PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN JAMINAN DEBITUR
TERHADAP PERSETUJUAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP NON PERFORMING LOAN PADAPT BANK
RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG GATOT
SUBROTO MEDAN
TESIS
Oleh
JONNI HAMONANGAN SILAEN
NIM 117019045/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN JAMINAN DEBITUR
TERHADAP PERSETUJUAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP NON PERFORMING LOAN PADA PT BANK
RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG
GATOT SUBROTO MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
JONNI HAMONANGAN SILAEN
NIM 117019045/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji pada:
Tanggal : 28 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Yeni Absah, SE, MSiAnggota : 1. Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA, Ak. 2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS
PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN JAMINAN DEBITUR TERHADAP PERSETUJUAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP NON PERFORMING LOAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG GATOT SUBROTO MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:
“Pengaruh Rasio Keuangan dan Jaminan Debitur terhadap Persetujuan Kredit serta Dampaknya terhadap Non Performing Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh
siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang diperoleh dan
digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.
Medan, 28 Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
Jonni H. Silaen
PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN JAMINAN DEBITUR TERHADAP PERSETUJUAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP NON PERFORMING LOAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG GATOT SUBROTO MEDAN
ABSTRAK
Kinerja perbankan dapat dilihat dari kualitas perkreditannya dimana semakin besar kredit kurang lancar, diragukan dan macet akan membentuk Non Performing Loan (NPL) yang merupakan indikator negatif bagi bank tersebut. Fenomena beberapa tahun terakhir pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan adalah adanya ancaman lonjakan angka kredit bermasalah (NPL). Besarnya NPL tidak terlepas dari kualitas kredit yang disalurkan, dimana pada triwulan I-2010 mencapai 5,32% dan triwulan-III 2011 meningkat menjadi 5,38%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kreditnya dapat dikatakan masih buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio keuangan, jaminan dan persetujuan kredit secara serempak dan parsial terhadap NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan. Penelitian ini menggunakan sampel jenuh (full sample) dimana populasi adalah seluruh debitur korporasi yang kollektbilitas pinjamannya telah telah dikategorikan sebagai kredit bermasalah pada tahun 2011-2012 sebanyak 32 debitur. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder berupa lapora keuangan, hasil taksasi barang jaminan dan laporan kolektibilitas tahun 2011-2012. Variabel eksogen adalah rasio keuangan dengan parameternya Net Pofit Margin, jaminan kredit dengan parameternya Cover Ratio. Sedangkan persetujuan kredit merupakan variable intervening dan NPL sebagai variable endogen. Alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah path analysis (analisis jalur). Pengaruh variable eksogen terhadap variable endogen diuji dengan Uji F dan Uji T dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi alpha 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan, jaminan dan persetujuan kredit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap NPL. Koefisien determinasi total diperoleh sebesar 86,01% yang berarti variabel NPL mampu dijelaskan oleh variabel rasio keuangan, jaminan dan persetujuan kredit sebesar 86,01% dan sisanya 13,99% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian. Rasio keuangan dan jaminan berpengaruh langsung signifikan positif terhadap persetujuan kredit, namun berpegaruh tidak langsung terhadap NPL. Sedangkan persetujuan kredit berpengaruh langsung dan bernilai positif namun tidak signifikan terhadap NPL.
THE INFLUENCE OF FINANCIAL RATIO AND DEBTOR’S COLLATERAL ON CREDIT APPROVAL AND ITS IMPACT TO NON-PERFORMING LOAN
AT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. GATOT SUBROTO BRANCH OFFICE MEDAN
ABSTRACT
Banking performance can be seen from the quality of its credit extention where the bigger Non-Performing Loan (NPL) will be a negative indicator for a bank. The phenomenon occured at PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Gatot Subroto Branch Office in Medan in the fast few years was the increase of the amount of NPL. The amount of NPL cannot be separated from the quality of credit extention which reached up to 5.32% in the first quarter of 2010 and up to 5,38% in the third quarter of 2011. This condition showed that the ability of bank management in managing the credit they extended is still poor. The purpose of this study was to simultaneously and partially test the influence of financial ratio, collateral and credit approval on NPL occured at PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Gatot Subroto Branch Office in Medan. The population of this study was all of 32 corporate debtors with NPL in 2011-2012, and all of them were selected to be the samples for this study. This study used secondary data obtained from financial report, and assessed collateral and collectabilityreports in 2011-2012. Exogenous variable is the financial ratio with Net Profit Margin as its parameters and credit collateral with Cover Ratio as its parameter, while credit approval is intervening variable and NPL as an endogenous variable. The hypothesis was tested through path analysis. The influence of exogeneous variable on endogeneous variable was tested by using the F-test and t-test with level of 95% or level of significance 5%. Result of this study showed that simultaneously financial ratio,collateral and credit approval had significant influence on NPL. The total of determination coefficient obtained was 86.01% meaning that 86.01% of the variable of NPL could be explained by financial ratio, collateral and credit approval, and the remaining 13.99% was explained by other factors which were not includeed in the research model used. Financial ratio and collateral had positive and significant direct influence on the credit approval, yet financial ratio and collateral had indirect influence on NPL, while credit approval had positive but insignificant direct influence on NPL.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuan Yang Maha Pengasih dan.
Penyayang atas limpahan berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Dan Jaminan Debitur Terhadap Persetujuan
Kredit Serta Dampaknya Terhadap Non Performing Loan Pada PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan”.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak
merasakan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM), Sp.A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof.Dr. Erman Munir, MSc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana sekaligus selaku Ketua
Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran dan
4. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, MSi., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan
memberikan saran-saran kepada penulis selama penulisan tesis ini.
5. Ibu Dr. Khaira Amalia Facruddin, MBA, Ak., selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah banyak membantu dalam mengarahkan,
membimbing dan memberikan saran-saran serta masukan kepada penulis
untuk perbaikan tesis ini.
6. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA., dan Bapak Dr. Parapat Gultom, MSIE.,
selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran
dan kritik membangun demi perbaikan tesis ini.
7. Pimpinan PT BRI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Gatot Subroto Medan
beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Bapak M. Syahruddin, ST., MT., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang magister.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
10.Isteri tercinta Yenni Florida Sihombing, SP dan anak-anakku tersayang
Kevin Reynaldo Silaen, Hotlan Petrus Silaen, Frans Felix Silaen dan Hans
Vincent Silaen yang selalu menjadi sumber inspirasi daan pendorong
11.Kedua orang tua tercinta B. Silaen dan N br. Lubis serta mertua Alm. H.
Sihombing dan E br. Simanungkalit yang selalu memberikan dukungan
moril sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Pascasarjana ini.
12.Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana USU Program Studi
Magister Ilmu Manajemen khususnya Angkatan XXI yang tak
henti-hentinya memberikan dukungan, perhatian dan saran-saran yang sangat
berarti bagi penulis.
13.Berbagai pihak yang tidak dapat penulis uraikan satu per satu yang telah
banyak membantu penulis dalam penyelesaian pendidikan di Sekolah
Pascasarjana USU ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada
seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih memberkati kita
semua. Amin.
