• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

TRIWULAN I-2011

(2)

Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108

BANDUNG

Telp : 022 – 4230223

(3)

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan.

Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.

Visi Kantor Bank Indonesia Bandung

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Bank Indonesia Bandung

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda & lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

Tugas Pokok Bank Indonesia Bandung adalah sebagai berikut :

1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya;

2. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya;

3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya;

4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat;

5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsi-fungsi utama.

(4)
(5)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2011” ini akhirnya dapat diselesaikan. Dalam kajian ini kami informasikan bahwa perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2011 berada dalam kondisi yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011 mencapai 6,9% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,5%. Dari sisi permintaan, peningkatan investasi, ekspor dan konsumsi pemerintah mendorong pertumbuhan berada pada level yang tinggi. Sementara itu, dari sisi penawaran, kinerja sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran (PHR) meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Di sisi lain, membaiknya pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh stabilnya perkembangan di sisi harga. Laju inflasi Jawa Barat menurun seiring dengan membaiknya pasokan bahan pangan serta menguatnya nilai tukar rupiah.

Peran perbankan terhadap perekonomian Jawa Barat menunjukkan peningkatan yang juga disertai dengan menguatnya kondisi ketahanan perbankan di Jawa Barat. Sementara itu dari sisi keuangan daerah, peningkatan alokasi belanja pemerintah selama tahun 2011 dan tingkat realisasi yang diperkirakan lebih tinggi pada triwulan I-2011 merupakan salah satu faktor pendorong membaiknya kinerja perekonomian pada periode laporan. Di sisi ketenagakerjaan, tingginya pertumbuhan ekonomi mampu menurunkan tingkat pengangguran terbuka. Sementara itu dari sisi kesejahteraan, kondisi masyarakat Jawa Barat juga diperkirakan mengalami peningkatan.

Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Bandung, juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dinas-dinas terkait, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, BULOG Divre III Jawa Barat, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, PT. Angkasa Pura II, PT. Jasa Marga, PT. PLN Distribusi Jabar dan Banten serta PT. Kereta Api, dan PT. Pelindo. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.

Bandung, 9 Mei 2011

Lucky Fathul A.H.

(6)

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel... ix

Daftar Grafik... x

Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat... xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL ... 7

1. Sisi Permintaan... 9 1.1. Konsumsi ... 10 1.2. Investasi ... 12 1.3. Ekspor Impor ... 14 2. Sisi Penawaran... ... 17 2.1. Sektor Pertanian... 17

2.2. Sektor Industri Pengolahan... 18

2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 21

2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 22

2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ... 24

2.6. Sektor Lainnya ... 24

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 25

1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 27

1.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 27

Inflasi Bulanan... 27

Inflasi Triwulanan... 28

Inflasi Tahunan... .... 28

1.2. Inflasi Menurut Kota ... 29

Kota Bandung... 30 Kota Bekasi... .... 32 Kota Depok... .... 33 Kota Bogor... 34 Kota Cirebon... 35 Kota Sukabumi... 36 Kota Tasikmalaya... ... 37

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi... ... 38

2.1. Fundamental... 38

Eksternal ... 38

Ekspektasi Inflasi ... ... 39

Interaksi Permintaan dan Penawaran ... 40

2.2. Non Fundamental... 40

Volatile Foods ... 40

Administered price... 41

Boks 1. 10 Langkah Strategis Pengendalian Inflasi Jawa Barat ... 43

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 45

1. Struktur Perbankan di Jawa Barat ... 47

2. Bank Umum Konvensional ... 47

2.1. Pendanaan dan Risiko Likuiditas ... 47

Perkembangan Dana Pihak Ketiga ... 47

Risiko Likuiditas ... 49

2.2. Perkembangan Kredit dan Risikonya ... 49

(7)

BAB 4 KEUANGAN DAERAH... ... 55

1. Pendapatan Pemerintah di Jawa Barat... ... .. 57

1.1. Pendapatan Pemerintah Pusat di Daerah ... .. 63

1.2. Pendapatan Pemerintah Provinsi ... .. 64

2. Belanja Daerah... ... .. 65

2.1. Belanja APBN di Jawa Barat... .. 65

Belanja Dana Tugas Pembantuan ... 66

Belanja Dana Dekonsentrasi... 66

2.2. Belanja APBD Provinsi Jawa Barat... 67

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 69

1. Pengedaran Uang Kartal... 71

1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ... 71

1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ... 73

1.3. Uang Palsu ... 74

2. Sistem Pembayaran Non Tunai... 74

2.1 Kliring Lokal... 75

2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)... 75

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH... 77

1. Ketenagakerjaan ... 79

Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat ... ... 79

2. Kesejahteraan... 81

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 83

1. Prospek Ekonomi Makro... 85

2. Prakiraan Inflasi ... 86

Boks 2. Kondisi Bahan Pangan Dapat Memenuhi Demand Jawa Barat di Awal Tahun 2011 ... 88

LAMPIRAN... 99

(8)

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat dari Sisi Permintaan (yoy) ... 9

Tabel 1.2. Proyek Infrastruktur di Jawa Barat ... 14

Tabel 1.3. Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli... 16

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat-Sisi Penawaran... ... 17

Tabel 1.5. Indikator Perhotelan di Jawa Barat... 22

Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat... 23

Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat ... 23

Tabel 1.8. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (juta kwh)... 24

Tabel 2.1. Inflasi Triwulanan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 30

Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 31

Tabel 2.3. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota & Kelompok Barang dan Jasa Triwulan I-2011 (yoy, %)... 32

Tabel 2.4. Inflasi Tahunan Kota Bandung Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 33

Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 34

Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Kota Depok Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 35

Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bogor Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 36

Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 36

Tabel 2.9. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 36

Tabel 2.10. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 37

Tabel 2.11. Inflasi Tahunan Menurut Sumber Penyebab (yoy, %) ... 38

Tabel 2.12. Kapasitas Produksi Terpasang Industri Pengolahan (%)... 40

Tabel 2.13. Peraturan Menteri Keuangan tentang Perolehan Cukai Hasil Tembakau... 42

Tabel 3.1. Perkembangan Kredit per Kota/Kab di Jawa Barat ... 51

Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Kantor BPR Jawa Barat ... 54

Tabel 3.3. Perkembangan Indikator Kinerja BPR Jawa Barat ... 54

Tabel 4.1. Jumlah Transfer ke Daerah (Rp Triliiun) dan Pangsa Dana terhadap APBN (%) Tahun 2011 ………... ... 58

Tabel 4.2. Proyeksi Indikator Pembangunan Daerah... 59

Tabel 4.3. Sumber Belanja di Provinsi Jawa Barat ... 60

Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung. ... 66

Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Barat... 69

Tabel 6.1. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan PekerjaanUtama... 74

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy) ... 9

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ... 10

Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini... 10

Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi... 10

Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran... ... 10

Grafik 1.6. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman... 11

Grafik 1.7. Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 11

Grafik 1.8. Kredit Konsumsi ... 11

Grafik 1.9. Impor Barang Konsumsi... 11

Grafik 1.10. Nilai Tukar Petani... 11

Grafik 1.11. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Nilai Proyek ... 12

Grafik 1.12. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Proyek ... 12

Grafik 1.13. Distribusi Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota ... 12

Grafik 1.14. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi ... 13

Grafik 1.15. Penjualan Semen di Jawa Barat... 13

Grafik 1.16. Impor Barang Modal... 13

Grafik 1.17. Nilai Ekspor Jawa Barat... 14

Grafik 1.18. Volume Ekspor Jawa Barat... 14

Grafik 1.19. Pangsa Nilai Produk Ekspor Jawa Barat ... 15

Grafik 1.20. Nilai dan Volume Ekspor TPT ... 15

Grafik 1.21. Nilai dan Volume Ekspor Alat Telekomunikasi ... 15

Grafik 1.22. Nilai dan Volume Ekspor Mesin Elektrik... 16

Grafik 1.23. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan... 16

Grafik 1.24. Nilai Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli... ... 16

