• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEUANGAN DAERAH

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT (Halaman 70-78)

Selama triwulan I-2011, kinerja keuangan daerah diperkirakan turut berperan terhadap naiknya pertumbuhan ekonomi. Alokasi baik belanja pemerintah pusat maupun daerah di Jawa

Barat mengalami peningkatan. Dana APBN untuk kegiatan fisik, yakni tugas pembantuan serta APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat meningkat. Selain itu, pengesahan APBD Provinsi Jawa Barat lebih awal dari anggaran tahun sebelumnya sehingga diperkirakan tingkat realisasi keuangan daerah khususnya Provinsi Jawa Barat akan lebih tinggi. Jawa Barat memiliki tingkat kemandirian penerimaan yang lebih baik dibandingkan daerah lain. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh rasio transfer pemerintah pusat ke daerah terhadap penerimaan pajak yang lebih rendah dari daerah lain.

1. T

RANSFER

P

EMERINTAH

P

USAT KE

D

AERAH

J

AWA

B

ARAT

Pemerintah Pusat meningkatkan transfer dana ke daerah Jawa Barat pada tahun 2011, yakni menjadi Rp 25,8 triliun. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan pelayanan publik. Meski demikian, jika dibandingkan dengan daerah lain tingkat ketergantungan Jawa Barat terhadap dana transfer pemerintah pusat lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain.

Pada tahun 2011, pangsa dana transfer pemerintah pusat ke daerah meningkat dari 60,6% (atau sebesar Rp683 triliun) pada tahun 2010 menjadi 61,19% (atau sebesar Rp752 triliun) tahun 2011. Transfer pemerintah pusat ke daerah disalurkan melalui anggaran kementerian/lembaga yang memiliki program di daerah (dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan instansi vertikal), subsidi, dana perimbangan, serta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM) dan Jaminan Kesehatan (Jamkes).

Kebijakan transfer pemerintah pusat ke daerah dilakukan dengan menggunakan beberapa prinsip, yakni sebagai berikut :

1. Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah (vertikal fiscal imbalance), dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance);

2. Meningkatkan kualitas pelayanan Publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah;

3. Meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; 4. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya nasional;

5. Meningkatkan sinergi perencanaan pembangunan pusat dan daerah; 6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas alokasi transfer kedaerah;

Tabel 4.1. Jumlah Transfer ke Daerah (Rp Triliun) dan Pangsa Dana terhadap APBN (%) Tahun 2011

URAIAN Jumlah (Rp Triliun) Pangsa (%)

Program Nasional 19.34 1.57 PNPM 12.99 1.15 Jamkes 6.35 0.56 Subsidi 168.36 14.95 BBM 95.91 8.52 Listrik 40.7 3.61 Pangan 15.26 1.36 Pupuk 16.37 1.45 Benih 0.12 0.01 APBD 392.98 34.9 DBH 83.5 7.42 DAU 225.5 20.03 DAK 25.2 2.24 Otsus 10.4 0.93 Penyesuaian 48.2 4.28 Anggaran K/L 171.61 15.24 Dana Dekonsentrasi 24.43 2.17

Dana Tugas Pembantuan 12.93 1.15

Dana Instansi Vertikal 134.25 11.92

JUMLAH 752.32 61.19

Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2011

Keterangan : DAU (Dana Alokasi Umum), DBH (Dana Bagi Hasil), DAK (Dana Alokasi Khusus)

Khusus untuk alokasi dana transfer ke daerah melalui dana perimbangan mengalami tren kenaikan. Pada tahun 2011 dana perimbangan yang terima seluruh daerah di Indonesia naik dari Rp344,6 triliun menjadi Rp393 triliun. Kenaikan terutama disebabkan oleh naiknya dana alokasi umum (DAU) dan otonomi khusus. Berdasarkan trilogi dana perimbangan, pemberian dana perimbangan dilakukan untuk mengatasi vertical fiscal imbalance dan horizontal fiscal imbalance. Selain itu, pengaturan dana perimbangan dilakukan berdasarkan prinsip bahwa pada saat DBH meningkat, maka alokasi DAU maupun DAK akan menurun.