Medan, 28 Agustus 2013
Penulis,
Jonni H. Silaen
RIWAYAT HIDUP
Jonni Hamonangan Silaen dilahirkan di Kuala Simpang pada Tanggal 02
Agustus 1963 dari pasangan Bapak B. Silaen dan Ibu N Br. Lubis, sebagai anak
pertama dari sembilan bersaudara menikah dengan Yenni Florida Sihombing, SP
pada tanggal 12 Oktober 1996 dan dikaruniai empat orang putera yaitu Kevin
Reynaldo Silaen, Hotlan Petrus Silaen, Frans Felix Silaen dan Hans Vinscent
Silaen.
Pendidikan formal dimulai Tahun 1971 di SD Negeri 020254 Binjai dan lulus
pada Tahun 1976, kemudian pada Tahun 1977 melanjutkan ke SMP Negeri I
Binjai dan lulus pada Tahun 1980 dan Tahun 1980 sekolah di SMA Negeri 1
Binjai dan lulus Tahun 1983. Tahun 1983 kuliah di Fakultas Ekonomi USU
Program Studi Manajemen dan lulus Tahun 1988. Pada Tahun 2011 melanjutkan
pendidikan di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Pekerjaan adalah dosen pada Politeknik Negeri Medan sejak 1990 sampai
sekarang.
Medan, 28 Agustus 2013
Jonni H. Silaen
DAFTAR ISI
BAB 3METODE PENELITIAN --- 57
3.1. Jenis dan Sifat Penelitian --- 57
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian --- 57
3.3. Populasi Penelitian --- 58
3.4. Tehnik Pengumpulan Data --- 58
3.5. Jenis dan Sumber Data --- 59
3.6. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel --- 59
3.7. Tehnik Analisis Data --- 62
3.8. Pengujuan Hipotesis --- 65
3.9. Uji Asumsi Klasik --- 69
BAB 4HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN --- 72
4.1. Hasil Penelitian --- 72
4.1.1.2 Kegiatan Usaha PT BRI (Persero) Tbk. Cabang Gatot
Subroto Medan --- 77
4.1.2 Analisis Deskriptif --- 80
4.1.3 Analisis Inferensial --- 84
4.1.4 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total --- 110
4. 2 Pembahasan --- 114
4.2.1 Pengaruh Rasio Keuangan terhadap NPL --- 114
4.2.2 Pengaruh Jaminan terhadap NPL --- 116
4.2.3 Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Persetujuan Kredit --- 117
4.2.4 Pengaruh Jaminan terhadap Persetujuan Kredit --- 118
4.2.5 Pengaruh Persetujuan Kredit terhadap NPL --- 120
4.2.6Pengaruh Rasio Keuangan terhadap NPL melalui Persetujuan Kredit --- 121
4.2.7Pengaruh Jaminan terhadap NPL melalui Persetujuan Kredit - 122 4.2.8 Pengaruh Rasio Keuangan, Jaminan secara Serempak terhadap Persetujuan Kredit --- 123
4.2.9Pengaruh Rasio Keuangan, Jaminan dan Persetujuan Kredit secara Serempak terhadap Persetujuan Kredit --- 124
4.2.10 Koefisien Determinasi Total --- 125
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN --- 127
5.1. Kesimpulan --- 127
5.2. Saran --- 128
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Perkembangan NPL --- 5
1.2 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Utara Tahun 2010-2011 --- 7
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu --- 14
3.1 Definisi Operasional Variabel, Indikator dan Skala Ukur --- 61
4.1 Perkembangan Non Performing Loan Tahun 2011-2012 --- 81
4.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian --- 82
4.3 Hasil Uji Normalitas --- 86
4.4 Nilai Durbin-Watson --- 87
4.5 Nilai VIF dan Tolerance --- 89
4.6 Indikator Matriks Korelasi antar Vaiabel Independen --- 90
4.7 Hasil Uji Glejser Statistik --- 92
4.8 Hasil Uji Normalitas --- 94
4.9 Nilai Durbin-Watson --- 95
4.10 Nilai VIF dan Tolerance --- 97
4.11 Indikator Matriks Korelasi antar Vaiabel Independen --- 98
4.12 Uji Glejser Statistik --- 99
4.13 Hasil Uji F --- 102
4.14 Hasil Koefisien Determinasi (R2 4.15 Hasil Uji F --- 105
) --- 102
4.16 Hasil Koefisien Determinasi (R2 4.17 Hasil Uji Glejser Statistik --- 108
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Perkembangan NPL 2009-2011 --- 6
1.2 Perkembangan NPL Perbankan Sumut 2010-2012 --- 7
2.1 Fungsi Utama Bank --- 14
2.2 Kerangka Konseptual --- 55
3.1 Model Regressi dalam Analisis Jalur --- 63
3.2 Diagram Jalur Persamaan Sub Struktur I --- 64
3.3 Diagram Jalur Persamaan Sub Struktur I --- 65
3.4 Durbin-Watson Test --- 71
4.1 Normal Profitability Plot --- 85
4.2 Grafik Histogram --- 86
4.3 Uji Autokorelasi DW-Test --- 88
4.4 Grafik Scatterplot --- 91
4.5 Normal Profitability Plot --- 93
4.6 Grafik Histogram --- 93
4.7 Uji Autokorelasi DW-Test --- 95
4.8 Grafik Scatterplot --- 100
4.9 Diagram Jalur Sub Struktur I --- 101
4.10 Diagram Jalur Sub Struktur II --- 105
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Rasio Keuangan --- 132
2. Penetapan Rasio Keuangan --- 133
3. Data Penelitian pada PT BRI (Persero) Tbk Cab. Gatsu Medan --- 134
4. Hasil Uji Asumsi Klasik dengan SPSS --- 135
PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN JAMINAN DEBITUR TERHADAP PERSETUJUAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP NON PERFORMING LOAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG GATOT SUBROTO MEDAN
ABSTRAK
Kinerja perbankan dapat dilihat dari kualitas perkreditannya dimana semakin besar kredit kurang lancar, diragukan dan macet akan membentuk Non Performing Loan (NPL) yang merupakan indikator negatif bagi bank tersebut. Fenomena beberapa tahun terakhir pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan adalah adanya ancaman lonjakan angka kredit bermasalah (NPL). Besarnya NPL tidak terlepas dari kualitas kredit yang disalurkan, dimana pada triwulan I-2010 mencapai 5,32% dan triwulan-III 2011 meningkat menjadi 5,38%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kreditnya dapat dikatakan masih buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio keuangan, jaminan dan persetujuan kredit secara serempak dan parsial terhadap NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan. Penelitian ini menggunakan sampel jenuh (full sample) dimana populasi adalah seluruh debitur korporasi yang kollektbilitas pinjamannya telah telah dikategorikan sebagai kredit bermasalah pada tahun 2011-2012 sebanyak 32 debitur. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder berupa lapora keuangan, hasil taksasi barang jaminan dan laporan kolektibilitas tahun 2011-2012. Variabel eksogen adalah rasio keuangan dengan parameternya Net Pofit Margin, jaminan kredit dengan parameternya Cover Ratio. Sedangkan persetujuan kredit merupakan variable intervening dan NPL sebagai variable endogen. Alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah path analysis (analisis jalur). Pengaruh variable eksogen terhadap variable endogen diuji dengan Uji F dan Uji T dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi alpha 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan, jaminan dan persetujuan kredit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap NPL. Koefisien determinasi total diperoleh sebesar 86,01% yang berarti variabel NPL mampu dijelaskan oleh variabel rasio keuangan, jaminan dan persetujuan kredit sebesar 86,01% dan sisanya 13,99% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian. Rasio keuangan dan jaminan berpengaruh langsung signifikan positif terhadap persetujuan kredit, namun berpegaruh tidak langsung terhadap NPL. Sedangkan persetujuan kredit berpengaruh langsung dan bernilai positif namun tidak signifikan terhadap NPL.