Grafik 1.25. Volume Ekspor Jawa Barat... 17

Grafik 1.26. Nilai Impor Jawa Barat ... 17

Grafik 1.27. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat... 18

Grafik 1.28. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat... 18

Grafik 1.29. Luas Panen Padi Menurut Subround di Jawa Barat ... 18

Grafik 1.30. Indeks Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya ... 19

Grafik 1.31. Nilai Ekspor TPT ... 19

Grafik 1.32. Volume Ekspor TPT... 19

Grafik 1.33. Produksi Mobil Nasional ... 19

Grafik 1.34. Penjualan Motor Nasional... ... 20

Grafik 1.35. Penjualan Mobil Nasional... ... 20

Grafik 1.36. Nilai Ekspor Kendaraan... ... 20

Grafik 1.37. Volume Ekspor Kendaraan... 20

Grafik 1.38. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman ... ... 21

Grafik 1.39. Indeks Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga... ... ... 21

Grafik 1.40. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Cirebon ... 21

Grafik 1.41. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat... 22

Grafik 1.42. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat ... 22

Grafik 1.43. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara ... 23

Grafik 1.44. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Konstruksi ... 24

Grafik 1.45. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.... 24

Grafik 1.46. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa-jasa ... 25

Grafik 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Jawa Barat dan Nasional... 27

Grafik 2.2. Inflasi Bulanan menurut Kelompok Barang & Jasa ... 27

(10)

Grafik 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bekasi... 32

Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kota Depok ... 33

Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Kota Bogor ... 34

Grafik 2.10. Inflasi Tahunan Kota Cirebon ... 35

Grafik 2.11. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi ... 36

Grafik 2.12. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya... 37

Grafik 2.13. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional ... 38

Grafik 2.14. Perkembangan Kurs Rupiah ... 39

Grafik 2.15. Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung... 40

Grafik 2.16. Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung ... 40

Grafik 2.17. Produksi Padi di Jawa Barat... 41

Grafik 2.18. Peta Jalur Distribusi Cabai Nasional ... 41

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Jawa Barat ... 53

Grafik 3.2. Porsi DPK per Jenis ... 53

Grafik 3.3. Perkembangan DPK per Jenis di Jawa Barat... 53

Grafik 3.4. Porsi DPK per Kelompok Bank di Jawa Barat... 54

Grafik 3.5. Perkembangan DPK berdasarkan Kelompok Bank di Jawa Barat ... 54

Grafik 3.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ... 54

Grafik 3.7. Porsi DPK per Jenis Valuta ... 54

Grafik 3.8. Perkembangan DPK per Jenis Valuta ... 54

Grafik 3.9. Perkembangan Risiko Likuiditas... ... 55

Grafik 3.10. Porsi Kredit Per Jenis Penggunaan ... 55

Grafik 3.11. Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan ... 55

Grafik 3.12. Porsi Kredit Per Sektor Ekonomi ... 56

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Per Sektor Ekonomi ... 56

Grafik 3.14. Porsi Kredit Per Kelompok Bank ... 56

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit Per Kelompok Bank... 56

Grafik 3.16. Perkembangan Kredit UMKM di Jawa Barat ... 57

Grafik 3.17. Porsi Kredit UMKM per Skala Usaha di Jawa Barat... 57

Grafik 3.18. Perkembangan NPL... 58

Grafik 3.19. Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat ... Grafik 3.20. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat... 58

Grafik 3.21. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat ... 58

Grafik 3.22. Perkembangan NPF Perbankan Syariah di Jawa Barat... 59

Grafik 3.23. Perkembangan Aset BPR Jawa Barat... 59

Grafik 3.24. Perkembangan DPK dan Kredit BPR di Jawa Barat ... 59

Grafik 3.25. Perkembangan BOPO BPR di Jawa Barat... 60

Grafik 4.1. Transfer Pemerintah Pusat ke Daerah melalui Dana Perimbangan ... 57

Grafik 4.2. Hasil Transfer Pemerintah Pusat terhadap Pendapatan Daerah... 59

Grafik 4.3. Belanja APBN di Jawa Barat... 64

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Barat ... 72

Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung ... 73

Grafik 5.3. Proposi Outflow Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang ... 74

Grafik 5.4. Proporsi PTTB Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang ... 74

Grafik 5.5. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Jawa Barat ... 76

Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan di Jawa Barat... 79

Grafik 6.2. SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja... 81

Grafik 6.3. Indeks Penghasilan ... 81

Grafik 6.4. Indeks Pembangunan Manusia... Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen... 85

(11)

I. MAKRO

2009 2010 2011

INDIKATOR

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I

PDRB - harga konstan (Rp Miliar) 78.085 78.122 77.393 80.239 82.630 81.630 82.710

- Pertanian 11.935 8.940 10.698 10.532 11.600 9.310 10.110

- Pertambangan & Penggalian 544 1.682 1.842 524 540 1.830 1.780

- Industri Pengolahan 33.562 34.431 32.628 34.182 34.240 34.200 34.400

- Listrik. Gas. dan Air Bersih 1.466 2.365 1.784 1.513 1.510 1.830 1.870

- Bangunan 2.680 2.823 2.722 2.866 2.980 3.230 3.130

- Perdagangan. Hotel. dan Restoran

16.794 16.819 16.788 17.313 17.820 18.160 18.210

- Pengangkutan dan Komunikasi 3.287 3.447 3.399 3.695 4.000 4.260 4.320

- Keuangan. Persewaan. dan Jasa 2.552 2.578 2.449 2.592 2.730 2.800 2.840

- Jasa 5.055 5.165 5.079 5.320 5.500 6.000 6.050

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,0 6,1 5,6 8,5 5,8 4,5 6,9

Ekspor-Impor 3.460,12 3.637,19 3.254,85 3.331,82 2.948,87 3.129,43 2.910,37

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 5.054 5.306 5.213 5.802 5.952 6.274 5.970

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.728 1.999 1.694 1.961 1.994 2.064 1.604

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1.593,88 1.668,81 1.958,15 2.470,18 3.003,13 3.144,57 3.059,63

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 272,10 250,90 339,65 373,33 403,44 434,38 419,25

Indeks Harga Konsumen* 115,49 115,83 116,94 118,68 121,74 123,50 124.17

- Kota Bandung 114,51 115,08 116,05 116,60 119,18 120,29 120.60 - Kota Bekasi 114,41 114,88 116,33 118,75 122,14 123,93 125.1 - Kota Bogor 118,60 118,50 119,81 121,53 124,86 126,29 126.92 - Kota Sukabumi 118,10 118,31 119,03 120,24 123,80 124,73 125.13 - Kota Cirebon 121,25 122,00 122,44 123,97 128,33 130,18 129.77 - Kota Tasikmalaya 118,51 119,87 121,47 122,47 124,68 126,53 127.51 - Kota Depok 115,43 115,39 116,26 118,85 121,85 124,59 125.27

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)*) 1,87 2,02 2,99 4,68 5,41 6,62 6.18

- Kota Bandung 1,61 2,11 2,86 3,50 4,08 4,53 3.92 - Kota Bekasi 1,51 1,93 3,20 5,62 6,76 7,88 - Kota Bogor 2,24 2,16 2,47 4,23 5,28 6,57 5.93 - Kota Sukabumi 3,31 3,49 2,41 3,09 4,83 5,43 5.12 - Kota Cirebon 3,47 4,11 3,54 4,79 5,84 6,70 5.99 - Kota Tasikmalaya 2,99 4,17 4,74 4,47 5,21 5,56 4.97 - Kota Depok 1,33 1,30 2,96 5,47 5,56 7,97 7.75 Keterangan:

(12)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I A Bank Umum Konvensional

1 Total Aset 187.08 197.78 210.61 210.85 239.15 2 DPK 146.76 158.91 163.23 178.05 178.03 - Giro 27.70 32.99 31.71 31.54 34.23 - Tabungan 58.26 63.22 66.81 74.21 72.15 - Deposito 60.80 62.69 64.72 72.31 71.66 3 Kredit berdasarkan lokasi proyek 180.28 193.30 207.34 210.84 224.66

- Investasi 27.51 28.23 30.19 32.25 33.32

- Modal Kerja 80.59 81.87 92.29 94.95 98.74

- Konsumsi 77.10 79.45 84.85 83.64 92.59

4 Kredit berdasarkan lokasi kantor cabang 111.45 118.71 123.54 130.97 135.93 - Investasi 12.15 13.38 13.21 14.51 15.30 - Modal Kerja 49.50 52.33 55.93 60.62 61.88 - Konsumsi 49.80 53.00 54.40 55.83 58.74 5 LDR 75.94 74.70 75.68 73.56 74.69 6 Rasio NPL Gross 3.42 3.35 3.51 3.05 3.03 7 Kredit MKM * 38.93 42.72 30.49 29.86 41.65

B Bank Umum Syariah

1 DPK 5.29 6.84 7.87 9.35 9.13 2 Pembiayaan berdasarkan lokasi kantor cabang 4.07 5.85 6.74 7.81 8.50 3 FDR 130.19 117.03 116.65 119.76 93.11 C BPR Konvensional 1 Aset 7.35 7.63 8.04 8.48 8. 2 DPK 5.38 5.56 5.78 6.06 6.27 - Tabungan 1.27 1.25 1.26 1.39 1. - Deposito 4.11 4.31 4.53 4.67 4.80

3 Kredit berdasarkan lokasi kantor cabang 5.01 5.36 5.65 5.86 6.24

No. Indikator

73 47

Keterangan:

*) Konsep kredit MKM pada tahun 2009 adalah berdasarkan plafon kredit sedangkan 2010 menurut jenis usahanya

**) Data Laporan Bank Umum per Maret 2011

III. SISTEM PEMBAYARAN

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Transaksi Tunai

Posisi Kas gabungan (Rp Triliun) 6,65 4,1 5,49 3,67 6,05 3,6 6,53

Inflow (Rp Triliun) 3,71 6 6,72 5 8,22 5,97 7,11

Outflow (Rp Triliun) 3,14 2,05 0,8 2,18 5,09 3,14 1,85

Transaksi Non Tunai BI-RTGS

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 159,53 147,18 151,19 169,98 188,69 202,65 148,74 Volume Transaksi BI-RTGS 232.945 238.919 252.006 274.959 291.564 308.140 286.393 Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 2,57 2,37 2,48 2,74 3,04 3,07 2,32 Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 3.757 3.854 4.131 4.435 4.703 9.119 4.475 Kliring

Nominal Perputaran Kliring (Rp Triliun) 30,8 31,7 31,1 32,1 33,8 33,8 34,9 Volume Perputaran Kliring 1.395.8971.393.539 1.428.796 1.468.878 1.475.903 1.328.202 1.421.771 Rata-rata Harian Nominal Transaksi Kliring (Rp Triliun) 0,49 0,50 0,51 0,52 0,55 0,51 0,55 Rata-rata Harian Volume Transaksi Kliring 22.120 22.157 23.423 23.692 23.805 20.124 22.215

2009 2010

(13)

RINGKASAN EKSEKUTIF

(14)
(15)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Perekonomian Jawa Barat tumbuh melambat

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,9% (yoy), atau meningkat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,5%.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh investasi dan ekspor

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh tingginya investasi, konsumsi pemerintah, dan ekspor. Namun disisi lain, perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat sedikit menahan laju pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi

didorong peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan PHR

Dari sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja terutama di sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Di lain pihak, laju pertumbuhan perekonomian di Jawa Barat sedikit tertahan oleh kontraksi di sektor pertanian.

PERKEMBANGAN INFLASI

Laju inflasi tahunan Jawa Barat menurun

Selama periode laporan, laju inflasi Jawa Barat mengalami penurunan, yakni dari 6,6% menjadi 6,18%. Hal ini ditopang oleh tren penurunan laju inflasi secara bulanan pada Januari, Februari, hingga Maret, yaitu masing-masing sebesar 0,62%, 0,16%, dan -0,2% (mtm).

Faktor penyebab penurunan terutama adalah tibanya musim panen komditas pangan strategis

Turunnya laju inflasi Jawa Barat bersumber dari penurunan harga bahan makanan, seperti beras, bawang merah, dan cabe-cabean yang selanjutnya dapat menurunkan laju inflasi pada produk makanan jadi seperti mie baso dan nasi rames. Sementara, kebijakan pemerintah dalam penetapan harga produk barang/jasa strategis (administered

price) kurang berdampak signifikan terhadap laju inflasi. Di sisi lain, laju

inflasi dari faktor fundamental sedikit meningkat terutama disebabkan oleh perkembangan eksternal, yakni kenaikan harga emas dan minyak di pasar internasional.

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Peran perbankan terhadap perekonomian Jawa Barat menunjukkan peningkatan

Intermediasi perbankan cenderung membaik sebagaimana diindikasikan oleh Loan-to-Deposit Ratio (LDR) yang naik dari 73,6% pada triwulan IV-2010 menjadi 74,7% triwulan I-2011. Di sisi lain, DPK dan kredit tumbuh melambat menjadi 21,3% dan 21,9% pada periode laporan. Sementara itu, kinerja penyaluran kredit BPR cukup baik, yakni tumbuh 24,5%. Dilihat dari risiko kredit dan likuiditas, perbankan Jawa Barat memiliki ketahanan yang relatif baik, sebagaimana diindikasikan oleh indikator NPL sebesar 3,03% dan undisbursed loans yang stabil di level 7%.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Belanja pemerintah di Jawa Barat meningkat

Alokasi belanja pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di Jawa Barat mengalami peningkatan. Dana APBN untuk kegiatan fisik, yakni tugas pembantuan serta APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat meningkat. Tingkat realisasi APBD Provinsi Jawa Barat pada periode laporan diperkirakan lebih tinggi mengingat waktu pengesahan APBD yang lebih awal dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tingkat ketergantungan Jawa Barat atas dana transfer pemerintah pusat lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain

Rasio antara dana transfer pemerintah pusat dengan pendapatan asli daerah di Jawa Barat lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki kapasitas ekonomi yang lebih baik dan lebih mandiri.

(16)

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat masih mengalami penurunan

Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat selama triwulan I-2011 masih mengalami penurunan, ditunjukkan dengan perkembangan indikator net inflow yang naik dari sebesar Rp2,83 triliun pada triwulan IV-2010 menjadi Rp5,26 triliun pada triwulan I-2011. Sementara itu, nilai transaksi pembayaran melalui kliring di wilayah Jawa Barat mengalami sedikit kenaikan. Sedangkan transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) untuk wilayah Jawa Barat mengalami penurunan baik secara volume maupun nominal dibandingkan triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat diindikasikan terus meningkat

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat semakin menunjukkan perbaikan, diindikasikan oleh penurunan tingkat pengangguran terbuka dari 10,57% pada Februari 2010 menjadi 9,84% pada Februari 2011. Penyerapan tenaga kerja tersebut didorong oleh perekonomian yang semakin membaik khususnya pada beberapa sektor ekonomi utama.

Kondisi kesejahteraan di Jawa Barat mengalami peningkatan.

Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat juga menunjukkan perbaikan sebagaimana diindikasikan oleh peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat menjadi 102,6 pada triwulan I-2011 dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2010 menjadi 72,08.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2011 diperkirakan tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi 

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2011 diperkirakan akan tetap tumbuh pada level yang tinggi walaupun jika dibandingkan dengan triwulan I-2011 mengalami perlambatan. Setelah tumbuh tinggi pada angka 6,9% (yoy) di triwulan I-2011, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 diperkirakan akan berada pada kisaran 6,1%. Dari sisi permintaan, investasi yang melambat merupakan faktor utama. Sementara di sisi penawaran, perlambatan di sektor industri pengolahan mengakibatkan relatifnya turunnya kinerja perekonomian di triwulan II-2011.

Dari sisi harga, inflasi Jawa Barat pada triwulan II-2011 diperkirakan masih

cenderung menurun dengan kisaran

5,0%-5,5%

Kondisi pasokan bahan pangan yang membaik, ekspektasi inflasi masyarakat yang terjaga serta masih mencukupinya kapasitas terpasang industri pengolahan di Jawa Barat menjadi faktor-faktor penyebab masih berlanjutnya penurunan laju inflasi Jawa Barat. Namun demikian, kondisi eksternal yang belum stabil serta adanya rencana kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dapat meningkatkan risiko tekanan inflasi (upside risk) pada triwulan II-2011.

(17)
(18)

BAB 1.KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

,

BAB 1

KONDISI

(19)
(20)

Perekonomian Jawa Barat tumbuh menguat selama triwulan I-2011. Setelah pada triwulan

IV-2010 perekonomian Jawa Barat tumbuh melambat sebesar 4,5% (yoy), pada triwulan I-2011 perekonomian tumbuh sebesar 6,9%. Dari sisi permintaan, perekonomian didorong oleh peningkatan investasi, konsumsi pemerintah dan ekspor. Meskipun tumbuh tinggi, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan sehingga menekan peningkatan pertumbuhan yang terjadi. Di sisi penawaran, sektor industri pengolahan dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mendorong pertumbuhan perekonomian. Sementara itu, kinerja sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang negatif pada periode laporan.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy)

7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 5,6% 8,5% 5,8% 4,5% 6,9% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

1. Sisi Permintaan

Meningkatnya investasi, konsumsi pemerintah dan ekspor merupakan beberapa faktor yang mendorong tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-2011 (Tabel 1.1). Peningkatan terbesar komponen permintaan agregat terlihat dari tingginya investasi di Jawa Barat yang terus meningkat, serta konsumsi pemerintah yang sudah mulai direalisasikan pada awal tahun. Sementara itu, perkembangan ekspor di Jawa Barat tumbuh meningkat, namun lebih tingginya

pertumbuhan impor menyebabkan turunnya pertumbuhan netto ekspor. Disisi lain, konsumsi rumah

tangga tumbuh melambat sehingga menahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat – Sisi Permintaan (yoy)

2011 Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I

Konsumsi Rumah Tangga 8,0% 4,8% 7,8% 4,3% 7,1% 5,6% 8,0% 3,5% 4,1% 5,4% 3,4% 5,4% 5,2% Konsumsi Pemerintah ‐2,9% ‐14,5% 11,0% 5,0% 4,5% 7,0% 3,2% 1,1% ‐15,9% 10,1% 9,1% ‐2,7% 9,5% Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,4% 8,5% 14,0% 7,9% 12,7% 4,4% ‐9,0% 0,2% 6,1% 6,9% 6,5% 4,2% 7,7% Ekspor ‐14,2% ‐10,5% ‐20,8% ‐8,4% ‐13,7% ‐13,0% 9,5% 5,3% 6,1% 10,2% 18,4% 19,3% 25,6% Impor ‐5,5% ‐14,3% ‐19,8% ‐3,9% ‐8,8% ‐2,8% 5,8% ‐8,2% ‐2,6% 5,6% 11,4% 21,7% 33,3% PDRB  7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 5,6% 8,5% 5,8% 4,5% 6,9% Komponen Penggunaan 2008 2009 2010

(21)

1.1. Konsumsi

Pada triwulan I-2011, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,2% (yoy) atau mengalami sedikit perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,4%. Perlambatan konsumsi tersebut salah satunya disebabkan oleh produksi padi yang tumbuh melambat pada triwulan laporan sebagai akibat dari mundurnya masa tanam pada subround III-2010. Selain itu, perlambatan

juga disebabkan karena belum adanya stimulus yang secara signifikan mendorong konsumsi.

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen

40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007 2008 2009 2010

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 100

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung

Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini 25 50 75 100 125 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2008 2009 2010 2011

Penghasilan saat ini Pembelian durable goods Garis 100 Ketersediaan lapangan kerja saat ini

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Perlambatan konsumsi rumah tangga ini ditunjukkan pula oleh hasil survei yang dilakukan Bank

Indonesia (BI) Bandung. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)1

mengalami penurunan dari sebesar 96,65 pada triwulan IV-2010 menjadi 93,15 pada triwulan I-2011 (Grafik 1.2). Namun demikian, IKK tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kondisi pada periode yang sama di tahun 2010, yang mengindikasikan pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga pada periode laporan. Penurunan nilai IKK pada triwulan I-2011 didorong oleh penurunan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian durable goods (barang tahan lama).

Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi

40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2008 2009 2010 2011

Ekspektasi kondisi perekonomian Garis 100 Ekspektasi ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi penghasilan

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung

Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran

-15 0 15 30 50,0 100,0 150,0 200,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2008 2009 2010 2011 %

Indeks Penjualan Eceran Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

1 Hasil Survei Konsumen KBI Bandung

(22)

Perlambatan konsumsi rumah tangga juga diindikasikan oleh melambatnya penjualan eceran di Kota Bandung, sebagaimana tercermin dari melambatnya pertumbuhan Indeks

Penjualan Eceran2

(Grafik 1.5). Selain itu, indikator lainnya perlambatan konsumsi rumah tangga adalah perlambatan konsumsi listrik rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi dan impor barang konsumsi. Secara umum, pelaku usaha menyatakan bahwa terjadi perlambatan konsumsi domestik, yang antara lain disebabkan oleh faktor low season.

Grafik 1.7. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

0% 5%

-800

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011 10% 15% 20% 25% 1.600 2.400 3.200 4.000 % Juta kWh

Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten

Grafik 1.8. Kredit Konsumsi

0 10

0 20

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011 20 30 40 40 60 % Rp Triliun

Posisi Baki Debet Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Laporan Bank Bulanan Umum, LBU KBI Bandung

Meskipun demikian, pertumbuhan konsumsi masih dapat didorong dengan kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP). Walaupun terdapat ancaman anomali iklim dan serangan hama terhadap produksi padi, namun NTP terus mengalami peningkatan yang menggambarkan naiknya daya beli untuk kalangan petani di Jawa Barat. Rata-rata NTP selama triwulan I-2011 adalah sebesar 102,47, lebih tinggi dibandingkan NTP

pada triwulan sebelumnya yang sebesar 101,43

.

Grafik 1.6. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman 0 20 40 60 80 100 120 0,0 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 2008 2009 2010 2011 %

Makanan & Tembakau Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Grafik 1.10. Nilai Tukar Petani

100 110 120 130 140 150 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2009 2010 2011 NTP (LHS) Indeks yang diterima petani (RHS) Indeks yang dibayar petani (RHS)

Sumber: BPS Jawa Barat Grafik 1.9. Impor Barang Konsumsi

-100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000

T w .I T w .II T w .III T w .IV T w .I T w .II T w .III T w .IV T w .I T w .II T w .III T w .IV T w .I 2008 2009 2010 2011

kg

Volum e Im por Ba ra ng Konsum si P e rtum buha n, yoy (RH S )

(23)

1.2. Investasi

Peningkatan realisasi investasi di Jawa Barat pada triwulan I-2011 didorong oleh optimisme

pelaku usaha dalam memandang prospek perekonomian ke depan. Investasi (Pembentukan

Modal Tetap Bruto) mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 7,7% (yoy) pada triwulan I-2011 dari 4,2% pada periode sebelumnya.