Grafik 4.1. Transfer Pemerintah Pusat ke Daerah Melalui Dana Perimbangan

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Triliun Rp

DBH DAU DAK Otsus Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2011

Grafik 4.2. Rasio Transfer Pemerintah Pusat terhadap Pendapatan Daerah

58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 2007 2008 2009

Rata-rata daerah seNasional Jawa Barat

Jawa Barat memiliki tingkat ketergantungan terhadap transfer pemerintah pusat yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Secara rata-rata (periode 2007 – 2009), tingkat ketergantungan Jawa Barat hanya sebesar 67,5% sedangkan daerah lain secara nasional adalah sebesar 77,03%. Selain itu, tingkat ketergantungan Jawa Barat memiliki indikasi adanya tren menurun sementara daerah lain masih mengalami tren kenaikan. Dengan demikian, indikator ini menunjukkan bahwa Jawa Barat relatif mandiri dan memiliki kapasitas ekonomi yang baik.

2. BELANJA FISKAL PEMERINTAH DI JAWA BARAT

Grafik 4.3. Belanja APBN di Jawa Barat

0 5 10 15 20 25 Tugas Pembantuan

Dekonsentrasi Urusan Bersama Instansi vertikal

Rp Triliun

2010 2011

Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2011

Dana APBN yang berada di Jawa Barat naik tipis dari Rp25,49 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp25,79 triliun pada tahun 2011. Kenaikan disebabkan oleh naiknya tugas pembantuan yang merupakan belanja untuk program fisik serta instansi vertikal yang berlokasi di Jawa Barat. Sementara, dana dekonsentrasi yang merupakan dana pendampingan program pemerintah pusat di Jawa Barat turun dari Rp4,06 triliun menjadi Rp1,46 triliun.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Pemerintah Provinsi Jawa Barat merencanakan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 5% - 6%. Selain itu, angka kemiskinan ditargetkan turun dari 11,27% pada tahun 2010 menjadi 10,31%. Untuk mencapai hal tersebut maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan bahwa investasi baik yang berasal dari asing maupun domestik menjadi sebesar Rp39,47 triliun.

Tabel 4.2. Proyeksi Indikator Pembangunan Daerah

Realisasi Rencana

Indikator

2009 2010 2011 2012

Laju Pertumbuhan Ekonomi 4.29 6.09 5.0-6.0 6.0-6.5

Kemiskinan 11.96 11.27 10.31 9.45

Tingkat Pengangguran Terbuka 10.96 10.33 10.47 10.24

Investasi (PMA & PMDN) Rp30.21 triliun Rp46.60 triliun Rp39.47 triliun Rp43.71 triliun

Sumber : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, 2011

APBD Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 telah disahkan lebih awal dari tahun sebelumnya, yakni pada tanggal 23 Desember 2010. Alokasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2011 adalah sebesar Rp9,89 triliun meningkat sebesar 3,42% jika dibandingkan dengan APBD (murni) tahun 2010 yang sebesar Rp9,56 triliun. Dengan demikian, APBD-P 2011 diperkirakan dapat lebih tinggi dibandingkan dengan APBD-P 2010 yang sebesar Rp10,16 triliun.

Tabel 4.3. Sumber Belanja di Provinsi Jawa Barat URAIAN 2010* 2011** APBN 25.485 25.785 - Tugas Pembantuan 0.442 0.639 - Dekonsentrasi 4.067 1.462 - Urusan Bersama 0.932 0.616 - Instansi Vertikal 20.043 23.068 APBD Provinsi 10.162 9.887 - Belanja Langsung 3.096 2.766

- Belanja Tidak Langsung 7.066 7.12

APBD Kabupaten/Kota 37.25 36.187

- Belanja Langsung 14.071 13.822

- Belanja Tidak Langsung 23.178 22.364

JUMLAH 72.898 71.859

Sumber : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, 2011

Keterangan : *) APBD-P 2010, sedangkan APBD 2010 sebesar Rp9,56 triliun; **) APBD Murni