THE INFLUENCE OF FINANCIAL RATIO AND DEBTOR’S COLLATERAL ON CREDIT APPROVAL AND ITS IMPACT TO NON-PERFORMING LOAN
AT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. GATOT SUBROTO BRANCH OFFICE MEDAN
ABSTRACT
Banking performance can be seen from the quality of its credit extention where the bigger Non-Performing Loan (NPL) will be a negative indicator for a bank. The phenomenon occured at PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Gatot Subroto Branch Office in Medan in the fast few years was the increase of the amount of NPL. The amount of NPL cannot be separated from the quality of credit extention which reached up to 5.32% in the first quarter of 2010 and up to 5,38% in the third quarter of 2011. This condition showed that the ability of bank management in managing the credit they extended is still poor. The purpose of this study was to simultaneously and partially test the influence of financial ratio, collateral and credit approval on NPL occured at PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Gatot Subroto Branch Office in Medan. The population of this study was all of 32 corporate debtors with NPL in 2011-2012, and all of them were selected to be the samples for this study. This study used secondary data obtained from financial report, and assessed collateral and collectabilityreports in 2011-2012. Exogenous variable is the financial ratio with Net Profit Margin as its parameters and credit collateral with Cover Ratio as its parameter, while credit approval is intervening variable and NPL as an endogenous variable. The hypothesis was tested through path analysis. The influence of exogeneous variable on endogeneous variable was tested by using the F-test and t-test with level of 95% or level of significance 5%. Result of this study showed that simultaneously financial ratio,collateral and credit approval had significant influence on NPL. The total of determination coefficient obtained was 86.01% meaning that 86.01% of the variable of NPL could be explained by financial ratio, collateral and credit approval, and the remaining 13.99% was explained by other factors which were not includeed in the research model used. Financial ratio and collateral had positive and significant direct influence on the credit approval, yet financial ratio and collateral had indirect influence on NPL, while credit approval had positive but insignificant direct influence on NPL.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan lembaga keuangan di Indonesia sangat penting dan strategis khususnya
perbankan sebagai salah satu agen pertumbuhan ekonomi (agent of development)
dimana fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Aktivitas penyaluran
kredit oleh perbankan memungkinkan kelompok masyarakat untuk melakukan
investasi, produksi, distribusi serta konsumsi barang dan jasa. Indonesia sebagai
negara berkembang, pada umumnya sumber pembiayaan dunia usaha masih
didominasi oleh penyaluran kredit perbankan dengan harapan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Bank sebagai badan usaha yang bergerak dibidang keuangan menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali ke
masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
sebagai perwujudan dari fungsi intermediasinya. Sebagai lembaga intermediasi,
bank dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan diantar 2 (dua)
kelompok masyarakat, dimana masyarakat kelebihan dana (surplus of fund) akan
menyimpankan dananya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito
sedangkan masyarakat kekurangan dana (deficit of funds) akan mengajukan
pinjaman ke bank dalam bentuk kredit seperti kredit modal kerja, kredit investasi,
Pemberian kredit merupakan aktivitas pokok dari perbankan, namun resiko yang
dihadapi juga sangat tinggi terutama berkaitan dengan kegagalan pengembalian
pinjaman oleh debitur. Olehkarena itumanajemen bank harus mampu mengelola
perkreditannya dengan berpedoman pada prinsip kehati-hatian (prudential
banking).Dalam penerapannya, bank harus dapat mengembangkan suatu proses
seleksi terhadap setiap proposal permohonan kredit yang diterima.Tujuan dari
penyeleksian adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai
kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya secara tertib, baik
pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan
dengan bank. Bank harus dapat memastikan keyakinannya terhadap kemampuan
calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya.
Perusahaan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan sebagai salah satu bank
umum milik pemerintah dimana fungsi bank pemerintah adalah untuk
memberikan pelayanan kepada pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Kegiatan
yang penting adalah membiayai proyek-proyek pembangunan yang bertujuan
menggairahkan industri baru maupun yang sedang berkembang, dalam wujud
menyediakan dana atau pemberian kredit (Jumingan : 2009).Bank Rakyat
Indonesia sebagai bank umum dalam melaksanakan fungsi intermediasi dan
sebagai agent of development yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan
Sesuai dengan prosedur pemberian kredit yang berlaku, maka setiap permohonan
kredit yang diterima harus dilakukan analisis sehingga diperoleh proyek/usaha
yang layak untuk dibantu dengan fasilitas kredit. Analisis kredit adalah suatu
proses penilaian terhadap permohonan kredit calon nasabah dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan dan rasio-rasio keuangan untuk menentukan kebutuhan
kredit yang wajar. Penilaian terhadap permohonan kredit nasabah dapat dilakukan
secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kredit secara kualitatif adalah proses
penilaian terhadap legalitas usaha, kualitas/kemampuan manajemen, rencana
jangka pendek dan panjang serta strategi pemasaran perusahaan calon debitur.
Sedangkan analisis kredit secara kuantitatif adalah proses penilaian terhadap
laporan keuangan perusahaan calon debitur dengan menggunakan rasio keuangan
baik likuiditas, solvabilitas maupun profitabilitas/rentabilitas.Apabila hasil
perhitungan rasio-rasio tersebut diinterpretasikan secara tepat, maka mampu
menunjukkan kondisi keuangan dan hasil-hasil usaha yang telah dicapai sekaligus
dapat mengukur kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran hutangnya
sehingga kredit bermasalah (non performing loan) dapat dihindari.
Berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006, Pasal 9
mengenai pembiayaan dinyatakan bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk
pembiayaan dinilai berdasarkan prospek usaha, kinerja (performance) nasabah
dan kemampuan membayar. Ini sejalan dengan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 8,
menyatakan bahwa dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai
kenyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya
macet) dapat terjadi akibat salah pengambilan keputusan atau informasi yang
diperoleh bank tentang kondisi debitur tidak relevan serta kurangnya kemampuan
dalam melaksanakan penilaian atau evaluasi sesuai dengan prinsip-prinsip analisis
kredit dalam dunia perbankan. Untuk mengantisipasi terjadinya kondisi tersebut
sebelum pemberian fasilitas kredit, bank terlebih dahulu harus mengumpulkan
informasi/data sebagai dasar untuk menilai kelayakan calon debitur yang telah
mengajukan permohonan kredit. Salah satu sumber informasi didalam menilai
kelayakan pemberian fasilitas kredit adalah data keuangan yang bersumber dari
laporan keuangan.Dengan penganalisaan laporan keuangan, pihak bank akan
melakukan pengukuran terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar
hutangnya, serta untuk mengetahui apakah kredit yang diberikan itu cukup
mendapat jaminan dari perusahaan tersebut yang terlihat dari kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan dimasa yang akan datang.
