• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis rasio keuangan adalah suatu cara atau metode proses evaluasi, diagnosis laporan keuangan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu dengan menggunakan parameter atau indeks keuangan yang disebut rasio

keuangan. Menurut Van Horne (2005), rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Pernyataan senada juga disampaikan oleh Kasmir (2008) dan Keown et al. (2008) yang menyatakan bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya Kita membandingkan berbagai rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapatkan perbandingan yang mungkin akan berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri. Meskipun analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan keadaan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, namun melakukan penilaian kinerja dari perusahaan nasabah bukanlah perkara yang gampang dan sederhana, apalagi jika manajemen perusahaan tersebut tidak bersikap jujur dalam menyampaikan datanya atau tidak transparan. Untuk menilai perusahaan maka sumber yang utama dipergunakan oleh berbagai pihak yaitu laporan keuangan perusahaan, karena laporan keuangan perusahaan tersebut memberikan informasi keadaan perusahaan secara kuantitatif. Ada baiknya sebelum melakukan penilaian terhadap Neraca dan Laporan Rugi Laba, maka perlu adanya jaminan kebenaran data yang disampaikan dan telah pula sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku.Sedapat mungkin diperoleh laporan keuangan yang sudah diaudit, karena auditor akan memberikan pendapat/opini yang lebih independen (bebas) tentang keadaan keuangan nasabah sebagai hasil dari pemeriksaan terhadap pembukuan perusahaan nasabah.

Terhadap laporan keuangan ini antara lain dapat diterapkan tehnik analisa rasio. Keown, et al. (2008)mengungkapkan bahwa secara matematis, rasio keuangan

tak lebih dari rasio dimana pembilang dan penyebut diambil dari data keuangan. Jadi, rasio keuangan mengambarkan suatu hubungan matematika yang diperoleh dengan membandingkan angka-angka yang terdapat pada pos atau kelompok pos dari laporan keuangan atau antar laporan keuangan baik yang tercantum dalam neraca maupun dalam laporan rugi – laba. Nilai rasionya diperoleh dengan membagi angka dari satu komponen dengan angka dari komponen lainnya baik dalam satu periode atau beberapa periode. Dengan mengadakan analisis rasio akan dapat diketahui posisi keuangan nasabah/calon debitur.Munawir (2007) dan Jumingan (2009) menguraikan beberapa rasio keuangan yang penting dalam hubungannya dengan kepentingan analisis kredit, yaitu :

1. Rasio Likuiditas

2. Rasio Solvabilitas (Leverage) 3. Rasio Aktivitas/Efisiensi 4. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas

Rasio Likuiditasyaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban finansiil jangka pendek/jatuh tempo, baik kewajiban terhadap pihak luar perusahaan maupun pihak dalam perusahaan pada saat ditagih dengan asset jangka pendek (aktiva lancar) yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Van Horne (2005) memberikan suatu pedoman/batasan bahwa sistem pembelanjaan yang baik Current Ratio harus berada pada batas 200% dan Quick Ratio berada pada 100%. Jenis-jenis rasio likuiditas menurut Kasmir (2008) adalah:

a. Current Ratio(Rasio Lancar), yaitu rasio antara aktiva lancar dengan hutang lancar

b. Quick Ratio(Rasio Cepat), yaitu rasio antara ( kas + efek + piutang) dengan hutang lancar

c. Inventory to working capital, yaitu rasio antara persediaan dengan (aktiva lancar minus hutang lancar) atau ratio antara persediaan dengan modal kerja bersih.

d. Cash Ratio (Rasio Kas), yaitu rasio antara (kas + bank) dengan hutang lancar

Rasio Solvabilitas/Leverage: yaitu rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini akan memberikan gambaran tentang (a) posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain (b) kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (c) keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal. Rasio ini berguna untuk menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank).Jenis- jenis Leverage ratioini menurut Kasmir (2008) adalah:

a.Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang-hutang (total hutang) dengan modal sendiri (ekuitas) dalam pendanaan perusahaan.

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya atau berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi pihak bank makin

besar ratio ini berarti akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan perusahaan yang mungkin terjadi.

a. Current liabilities to net worth; yaitu rasio antara hutang lancar dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bahwa dana-dana pinjaman yang segera akan ditagih ada sekian kalinya modal sendiri. Ratio ini sifatnya sama dengan Debt to Equity Ratio.

b. Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Aktiva); yaitu rasio antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dengan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.

c. Tangible assets debt coverage; yaitu ratio antara aktiva tetap berwujud dengan hutang jangka panjang. Ratio ini menunjukkan besarnya setiap rupiah aktiva tetap berwujud yang dipergunakan untuk menjamin hutang jangka panjang.

d. Long term debt to equity ratio; yaitu ratio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Ratio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang. e. Current liabilities to net worth

f. Time interest earned g. Fixed charge coverage.

Rasio Aktivitas; yaitu ratio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan,

penagihan pihutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.Ratio aktivitas ini antara lain :

a. Perputaran Persediaan (Inventory turn over); yaitu ratio antara penjualan dengan rata-rata persediaan yang dinilai berdasar harga jual atau kalau memungkinkan ratio ini dihitung dengan memperbandingkan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu tahun/periode. Makin besar turn over berarti makin baik.

b. Average collection periode; yaitu rasio antara pihutang dengan penjualan neto per hari secara kredit. Rasio ini menunjukkan berapa lamanya dana perusahaan ditanamkan dalam komponen pihutang atau berapa lama periode penagihan pihutang. Dari rasio ini akan didapat diketahui likuiditas pihutang. Makin kecil rasio ini makin baik.

c. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over); yaitu rasio antara penjualan bersih dengan aktiva tetap.Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. d. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over); yaitu ratio

antara penjualan bersih dan modal kerja.Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu periode; atau jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap rupiah modal kerja.

Rasio Rentabilitas; yaitu rasio yang digunakan untuk mengukuri kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai rentalibilitas antara lain adalah :

a. Gross Profit Margin(Margin Laba Kotor), merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan, dimana rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.

b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih),merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.

c. Return On Investment (ROI), yaitu ratio antara laba operasionil dengan total aktiva .

Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan (modal asing dan modal sendiri). Makin tinggi rasio ini semakin baik. d. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas), yaitu ratio antara laba

bersih setelah pajak dengan modal sendiri.

Rasio ini menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik perusahaan di dalam perusahaanya sendiri. Rasio ini juga menunjukkan rentabilitas dan efffisiensi modal sendiri.Makin tinggi ratio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat, atau rentabilitas modal sendiri yang semakin baik.

d. Earning Per Share (Laba per lembar saham); yaitu rasio antara laba dengan lembar saham yang beredar. Ratio ini akan memberikan gambaran kepada pemegang saham tentang keuntungan yang akan diperoleh.

Dengan mengadakan analisa rasio akan diketahui posisi keuangan perusahaan, lebih-lebih kalau rasio tersebut terdiri dari beberapa tahun, maka akan dapat diketahui perkembangan atau kecenderungan posisi keuangan perusahaan.

Dokumen terkait