentase 93,5%. Untuk menjelaskan perbandingan rata-rata hasil analisis skor observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.16 sebagai berikut:

Diagram 4.16 Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II

Model Problem-Based Learning cocok diterapkan pada mata pelajaran IPA tentang Peristiwa Alam di kelas 5 karena model Problem-Based Learning ini memiliki banyak kelebihan bagi peserta didik khususnya dalam pembentukan sikap pemikiran ilmiah siswa. Dengan pemikiran ilmiah siswa mampu memecahkan suatu masalah yang dihadapi dan membuktikan sendiri teori yang dipelajari siswa melalui hasil proses pembelajaran dari diskusi siswa yang telah dilakukan, sehingga pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik, dengan diskusi secara interaktif siswa menjadi antusias dalam melakukan pembelajaran di kelas. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Siklus I Siklus II Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 70% 93,5% 78,22% 95,72%

Dokumen terkait