Kinerja perbankan dapat dilihat dari kualitas perkreditannya dimana semakin
besar kredit kurang lancar, diragukan dan macet akan membentuk Non
Performing Loan(NPL) yang akan menjadi indikator negatif bagi bank yang
bersangkutan. Menurut Siamat (2005), kredit bermasalah atau problema loan
dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat
adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan
kendali debitur. Tabel 1.1 menggambarkan perkembangan jumlah kredit yang
disalurkan dan NPL Bank Rakyat Indonesia Cabang Gatot Subroto dari tahun
Tabel 1.1.Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Tw III-2009 s/d Tw IV-2011
Periode Kredit Yang Disalurkan (Rp)
Tw-III 59.096.640.000 128.888.950 0,22 %
Tw- IV 64.387.485.000 678.946.500 1,05 %
Tahun 2010
Tw-I 64.632.536.000 3.436.260.510 5,32 %
Tw- II 77.041.857.000 3.016.326.270 3,92%
Tw-III 83.212.776.000 4.154.503.180 4,99 %
Tw-IV 81.180.867.000 3.660.192.355 4,51%
Tahun 2011
Tw-I 79.525.625.000 3,554,795,435 4,47%
Tw-II 82,795,216,000 3,816,859,500 4,61%
Tw-III 87,853,216,000 4,726,503,070 5,38%
Tw-IV 94,015,167,000 3,807,614,290 4,05%
Sumber : BRI Cabang Gatot Subroto Medan (Data Diolah), 2013
Kollektibilitas kredit adalah suatu keadaan pembayaran pokok atau angsuran
pokok dan bunga kredit oleh peminjam atau debitur serta tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana yang digunakan untuk kredit sebagai aktiva produktif.
Pengklasifikasian kredit berdasarkan kollektibilitas dapat digolongkan kedalam 5
lima kelompok yaitu lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention),
kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful) dan macet (loss). Apabila
kredit dikaitkan dengan tingkat kollektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit
bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas kurang lancar, diragukan dan
macet.Berdasarkan SE BI No. 12/11/DPNP/2010 tanggal 31 Maret 2010, jika
kreditannya dapat dikatakan buruk, namun jika NPL kurang atau sama dengan 5%
dapat dikatakan baik.
Fenomena yang terjadi beberapa tahun terakhir pada BRI Gatot Subroto Medan
adalah adanya ancaman lonjakan angka kredit bermasalah (Non Performing
Loan). NPL yang meningkat akan mengakibatkan bank tersebut menjadi tidak
leluasa melakukan penyaluran kreditnya. Gambar 1.1 memperlihatkan
perkembangan NPLBRI Gatot Subroto Medan sejak Triwulan III tahun 2009
hingga Triwulan IV tahun 2011cenderung mengalami kenaikan dari
0,22%menjadi 5,32% pada Triwulan I 2010 dan NPL tertinggi 5,38% pada
Triwulan III 2011.
Gambar 1.1 PerkembanganNPL
Rata-rata rasio NPL untuk semester II tahun 2009 adalah sebesar 0,64%, tahun
2010 sebesar 4,68 % dan tahun 2011 sebesar 4,63 %memang masih termasuk
kategori baik dimana rasionya berada dibawah 5 %, namun pada triwulan I tahun 0,22
1,05
5,32 3,92
4,99
4,51 4,47 4,61
5,38 4,05
Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV
2009 2010 2011
5,38 %. Ini berarti kemampuan pengelolaan kredit BRI Gatot Subroto mengalami
penurunan ke kategori buruk.Bila perkembangan NPL BRI Gatot Subroto Medan
kita bandingkan dengan perkembangan NPL perbankan Sumatera Utara, masih
berada diatas rata-rata NPL perbankan Sumatera Utara, dimana selama periode 2
tahun terakhir tercatat sebesar 2,80% (Kajian Ekonomi Regional Sumut,
2012)sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Utara 2010 - 2012
Periode
Perkembangan NPL Perbankan Sumut
Besarnya NPL BRI Gatot Subroto Medan tidak terlepas dari mutu kredit yang
disalurkan, khususnya yang termasuk pada kategori kurang lancar, diragukan dan
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2
2010 2011 2012
macet akan membentuk kredit bermasalah. Kondisi seperti ini tentunya
menggambarkan adanya kelemahan dalam pengelolaan kredit pada bank tersebut,
apakah tujuan penggunaan kredit yang tidak tepat, pengawasan yang lemah, atau
analisis kredit kurang selektif, disamping faktor-faktor eksternal lain tentunya.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arbian (2008)dengan judul
Pengaruh Informasi Akuntansi dalam pengambilan keputusan pembiayaan
mudharabah dan murabahah pada PT BNI Syariah Medan, menggunakan analisis
regresi linier berganda menyimpulkan secara simultan informasi akuntansi
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembiayaan mudharabah dan
murabahah tetapi secara parsial hanya Current Ratio yang berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan pembiayaan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Karo-karo (2011) dengan judul Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi
dan Informasi Bukan Akuntansi Terhadap Keputusan Kredit pada PT Bank Sumut
Cabang Utama Imam Bonjol Medan, dengan variabel bebas yaitu Current Ratio,
Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin, Return On Investment,
Return On Equity dan Rasio Pinjaman menghasilkan kesimpulan yang
kontradiktif dengan penelitian Arbaian diatas. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa informasi akuntansi dan informasi bukan akuntansi tidak berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan kredit, secara parsial hanya variabel Net Profit
Margin yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit.
Ketidaksesuaian hasil penelitian Agustinus (2008) dengan teori, dimana hasil
penelitiannya menyatakan bahwa penilaian jaminan berpengaruh positif terhadap
Berdasarkan uraian di atas menjadi daya tarik bagi penulis untuk melakukan
penelitiandengan judul Pengaruh Rasio Keuangan danJaminan Debitur TerhadapPersetujuan Kredit serta Dampaknya Terhadap Non Performing Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap NPL pada PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
2. Apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap persetujuan kredit pada PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
3. Apakah jaminan berpengaruh terhadap persetujuan kredit pada PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
4. Apakah jaminan berpengaruh terhadap NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
5. Apakah persetujuan kredit berpengaruh terhadap NPL pada PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
6. Apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap NPL melalui persetujuan kredit
pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
7. Apakah jaminan berpengaruh terhadap NPL melalui persetujuan kredit pada
8. Apakah rasio keuangan dan jaminan berpengaruh secara serempak terhadap
persetujuan kredit pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang
Gatot Subroto Medan.