Total realisasi investasi di Jawa Barat pada triwulan I-2011 mencapai Rp18,67 triliun, tumbuh sebesar 141% (yoy) dimana pada triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 115% (yoy). Investasi didominasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp16,5 triliun (tumbuh sebesar 187% yoy) sedangkan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hanya mencapai Rp2,13 triliun (tumbuh 6% yoy). Sementara itu, dari sisi jumlah proyek yang terealisasi pada triwulan I-2011, pertumbuhannya mengalami peningkatan sebesar 7% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 7% (yoy).

Grafik 1.11. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Nilai Proyek

-100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% -5.000 10.000 15.000 20.000 25.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

% Rp Miliar

Realisasi Investasi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

Grafik 1.12. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Proyek

-50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 400% -50 100 150 200 250 300 350 400 450

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%

Jumlah Proyek Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi merupakan tujuan realisasi terbesar di Jawa Barat selama triwulan I-2011. Total nilai realisasi investasi PMA/PMDN di Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi masing-masing sebesar 49% dan 29% dari keseluruhan di Jawa Barat. Selanjutnya, investasi tertinggi diikuti oleh Kota Depok (12%), Kabupaten Purwakarta (2%), dan Kabupaten Bogor (2%).

Grafik 1.13. Distribusi Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota

Kota Bandung,  49% Kabupaten  Bekasi, 29% Kota Depok,  12% Kabupaten  Purwakarta, 2% Kabupaten  Bogor, 2% Lainnya, 6%

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

(24)

Investasi yang dilakukan, baik oleh swasta maupun pemerintah, dilakukan dalam bentuk bangunan maupun non bangunan. Kenaikan investasi bangunan dan proyek infrastruktur di Jawa Barat diantaranya tercermin dari meningkatnya Indeks Penjualan Eceran untuk bahan/peralatan konstruksi, serta pertumbuhan penjualan semen di Jawa Barat. Walaupun masih mengalami kontraksi, Indeks Penjualan Eceran untuk bahan/peralatan konstruksi meningkat dari -41,9% (yoy) pada triwulan IV-2010 menjadi -8% pada triwulan I-2011.

Selain itu, peningkatan investasi bangunan juga diindikasikan oleh pertumbuhan penjualan semen di Jawa Barat. Pertumbuhan penjualan semen pada triwulan I-2011 meningkat dibanding penjualan pada triwulan IV-2010. Penjualan semen selama triwulan I-2011 juga memiliki kecenderungan untuk terus meningkat.

Meskipun demikian, peningkatan investasi kapasitas industri pada industri pengolahan mengalami perlambatan. Hal ini diindikasikan oleh menurunnya pertumbuhan impor barang modal. Impor barang modal pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar -40% (yoy) dimana pada triwulan IV-2010 pertumbuhan sebesar 96% (yoy).

Grafik 1.15. Penjualan Semen di Jawa Barat

-20 -10 0 10 20 30 40 0 400 800 1.200 1.600 2.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

% Ribu Ton

Penjualan Semen Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia.

Grafik 1.16. Impor Barang Modal

-100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 0 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 120.000.000

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

kg

Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Pembangunan infrastruktur di Jawa Barat diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah, terutama dengan pembangunan jalan tol. Proyek jalan tol di Jawa Barat tercatat kurang lebih 10 koridor dengan total panjang jalan mencapai 362,23 km dan menyerap investasi sebesar Rp43,9 triliun. Meskipun demikian, pada triwulan I-2011 masih banyak proyek yang sedang dalam tahap pembebasan lahan. Bahkan terdapat 3 proyek jalan tol yang pembebasan lahan dan pembangunannya belum dimulai oleh perusahaan pemegang konsesi tol.

Grafik 1.14. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi -70 -40 -10 20 50 80 110 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 2008 2009 2010 2011 %

Bahan Konstruksi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

(25)

Tabel 1.2. Proyek Infrastruktur Jalan Tol di Jawa Barat

No Nama Panjang

(km)

Investasi

(Rp triliun) Keterangan

1 Bandung Intra Urban Toll Road

27,3 6,0 Tahun 2011-2012: Pembebasan lahan dengan anggaran sebesar Rp2 triliun. Tahun 2013 : Tahap pembangunan konstruksi. Pendanaan dari JICA. 2 Cileunyi - Sumedang -

Dawuan (Cisumdawu)

60,1 4,6 Jan - Nov 2011: Pembebasan lahan November 2011: Pembangunan konstruksi. 3 Soreang - Pasirkoja (Soroja 15 1,02 Tahun 2011: Pembebasan lahan.

Tahun 2012 : Tahap pembangunan konstruksi. 4 Ciawi-Sukabumi 54 4,9 Tahun 2011: Pembebasan lahan seksi I Rp650M

Sep 2011: pembangunan konstruksi. 5 Bogor Ring Road (seksi II-III) 7,15 1,2 Juli 2011: Mulai pembangunan konstruksi 6 Cikampek-Palimanan 116 11,36 September 2011: mulai pembangunan konstruksi

7 Cinere-Cimanggis (Jagoraw 14,7 3,0 Jan-Juli 2011: Tahap konstruksi di seksi I (lanjutan tahun sebelumnya). Juli 2011-Juli 2012: Pembangunan seksi II dikerjakan

Januari 2012-Januari 2013: Pembangunan seksi III

8 Depok-Antasari 21,55 2,5 Masih tertunda

9 Cimanggis -Cibitung 25,39 3,1 Masih tertunda 10 Bekasi-Cawang-Kampung

Melayu

21,04 6,2 Terkendala, pemegang konsesi tol tidak mampu menyediakan modal sebesar Rp2 triliun, meskipun sudah mendapat komitmen kredit dari sindikasi 15 bank sebesar Rp4 triliun.

TOTAL 362,23 43,9

1.3. Ekspor Impor

Kinerja ekspor Jawa Barat pada triwulan I-2011 mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekspor

Jawa Barat meningkat dari 19,26% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 25,6% di triwulan I-2011.

Peningkatan tersebut dikarenakan daya beli luar negeri yang masih tinggi ditambah dengan meningkatnya harga jual produk-produk China di pasar internasional. Sementara itu, laju pertumbuhan impor pada triwulan I-2011 adalah sebesar 33,3% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 21,7%. Kondisi tersebut menunjukkan tingginya laju pertumbuhan impor dibandingkan ekspor.

Grafik 1.17. Nilai Ekspor Jawa Barat

-60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IVTw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.18. Volume Ekspor Jawa Barat

-100% -75% -50% -25% 0% 25% 50% 75% 100% 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500

Tw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

(26)

Terdapat empat jenis produk yang merupakan ekspor unggulan dilihat dari besarnya nilai ekspor dibanding keseluruhan ekspor Jawa Barat. Pada triwulan I-2011, produk tekstil dan produksi tekstil (TPT) menyumbang 28% dari keseluruhan nilai ekspor Jawa Barat, diikuti dengan produk telokomunikasi (16%), produk mesin elektrik (8%), serta produk kendaraan bermotor (4%). Pada triwulan I-2011, industri TPT, mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekspor secara keseluruhan. Sedangkan

industri alat komunikasi dan kendaraan bermotor mengalami perlambatan pertumbuhan, bahkan

mesin elektrik mengalami pertumbuhan negatif. Nilai ekspor TPT tumbuh meningkat dari 25,2%

menjadi 28,8%, walaupun secara volume tumbuh melambat dari 10,1% menjadi 2,4%. Sementara itu, nilai ekspor alat telekomunikasi tumbuh melambat dari 59% menjadi 8,4%, dimana volumenya juga melambat dari 59,3% menjadi 0,9%. Kondisi yang sama juga terjadi untuk kendaraan bermotor, nilai ekspornya tumbuh melambat dari 101,1% menjadi 30,6%, sementara volumenya melambat dari 78,2% menjadi 6,6%. Sedangkan pada mesin elektrik, nilainya tumbuh negatif dari 66,4% menjadi -0,71%, sementara volumenya tumbuh melambat dari 40,4% menjadi -16,8%.