Belanja pembangunan di Jawa Barat tahun 2011 adalah sebesar Rp42,38 triliun pada tahun 2011. Alokasi belanja pembangunan di Jawa Barat berasal dari dana APBN serta belanja langsung APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Adapun, belanja langsung merupakan jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, barang dan jasa, serta modal. Alokasi dana pembangunan tersebut diperkirakan dapat lebih tinggi mengingat pada pertengahan tahun Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan melakukan penambahan dana untuk program/kegiatan yang baru diusulkan pada awal tahun 2011.

Berdasarkan evaluasi Bapenas untuk mencapai percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi, maka fokus pembangunan Jawa Barat diarahkan pada program strategis sebagai berikut:

9 Pembangunan terminal dan pengerasan landasan bandara Husein Sastranegara dan pembangunan bandara Kertajati, Saluran Pembawa Air Baku Jatiluhur – Bekasi - Jakarta (Jatiluhur Water Supply), dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Gedebage. dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta

9 Peningkatan kapasitas listrik untuk jalur kereta api di Bandung (Padalarang – Cicalengka), Jalur Citayam-Nambo

9 Pembangunan jalan tol di Bandung dan Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang menjadi andalan investasi dalam kerangka pengembangan koridor ekonomi di Wilayah Utara Jawa.

Perkembangan terkini atas pembebasan lahan Waduk Jatigede adalah telah terealisasi 77,8% dari kebutuhan lahan untuk genangan waduk dan tapak bendungan sebesar 4.946 ha. Sementara, jalan tol Soroja (Soreang – Pasir Koja) dengan panjang jalan tol 15 km diperkirakan akan dapat digunakan pada tahun 2015. Konstruksi jalan tol Soroja termasuk pembebasan lahan diperkirakan menghabiskan anggaran sebesar USD 102,15 juta.

BOKS 2

PERAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah perlu menyediakan dana untuk kebutuhan investasi di daerah. Namun demikian, berdasarkan perhitungan pemerintah pusat, pemerintah hanya dapat memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan investasi. Khusus untuk Jawa Barat, pemerintah hanya dapat menyediakan dana sebanyak 6% dari kebutuhan investasi. Untuk itu, dibutuhkan peran BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), swasta nasional maupun asing dalam memenuhi kebutuhan investasi tersebut.

Tabel 1. Proyeksi Kebutuhan Investasi di Jawa Barat (Rp Triliun)

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Kebutuhan investasi nasional 2037 2544 3014 3379 3889 4516 Kebutuhan investasi Jawa Barat 285 356 422 473 544 632 - Sumber Pemerintah 17 21 25 28 33 38 - Sumber BUMD,

Swasta, dan Asing 268 335 397 445 511 594

Sumber : Chairul Tanjung. (2011). Pengembangan Investasi untuk Pembangunan Ekonomi Daerah

Selain yang bersifat komersial, investasi pihak swasta juga bersifat tanggung jawab sosial. Pemerintah kemudian mengatur dana tanggung jawab sosial/CSR dalam bentuk Undang-undang. Berdasarkan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan di Indonesia yang wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan gerakan “Jawa Barat Maju Bersama Mitra”. Gerakan tersebut meliputi pembangunan 1.000 ruang kelas dan 50 puskesmas ruang rawat inap. Dengan adanya program tersebut, pihak swasta dapat berpartisipasi dalam pembangunan di Jawa Barat khususnya terkait bidang pendidikan dan kesehatan. Menindaklanjuti gerakan program tersebut, pada tanggal 5 April 2011, Gubernur Jawa Barat dengan Chevron IndoAsia telah membangun gedung sekolah di Pakenjeng, Garut. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan di kawasan industri, Bekasi telah menyatakan komitmennya untuk menyalurkan dana CSR untuk program Jawa Barat Maju Bersama Mitra.

BAB 5

PERKEMBANGAN

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT (Halaman 70-78)

Dokumen terkait