9. Apakah rasio keuangan, jaminan dan persetujuan kredit berpengaruh secara
serempak terhadap NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Gatot Subroto Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap
NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot
Subroto Medan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap
persetujuan kredit pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang
Gatot Subroto Medan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhjaminanterhadap
persetujuan kredit pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang
Gatot Subroto Medan.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jaminan terhadap NPL pada
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persetujuan kredit terhadap
NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot
6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap
NPL melalui persetujuan kredit pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jaminan terhadap NPL
melalui persetujuan kredit pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Gatot Subroto Medan.
8. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio keuangan dan
jaminan secara serempak terhadap persetujuan kredit pada PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan
9. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio keuangan, jaminan
dan persetujuan kredit secara serempak terhadap NPL pada PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot Subroto Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang
dilakukan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya dalam hal analisis laporan
keuangan untuk menilai kelayakan kredit guna pengambilan keputusan
persetujuan kredit perbankan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pengembangan wawasan berkaitan dengan keuangan. Berguna sebagai bahan
penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana penerapan teori dan ilmu
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan analisis rasio keuangan dalam
kaitannya dengan analisis kredit.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Perusahaan / Bank
Khususnya bagi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Gatot
Subroto Medan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam persetujuan pemberian
kredit guna menekan tingkat kredit bermasalah (NPL).
b. Bagi peneliti berikutnya :
Dapat digunakan sebagai referensi atau bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya terutama yang berminat untuk mengkaji permasalahan atau
subjek yang sejenis.
c. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam mengaplikasikan dan
mengembangkan serta memperluas wawasan dan pengetahuan penulis
tentang sistem perbankan khususnya di bidang analisis kredit dalam penilaian
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilaksanakan ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan
oleh Karo-karo (2011) dengan judul Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi dan
Informasi Bukan Akuntansi Terhadap Keputusan Kredit pada PT Bank Sumut
Cabang Utama Imam Bonjol Medan, dengan menggunakan variabel bebas yaitu
Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin, Return On
Investment, Return On Equity dan Rasio Pinjaman. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa informasi akuntansi dan informasi bukan akuntansi tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit, secara parsial hanya variabel
Net Profit Margin yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit.
Disamping itu juga penelitian Agustinus (2008) dengan judul Variabel-variabel
yang Mempengaruhi Non Performing Loans pada Bank BUMD, BUMN di Kota
Jayapura, dengan menggunakan variabel eksogen yaitu penilaian agunan, besaran
kredit, lokasi dan petugas bank. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara
simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap Non Performing Loans.
Dalam penelitian ini digunakan rasio keuangan dan jaminan sebagai variable
eksogen dan 2 variabel endogen yaitu persetujuan kredit sebagai variabel
intervening dan Non Performing Loan. Adapun rasio keuangan yang
dipertimbangkan adalah Current Ratio, Quick Ratio, Inventory Turn Over, Sales
Equity dan Working Capital Turn Over (Kasmir : 2008), sedangkan jaminan
dalam bentukCover Ratio.Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian
terdahulu dimana penulis akan menetapkan satu dari ketujuh rasio tersebut
sebagai mewakili rasio keuangan yaitu rasio yang paling berpengaruh dan
signifikan terhadap persetujuan kredit. Demikian juga dalampenelitian ini
penulistidak menggunakan rasio pinjaman, tetapi menggunakan Cover Ratio
sebagai rasio jaminan kredit.
Tabel 2.1
positif terhadap adalah Current Ratio, Quick Ratio, Tangible variabel Net Profit Margin yang
2.2Pengertian dan Kegiatan Bank
a. Pengertian Bank
Bank berasal dari bahasa Italia yakni ‘banco” yang mempunyai arti sebagai
meja tempat menukar uang. Akibat perkembangan kebutuhan masyarakat
terhadap jasa keuangan semakin beragam maka kegiatan usaha perbankan juga
berkembang semakin pesat sejalan dengan perkembangan ekonomi dan bisnis
suatu negara.
Undang Undang No. 10 Tahun 1998 merupakan perubahan UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, pasal 1 memberikan defenisi bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Ditegaskan pula bahwa tujuan dari keberadaan perbankan Indonesia tidak lain
untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Hal ini tentunya sesuai dengan dengan
fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Sesuai dengan fungsi utamanya, bank adalah lembaga keuangan yang berperan
sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) antara
kelompok masyarakat kelebihan dana (surplus of funds) dengan masyarakat
b. Kegiatan Bank
Jenis bank di Indonesia dikategorikan sebagai Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) yang dalam melaksanakan kegiatannya sangat berbeda.
Bank Umum menjalankan kegiatan operasionalnya lebih luas daripada Bank
Perkreditan Rakyat. Produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bank Umum kepada
masyarakat lebih beragam karena Bank Umum memiliki kebebasan untuk
menentukan produk dan jasanya. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat dalam
menjalankan kegiatannya mempunyai keterbatasan sehingga produk yang
ditawarkan jauh lebih sedikit. Adapun kegiatan-kegiatan perbankan di Indonesia
dewasa ini secara umum dapat diklasifikasikan atas 3 (tiga), yaitu :
1) Menghimpun Dana (Funding)
Kegiatan penghimpunan dana yang berasal dari masyarakat kelebihan dana dapat
dalam bentuk rekening giro, rekening tabungan, rekening deposito atau bentuk
simpanan lainnya disebut dengan istilah operasi perkreditan pasif.
2) Menyalurkan Dana (Lending)
Sedangkan kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat yang kekurangan dana
dalam bentuk kredit atau pinjaman disebut kegiatan operasi perkreditan aktif.
3) Memberikan jasa-jasa bank (Services)
Guna mendukung kelancaran kegiatan transaksi perdagangan dan lalu lintas
pembayaran secara giral, bank menyediakan jasa-jasa bank.
menjaga tingkat kesehatan banknya. Sebagai suatu lembaga kepercayaan
masyarakat dan bagian dari sistem moneter, bank mempunyai kedudukan
yangsangat penting untuk memperbaiki perekonomian Indonesia. Oleh karena itu
pemerintah menetapkan berbagai syarat atau ketentuan bagi industri perbankan
sejak pendiriannya, antara lain persyaratan bagi calon pengelola serta ketentuan
ketentuan operasional yang berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudent) dalam
melakukan kegiatan usaha bank. Kesemuanya itu dimaksudkan agar bank dapat
memelihara kepercayaan masyarakat dan dapat menunjang pemeliharaan stabilitas
moneter (Sutojo, 2000).
Dalam kegiatan perbankan berdasarkan prinsip konvensional, ada 2 macam
bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yakni bunga simpanan adalah bunga
yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank. Bunga pinjaman yaitu bunga yang dibebankan kepada para
peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank
sebagai bunga kredit dan harga ini bagi bank merupakan harga jual.
Perbankan yang beroperasi dengan sistem operasional berdasarkan prinsip
konvensional,laba yang diperoleh berasal dari selisih bunga pinjaman/kredit yang
diterima dengan bunga simpanan yang dibayarkan kepada deposan. Pendapatan
atau keuntungan dari selisih bunga ini disebut dengan spread based income.
Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari pemberian jasa-jasa bank dikenal
Financial Intermediary Institution
Rekening Giro Kredit Modal Kerja Kliring
Rekening Tabungan Kredit Investasi Transfer
Rekening Deposito Kredit Profesi Inkasso
Bentuk Simpanan lainnya Kredit Perdagangan Bank Garansi
Dan lain-lain S D B
L/Ct
Dan lain-lain
Gambar 2.1Fungsi Utama Bank
2.3Kredit
a. Pengertian Kredit
Perkataan kredit (credit) berasal dari kata credere bahasa Yunani dan kata
creditumbahasa Latin yang artinya kepercayaan. Landasan yang mendasari proses kredit adalah kepercayaan, bila seseorang memperoleh kredit pada dasarnya
adalah memperoleh kepercayaan. Dengan demikian kredit dapat dimaknai sebagai
suatu pemberian kepercayaan dimana prestasi yang diberikan sekarang akan
diterima pembayaran beserta kontra prestasi (balas jasa)nya pada waktu
mendatang. SURPLUS OF
FUNDS
BANK DEFISIT
OFFUNDS
MENGHIMPUN DANA (FUNDING)
MENYALURKAN DANA (LENDING)
Dari sisi pandang ekonomi secara umum, kredit dapat diartikan sebagai
penundaan pembayaran. Misalnya, kredit penjualan yang diberikan oleh penjual
kepada pembeli dalam suatu transaksi jual-beli, penjual menyerahkan barang atau
jasa terlebih dahulu kepada pembeli, sedang pembayaran atas barang atau jasa
tersebut dilakukan pada suatu waktu tertentu dimasa yang akan datang. Dalam
kegiatan kredit, ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak pemberi kredit yang
disebut kreditur dan pihak penerima kredit yang disebut dengan debitur. Kreditur
adalah pihak yang memiliki tagihan atau piutang, sedangkan debitur adalah pihak
yang memiliki kewajiban atau hutang.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dari defenisi yang diuraikan diatas pengertian kredit mengandung makna yang
luas sehingga bila kita membicarakan kredit maka kita tidak terlepas untuk
membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Unsur-unsur yang
terkandung dalam proses pemberian fasilitas kredit yaitu :
1) Kepercayaan
2) Prestasi dan Kontraprestasi
3) Jangka Waktu
5) Kreditur
6) Debitur
Jadi dapat kita simpulkan bahwa unsur utama dari suatu proses pemberian kredit
oleh kreditur kepada debitur harus dilandasi kepercayaan, dimana yang mendasari
kepercayaan adalah adanya keyakinan dari pihak bank bahwa sipeminjam
memiliki moral, watak atau sifat-sifat pribadi yang positif dan koperatif serta rasa
tanggung jawab untuk menyelesaikan hutangnya.
b. Tujuan Kredit
Pada dasarnya alasan masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kredit bank
adalah untuk membeli barang, membuka usaha baru, pengembangan usaha baik
horizontal maupun vertikal, rehabilitasi, modernisasi ataupun untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja darurat.
Adapun tujuan kegiatan kredit yang dijalankan oleh bank tidak terlepas dari misi
bank tersebut yakni profitability dan safety. Menurut Kasmir (2008) tujuan
pemberian kreditadalah :
1). Mencari Keuntungan
Untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit berupa bunga kredit sebagai
balas jasa yang diterima oleh bank dan juga biaya administrasi yang
dibebankan kepada nasabah. Kuntungan ini berguna untuk kelangsungan
hidup bank agar tidak menderita kerugian serta untuk menghindari bank
tersebut dilikuidasi.
Bertujuan untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja dalam rangka mengembangkan dan
memperluas usaha nasabah.
3). Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan, maka semakin baik
karena mencerminkan adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Beberapa keuntungan yang diperoleh pemerintah dari pemberian kredit adalah
a). Penerimaan pajak dari keuntungan yang diterima nasabah dan bank.
b). Membuka kesempatan kerja karena dengan adanya perluasan usaha maka
membutuhkan banyak tenaga kerja.
c). Meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
c. Resiko Kredit
Resiko merupakan suatu situasi atau kejadian yang akan terjadi masa yang
akan datang yang bersifat merugikan sehingga sangat besar pengaruhnya
terhadap perolehan laba. Bisnis bank adalah bisnis kepercayaan yang tidak pernah
lepas dari berbagai risiko yang melekat pada setiap kegiatan operasional
perbankannya. Demikian juga dalam penyaluran kreditnya akan selalu terkandung
risiko (risk), oleh karena itu Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang
berkaitan dengan risiko bagi bank berupa Peraturan Bank Indonesia No.
5/8/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum. Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa Bank Wajib menerapkan
risiko tersebut adalah Risiko Kredit. Risiko Kredit merupakan risiko yang terjadi
akibat ketidakmauan (willingness) dan/atau ketidakmampuan (ability) debitur
untuk memenuhi kewajibannya dalam rangka menyelesaikan kreditnya baik
hutang pokok maupun bunga pinjamannya. Resiko yang timbul dalam pemberian
fasilitas kredit adalah apabila pinjaman yang disalurkan tidak dapat kembali
sesuai dengan akad /perjanjian kredit yang telah disepakati, sehingga pada
akhirnya akan menciptakan kredit macet.
Resiko kredit terjadi jika counterparty (pihak peminjam) tidak bisa memenuhi
kewajibannya (wanprestasi atau cidera janji). Resiko kredit semakin penting
karena akhir-akhir ini banyak peristiwa gagal bayar yang dialami
perusahaan-perusahaan yang telah memperoleh fasilitas pinjaman dari perbankan. Hal ini
dapat terjadi karena ketidakmampuan (ability) dan atau ketidakmauan
(willingness) dari nasabah debitur untuk mengembalikan jumlah pinjaman beserta
bunganya sesuai jangka waktu yang telah disepakati bersama.
Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 telah menegaskan bahwa dalam memberikan
kredit bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
Dalam setiap pemberian kredit ada terkandung resiko yang perlu terlebih dahulu
dipahami dalam menyusun rencana penyaluran kredit, karena resiko ini juga akan
menjadi kendala bagi keberhasilan proses perkreditan tersebut. Berbagai bentuk
resiko (Muljono, 2001) yang perlu dipahami dalam industri perbankan antara lain
2) Resiko Geographis
3) Resiko Politik
4) Resiko Ketidakpastian (Uncertainty)
5) Resiko Inflasi
6) Resiko Persaingan
Perkreditan perbankan mempunyai sifat yang “kasuasistis” artinya
masing-masing calon debitur mempunyai permasalahan yang sangat spesifik berbeda
secara materiil antara satu nasabah dengan nasabah lainnya. Para pemohon kredit
memiliki bentuk badan usaha dan bidang usaha yang berbeda-beda selalu
mengandung resiko, walaupun satu sama lainnya memiliki bobot yang berbeda.