Grafik 1.20. Nilai dan Volume Ekspor TPT 0 100 200 300 400 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

Ribu Ton USD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.21. Nilai dan Volume Ekspor Alat Telekomunikasi 0 5 10 15 20 25 30 35 0 250 500 750 1.000 1.250

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

Ribu Ton USD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.19. Pangsa Nilai Produk Ekspor Jawa Barat Mesin Elektrik 8% Kendaraan  Bermotor 4% Alat  Telekomunikasi 16% Tekstil dan  Produk Tekstil 28% Industri Lainnya 44%

(27)

Grafik 1.22. Nilai dan Volume Ekspor Mesin Elektrik 0 10 20 30 40 50 60 70 0 100 200 300 400 500 600

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.23. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan 0 5 10 15 20 25 30 35 0 50 100 150 200 250 300

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

Ribu Ton USD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan benua asal pembeli, terlihat pertumbuhan positif nilai ekpsor ke benua tujuan ekspor Jawa Barat selama triwulan IV-2010 kecuali ke negara-negara Eropa. Peningkatan pertumbuhan ekspor terjadi pada tujuan ekspor ke benua Afrika, Amerika, Asia, dan Australia.

Grafik 1.24. Nilai Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli

0 300.000 600.000 900.000 1.200.000 1.500.000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2008 2009 2010 2010 USD Ribu Asia Amerika Eropa Australia Afrika

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 1.3. Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli

Benua Pertumbuhan Tw.IV-2010 Pertumbuhan Tw.I-2011 Afrika 3,7% 14,0% Amerika 33,1% 20,5% Asia 18,7% 17,6%

Australia & Oceania 22,0% 11,0%

Eropa 1,8% -3,1%

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan hasil liaison KBI Bandung, permintaan ekspor cenderung tumbuh normal secara kuantitas dan nominal untuk perusahaan di sektor TPT, logam, serta alat angkut, mesin, dan peralatannya, karena sudah membaiknya kondisi perekonomian global. Beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekspor adalah meningkatnya kebutuhan pakaian jadi pada pasar Eropa dan USA, kenaikan harga barang produksi Cina, dan peningkatan permintaan produk bordir yang sulit ditiru negara lain. Namun terdapat juga produsen di sektor TPT yang mengalami penurunan ekspor karena berkurangnya permintaan dari beberapa negara di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara akibat adanya konflik politik di kawasan tersebut.

(28)

Sejalan dengan ekspor, kegiatan impor ke Jawa Barat juga mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I-2011. Pertumbuhan volume impor dikarenakan banyaknya impor untuk barang konsumsi seiring dengan tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan di Jawa Barat pada triwulan I-2011.

2. Sisi Penawaran

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-2011 didorong oleh meningkatnya kinerja sektor dominan terutama sektor industri pengolahan dan PHR. Pertumbuhan sektor industri

pengolahan sejalan dengan peningkatan kinerja industri makanan dan minuman serta tekstil.

Sementara itu, sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif, sehingga menahan laju pertumbuhan perekonomian pada triwulan I-2011.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat – Sisi Penawaran (yoy) Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I

Pertanian 34,8% ‐2,0% ‐3,5% ‐11,2% 2,7% 9,7% 3,3% 16,9% ‐3,0% 2,2% ‐2,8% 4,1% ‐5,5% Pertambangan dan Penggalian ‐15,3% ‐15,9% ‐8,8% 2,4% 1,0% 4,6% 10,9% 16,1% 7,1% 5,7% ‐0,7% 8,8% ‐3,4% Industri Pengolahan 5,5% 9,5% 10,5% 10,8% 4,3% ‐1,6% ‐1,2% ‐1,8% 3,2% 2,4% 2,0% ‐0,67% 5,4% Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,7% 5,4% 3,7% 3,3% 4,5% 11,0% 22,6% 27,9% 17,2% 11,8% 3,0% ‐22,6% 4,8% Bangunan/Konstruksi 2,1% 1,2% 13,4% 19,2% 3,9% 8,5% 2,4% 8,7% 17,0% 16,6% 11,2% 14,4% 15,0% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,6% 2,8% 6,1% ‐0,8% 6,5% 6,8% 12,4% 14,4% 17,9% 15,1% 6,1% 8,0% 8,5% Pengangkutan dan Komunikasi 0,5% 7,0% 3,5% 0,7% 7,7% 11,1% 10,5% 11,2% 13,7% 18,0% 21,7% 23,6% 27,1% Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan ‐1,8% 3,5% 8,6% 9,9% 2,5% 4,3% 5,0% 11,8% 14,5% 10,0% 7,0% 8,6% 16,0% Jasa‐jasa 1,1% ‐0,1% 2,4% 3,8% 2,7% 4,0% 3,4% 2,8% 3,2% 6,9% 8,8% 16,2% 19,1% PDRB  7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 5,6% 8,5% 5,8% 4,5% 6,9% 2011 Lapangan Usaha 2008 2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian tumbuh negatif dari 4,1% (yoy) pada triwulan IV-2010 menjadi -5,5% (yoy) pada triwulan I-2011. Hal ini juga didukung oleh Data Sementara dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, dimana terjadi perlambatan produksi padi sawah dan ladang dari 25,4% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 10,1%. Selain itu, perlambatan juga terjadi pada pertumbuhan luas panen padi sawah dan ladang pada triwulan I-2011 dari 34,0% (yoy) menjadi 7,8%.

Grafik 1.25. Volume Impor Jawa Barat

-100% -50% 0% 50% 100% 150% 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu Ton

Volume Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.26. Nilai Impor Jawa Barat

-80% -40% 0% 40% 80% 120% 160% 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

(29)

Grafik 1.27. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat -50% 0% 50% 100% 150% -1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*

2008 2009 2010 2011

% Ton

Produksi Padi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat *)Angka sementara Dinas

Grafik 1.28. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat -50% 0% 50% 100% 150% -200.000 400.000 600.000 800.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* 2008 2009 2010 2011

% Ha

Luas Panen Padi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat *)Angka sementara Dinas

Berdasarkan Angka Ramalan I 2011 (hasil rilis BPS) menunjukkan terjadinya perlambatan pertumbuhan panen tanaman padi selama triwulan I-2011. Luas panen padi selama subround I-2011 (Januari s.d April 2011) diperkirakan hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,3% dibandingkan dengan subround I-2010. Sedangkan pertumbuhan luas panen subround III-2010 (September s.d Desember)

dapat mencapai sebesar 35% dibandingkan dengan subround III-2009.

2.2. Sektor Industri Pengolahan

Industri pengolahan di Jawa Barat mengalami pertumbuhan sebesar 5,4% selama triwulan I-2011 setelah pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi sebesar 0,67%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja industri tekstil dan alas kaki serta subsektor industri mesin, alat angkutan, dan peralatannya di Jawa Barat. Sedangkan kinerja pada subsektor industri makanan dan minuman menunjukkan penurunan.

Subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki

Kinerja subsektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki mengalami pertumbuhan selama triwulan I-2011. Peningkatan permintaan domestik dan ekspor produk TPT mendorong pertumbuhan industri TPT. Beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekspor TPT adalah meningkatnya kebutuhan pakaian jadi pada pasar Eropa dan USA, kenaikan harga barang produksi Cina, dan peningkatan permintaan produk bordir yang sulit ditiru negara lain. Meskipun demikian, industri TPT mendapat tekanan dari kenaikan harga bahan baku yang dapat menghambat pencapaian target.

Grafik 1.29. Luas Panen Menurut Subround

1.80 0.32 0.64 0.84 1.95 0.35 0.74 0.86 2.04 0.48 0.72 0.84 1.94 0.37 0.73 0.84 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 Jan-Des III Sep-Des II Mei-Ags I Jan-Apr Juta Ha Subround 2011 (Angka Ramalan I) 2010 (Angka Sementara) 2009 (Angka Tetap) 2008

(30)

Berdasarkan hasil rilis BPS, pada triwulan I-2011 industri tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami peningkatan pertumbuhan. Kinerja industri tekstil meningkat dari -0,66% pada periode sebelumnya menjadi 11,28%. Sementara itu, industri barang kulit dan alas kaki tumbuh sebesar 11,41%, meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,51%. Kondisi tersebut mendorong kinerja subsektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki mengalami pertumbuhan yang tinggi selama periode laporan.

Grafik 1.31. Nilai Ekspor TPT

-20% 0% 20% 40% 0 500 1,000 1,500 2,000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.32. Volume Ekspor TPT

-2 0% 20 0 100 200 300

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Subsektor Industri Mesin, Alat Angkutan, dan Peralatannya Subsektor industri mesin, alat angkutan, dan

peralatannya mengalami peningkatan, terindikasikan oleh naiknya permintaan masyarakat terhadap kendaraan bermotor, terutama sepeda motor selama triwulan I-2011. Peningkatan permintaan masyarakat dikarenakan banyaknya aksi promosi berupa bunga murah dan diskon yang dilakukan oleh dealer serta didukung oleh peran perusahaan multifinance yang mengucurkan kredit kendaraan bermotor. Selain itu, peningkatan tersebut juga turut didukung oleh kondisi makro ekonomi nasional, inflasi, dan nilai tukar yang stabil serta rendahnya suku bunga kredit.

Grafik 1.30. Indeks Penjualan Pakaian & Perlengkapannya -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 2008 2009 2010 2011 %

Pakaian & Perlengkapannya Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Grafik 1.33. Produksi Mobil Nasional

‐40,0% ‐20,0% 0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% ‐ 50.000  100.000  150.000  200.000  250.000 

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2009 2010 2011

(31)

Kinerja subsektor industri mesin, alat angkutan, dan peralatannya dilihat dari penjualan motor dan mobil nasional mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan penjualan motor tumbuh positif 21% (yoy) selama triwulan IV-2010, meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4%. Selain itu, pertumbuhan penjualan mobil mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 29% (yoy), namun pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibanding periode sebelumnya sebesar 40%.

Grafik 1.34. Penjualan Motor Nasional

-30% 0% 30% 60% 90% 0 1,000,000 2,000,000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011 Unit

Penjualan Motor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia, AISI

Grafik 1.35. Penjualan Mobil Nasional

-40% 0% 40% 80% 0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011 Unit

Penjualan Mobil Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia, Gaikindo

Berdasarkan hasil rilis BPS, industri kendaraan bermotor di Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV-2010. Industri kendaraan bermotor mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,91% pada periode sebelumnya menjadi 9,05%. Sedangkan kinerja industri mesin dan perlengkapannya di Jawa Barat mengalami pertumbuhan negatif selama triwulan I2011 sebesar -2,79%, dimana pada periode sebelumnya tumbuh sebesar 9,56%.

Grafik 1.36. Nilai Ekspor Kendaraan

-50% -25% 0% 25% 50% 75% 100% 125% 0 50 100 150 200 250 300

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.37. Volume Ekspor Kendaraan

-50 -25 0% 25% 50% 75% 100 0 10 20 30 40

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Bank Indonesia Subsektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 

Kinerja subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau di Jawa barat mengalami pertumbuhan positif selama triwulan I-2011. Kondisi tersebut tercermin dari pertumbuhan Indeks Penjualan Makanan dan Minuman dari sebesar 21,4%(yoy, rata-rata), meskipun mengalami perlambatan dimana pada periode sebelumnya mencapai 33%. Hasil rilis BPS turut menyatakan bahwa industri makanan dan minuman di Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan I-2011 dari -11,11% pada periode sebelumnya menjadi 4,63%.

(32)

2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) kembali mengalami pertumbuhan pada triwulan I-2011. Sektor PHR mengalami pertumbuhan sebesar 8,5% (yoy) pada triwulan I-2011, dimana pada triwulan sebelumnya sektor ini tumbuh sebesar 8%. Tingginya pertumbuhan sektor PHR antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, perdagangan ritel serta ekspor.

Meningkatnya kinerja subsektor

perdagangan diindikasikan dengan meningkatnya pertumbuhan indeks penjualan eceran, terutama pada penjualan pakaian (lihat Grafik 1.30) dan penjualan peralatan rumah tangga (Grafik 1.39). Sementara itu, arus bongkar muat di

Pelabuhan Cirebon mencapai sekitar 780 ribu ton selama triwulan I-2011, menurun dibandingkan muatan selama triwulan sebelumnya sebesar 937 ribu ton. Sedangkan berdasarkan Survei Konsumen Kantor Bank Indonesia Bandung, pembelian Durable Goods yang juga merupakan indikator kinerja subsektor perdagangan menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan pada

Grafik 1.38. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman 0 20 40 60 80 100 120 0,0 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 2008 2009 2010 2011 %

Makanan & Tembakau Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Grafik 1.40. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Cirebon

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2009 2010 2011

Ton

Sumber: PT Pelindo II

Grafik 1.39. Indeks Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga -60 -40 -20 0 20 40 60 0.0 50.0 100.0 150.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2008 2009 2010 2011 %

Perlengkapan Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

(33)

triwulan I-2011. Pertumbuhan Pembelian Durable Goods menurun dari 10% (yoy) pada triwulan IV-2010 menjadi -38% di triwulan I-2011.

Tabel 1.5. Indikator Perhotelan di Jawa Barat

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV‐10 Tw.I‐11

Hotel Bintang 43,7 43,1 46,9 49,7 48,2 50,0 47,9 51,0 48,7 2,8% 1,1% Hotel Non  Bintang 25,0 28,1 27,4 32,4 31,7 35,5 36,6 38,4 32,6 18,6% 3,1% Hotel Bintang & Non  Bintang 35,2 36,7 37,3 42,8 42,8 46,9 44,6 45,5 40,7 19,5% 6,4% 2011 Pertumbuhan (yoy) 2010 2009 Tingkat Hunian  Kamar

Sumber: BPS Provinsi Jabar

Keterangan: data merupakan rata-rata dari data THK (Tingkat Hunian Kamar) bulanan

Grafik 1.41. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa

Barat 0 200 400 600 800 1000 1200 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2008 2009 2010 2011 orang orang

Husein Sastranegara (LHS) Total Muarajati (RHS)

Sumber: BPS Provinsi Jabar

Grafik 1.42. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat

Malaysia;  24457 Singapura; 1547

Lainnya; 1313Eropa; 232 Amerika; 117Australia; 139

Sumber: BPS Provinsi Jabar

Sementara itu, subsektor hotel mengalami perlambatan pertumbuhan, yang diindikasikan oleh menurunnya Tingkat Hunian Kamar (THK) perhotelan di Jawa Barat selama triwulan I-2011 (Tabel 1.4). Secara rata-rata, THK hotel di Jawa Barat selama triwulan I-2011 adalah sebesar 40,7, menurun dibandingkan rata-rata pada periode sebelumnya sebesar 45,5. Meskipun demikian, pertumbuhan jumlah kunjungan wisata di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 34,7% (yoy) pada triwulan IV-2010 menjadi 34,9% pada triwulan I-2011. Dilihat dari asalnya, kenaikan jumlah wisman yang datang tersebut terutama berasal dari Malaysia, dengan pangsa sebesar 88% dari seluruh wisman, meningkat dibandingkan pangsa pada triwulan IV-2010 yang sebesar 87,6%.