Kondisi ini menuntut petugas bank harus mempunyai kemampuan analisis yang
tajam dan secara cepat harus mampu pula mengadakan identifikasi dari
permasalahan yang dihadapi nasabahnya. Oleh karena itu, sebelum bank
memutuskan untuk memberikan kredit sebaiknya perlu dilakukan survey terhadap
usaha nasabah. Survey harus dilaksanakan dengan ketat dan akurat sehingga
kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman dapat dijamin. Untuk
mengantisipasi terjadinya resiko kredit, perlu pembatasan dalam pemberian kredit
apalagi terhadap kredit yang mempunyai resiko tinggi harus berlandaskan pada
prinsip kehati-hatian (prudent banking) sebagaimana yang ditetapkan Bank
Indonesia. Perbankan harus tetap selektif didalam menyalurkan kreditnya
khususnya hanya kepada usaha/kegiatan yang layak untuk dibiayai. Karena itu
dengan tujuan untuk memperoleh profitability yang tinggi, tetapi harus tetap
menjaga/memelihara safety (keamanan) aktiva produktifnya.
2.4 Jenis-jenis Kredit
Pengklasifikasian kredit perbankan dapat dilihat dari obyek yang dibiayai dengan
fasilitas kredit tersebut. Kredit yang diberikan kepada masyarakat terdiri dari
berbagai jenis yang secara umum (Kasmir, 2008) dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang :
1. Jangka waktu (maturity).
Jenis kredit berdasarkan jangka waktu terdiri atas kredit jangka pendek, kredit
jangka menengah dan kredit jangka panjang.
a. Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan).
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu satu tahun atau palinglama
satu tahun dan biasanya digunakan untuk modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan).
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan
tigatahun, biasanya dalam bentuk investasi. Sebagai contoh: Kredit
untukpertanian.
c. Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan).
Jenis kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit
jangkapanjang waktu pengembaliannya diatas tiga tahun atau lima
tahun,biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang.
a. Kredit dengan jaminan (Secured Loan).
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut
dapatberbentuk harta/barang bergerak berwujud maupun tidak berwujud,
barang tidak bergerak ataupun jaminan orang.Artinya setiap kredit yang
dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminanyang diberikan calon debitur.
b. Kredit dengan tanpa jaminan (Unsecured Loan).
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan apapun secara riil baik
barang atau seseorang. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
usaha, kemampuan membayar dankarakter serta loyalitas atau nama baik
calon debitur.
3. Sektor usaha.
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunandan pertanian rakyat.
b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
peternakan.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industry mikro kecil
menengah ataubesar.
d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya
dalamjangka panjang. Misalnya, tambang emas, minyak, timah dan batu
bara.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk
f. Kredit profesi, diberikan kepada profesional seperti guru, dosen, dokter,
ataupengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan
ataupembelian perumahan.
h. Dan sektor usaha lainnya.
4. Tujuan kredit.
a. Kredit Perdagangan (Trade/Commercial Loan)
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membelibarang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualanbarang
tersebut.
b. Kredit konsumtif (Consumer Loan)
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi pribadi, dalam kredit ini tidak
ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
memangdigunakan atau dipakai oleh seseorang guna memenuhi kebutuhan
pribadi. Contoh: KreditPemilikan Rumah, Kredit Pemilikan Mobil.
c. Kredit produktif (Productive Loan)
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi
atauinvestasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau
jasa.Contoh: kredit untuk membangun pabrik yang nantinya
dapatmenghasilkan barang.
5. Penggunaan Kredit
Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
dalam meningkatkan produksi operasionalnya, atau untuk membuat
perusahaan mampu menjalankan usaha sekalipun arus kas masuk lebih
kecil dari arus kas keluar. Sebagai contoh yaitu kredit modal kerja yang
diberikan untuk membeli bahanbaku, membayar gaji pegawai, dan
biaya-biaya lainnya yang berkaitandengan proses produksi perusahaan.
b. Kredit Investasi
Kredit Investasi merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
membangun proyek/pabrik baru dan membeli barang-barang modal atau
jasa yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, ekspansi dan
relokasi.
2.5Analisis Kelayakan Kredit
Pemberian kredit kepada nasabah dilakukan berdasarkan analisis kelayakan
terhadap permohonan kredit yang disampaikan. Guna pengambilan keputusan
terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pemberian kredit maka
diperlukan analisis/penilaian kelayakan kredit secara kritis baik melalui
pendekatan kualitatif dan kuantitatif terhadap semua aspek, baik ditinjau dari
aspek mikro ekonomis maupun makro ekonomis yang mempengaruhi kegiatan
usaha nasabah. Bank harus mampu mengendalikan resiko kredit yang disalurkan
kepada calon nasabah. Sehubungan dengan itu sudah seharusnya bank hanya akan
memberikan kredit kepada nasabah yang layak saja. Untuk dapat memastikan
melakukan proses seleksi atas seluruh proposal kredit yang masuk. Penilaian
kelayakan kredit yang dilakukan oleh bank yang menjadi bahan penelitian ini
melalui rasio keuangan dan jaminan debitur.Menurut Dendawijaya (2005),analisis
kredit adalah suatu proses untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan
kredit yang diajukan oleh calon debitur sehingga dapat memberikan keyakinan
kepada pihak bank bahwa proyek yang dibiayai dengan kredit cukup layak
(feasible). Tujuan utama dari analisis permohonan kredit adalah untuk
memperoleh keyakinan apakah nasabah memiliki kemampuan mengelola
usahanya sehingga dapat mencerminkan kemauan dan kemampuan memenuhi
kewajibannya kepada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman
maupun bunganya sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Sebelum kredit
diberikan kepada nasabah, perlu untuk meyakinkan bank bahwa nasabah yang
bersangkutan benar-benar dapat dipercaya. Analisis kredit dapat mencakup latar
belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diserahkan
serta faktor-faktor lainnya.
Pelaksanaan analisis kredit berpedoman pada UU No.10 Tahun 1998
khususnya pasal 1 ayat (11), pasal 8 dan pasal 29 ayat (3). Pemberian kredit tanpa
dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank, begitu juga jika salah
dalam menganalisis maka kredit yang disalurkan akan menjadi sulit atau
mengalamikemacetan.Pengelola kredit bank akan dihadapkan pada berbagai
masalah yang sangat kompleks yang harus dipecahkan, baik permasalahan yang
bersifat umum maupun permasalahan yang sifatnya sangat khusus yang
sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa masalah perkreditan itu bersifat
“kasuasistis”.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan kredit nasabah, terlebih
dahulu harus terpenuhinya Prinsip 6 C’s Analysis, yaitu sebagai berikut:
1. Character
Character adalah sifat dan watak dari nasabah (kejujuran, tanggungjawab,
integritas dan konsisten), baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam
lingkungan usaha. Sifat dan watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit
benar-benar dapat dipercaya. Tujuan dari penilaian terhadap karakter ini adalah
untuk mengetahui sifat atau watak dari calon nasabah, seberapa besar kemauan
nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan
perjanjian yang telah ditetapkan. Sebagai alat untuk memperoleh gambaran
tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara
lain:
a. Customer’s File atau Bank Record, yakni mencari informasi mengenai
riwayat hidup calon nasabah
b. Trade Checking, yakni meneliti reputasi calon nasabah tersebut di
lingkungan usahanya
c. Bank Checking, yakni mencari informasi tentang calon debitur
melaluibank to bank information
d. BI Checking, yakni mencari informasi tentang nasabah debitur melalui
e. Mencari informasi dari asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah
bergabung
f. Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi
g. Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya
2. Capital
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.
Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi
kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa
lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai
alat kesungguhan dan tangung jawab nasabah dalam menjalankan usahanya
karena ikut menanggung resiko terhadap gagalnya usaha. Dalam praktiknya,
kemampuan capital ini diwujudkan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan
self-financing yang besarnya paling tidak 20% - 25% dari nilai proyek/usaha. Ini
berarti bank tidak akan membiayai seluruh nilai proyek calon nasabah.
3. Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan
usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini
adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk
mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari laba usaha
yang diperolehnya.
a. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai
kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk mengadakan perjanjian kredit
dengan bank
b. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan
nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan,
serta menilai latar belakang pendidikan dan pengalaman para pengurus.
c. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan
perkembangan dari waktu ke waktu
d. Pendekatan finansial, yaitu menilai kemampuan keuangan berdasarkan laporan
keuangan yang disampaikan.
e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah
mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku,
peralatan-peralatan, administrasi dan keuangan, industrial relation sampai pada
kemampuan merebut pasar.
4. Collateral
Collateral adalah barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/debitur
sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Fungsi jaminan sebagai alat
pengamanan apabila usaha debitur gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur
tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil normal usahanya. Collateral tersebut
harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial
nasabah atas pelunasan kewajibannya. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak
5. Condition of Economy
Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik, peraturan pemerintah,
sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu
saat yangkemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur.
Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian
mengenai hal-hal antara lain:
a. Keadaan konjungtur ekonomi
b. Peraturan-peraturan pemerintah
c. Situasi, politik dan perekonomian dunia
d. Kebijakan pemerintah yang berkaitan dan mempengaruhi pemasaran
6. Constraints
Constraints adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis
untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya mendirikan usaha pompa
bensin (SPBU) yang disekitarnya banyak bengkel las dan padat penduduk.
Dikeluarkannya peraturan/ketentuan pemerintah yang dapat menghambat jalannya
usaha bank atau calon nasabah.
Dari keenam prinsip diatas, yang paling perlu mendapatkan perhatiananalis kredit
adalah character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi maka prinsip lainnya
tidak berarti atau dengan perkataan lain permohonannya harus ditolak.Disamping
itu, metode analisis yang digunakan untuk dapat mengukur tingkat
keterlaksanaan/kelayakan suatu usaha yang akan dibiayai dengan fasilitas kredit
keberhasilan usaha tersebut sesuai dengan norma-norma bisnis yang berlaku
(Siamat, 2005).
a. Aspek Yuridis/Hukum
Aspek ini menyangkut masalah kapasitas/kecakapan debitur, legalitas
badan usaha dan legalitas bidang usaha yang berkaitan dengan perijinan
yang harus dimiliki perusahaan debitur.
b. Aspek Manajemen dan Organisasi
Aspek ini menyangkut masalah pengurus, sumber daya manusia yang
dimiliki beserta latarbelakang pengalamannya, struktur organisasi serta
penerapan fungsi-fungsi manajemen didalam aktivitas perusahaan.
c. Aspek Pemasaran
Aspek ini menyangkut kemampuan memasarkan produk atau jasa yang
dihasilkan dengan strategi pemasarannya, keadaan pasar/kompetisi,
kemampuan daya beli masyarakat, kualitas produk dan persaing.
d. Aspek Teknis
Aspek ini menyangkut kelancaran proses produksi, kapasitas produksi,
mesin dan peralatan, ketersediaan dan kontiunitas bahan baku, lokasi serta
lay out ruangan maupun pabrik.
e. Aspek Keuangan
Aspek ini menyangkut sumber-sumber dana yang dimiliki, kebutuhan
dana untuk membiayai usaha, dan bagaimana penggunaan dana tersebut.
Aspek ini menganalisis dampak terhadap perekonomian dan masyarakat
(Social Benefid and Cost) serta dampak proyek terhadap lingkungan
sekitarnya.
Namun Muljono (2001) memasukkan aspek jaminan sebagai salah satu aspek
dalam melakukan studi kelayakan (feasibility study) yang menunjukkan besarnya
aktiva atau harta yang akan diikatkan sebagai jaminan kredit. Beberapa hal yang
dianalisis berkaitan mengenai kepemilikan jaminan, persyaratan dan jenis
jaminan, kestabilan nilai, pengikatan dan penilaian (taksasi) terhadap barang
jaminan serta memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu
relatif singkat (marketable) tanpa terlalu mengurangi nilainya.
Dari seluruh aspek yang dianalisis, Munawir (2007) menyatakan bahwa aspek
yang paling penting adalah aspek keuangan. Penilaian terhadap aspek keuangan
akan dapat diketahui kondisi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan stabilitas
usaha calon nasabah debitur. Namun Yusuf (2003) menambakan bahwa jaminan
merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam permohonan kredit.
Ini merupakan konsep yang diterima di seluruh dunia, dimana jaminan adalah
salah satu aspek yang harus dimiliki dalam kredit.
Pengambilan keputusan untuk menyetujui pemberian kredit merupakan hasil
analisis secara kritis dari seluruh aspek perkreditan baik melalui pendekatan
kuantitatif maupun kualitatif. Walaupun semua aspek tersebut mempunyai
peranan yang masing-masing cukup penting dan tidak dapat diabaikan, namun,
dalam proses pemberian kredit aspek keuangan dan jaminan menjadi perhatian
2.6. Jaminan Kredit
Dalam industri perbankan dikenal suatu “hukum” yang menyatakan bahwa
dalam pemberian kredit harus terdapat dua cara penyelesaian (way out). Cara
penyelesaian yang pertama adalah dana tunai (the first way out of credit is cash)
sedangkan cara yang kedua, adalah jaminan (the second way out of credit is
collateral).
Untuk mencegah bank menanggung resiko kerugian yang disebabkan usaha bisnis
debitur tersebut gagal atau merugi sehingga tidak dapat melunasi kreditnya, maka
bank mewajibkan debitur untuk menyerahkan suatu jaminan kredit. Jaminan
kredit berfungsi sebagai pengaman apabila kredit mengalami kegagalan
pengembaliannya. Kegagalan kredit ternyata tidak hanya disebabkan oleh
faktor-faktor bank teknis tetapi juga dapat diakibatkan faktor-faktor-faktor-faktor nonbank teknis atau
hal-hal yang diluar jangkauan kekuasaan bank. Jaminan tidak akan memperbaiki
tingkat kelayakan (feasibility) suatu proyek, namun agar proyek yang feasible
tersebut menjadi bankable harus ada jaminannya. Jadi jaminan ini hanya bersifat
sebagai pelengkap kelayakan dari proyek nasabah.
Yusuf (2003) menegaskan bahwa jaminan atau agunan adalah salah satu
persyaratan mutlak dalam perkreditan yang dipakai untuk menganalisis kredit.
Juga secara eksplisit dinyatakan bahwa jaminan adalah salah satu aspek yang
harus dimiliki dalam kredit.
Jaminan adalah segala “sesuatu” yang dapat dijual menjadi uang, dengan