2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan pada triwulan I-2011. Kondisi tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan penumpang yang masuk ke Jawa Barat, baik melalui Bandara Husein Sastranegara, maupun jalan tol di Jawa Barat. Jumlah penumpang yang masuk ke Jawa Barat melalui Bandara Husein Sastranegara mengalami pertumbuhan sebesar 28% (yoy) didorong oleh masih aktifnya aktifitas penerbangan domestik dan mancanegara.

(34)

Kondisi transportasi darat berupa angkutan jalan di Jawa barat, menunjukkan adanya pertumbuhan. Pada triwulan I-2010, jumlah kendaraan yang melintasi 12 gerbang tol di Jawa Barat mengalami rata-rata pertumbuhan yang meningkat. Kondisi tersebut didukung dengan peningkatan rata-rata kendaraan masuk sebesar 6,8%, dan rata-rata kendaraan keluar sebesar 5,4% selama triwulan I-2011.

Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat

Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar

Sadang 438.188 399.520 481.999 446.347 10,0% 11,7% Jatiluhur 324.127 329.214 374.153 384.327 15,4% 16,7% Padalarang Barat* 1.887.696 2.123.232 2.090.839 2.239.406 10,8% 5,5% Padalarang 1.582.929 1.428.344 1.710.647 1.529.851 8,1% 7,1% Baros 1 483.061 757.126 517.085 850.986 7,0% 12,4% Baros 2 750.347 481.465 832.254 541.727 10,9% 12,5% Pasteur 2.493.329 2.432.528 2.603.192 2.573.504 4,4% 5,8% Pasir Koja 1.404.538 1.174.216 1.459.589 1.179.339 3,9% 0,4% Kopo 1.057.578 1.100.917 1.037.252 1.109.400 -1,9% 0,8% M Toha 832.119 916.162 863.790 948.031 3,8% 3,5% Buah Batu 1.248.578 1.332.845 1.352.841 1.450.346 8,4% 8,8% Cileunyi 1.833.390 1.938.251 1.985.299 1.945.335 8,3% 0,4% TOTAL 14.335.880 14.413.820 15.308.940 15.198.599 6,8% 5,4% Gerbang Tol Tw.I-10 Tw.I-11 Pertumbuhan (yoy)

Sumber: PT Jasa Marga Kantor Cabang Purbaleunyi Ket *) Data sementara

Jumlah penumpang yang menggunakan jasa kereta api di Daerah Operasi Bandung dan Cirebon mengalami pertumbuhan positif dari -0,94% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 1,74% pada triwulan I-2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan jumlah penumpang kereta api di kelas ekonomi, lokal ekonomi dan lokal bisnis. Sedangkan penumpang yang menggunakan kelas eksekutif dan bisnis justru mengalami penurunan pertumbuhan.

Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat (ribu orang)

2011

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV-10 Tw.I-11

Eksekutif 276,90 324,18 336,71 336,70 282,84 295,94 302,31 271,28 267,40 -19,43% -5,46% Bisnis 267,02 289,77 353,28 311,61 281,00 287,08 304,32 287,96 278,54 -7,59% -0,87% Ekonomi 409,05 481,16 525,57 489,55 467,60 535,41 638,64 518,64 528,22 5,94% 12,96% Lokal Bisnis 363,01 400,71 466,27 423,81 407,98 431,97 513,55 413,19 422,69 -2,51% 3,61% Lokal Ekonomi 1.937,72 2.227,00 2.449,14 2.24 8 7,03 2.294,71 2.306,50 2.477,59 2.281,93 2.302,18 1,55% 0,33% Total 3.722,823.253,70 4.130,96 3. 08,69 3.734,13 3.856,89 4.236,40 3.773,01 3.799,03 -0,94% 1,74%

Kelas 2009 2010 Pertumbuhan (yoy)

  Sumber: PT Kereta Api DAOP Jawa Barat

Catatan: terdiri dari DAOP Bandung dan Cirebon 

Grafik 1.43. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional

di Bandara Husein Sastranegara

-25% 0% 25% 50% 75% 100% 125% 0 70,000 140,000 210,000 280,000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

orang

Jumlah Penumpang Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

(35)

2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi

Sektor bangunan/konstruksi pada triwulan I-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 15% (yoy). Peningkatan kinerja sektor bangunan/konstruksi diindikasikan oleh meningkatnya pembiayaan melalui kredit oleh bank umum untuk sektor konstruksi. Penyaluran kredit untuk sektor konstruksi tumbuh meningkat dari 24,6% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 27,9%.

Grafik 1.44. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke

Sektor Konstruksi 0 10 20 30 40 50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

% Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

2.6. Sektor Lainnya

Kinerja sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I-2011 setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh negatif. Sektor tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 4,8% (yoy). Pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih diindikasikan oleh pertumbuhan pemakaian listrik di Jawa Barat sebesar 7%, meskipun melambat jika dibandingkan pada triwulan IV-2010 yang tumbuh sebesar 14%. Kontribusi pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan

pemakaian listrik rumah tangga sebesar 4%. Sementara itu, konsumsi listrik oleh pengguna industri mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -22%.

Grafik 1.45. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat

ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

-100 0 100 200 300 400 500 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2008 2009 2010 2011

% Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

Tabel 1.8. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (Juta Kwh)

2011

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV-10 Tw.I-11

Rumah Tangga 2.383 2.419 2.513 2.611 2.682 2.903 3.000 3.058 2.995 3.160 3.235 3.230 3.117 6% 4% Industri 3.623 3.807 3.918 4.083 4.202 4.794 5.169 4.977 5.282 5.598 5.506 5.105 4.102 3% -22% Total 6.006 6.226 6.431 6.694 6.884 7.697 8.170 8.035 8.276 8.757 8.741 8.335 7.219 14% 7% Pertumbuhan (yoy) 2009 2010 2008 Penggunaan

(36)

Dari sisi penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Barat untuk sektor listrik, gas, air bersih secara umum mengalami pertumbuhan, dimana pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan negatif.

Kinerja sektor jasa-jasa di Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan selama triwulan I-2011. Sektor jasa-jasa di Jawa Barat mengalami pertumbuhan menjadi 16,2% (yoy). Kinerja sektor jasa yang meningkat didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor-sektor lainnya yang kemudian membutuhkan dukungan dari sektor jasa.

Grafik 1.46. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat

ke Sektor Jasa-Jasa 0 10 20 30 40 50 0 2 4 6 8

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

% Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

(37)
(38)

BAB 2

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Referensi

Dokumen terkait

Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Pada radiasi kalor atau energi yang merambat tanpa membutuhkan zat perantara, berbeda dengan

Pada Gambar A akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar, tetapi daya perkolasinya kecil, karena lapisan atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang mempunyai

Pada bagian ini penekti akan turun langsung ke lapangan (SD-SD di Kabupaten Indramayu) untuk menghimpun data dan informasi baik melihat secara dekat arsip-arsip tentang mengulang

Pesan pendidikan gratis secara umum sudah diimplementasikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Tangerang di awal tahun 2009 dengan tidak lagi memungut

Tujuan penelitian ini adalah membuat sistem informasi peramalan obat–obatan dengan menggunakan metode Winter, dan membuat perencanaan persediaan obat-obatan

Metode tes digunakan untuk mendapatkan data besarnya hasil belajar Matematika pada pokok bahasan bangun ruang dan pengukuran dan kelas V semester genap SD N

Penelitian efek sitotoksik ekstrak dietil eter herba pegagan embun (Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan untuk mengetahui

Target capaian dari lokakarya ini adalah (1) kesepahaman dan kesepakatan pentingnya perda tersebut, (2) terbentuk tim advokasi perda yang terdiri dari perwakilan pemangku